Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir (Neonatus) merupakan salah satu kelompok
yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. beberapa bayi akan
mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukan gejala tonus
otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan
pernapasan yang tidak wajar berbeda halnya dengan bayi yang normal
saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera setelah tali pusat dijepit
bayi menangis merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi
stabil pada frekuensi 120 sampai 140 per menit dan sianosis sentral
menghilang dengan cepat. (Saifuddin AB, 2009)
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur, akibat menurunnya O 2 dan makin
meningkatnya CO2 sehingga menimbulkan akibat buruk pada bayi
baru lahir. Sedangkan asfiksia sedang apabila nilai apgar 4-6 dan
bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
(Dwienda R. dkk, 2014)
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) Pada
Tahun 2012, jumlah bayi yang lahir di dunia sebanyak 130 juta, dan
yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 4,9 juta (53,20%), dan
yang meninggal sebanyak 2,6 juta (26,80%). Pada Tahun 2013 jumlah
bayi yang lahir di dunia sebanyak 120 juta, yang mengalami asfiksia
(47%). Sedangkan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
masyarakat
dalam
penerapan
asuhan
kebidanan
khususnya
dan
mempelajari
status
kesehatan
yang
4. Diskusi
Mengadakan tanya jawab dengan dokter atau bidan yang
menangani langsung klien, serta berdiskusi dengan dosen
pengasuh atau pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran umum tentang karya tulis ini maka
penulis menyusun dengan sistematis sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
3. Tahap Bayi Baru Lahir
4. Reflek Fisiologis Bayi Baru Lahir
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c.
d.
e.
f.
(Kemenkes, 2014)
Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4
11
e.
f.
g.
h.
i.
j.
tampak sempurna.
Kuku agak panjang dan lemas.
Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
k.
l.
refleks.
Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik.
Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam,
pertama,mekonium berwarna kecoklatan. (Dwienda R., 2014)
12
j.
13
l.
sepanjang
hidup,
jika
tidak
ada
maka
3-6
bulan).
Tidak
adanya
gerakan
ini
14
4)
5)
6)
7)
: Skor 7-10
b) Adaptasi ringan-sedang
: Skor 4-6
c) Adaptasi berat
: Skor 0-3
Frekuensi
jantung
Kemampuan Tidak ada
bernafas
Tonus otot
Lumpuh
b.
c.
d.
e.
Refleks
Tidak ada
Warna kulit
Biru/pucat
Skor
1
<100 x/menit
2
>100 x/menit
Lambat/tidak teratur
Menangis kuat
Ekstremitas
agak Gerakan aktif
fleksi
Gerakan sedikit
Gerakan
kuat/melawan
Tubuh kemerahan / Seluruh tubuh
ekstremitas biru
kemerahan
15
badan / metelin.
b) Lakukan penilaian dari hasil pengukuran, dengan
f.
16
tengkorak.
Sefal
hematom
akan
menghilang
dengan
yang melebar.
4) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil berwarna
putih.
5) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya edema
h.
i.
17
kemampuan
refleks
k.
l.
(seperti
skoliosis;
meningokel; spina bifida) dengan cara bayi diletakkan dalam
posisi etngkurap, kemudian tangan pemeriksa meraba
sepanjang tulang belakang.
18
o.
p.
19
a.
b.
Kejang
c.
d.
e.
f.
Merintih
g.
h.
i.
j.
20
b.
c.
d.
e.
adalah
keadaan
yang
merupakan
21
ke
22
yang
kemudian
diikuti
penutupan
duktus
arteriosus.
jika
diberikan
rangsangan
5) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan
b. Asfiksia Sedang (nilai apgar 4-6)
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit
2) Usaha napas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bias bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan
5) Bayi tampak sianosis
23
24
gas
dan
transport
O2
sehingga
penderita
25
koma
karena
beberapa
hal
diantaranya
b. Tahap II (Ventilasi)
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru
dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar
bisa bernapas spontan dan teratur.
26
1) Pasang sungkup
Pasang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2) Ventilasi 2 kali
Lakukan peniupan dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal
tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai
bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka.
3) Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah
dada bayi mengembang.
4) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a) Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau
pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali
dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi
mulai bernapas spontan
b) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau
peremasan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
napas.
c) Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap
d) Lihat dada apakah ada retraksi dnding dada bawah
e) Hitung frekuensi napas permenit
27
f) Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat,
jangan ventilasi lagi
g) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit dada ibu dan
lanjutkan asuhan bayi baru lahir
h) Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
i) Katakan pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar
akan membaik
j) Lakukan asuhan pasca resusitasi
k) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan
ventilasi.
5) Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
ulang napas
a) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan
20 cm air)
b) Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi
apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap.
c. Tahap III (Asuhan Pasca Resusitasi)
1) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
a) Tidak dapat menyusu
b) Kejang
c) Mengantuk atau tidak sadar
d) Nafas cepat (> 60 kali permenit)
e) Merintih
28
3) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada
Ibunya dengan cara:
a) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti
keduanya
b) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
c) Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih
sayang.
4) Pencegahan hipotermi
a) Membaringkan bayi dalam ruangan > 250C
b) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
c) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
d) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka
selimut bayi sebagian-sebagian.
5) Pemeliharaan pemberian oksigen 1 liter permenit.
6) Pencegahan infeksi
a) Memberikan salep mata antibiotika
b) Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL
intramuscular, 1 jam setelah pemberian vit K
29
30
pengambilan
keputusan
yang
berfokus
pada
pasien.
(Megasari M, 2015)
b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Ambarwati, 2008; Muslihatun, 2009)
c. Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan
kebidanan. (Hani Ummi, 2010)
d. Manajemen kebidanan memperkenalkan
sebuah
metode
31
langkah
ini
dilakukan
identifikasi
terhadap
yang
telah
dikumpulkan.
Data
dasar yang
telah
d.
tertentu
pasien
membutuhkan
tindakan
segera.
32
dari
proses
penatalaksanan
kebidanan
f.
(Purwandari, 2008)
Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilakukan secara
efisien dan aman. Rencana ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian oleh pasien, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaannya
(Muslihatun, 2009)
Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
33
yang
mengorganisasi
temuan
dan
kesimpulan
menjadi suatu rencana asuhan. (Purwandari, 2008)
3) Dokumentasi kebidanan didalamnya tersirat proses berpikir
yang sistematis seorang bidan dalam menhadapi seorang
klien sesuai langkah-langkah dalam proses manajemen
kebidanan. (Hani Ummi, 2010)
4) Dokumentasi kebidanan merupakan
meliputi
status
kesehatan
pasien,
informasi
lengkap
kebutuhan
pasien,
urutan
kebidanan
(Syafrudin, 2009)
SOAP
kejadian
sampai
pasien
pulang
dari
masuk
atau
pulih.
34
alur
berpikir
saat
data
yang
berhubungan / masalah
dari
sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan
yang
akan
berhubungan
langsung
dengan
35
Menggambarkan
interprestasi
data
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
dalam suatu
identifikasi:
a) Diagnosa/masalah.
b) Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi / kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah
2, 3, dan 4 Varney.
4) Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan
Evaluasi perencanaan (E) berdasarkan analisa sebagai
langkah 5, 6, dan 7 Varney. (Dwienda R, 2014)
BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. H DENGAN
ASFIKSIA SEDANG DI PUSTU PATTIRO
RIOLO
KEC. SIBULUE
KAB. BONE
No. Register
: 2804015
Tanggal Lahir
Tanggal Pengkajian
36
b.
Nama
: Bayi.H
Tanggal, Jam
Anak ke
: I (Pertama)
Jenis Kelamin
: (Perempuan)
Identitas Ibu/Ayah
: Ny.H / Tn.A
Umur
: 34 Tahun / 38 Tahun
Nikah / Lamanya
: 1 kali / 6 Tahun
Suku
: Bugis / Bugis
Agama
: Islam / Islam
Pendidikan
: SMP / SMP
Pekerjaan
41
: IRT / Petani
Alamat
: Tanggal 02 - 08 - 2014
3) TP
: Tanggal 09 - 05 - 2015
4) Usia kehamilan
: 37 Minggu 3 Hari
37
28 x/ menit
b) Denyut jantung : Frekuensi 148 x/menit
c) Warna kulit
d) Apgar Score
: 7/8
2) PBL
: 49 cm (Normalnya 45 50 cm)
38
3) Lingkar kepala
4) Lingkar dada
5) Jenis kelamin
: Perempuan
b. Pemeriksaan Fisik
1.
Kepala
a) Rambut
b) Sutura
2. Mata
a) Kesimetrisan
b) Skrela
: Tidak ikterus
c) Konjungtiva
39
a) Gerakan dada
b) Tonjolan/tulang dada
: Tidak ada
: Putih / berpilin
8. Genetalia/anus
a) Labia mayora menutupi labia minora
b) Lubang anus (+)
9. Ekstremitas
a) Tangan
1. Pergerakan
: Lemas
2. Jari tangan
3. Refleks menggenggam
: Baik
b) Kaki
1. Pergerakan
: Lemas
2. Jari kaki
40
:-
DO :
a. Bayi lahir tidak segera menangis
b. Tubuh kemerahan dan ekstremitas bawah biru/pucat
c. Bibir pucat
d. Banyak lendir pada hidung dan mulut
e. Apgar Score 7/8
Analisa dan interpretasi data
Bayi dengan asfiksia,yaitu adalah keadaan bayi yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan
O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut. (Dwienda R., 2014; Manuaba, 2010)
.
C. Langkah III Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Antisipasi terjadi asfiksia berat
DS : DO :
41
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
paru yang
Diagnosa potensial
42
b.
c.
d.
e.
Refleks positif
3. Intervensi
Tanggal 28 April 2015, jam 14.30 Wita
1. Observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital khususnya.
Rasional : Dengan observasi tanda-tanda vital dapat mengidentifikasi kemungkinan penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
agar
memudahkan
dalam
kenangan
selanjutnya
2. Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
Rasional : Perawatan bayi dengan tubuh terbungkus dapat
terhindar dari konduksi dan evaporasi.
3. Atur posisi bayi dengan kepala pada posisi menghidu dengan
menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
Rasional : Agar cairan tidak teraspirasi dan pernapasan menjadi
lancar.
4. Bersihkan jalan nafasdari lendir dengan menggunakan de lee/balon
karet.
Rasional : Untuk kelancaran proses respirasi sehingga bayi dapat
bernafas teratur.
5. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dan menyelimuti bayi dengan selimut bersih dan kering.
Rasional : Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai
bernafas dan mencegah kehilangan panas pada bayi
melalui evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi
6. Lakukan rangsangan taktil.
Rasional : Dengan rangsangan taktil diharapkan segera menangis.
43
dari
hasil
yang
diharapkan
serta
44
3. Jam 15.40 wita, Mengatur posisi bayi dengan kepala pada posisi
menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala
sedikit ekstensi.
4. Jam 15.45 wita, Membersihkan jalan nafasdari lendir dengan
menggunakan de lee/balon karet.
5. Jam 15. 50 wita, Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya dan menyelimuti bayi dengan selimut
bersih dan kering.
6. Jam 15.55 wita, Melakukan rangsangan taktil.
7. Jam 16.10 wita, Mengobservasi keadaan umum bayi dan tandatanda vital khususnya pernapasan.
8. Jam 16.15 wita, Pelaksanaan pemberian oksigen sesuai dengan
kebutuhannya.
9. Jam 16.20 wita, Memberikan kebutuhan cairan 60 cc/kg BB.
10. Jam 16.30 wita, Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara
on demand dan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
11. Jam 16.40 wita, Memberikan Vitamin K secara Intramuskular.
12. Jam 16.50 wita, Melakukan perawatan tali pusat dengan cara
mengoleskan bethadine pada ujung luka tali pusat kemudian
bungkus dengan kasa steril.
13. Jam 16.55 wita, Merawat bayi didalam inkubator.
G. Langkah VII Evaluasi
Tanggal 28 April 2011, jam 17.00 Wita
1. Asfiksia sedang dapat teratasi, ditandai dengantanda-tanda vital :
a. Bayi menangis kuat
b. Pernapasan bayi 32 x /menit
c. Frekuensi jantung teratur 140 x /menit
d. Warna kulit kemerahan
45
46
KEC. SIBULUE
KAB. BONE
No. Register
: 2804015
Tanggal Lahir
Tanggal Pengkajian
Identitas Pasien
1. Identitas Bayi
Nama
: Bayi.H
Tanggal, Jam
Anak ke
: I (Pertama)
Jenis Kelamin
: (Perempuan)
2. Identitas Ibu/Ayah
: Ny.H / Tn.A
Umur
: 34 Tahun / 38 Tahun
Nikah / Lamanya
: 1 kali / 6 Tahun
Suku
: Bugis / Bugis
Agama
: Islam / Islam
Pendidikan
: SMP / SMP
Pekerjaan
: IRT / Petani
Alamat
41
47
ASSESMENT (A)
1. Bayi lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan 37 Minggu 3 Hari
48
keadaan
umum
bayi
dan
tanda-tanda
vital
khususnya.
Hasil : Seperti frekuensi jantung : 148 x/menit, suhu badan : 36,6
o
C,
ekstremitas biru.
2. Mempertahankan duhu tubuh bayi agar tetap hangat.
Hasil : Bayi terbungkus dengan kain bersih dan kering.
3. Mengatur posisi bayi dengan kepala pada posisi menghidu dengan
menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
Hasil : kepala bayi dalam posisi sedikit ekstensi.
4. Membersihkan jalan nafas dari lendir dengan menggunakan de
lee/balon karet.
Hasil : Lendir telah dikeluarkan dari mulut dan hidung.
5. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dan menyelimuti bayi dengan selimut bersih dan
kering.
Hasil : Badan bayi telah dikeringkan dan terbungkus oleh kain
bersih dan kering.
6. Melakukan rangsangan taktil.
Hasil : Bayi mulai menagis.
7. Mengobservasi keadaan umum
bayi
dan
tanda-tanda
vital
khususnya pernapasan.
Hasil : Pernafasan 32x/menit, frekunsi jantung 140x/menit , suhu
36,7C dan kulit agak kemerahan.
8. Pelaksanaan pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhannya.
Hasil : Terpasang oksigen dengan volome 2 liter/menit.
9. Memberikan kebutuhan cairan 60 cc/kg BB.
49
50
KEC. SIBULUE
KAB. BONE
51
52
KEC. SIBULUE
KAB. BONE
: 142 x/menit
b. Pernapasan
: 36 x/menit
c. Warna kulit
53
PLANNING (P)
Tanggal 30 April 2015, jam 10.00 Wita
1. Memperhatikan suhu tubuh bayi
tetap
54
BAB IV
PEMBAHASAN
segera
dan
kolaborasi,
perencanaan
tindakan
asuhan
55
56
tinjauan
yang
pustaka
mungkin
diidentifikasikan
terjadi
pada
bayi
adanya
H
masalah
berdasarkan
dari
badan,
membersihkan
jalan
napas,
melakukan
57
pembahasan
rencana
asuhan
bersama
sesuai d engan
pasien
sebelum
kebidanan
berdasarkan
diagnosa/masalah
aktual
dan
58
langkah-langkah
tersebut
benar-benar
terlaksana.
(Muslihatun, 2009).
Pada studi kasus bayi H dengan asfiksia sedang semua
tindakan yang telah direncanakan sudah dilaksanakan seluruhnya
dengan baik, tanpa hambatan karena kerjasama dan penerimaan yang
baik dari keluarga klien dan petugas kesehatan yang ada diruang bayi.
Hal ini menunjukkan bahwa ada kesamaan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan
studi kasus dilahan praktek sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan teori dan kasus
G. Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada tinjauan manajemen asuhan kebidanan evaluasi. Pada
langkah ini dilakukan evaluasi keaktifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah
benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. (Muslihatun, 2009).
59
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
untuk
meletakkan
bayi
dibawah
pemancar
panas,
liter/menit.
5. Pada kasus bayi H dengan asfiksia sedang, perencanaan yang
lakukan yaitu keringkan tubuh bayi, ganti kain yang basah dengan
kain yang kering dan bersih kemudian membungkus tubuh bayi,
66
61
pengetahuan
tentang
kebidanan
khususnya
tentang
menjadi sehat.
2. Bagi Puskesmas Pembatu
Diharapkan dapat menjalin kerjasama lintas program maupun lintas
sektoral sehingga diperoleh hasil yang optimal serta memberikan
pelayanan Asuhan kebidanan yang sangat profesional yaitu dengan
cara penyuluhan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan ibu
62
63
DAFTAR PUSTAKA
Kandungan Dan
Neonatus
Bayi
dan
Balita.
Fitramaya.
64