Anda di halaman 1dari 4

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Data Yang Dikumpulkan


Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung.
Wawancara dilakukan kepada petugas laboratorium dan petugas

puskesmas

Tanjung Pinang, observasi langsung dilakukan pengamatan dalam pemeriksaan


BTA dalam sputum.
Data sekunder diperoleh dari pencatatan di buku register laboratorium TB
Puskesmas Tanjung Pinang berupa laporan pasien yang melakukan pemeriksaan
sputum BTA untuk menegakkan diagnosa TB paru.
3.2 Cara Pengambilan Data
a. Data primer
Penulis melakukan wawancara langsung kepada petugas laboratorium
Puskesmas Tanjung Pinang dan melakukan observasi dalam penemuan pasien
tuberkulosis paru puskesmas Tanjung Pinang kota Jambi tahun 2016.
b. Data sekunder
Pengumpulan data dilaksanakan 31 Mei-18 Juni 2016, data sekunder diperoleh
dari pencatatan di buku register laboratorium TB bulan Januari-Mei 2016 di
puskesmas Tanjung Pinang kota Jambi.
3.3 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual kemudian dianalisa untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, setelah itu ditentukan prioritas
masalah menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment),
kemudian dimasukkan dalam Fish Bone analyze, setelah mendapat penyebab
masalah yang paling dominan, kemudian dicari kemungkinan penyebab masalah
dan penyelesaiannya, selanjutnya ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan
MCUA, kemudian lihat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pemecahan masalah dan selanjutnya kegiatan monitoring dan evaluasi.

27

28

3.4 Formula Indikator, Analisa Indikator, dan Target


a. Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis di antara
Terduga TB
Adalah persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA
positif dan MTB positif) yang ditemukan di antara seluruh terduga yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan
sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria terduga. Angka
ini sekitar 5-15%.
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis
x 100
Jumlah seluruh terduga TB paru yang diperiksa
Bila angka ini terlalu kecil (<5%) kemungkinan disebabkan:

Penjaringan terduga TB terlalu longgar. Banyak orang yang tidak


memenuhi kriteria terduga TB, atau

Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu).

Bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan:

Penjaringan terlalu ketat, atau

Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu)

b. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara semua Pasien TB Paru


Tercatat/Diobati
Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semuapasien
Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritaspenemuan
pasien Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasienTuberkulosis paru
yang diobati.
Jumlah pasien TB paru BTA positif (baru+ kambuh)
x 100
Jumlah seluruh pasienTB( semua tipe)

29

Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih
rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).
c. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate/ CDR)
Adalah prosentase jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang diperkirakan ada
dalam wilayah tersebut. Case Detection Rate menggambarkan cakupan
penemuan pasien baru TB Paru BTA positif secara nasional. Indikator ini
masih digunakan untuk evaluasi pencapaian MDGs 2015 untuk program
pengendalian TB. Setelah tahun 2015, indikator ini tidak akan digunakan lagi
dan akan diganti dengan Case Notification Rate (CNR) sebagai indikator yang
menggambarkan cakupan penemuan pasien TB.
+

Perkiraan jumlah pasien baru TB paru BTA


Jumlah pasien baru TB paru BTA

Perkiraan jumlah pasien baru TB paru BTA positif diperoleh berdasarkan


perhitungan angka insidens kasus baru TB paru BTA positif dikali dengan
jumlah penduduk. Target CDR program pengendalian tuberkulosis nasional
minimal 90% pada tahun 2015.
d. Target Penemuan dan Pemeriksaan BTA
Dalam RPJMN 2015 - 2019, Indonesia memakai estimasi prevalensi TB
(semua tipe) sebesar 660 per 100.000 penduduk. Dengan menetapkan proporsi
pasien TB paru BTA positif (baru+kambuh) diantara semua pasien TB paru
(semua tipe) sebesar 65% (risiko penularan TB BTA positif), maka didapatkan
estimasi prevalensi TB paru BTA positif sebanyak 429 per 100.000 penduduk
(65% x 660 per 100.000 penduduk).
Target penemuan TB paru BTA positif merupakan estimasi prevalensi TB
paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk dikalikan standar pelayanan

30

minimalnya. Standar pelayanan minimal untuk penemuan TB paru BTA positif


dari dinas kesehatan kota Jambi adalah 100%. Sehingga untuk wilayah kerja
puskesmas Tanjung Pinang targetnya adalah sebesar 166 per 38.612
penduduk (14 per bulan).
Sedangkan target pemeriksaan sputum pada pasien terduga TB (suspek
TB) adalah 10 kali dari target penemuan TB paru BTA positif. Karena untuk
setiap 1 orang pasien TB BTA positif diperkirakan ada 10 suspect TB yang
harus dilakukan pemeriksaan. Sehingga untuk wilayah kerja puskesmas
Tanjung Pinang targetnya adalah sebesar 1660 per 38.612 penduduk (140
per bulan).

Anda mungkin juga menyukai