Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Demam berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue (arbovirus) yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Haryanto, 2010)
B. Etiologi
Virus dengue sejenis arbovirus
C. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dnding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik, apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoreksia jaringan, asidosis metabolic, dan kematian.
D. Klasifikasi
1. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif
2. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain
3. Derajat 3
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
4. Derajat 4
Denyut nadi dan tekanan darah tidk dapat diukur.
E. Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terurtama perdarahan bawah kulit, ptechie
3. Melena
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas
bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan
ban bekas. Tempat tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis
ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun
juga dapat terulang kapan-kapan.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak usia sekolah : 6 12 tahun
1) Tahap pertumbuhan :
Berat badan pada usia sekolah sebagai pedomannya adalah :
Tinggi badan : Umur (tahun) x 6 x 7
2) Tahap perkembangan :
Anak usia 5-6 tahun
a) menangkap bola kasti pada jarak 1 meter (MK)
b) membuat gambar segi 4 (MH)
c) Mengenal angka dan huruf serta berhitung (BBK).
d) Berpakaian sendiri tanpa dibantu (BM)
Tahap perkembangan Psikosexual menurut Sigmund Freud :
a) Fase laten (5-12 tahun )
anak masuk kepermulaan fase pubertas
periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan barbagai tuntutan
sosial, belajar disekolah, hubungan kelompok.
b) Fase tenang
Dorongan libido mereda sementara
Zone erotik berkurang
Anak tertarik dengan kelompok sebaya
c) Fase Idustri Vs Inferiority ( 6-12 tahun )
Berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian (prestasi/achievment). Anak
memperoleh kesenangan dari penyelesaian tugas / pekerjaan dan menerima
penghargaan untuk usaha/kepandaiannya. Jika anak tidak mendapat
penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memenuhi harapan orang
tuanya mka ia akan merasa rendah diri, kurang menghargai dirinya untuk
dapat berkembang. Jadi focus pada anak sekolah adalah pada hasil
prestasinya, pengakuan dan pujian dari keluarganya, tema n dan gurunya.
G. Pemeriksaan Fisik (persistem)
1. Sistem pernafasan
Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak nafas, pernafasan dangkal, cepat,
perdarahan melaui hidung.
2. Sistem persyarafan
Kondisi lanjut bisa terjadi penurunan kesadaran, gelisah, kejang.
3. Sistem kardiovaskuler
Perdarahan pada kulit, hidung, gusi, hematemesis dan atau melena,
Tachicardia,trombositopeni, leukopenia, hipotensi, syok, mengeluh akral dingin
Hemokonsentrasi ( peningkatan nilai hematokret > 20 % ), pusing.
4. Sistem pencernaan
mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada epigastrik,
nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen
tegang.
5. Sistem musculoskeletal
Nyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas.
6. Sistem urinary
Anuri / disuri, peningkatan Bj plasma
7. Sistem integument
Kulit kering, turgor menurun, panas / kedinginan
Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)
Beberapa diagnose keperawatan yang ditemukan pada klien DHF yaitu :
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
b) Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
sariawan rongga mulut, anoreksia, mual, muntah.
d) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
e)
f)
g)
h)
dinding plasma.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit
Cemas berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami klien.
Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam Suhu tubuh
dalam batas normal 36,5 C -37,5C.
Kriteria hasil : Keadaan umum baik,pasien bebas demem,pasien tampak rileks
Intervensi
1.
2.
3.
4.
f. Diagnosa Keperawatan VI
Tujuan
: Tidak terjadi shock hipovolemik. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi cyanosis, mukosa bibir lembab.
Intervensi
:
1. Pantau keadaan umum pasien.
R/ : Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda shock dan dapat segera ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
R/ : Tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3. Pantau tanda perdarahan.
R/ : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai shock
hipovolemik.
4. Cek hemoglobin, hematokrit, trombosit.
R/ : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darh yang dialami pasien sebagai
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5. Berikan tranfusi sesuai anjuran dokter.
R/ : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6. Kolaborasi dengan dokter bila tampak shock hipovolemik.
R/ : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.
g. Diagnosa Keperawatan VII
Tujuan
: Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Jumlah trombosit
meningkat.
Kriteria hasil : Keadaan umum klien baik, suhu normal, hasil laboratorium dalam batas
1.
2.
3.
4.
normal.
Intervensi
:
Pantau tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
R/ : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
R/ : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
R/ : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
R/ : memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta :
EGC
Yuliani, Rita. Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak : Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto