Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik fisika : meliputi densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu,
nilai kalor, distribusi ukuran.
10
Timbulan sampah
Pemilahan, pewadahan dan
pengolahan di sumber
Pengumpulan
Pemilahan dan
Pengolahan
Pemindahan
Pengangkutan
Tempat Pembuangan Akhir
11
sampah terpadu
-
12
13
14
Satuan
/orang/hari
/orang/hari
/orang/hari
/pegawai/hari
/pegawai/hari
/murid/hari
/m/hari
/m/hari
/m/hari
/m/hari
Volume (liter)
2,25 2,50
2,00 2,25
1,75 2,00
0,50 0,75
2,50 3,00
0,10 0,15
0,10 0,15
0,10 0,15
0,05 0,10
0,20 0,60
Berat(kg)
0,35 0,40
0,30 0,35
0,25 0,30
0,03 0,1
0,15 0,35
0,01 0,05
0,02 0,1
0,01 0,05
0,005 0,025
0,1 0,3
langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan sampah. Satuan timbulan sampah
15
biasanya dinyatakan dalam satuan skala kuantitas per orang atau perunit bangunan
dan lain sebagainya. Pada kota di negara berkembang, dalam memperhitungkan
besaran timbulan sampah, baiknya perlu diperhitungkan adanya faktor pendauran
ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga sampai di TPA.
Berdasarkan SNI 19-3983-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung besaran timbulan sampah, dapat digunakan angka timbulan
sampah sebagai berikut :
-
Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 3,25 liter/orang/hari = 0,7 0,8
kg/orang/hari
Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 2,75 liter/orang/hari = 0,625 0,7
kg/orang/hari.
Secara umum sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari sampah
rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut
sudah dapat dipergunakan untuk meliputi sampah lainnya seperti pasar, hotel, toko
dan kantor. Namun semakin besar sebuah kota maka sampah rumah tangga akan
semakin kecil porsinya dan sampah non rumah tangga akan lebih besar porsinya
sehingga diperlukan penyesuaian lanjut.
16
P = Cd . Cj . ............................................................................(2.2)
17
( 1+( ++)/3)
1+
....................................................................(2.4)
18
19
Tempat
Pembuangan
Akhir
Sumber Sampah
Gambar 2.2.Sistem pengumpulan sampah secara langsung
20
dalam gerobak atau becak pengumpul dan diangkut ke TPS. Dengan adanya
TPS ini maka proses pengumpulan sampah secara tidak langsung. TPS dapat
pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna mengurangi
jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir untuk lebih jelasnya
terlihat pada Gambar 2.3.
Sumber Sampah
Sumber Sampah
Tempat
Pembuangan
Sementara
Tempat
Pembuangan
Akhir
Sumber Sampah
Gambar 2.3. Sistem pengumpulan sampah secara tidak langsung
Jumlah penduduk
Kepadatan penduduk
hal berikut :
-
22
Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya.
23
Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul
tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya.
24
Pola komunal langsung biasanya menggunakan bak terbuka arm roll truk
25
Bagi kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 5%), dapat
digunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi
topografi > 5% dapat digunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil
beroda dan karung.
26
Kapasitas kerja.
Desain peralatannya.
27
f. Pengumpulan langsung
-
28
29
30
Kekurangan:
-
2. Becak sampah
Kekurangan:
31
3. Pick up sampah
Kekurangan:
-
32
33
34
Kekurangan:
- Harga dan perawatan lebih mahal.
35
36
37
Pc
Uc
D bc ........................................................................(2.6)
Keterangan :
15
0,068
b
Jam/km
0,011
0,014
0,019
0,025
0,037
(1) (1+2)
........................................................................(2.7)
38
Keterangan :
Nd = ............................................................................................(2.8)
Nd = jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).
(Ct
Uc)
(np
(Dbc)
..........................................(2.10)
Keterangan:
39
Keterangan:
Ct = . ..........................................................................................(2.11)
(kontainer/rit).
V = volume mobil pengumpul (m3/rit).
r = rasio kompaksi.
c = volume kontainer (m3/kontainer).
f = faktor penggunaan kontainer.
Waktu yang dipelukan per hari untuk sistem SCS dapat dihitung dengan
rumus berikut ( Enri, 2010):
H scs
(1 + 2) + ()
Keterangan :
(1)
.................................................................(2.12)
40
POOL
ISI
C(0)
KOSONG
C(0)
ISI
C(1)
KOSONG
C(1)
ISI
C(2)
KOSONG
C(2)
TPA
Gambar 2.11. Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara I
Pola pengosongan bak kontainer HCS cara I terlihat pada Gambar 2.11 dengan
proses pengangkutan sebagai berikut :
Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk
mengangkut sampah ke TPA.
Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
Demikian seterusnya sampai rit akhir.
41
Kontainer
POOL
ISI
C(0)
KOSONG
C(1)
ISI
C(1)
KOSONG
C(2)
ISI
C(2)
TPA
Gambar 2.12. Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara II
Pola pengosongan bak kontainer HCS cara II terlihat pada Gambar 2.12 dengan
proses pengangkutan sebagai berikut :
42
Kontainer
POOL
KOSONG
C(0)
ISI
C(0)
KOSONG
C(1)
ISI
C(1)
KOSONG
C(2)
ISI
C(2)
TPA
Gambar 2.13. Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara III
Pola pengosongan bak kontainer HCS cara III terlihat pada Gambar 2.13
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk
mengangkut sampah ke TPA.
Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju
lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa
kontainer isi untuk diangkut ke TPA.
Demikian seterusnya sampai ritasi terakhir.
43
Dump
Truk
POOL
Bak I
Bak II
Bak III
Bak IV
Bak - dst
TPA
Gambar 2.14. Pola Pengangkutan sampah sistem HCS
Pola pengangkutan sampah sistem SCS terlihat pada Gambar 2.14 dengan
proses pengangkutan sebagai berikut :
Kendaraan dari pool menuju sumber sampah pertama, sampah
dituangkan kedalam bak truk
Kendaraan menuju sumber sampah selanjutnya, sampai kondisi
bak penuh.
Sampah kemudian dibawa ke TPA.
44
45
dengan metode trend eksponensial. Hasil dari analisis timbulan sampah pada tahun
2009 adalah 272,89 m3 per hari.Hasil analisis pengangkutan sampah dengan sistem
SCS adalah 34 trip per hari dan ditambah dengan sistem HCS sebanyak 3 trip per
hari. Hasil proyeksi timbulan sampah pada tahun 2015 adalah 501,89m3 per hari dan
dibutuhkan pengangkutan sebesar 67 trip per hari dengan sistem SCS.
Penelitian selanjutnya manajemen pengangkutan sampah di kecamatan Kuta
Kabupaten Badung oleh Pratama,I.G.B (2012) dengan tujuan membuat manajemen
pengangkutan sampah di kecamatan Kuta yang berkaitan dengan jumlah armada, rute
yang dilalui dan terkait dengan waktu pengangkutan sampah yang diperlukan.
Metode untuk menghitung proyeksi timbulan sampah dengan total analisis sumber
sampah dikali dengan konstanta volume masing-masing tipe sumber sampah. Metode
untuk memproyeksikan timbulan sampah pada tahun ke n dengan memproyeksikan
jumlah penduduk dengan metode Geometrik. Berdasarkan hasil analisis maka besar
timbulan sampah permukiman yang dihasilkan di Kecamatan Kuta sebesar 170,373
m3/hari (2012) yang terdiri dari TPS VIII 28,487 m3/hari, TPS VI 80,739 m3/hari,
TPS Legian 61,147 m3/hari danakan menjadi 174,338 m3/hari pada tahun 2016 yang
terdiri dari tiga TPS yaitu TPS VIII 29,150m3/hari, TPS VI 82,619 m3/hari, TPS
Legian 62,569 m3/hari. Kebutuhan armada pengangkutansampah tahun 2012 sampai
2016 dari TPS ke TPA pada TPS VIII adalah 2 unit dump truck, untukTPS VI adalah
4 unit dump truck dan untuk TPS Legian adalah 3 unit dump truck dengan jumlah
trip dari tahun 2012 sampai tahun 2013 adalah 25 trip untuk TPS VIII 4 trip, TPS VI
12 trip dan TPS Legian 9 trip. Sedangkan dari tahun 2014 sampai tahun 2016
bertambah menjadi 26 trip, untuk TPS VIII 5 trip, TPS VI 12 trip dan TPS Legian 9
trip. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dibagi menjadi 2 (dua) shift, yaitu shift
46
pagi dari pukul 06.00 sampai 11.00 dan shift sore dari pukul 16.00 sampai 19.00.
Waktu pengangkutan sampah dalam penelitian ini yaitu selama 8 (delapan) jam kerja
per hari.
Penelitian yang berkaitan selanjutnya berupa tesis evaluasi kinerja dinas
kebersihan dalam pelayanan persampahan di Kota Medan oleh Setyowati,L(2007)
tujuan penelitian ini merupakan evaluasi terhadap kinerja Dinas Kebersihan Kota
Medan berdasarkan aspek transportasi, penanganan sampah dan kualitas lingkungan
(air lindi dan udara ambien) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Namo
Bintang, Medan. Data hasil penelitian dievaluasi dengan pendekatan metode HCS
dan metode SCS, sedangkan kualitas lingkungan TPA Namo Bintang dievaluasi
menggunakan metode perbandingan dengan Baku Mutu Lingkungan yang berlaku.
Hasil evaluasi diperoleh bahwa timbulan sampah Kota Medan adalah 4.285,9
m3/hari, jumlah sampah terangkut adalah sebesar 3.396 m3/hari atau 79,24 %. Selain
itu dari hasil penelitian diketahui bahwa pola pengumpulan dan pengangkutan
sampah dengan sistem individual tidak langsung ternyata lebih efisien daripada
sistem individual langsung (door to door) ditinjau dari jumlah ritasi kendaraan
pengangkut dalam satu hari. Sistem Open Dumping yang diterapkan di TPA Sampah
Namo Bintang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, hal ini terlihat
dari kualitas air lindinya yang telah melebihi Baku Mutu Lingkungan.
47