Anda di halaman 1dari 25

SKILL LAB

DYPSNEA

Disusun oleh:
Salman Al Farisi (102011101071)
Pembimbing:Dr. Yuli Hermansyah, SP.PD
SMF Interna RSD DR. Soebandi Jember
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
2015

Definisi
Dyspnea adalah keluhan subyektif mulai dari
napas yang tidak nyaman sampai tidak bisa
bernapas / sampai sesak napas yang terdiri dari
berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya.

Dypnea diinduksi oleh 4 hal utama:


Meningkatnya kebutuhan ventilasi paru
Menurunnya kapasitas ventilasi paru
Meningkatnya resistensi saluran pernafasan
Menurunnya complience paru

Etiologi
Nonkardiak dan nonpulmoner

Mekanisme

Sensasi dypsnea berawal dari aktivasi sistem


sensorik yang terlibat dalam sistem pernafasan.
Informasi sensorik sampai pada pusat
pernafasan di otak dan memproses sehingga
terjadi dypsnea.

Reseptor pada sistem respirasi


Kemoreseptor
Hiperkapnia
Hipoksia
Mekanoreseptor
Saluran nafas atas
Paru
Dinding dada

Gejala klinis

Penegakan Diagnosis

Anamnesis
Onset

Kapan terjadinya? berapa lama? Seberapa sering gejala ini


muncul?

Provoking

Apa yang membuat gejala timbul? Apa yang membuat


gejala lebih baik? Apa yang membuat gejala lebih buruk?

Quality

Seperti apa sesak yang dirasakan? Bisakah anda


menjelaskan?

Region

Diamana daerah yang terasa sesak? Apa menyebar


kedaerah lain?

Severity

Bagaimana intensitas gejala ini? Apakah yang teringan dari


sebelumnya? Atau saat ini adalah yang terburuk yang anda
rasaka?

Treatment

Apakah anda sedang menjalankan pengobatan atau terapi


saat ini?

Value

Jika anda dapat menilai dari 0-10 (0, tanpa sesak sekali
dan 10, sangat sesak sekali), nilai berapakah yang anda

Skala sesak nafas


Deskripsi

Nilai

Derajat

Tak terganggu oleh sesak saat bergegas berjalan atau


sedikit mendaki

Terganggu oleh sesak saat bergegas berjalan atau


sedikit mendaki

Ringan

Jalan lebih lambat dibanding orang yang seumur


karena sesak atau berhenti untuk bernafas saat jalan
santai

Sedang

Berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100 yard atau


setelah berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap

Berat

Terlampau sesak saat keluar rumah atau saat


berpakaian atau sesak saat mmelepas pakaian

Sangat
Berat

Posisi pasien
Orthopnea

Dypsnea yang terjadi pada posisi berbaring

Platipnea

Dypsnea yang terjadi pada posisi tegak dan akan membaik


jika pasien pada posisi berbaring

Trepopnea

Dypsnea yang terjadi jika pasien bertumpu pada satu sisi

Exertional
dypsnea

Dypsnea yang disebabkan karena pasie melakukan aktifitas


yang berat

Nocturnal
dypsnea

Dypsnea yang terjadi pada malam hari, biasanya pasien


akan terbangun dimalam hari

Pemeiksaan fisik

Inspeksi
Kontraksi otot bantu napas. Otot bantu napas di
leher dan otot-otot interkostal akan berkontraksi
pada keadaan obstruksi ringan hingga parah.
Asimetri gerakan dinding dada atau deviasi
trakea juga dapat dideteksi. Pada Tension
Pneumotorax-suatu keadaan gawat darurat-sisi
yang terkena akan membesar pada tiap inspirasi
dan trake terdorong ke sisi sebelahnya.

Tekanan
vena
jugularis.
peninggiannya
menandakan adanya peningkatan tekanan
atrium kanan.

Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan
dan jari, leher, dada, dan abdomen. Jari tabuh bisa
didapatkan pada kanker paru, abses paru, emfisema,
serta bronkoelaktasis.
Palpasi dada akan memberikan informasi tentang
penonjolan di dinding dada, nyeri tekan, gerakan
pernafasan yang simetris atau asimetris, derajat
ekspansi dada, dan untuk menentuka tactile vocal
fremitus.

Perkusi
Hipersonor.
Terjadi pada hiperinflasi pada serangan asma
akut, emfisema,pneumotoraks.
Redup(dullness).
Terjadi akibat konsolidasi paru atau efusi
pleura.

Auskultasi
Ronki kasar dan nyaring (coarse rales dan
wheezing) menunjukan obstruksi parsial atau
penyempitan saluran napas.
Ronki basah dan halus (fine, moist rales) berarti
parenkim paru berisi cairan.
Ronki bilateral (bilateral rales) disertai irama
gallop menunjukan gagal jantung kongestif
Sesak napas dengan sakit dada, kemungkinan
friction rub.

Penatalaksanaan

Hal terpenting adalah mengobati penyakit dasar serta


komplikasinya, misal:
Pneumonia dengan pemberian antibiotik
Asama dengan pemberian bronkodilator dan pengontrol
(kortikosteroid).

Tatalaksana simptomatis dypsnea


Pemberian oksigen 3 lt/menit untuk nasal, atau 5 lt/menit
dengan sungkup
Mengurangi aktifitas yang dapat menyebabkan sesak
dengan tirah baring.
Bronkodilator (theophylline)
Pada keaadan psikogenik dapat diberikan sedative
Edukasi
Psikoterapi

Pengobatan Farmakologi
Opioid
obat pilihan pertama dalam paliatif dyspnea pada
penyakit lanjut sebab apapun.
Kortikosteroid
Kortikosteroid terutama diindikasikan dengan
adanya obstruksi bronkus. Dimulai
deksametason pada 8 sampai 24 mg PO atau SC
atau IV setiap hari tergantung pada tingkat
keparahan dyspnea.

Neuroleptik
Neuroleptik berguna dalam dyspnea kronis.
Methotrimeprazine: dosis awal 2,5-5 mg setiap 8
jam dan titrasi untuk efek. dosis yang lebih tinggi
sampai 25 mg setiap 4 jam.
Benzodiazepin
Resep p.r.n. daripada jadwal rutin dosis, untuk
kecemasan yang parah dan pernafasan "serangan
panik". Lorazepam 0,5-2 mg 4h p.r.n.
Oksigen

Pengobatan non farmakologi


Konservasi energi dan kontrol napas
Ajarkan latihan relaksasi dan kontrol napas.
Aliran udara
Buka jendela dan pergerakan udara, seperti kipas
angin, bisa sangat membantu. udara dingin bertiup
di wajah cenderung memicu refleks di saraf
trigeminal, memberikan rasa bantuan dari dyspnea.
Lingkungan
Dingin dan melembabkan udara kering,
menghilangkan iritasi di udara

Positioning
Hindari kompresi perut atau dada bila
memposisikan.
Pendukung
Tawarkan dukungan psikososial dan / atau
konseling.
Alternatif terapi untuk relaksasi meliputi pijat,
terapi sentuhan, visualisasi,terapi musik.
Akupunktur atau akupresur.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai