Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

PENYAKIT EKSTANTEMA
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit Umum Daerah
dr Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun Oleh:

Meidia Khusnul Khatima


1407101030270
Pembimbing:

dr. Raihan Sp.A(K)

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan
judul Penyakit Eksantema. Shalawat beriringkan salam penulis sampaikan kepada
baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia menuju masa yang
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Laporan kasus ini merupakan salah satu
tugas dalam menjalankan Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Raihan Sp.A(K) yang
telah bersedia membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
terhadap referat ini. Semoga referat ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.

Banda Aceh, Juni 2016

Meidia Khusnul Khatima

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
......................................................................................................................
......................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
......................................................................................................................
......................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
......................................................................................................................
......................................................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1

BAB II LAPORAN KASUS


2. 1.Identitas Pasien
3
2. 2.Anemnesis
3
2.2.1. Keluhan Utama
3
2.2.2. Keluhan Tambahan
3
2.2.3. Riwayat Penyakit Sekarang
3
2.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
4
2.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga
4
2.2.6. Riwayat Penggunaan Obat
4
2.2.7. Riwayat Kehamilan
4
2.2.8. Riwayat Persalinan
4
2.2.9. Riwayat Imunisasi dan Makanan
4

2. 3.Status Internus
4
2. 4.Pemeriksaan Fisik
5
2. 5.Status Neurologis
7
2. 6.Pemeriksaan Penunjang
7
2. 7.Diagnosa Banding
8
2. 8.Diagnosis Kerja
8
2. 9.Penatalaksanaan
8
2. 10.........................................................................................
Planning
8
2. 11.........................................................................................
Prognosis
8
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan
9
DAFTAR PUSTAKA
15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejumlah besar penyakit pada anak memiliki manifestasi pada kulit, yang
merupakan bagian tubuh terluas dan paling mudah diamat. Salah satu manifestasi
klinis yang sering dijumpai adalah timbulnya ruam kemerahan. Ruam kemerahan
dapat disebabkan oleh proses setempat pada kulit, misalnya akibat penetrasi suatu
mikoorganisme pada stratum korneum yang selanjutnya bermultiplikasi secara
lokal, namun dapat pula merupakan bagian dari suatu penyakit yang bersifat
sistemik. Lebih dari 50 infeksi virus serta beberapa infeksi bakteri dan juga parasit
dapat menyebabkan terjadinya ruam kemerahan pada kulit seorang anak. Ruam
dapat terjadi pada penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi, misalnya
pada kasus reaksi obat. Ruam kemerahan pada kulit diketahui paling sering dalam
bentuk penyakit eksantema.1,2,3
Penyakit eksantema merupakan suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai
erupsi difus pada kulit yang berhubungan dengan penyakit sistemik yang biasanya
disebabkan oleh infeksi. Mekanisme terjadinya lesi kulit adalah kerusakan dari sel
akibat invasi organisme patogen, produksi toksin oleh organisme dan juga respons
imun pejamu.4,5 Pada awal abad ke 20 yaitu pada era sebelum vaksinasi klasifikasi
penyakit eksantema didasarkan pada urutan kejadian dalam masa perkembangan
anak. Campak (measles/rubeola/morbili) disebut juga dengan first disease, demam
skarlet (scarlet fever) sebagai second disease, rubela (German measles) sebagai
third disease, forth disease digambarkan oleh Duke tapi tidak dianggap sebagai
golongan tersendiri karena bermanifestasi seperti demam skarlet dan juga rubela,
eritema infeksiosa sebagai fifth disease, dan terakhir roseola infantum sebagai
sixth disease.4,5,6
Klasifikasi diatas sekarang tidak digunakan lagi oleh karena telah ditemukan
lebih dari 50 organisme baik virus, bakteri, riketsia, sebagai penyebab penyakit
eksantema pada anak. Penyebab penyakit eksantema sebagian besar adalah virus
dan bentuk morfologik yang mirip satu sama lain membuat kita sulit menentukan
etiologi berdasarkan klinis.7,8 Karena penyakit virus bersifat ringan dan juga self
limited, etiologi spesifik tidak begitu diperlukan. Pada kasus tertentu diagnosis

etiologik yang spesifik sangat diperlukan yaitu pada kasus eksantema yang timbul
selama masa kehamilan, kasus imunokompromais, dan pada keadaan epidemi. 7,9
Di lain pihak pembedaan etiologik antara penyebab bakteri dan riketsia penting
dilakukan karena pengobatannya berbeda, terutama yang bersifat fatal.10
Terdapatnya ruam kemerahan, terutama dalam bentuk eksantema, sering kali
menimbulkan kekhawatiran pada orangtua. Hal ini disebabkan karena ruam pada
eksantema timbul secara serentak dalam waktu singkat dan umumnya didahului
oleh demam. Dalam praktek sehari-hari penyakit eksantema seringkali dianggap
sebagai penyakit kulit biasa sehingga pasien umumnya langsung dirujuk ke dokter
spesialis kulit. Manifestasi penyakit eksantema yang kerap membingungkan juga
menambah kecenderungan untuk dilakukannya rujukan tersebut. Hal demikian
sebenarnya merupakan tindakan yang kurang tepat dikarenakan penyakit dengan
eksantema tidak selalu merupakan penyakit kulit yang bersifat lokal, terlebih lagi
bila didahului oleh demam. Oleh karena itu seorang dokter spesialis anak dan
dokter umum seyogyanya memiliki cara pandang dan pola berpikir secara terpadu
dan komprehensif agar mampu mengidentifikasi ruam yang pada dasarnya adalah
bagian dan suatu penyakit sistemik.11,12 Berdasarkan laporkan diatas, penulis ingin
menuliskan laporan kasus mengenai penyakit ekstantema pada anak yang terjadi
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama

: Ananda Shahwina

Jenis kelamin

: Perempuan

Tanggal lahir

: 25 Mei 2002

Umur

: 14 tahun

Alamat

: Aceh Besar

No. CM

: 1091558

BB

: 50 kg

TB

: 165 cm

Tanggal Masuk

: 26/5/2016 pukul 19.00 wib

Tanggal pemeriksaan

: 26/5/2016 pukul 19.30 wib

2.2. Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Demam

2.2.2 Keluhan Tambahan


Ruam kemerahan

2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang
lalu. Demam yang dikeluhkan naik turun dengan suhu badan

meningkat terutama sore hari dan malam hari. Demam turun


dengan obat penurun panas. Demam tidak disertai menggigill
maupun kejang. Demam disertai dan diawali batuk, pilek, sakit
tenggorakan. Mata berair (-). Batuk berdahak, kental bewarna
putih dan tidak berbau. Pasien juga mengeluhkan muncul bintik
kemerahan pada bagian tubuh sejak 1 hari yang lalu. Awalnya
bintik kemerahan muncul di area wajah, leher, belakang telinga
menyebar ke dada, perut dan bagian tubuh lainnya. Pasien juga
mengeluhkan pilek dengan sekret minimal encer tanpa disertai
sesak. BAK dan BAB dalam batas normal. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan sakit perut sebelah tengah kiri dan juga muntah
berisi makanan sebanyak 2 kali 1 hari lalu. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi makanan, debu, cuaca, dan lainnya,

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti sekarang
ini.

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.
Pasien merupakan santri salah satu pesantren Banda Aceh dan
diakui teman sekamar pasien ada yang mengeluhkan hal yang
sama dengan pasien.

2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat


Pasien mengkonsumsi paracetamol syr, vitamin A, bedak
salicil.

2.2.7 Riwayat Kehamilan


Pasien merupakan anak kedua, ANC teratur di dokter
spesialis kandungan.

2.2.8 Riwayat Persalinan


Pasien anak ke-2, lahir spontan pervaginam, dengan bbl
2800 gram, segera menangis dan tidak ada kebiruan saat lahir.

2.2.9 Riwayat Imunisasi dan Makanan


Pasien imunisasi lengkap. Pada usia 0-6 bulan pasien
mendapatkan ASI, 6-2 tahun mendapatkan ASI + Susu formula +
MP-ASI, 2 tahun sampai sekarang mendapatkan susu formula +
makanan keluarga.

2.3. Status Internus


Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 38,0oC
Pernafasan
: 20 x/menit
BBS
: 50 kg
BBI
: 49 kg
Tinggi Badan
: 165cm
BB/U
: 50/49 x 100% = 102% (Gizi Baik)
TB/U
: 165/161 x 100% = 102% (tinggi baik)
BMI/U
: 18,3/18,8 x 100 % = 97 % (Gizi baik)
Status Gizi
: Gizi Baik
Kebutuhan cairan
Holiday segar, BB 50 kg
= 1500 + 600 ml
= 2100 ml
= 2100 ml/hari

Kebutuhan kalori
(usia 13-14 thn)

= (35-43) x BBI
= (35-43) x 49
= 1715-2107 kkal/hari

Kebutuhan protein
(usia 13-14 thn)

= 1 x BBI
= 1x 49
= 49 gr/hari

2.4. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Kulit
Warna
Turgor
Sianosis
Ikterus
Oedema

: Kuning langsat
: Cepat kembali
: Negatif
: Negatif
: Negatif

Pemeriksaan Kepala
Kepala
Rambut
Wajah
Mata

: Normocepali
: Hitam, sukar dicabut
: Simetris (+), muka tampak tua (oldman face)
: Conjunctiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
RCL (+/+), RCTL (+/+), Pupil bulat isokor, 3
mm/3 mm
Mata berair (-), konjuntivitis (-)

Telinga
Hidung
Mulut
o Bibir
o Lidah
o Tonsil
o Faring

: Serumen (-/-)
: Sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
: Simetris, kering (-), sianosis (-)
: Simetris, tremor (-), hiperemis (-), kesan kotor/putih (-)
Bercak putih kelabu dilidah (+), faring hiperemis (+)
: Hiperemis (-/-), T1/T1
: Hiperemis (-)

Pemeriksaan Leher
Inspeksi

: Simetris, retraksi (-), ruam kemerahan

(+)
Palpasi

: TVJR-2cmH2O, pembesaran KGB (-)

Kuduk kaku (+)


Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
o Statis
o Dinamis

: Simetris, bentuk normochest, iga tampak jelas


: Pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium

(-),
iga tampak jelas (-)
Paru
Inspeksi

: Simetris saat statis dan

dinamis, iga tampak jelas (-)


Kanan

Kiri

Palpasi

Fremitus N

Fremitus N

Perkusi

Sonor

Sonor

Auskultasi

Vesikuler Normal

Vesikuler Normal

Ronchi (-) wheezing (-)

Ronchi (-) wheezing


(-)

Jantung
Auskultasi

: BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Simetris, luka memar pada abdomen (-)

Palpasi

: Nyeri tekan abdomen (-), defans muscular (-)

Hepar

: Tidak teraba

Lien

: Tidak teraba

Ginjal

: Ballotement (-)

Perkusi

: Timpani, shifting dullness (-), tapping pain (-)

Auskultasi

: Peristaltik 3x/menit, kesan normal

Tulang Belakang
Bentuk

: Simetris

Nyeri tekan

: Negatif

Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB

: Tidak ditemukan

Ekstremitas

Sianos
is
Oede
ma
Fraktu
r

Superior
Kanan

Kiri

Inferior
Kanan

Kiri

2.5. Status Neurologis


GCS

: E4 M6 V5

Pupil

: Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm

Reflek Cahaya

: Langsung (+ /+), tidak langsung

(+/+)
Tanda Meningeal

: Negatif

Nervus Cranial

: Dalam batas normal

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium darah rutin
Hemoglobin

: 12,5 g/dL

Hematokrit

: 38

Eritrosit

: 4.6 x 106/mm3

Leukosit

: 16.3 x 103/mm3

Trombosit

: 301 x 103/mm3

Diftel

: 6/0/0/83/6/5 %

Anti Dengue IgG

: Negatif

Anti Dengue IgM

: Negatif

Natrium

: 141 mmol/L

Kalium

: 3.6

Klorida

: 103 mmol/L

Glukosa Darah Sewaktu

: 96

mg/dl

Ureum

: 20

mg/dl

Kreatinin

: 0.53 mg/dl

mmol/L

2.7. Diagnosa Banding


Obs Febris ec dd/
1. Eksantema
2. Rubella
3. Scarlet Fever
Gastritis
Tonsilofaringitis

2.8. Diagnosa Kerja


Febris ec eksantema + gastritis + tonsilofaringitis
2.9. Penatalaksanaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

IVFD 2:1 10 gtt/ i makro


Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Paracetamol 3 x 500 mg
Vit A 1 x 200.000 IU
Bedak salicyl
Diet MB 1700 kkal+ 100 gr protein, dibagi dalam 3 kali pemberian

2.10. Planning
1. Kurva demam
2. Urinalisa

2.11. Prognosis
Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad functionam

: Bonam

Quo ad Sanactionam : Bonam

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Dari anamnesis, pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang
lalu. Demam yang dikeluhkan naik turun dengan suhu badan meningkat terutama
sore hari dan malam hari. Demam turun dengan obat penurun panas. Demam tidak

disertai menggigill maupun kejang. Demam disertai dan diawali batuk, pilek, sakit
tenggorakan. Mata berair (-). Batuk berdahak, kental bewarna putih dan tidak
berbau. Pasien juga mengeluhkan muncul bintik kemerahan pada bagian tubuh
sejak 1 hari yang lalu. Awalnya bintik kemerahan muncul di area wajah, leher,
belakang telinga menyebar ke dada, perut dan bagian tubuh lainnya. Pasien juga
mengeluhkan pilek dengan sekret minimal encer tanpa disertai sesak. BAK dan
BAB dalam batas normal. Selain itu, pasien juga mengeluhkan sakit perut sebelah
tengah kiri dan juga muntah berisi makanan sebanyak 2 kali 1 hari lalu. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi makanan, debu, cuaca, dan lainnya,
Berdasarkan keluhan diatas, pasien memiliki gejala klinis berupa demam
dan ruam kemerahan pada kulit. Pada dasarnya, ruam kemerahan pada kulit paling
banyak dikategorikan menjadi penyakit eksantema. Berdasarkan dari pemeriksaan
fisik dan juga anamnesia, keluhan dari pasien mengarahkan kepada kemungkinan
penyakit ekstantema tipe campak atau rubella atau scarlet fever. Pada dasarnya,
klasifikasi dari penyakit eksantema akut pada anak adalah sebagai berikut:
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

Gambaran eritema makulopapular.


Campak
Campak atipik
Rubela
Scarlet fever
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)
Staphylococcal toxic shock syndrome
Meningococcemia
Tifus dan tick fever
Toksoplasmosis
Infeksi sitomegalovirus
Eritema infeksiosum
Roseola infantum
Infeksi enterovirus
Infeksi mononucleosis
Eritema toksik
Erupsi obat
Sunburn
Miliaria
Mucocutaneus lymph node syndrome (Penyakit Kawasaki)
Gambaran erupsi papulovesikular
Infeksi varisela zoster
Variola
Eksema herpetikum
Eksema vaksinatum
Infeksi virus coxsackie

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Campak atipik
Rickettsialpox
Impetigo
Gigitan serangga
Urtikaria popular
Erupsi obat
Moluskum kontagiosum
Dermatitis herpetiformis

1. Campak (measles/rubeola/morbili)
Etiologi dari campak adalah morbillivirus yang termasuk ke dalam famili
paramixoviridae dengan masa inkubasi antara 14 sampai 21 hari. Masa penularan
dari kuman campak adalah dua hari sebelum gejala prodromal sampai empat hari
timbulnya erupsi melalui droplet. Manifestasi klinis penyakit campak adalah:4.5,7
a. Masa prodromal antara 2-4 hari yang ditandai dengan demam 38,4-40,6C,
koriza, batuk, konjungtivitis, bercak Koplik.
b. Bercak Koplik timbul 2 hari sebelum dan sesudah erupsi kulit, terletak pada
mukosa bukal posterior berhadapan dengan geraham bawah, berupa papul
warna putih atau abu-abu kebiruan dengan bagian di atas dasar bergranulasi
atau eritematosa.
c. Demam sangat tinggi di saat ruam merata dan menurun dengan cepat setelah
2-3 hari timbulnya eksantema.
d. Dapat disertai adanya adenopati generaliata dan splenomegali.
e. Eksantema timbul pada hari ke 3-4 masa prodromal, memudar setelah 3 hari
dan meng-hilang setelah 6-7 hari.
f. Erupsi yang dimulai dari belakang telinga dan perbatasan rambut kepala
kemudian menyebar secara sentrifugal sampai seluruh badan pada hari ke-3
eksantema.
g. Eksantema berupa papul eritematosa berbatas jelas dan nanti berkonfluensi
menjadi bercak yang lebih besar, tidak gatal dan kadang disertai purpura.
h. Bercak menghilang disertai dengan hiperpigmentasi bewarna kecoklatan dan
deskuamasi ringan yang menghilang setelah 7-10 hari.
i. Black measles merupakan keadaan yang berat dari campak, terdapat demam
dan delirium diikuti penekanan fungsi pernafasan dan juga erupsi hemoragik
yang luas.

Gambar 3.1. Pola karakteristik campak

Diagnosis dari penyakit campak dapat ditegakkan berdasarkan:8,13,14


a. Manifestasi klinis, tanda patognomonik bercak Koplik.
b. Isolasi virus dari darah, urin, atau sekret nasofaring.
c. Pemeriksaan serologis, titer antibodi 2 minggu setelah timbulnya penyakit
Komplikasi dari penyakit campak dapat berupa otitis media, ensefalomielitis
dan mastoiditis, pneumonia, subacute sclerosing panenchephalitis. Pada dasarnya,
terapi dari penyakit campak dapat berupa terapi suportif dengan pemberian dari
vitamin A 2 x 200.000 IU dengan interval 24 jam. Sementara itu, pencegahannya
berupa vaksinasi bersama rubela dan mumps (MMR) pada usia 15-18 bulan dan
ulangan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun.
2. Rubela (German Measles)
Etiologi penyakit ruberlla adalah rubivirus yang termasuk dalam famili dari
togaviridae, virus RNA dengan masa inkubasi antara 14-21 hari dan dengan masa
penularan yaitu sejak akhir masa inkubasi sampai 5 hari setelah timbulnya ruam.
Cara penularannya adalah melalui droplet. Manifestasi klinis dari rubella adalah
sebagai berikut:4,5,7
a. Masa prodromal 1-5 hari yang ditandai dengan demam subfebris, malaise,
anoreksia, konjungtivitis yang ringan, koriza, nyeri tenggorokan, batuk dan
limfadenopati. Gejala cepat menurun setelah hari pertama timbulnya ruam.
b. Demam berkisar 380C 38,70C. Biasanya timbul dan menghilang bersamaan
dengan ruam kulit.
c. Enantema pada rubela (Forschheimer spots) yaitu ditemukan pada periode
prodrodromal sampai satu hari setelah timbulnya ruam, berupa bercak pin
point atau lebih besar, warna merah muda, tampak pada palatum mole
sampai uvula. Bercak Forsch heimer bukan tanda patognomonik.
d. Terdapat limfadenopati generalisata tapi lebih sering pada nodus limfatikus
suboksipital, retroaurikular atau suboksipital.
e. Eksantema berupa makulopapular, eritematosa, diskret. Pertama kali ruam
tampak di muka dan menyebar ke bawah dengan cepat (leher,badan, dan
ekstremitas) Ruam pada akhir hari pertama mulai merata di badan kemudian

pada hari ke dua ruam di muka mulai menghilang, dan pada hari ke tiga
ruam tampak lebih jelas di ekstremitas sedangkan di tempat lain mulai
menghilang.
Diagnosis dari penyakit rubella adalah melalui:15,16
a. Manifestasi klinis yaitu prodromal ringan, ruam menghilang dalam 3 hari,
limfadenopati retroaurikular dan suboksipital.
b. Isolasi virus, virus ditemukan pada faring 7 hari sebelum dan juga 14 hari
sesudah timbulnya ruam.
c. Serologis dapat dideteksi mulai hari ke tiga timbulnya ruam.

Gambar 3.2. Pola karakteristik rubella

Komplikasi dari penyakit rubella pada dasarnya jarang pada anak, dimana
komplikasi dapat berupa artritis, purpura danensefalitis. Terapi penyakit rubella
pada dasarnya adalah simptomatik dengan cara pencegahannya berupa vaksinasi
MMR.
3. Scarlet Fever (Scarlatina)
Pada dasarnya, etiologi penyakit scarlet fever merupakan Streptococcus beta
hemolyticus grup A dengan masa inkubasinya berkisar 1-7 hari, rata-rata 2 hari
dan menular melalui droplets dari pasien yang terinfeksi atau karier. Fokus infeksi
dari penyakit scarlet fever adalah faring dan tonsil, jarang pada luka operasi atau
lesi kulit. Manifestasi klinis dari scarlet fever berupa:4,5,7
a. Gejala prodromal berupa demam panas, nyeri tenggorokan, muntah, nyeri
kepala, malaise dan menggigil. Dalam 12 24 jam timbul ruam yang khas.
b. Tonsil membesar dan eritem, pada palatum dan uvula terdapat eksudat putih
keabu-abuan.

c. Pada lidah didapatkan eritema dan edema sehingga memberikan gambaran


strawberry tongue (tanda patognomonik).
d. Ruam berupa erupsi punctiform, berwarna merah yang menjadi pucat bila
ditekan. Timbul pertama kali di leher, dada dan daerah fleksor dan menyebar ke seluruh badan dalam 24 jam. Erupsi tampak jelas dan menonjol di
daerah leher, aksila, inguinal dan lipatan poplitea.
e. Pada dahi dan pipi tampak merah dan halus, tapi didaerah sekitar mulut
sangat pucat (circumoral pallor). Beberapa hari kemudian kemerahan di
kulit menghilang dan kulit tampak sandpaperyang kemudian menjadi
deskwamasi setelah hari ketiga.
f. Deskuamasi berbeda dengan campak karena lokasinya di lengan dan kaki.
Deskuamasi kemudian akan mengelupas dalam minggu 1-6.

Gambar 3.2. Pola karakteristik scarlet fever

Diagnosis dari scarlet fever ditegakkan berdasarkan:8,13


a. Manifestasi klinis
b. Kultur positif dari sekret nasofaring
c. Serologis; peningkatan kadar anti streptolisin O (ASTO).
Komplikasi dari penyakit scarlet fever adalah sbses tonsil, otitis media akut,
bronkopneumonia, dan jarang menjadi mastoiditis, osteomielitis atau septikemia.
Komplikasi lanjut adalah demam rematik dan glomerulonefritis akut. Terapi dari
penyakit scarlet fever berupa penisilin per oral/IV, eritromisin atau sefalosporin
yang diberikan sedini mungkin dan terapi suportif.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Hartley AH, Rasmussen JE. Infectious exanthems. Pe-diatric in review


1988; 9:321-9.

2.

Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Diag-nosis of acute


exanthematous diseases. Dalam: Krugman S, Katz SL, Gershon AA,
Wilfert CM. Infectious dis-eases of children. Edisi ke-9. St Louis: Mosby
Yearbook 1992. h. 631-9.

3.

Frieden IJ, Penneys NS. Viral infection. Dalam: Schachner LA, Hansen
RC, penyunting. Pediatric der-matology. Edisi ke-2. New york: Churchill
Livingstone,1995. h. 1257-94.

4.

Gable EK, Liu G, Morrell DS. Pediatric exanthems. Prim Care 2000;
27:353-69

5.

Tumbelaka AR. Pendekatan diagnostik penyakit eksantema pada anak.


Disampaikan pada Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak XI, Jakarta, 4-7
juli,1999.

6.

Krafchik BR. Viral exanthems. Dalam: Harper J, Oranje A, Prose N,


penyunting. Texbook of pediatric dermatol-ogy. London: Blackwell science
2000. h. 329-46

7.

Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI. Sari Pediatri;


2:43-7

8.

Cherry JD. Rubella. Dalam: Feigin RD, Cherry JD, penyunting. Texbook of
pediatric infectious disease. Edisi ke-3. Philadelphia: WB Saunders, 1992.
h. 1792-817

9.

Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Ru-bella (German


measles). Dalam: Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM.
Infectious diseases of chil-dren. Edisi ke-9. St Louis: Mosby year book
1992. h.381-456.

10.

American academy of pediatrics. Rubella. Red book: re-port of the


committee on infectious diseases. Edisi ke-25. American academy of
pediatrics 2000. h. 495-500

11.

Habif. Exanthems and drug eruption. Clinical Derma-tology. Edisi ke-3. St


Louis: Mosby 1996. h. 409-44

12.

Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Roseolainfantum


(exanthem subitum). Dalam: Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert
CM. Infectious diseases of chil-dren. Edisi ke-9. St Louis: Mosby yearbook
1992. h. 377-80.

13.

Cherry JD. Roseola infantum (exanthem subitum). Dalam: Feigin RD,


Cherry JD, penyunting. Texbook of pediatric infectious disease. Edisi ke-3.
Philadelphia: WB Saunders, 1992. h. 1789-92.

15.

Irving WL, Chang J, Raymond DR, Dunstan R, Grattan-Smith P,


Cunningham AL. Roseola infantum and other syndrome associated with
acute HHV 6 infection. Arch Dis Child 1990; 65:297-300

16.

Gershon DA, Hotez PJ, Katz SL. Infectious disease of children. 11 th ed,
Philadelphia,Mosby,2009.

Anda mungkin juga menyukai