Contoh Ecase Bedah
Contoh Ecase Bedah
: Compos mentis
- Tekanan darah : 130/70
- Suhu
- Nadi
: 38,3C
Kepala
Mata
Tenggorok
Jantung
Paru
Abdomen
- Inspeksi : datar
: 88x/menit
Ekstremitas
Rectal toucher : Tonus sphincter ani kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin, tidak teraba
benjolan, terdapat kesan nyeri pada jam 10, feses tidak terdapat lender atau
darah.
Laboratorium : Leukosit 15.000/mm3
Alvarado score : 8
USG
: cenderung appendicitis
Terapi
Pro appendektomi
Injeksi celocid 1 x 1gr IV
Injeksi ketorolac 3 x 30mg IV
Diskusi
Appendicitis akut secara umum adalah proses inflamasi pada appendiks yang
disebabkan oleh proses infeksi. Penyebab terjadinya infeksi ini adalah obstruksi aliran lendir
appendiks tersebut sehingga terjadi kolonisasi bakteri. Infeksi terjadi pada tahap mukosa lalu
selanjutnya melibatkan seluruh dinding appendiks pada 24-48 jam pertama.
Pada umumnya pasien dengan appendicitis akut paling banyak mengeluhkan nyeri
perut kanan bawah yang timbul mendadak. Awalnya nyeri bersifat viseral yang dirasakan
pada daerah epigastrium atau periumbilikus. Lama-kelamaan nyeri berubah menjadi nyeri
somatik dalam beberapa jam di titik McBurney, yaitu pada 1/3 lateral dari garis khayal antara
spina iliaka anterior superior (SIAS) dan umbilikus. Sifat nyeri somatik dideskripsikan
sebagai nyeri yang lebihtajam dengan intensitas sedang sampai berat. Gejala lain yang sering
dikeluhkan adalah mual, muntah, gejala gastrointestinal berupa diare atau konstipasi, dan
demam.
Nyeri tekan pada perut kanan bawah (titik McBurney) adalah tanda yang paling sering
ditemukan. Perangsangan tidak langsung dapat ditunjukkan dengan beberapa tanda, antara
lain Rovsing sign yang menandakan nyeri pada perut kanan bawah jika dilakukan penekanan
pada perut kiri bawah. Ada lagi Blumberg sign yaitu nyeri perut jika dilakukan pelepasan
pada titik McBurney. Tanda pada appendisitis retrosekal dapat ditegakkan dengan Psoas sign
dan Obturator sign. Tanda Psoas adalah nyeri timbul apabila pasien melakukan ekstensi
maksimal untuk meregangkan otot psoas. Apabila nyeri timbul ketika dilakuakn fleksi dan
endorotasi sendi panggul karena tersentuhnya appendiks dengan muskulus obturator internus
menandakan Obturator sign positif. Nyeri yang timbul saat berjalan, bernafas, dan
beraktivitas berat biasanya dapat dipertimbangkan sebagai tanda psoas dan obturator yang
positif.
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu adalah pemeriksaan urin dan darah
perifer lengkap yang dapat menunjukkan tanda-tanda inflamasi secara umum, yaitu adanya
leukositosis dan keberadaan pyuria. Kombinasi klinis dan pemeriksaan laboratorium,
kemudian dirumuskan sebagai Alvarado score yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
diagnosis appendisitis akut. Appendisitis akut dapat ditegakkan jika diperoleh nilai lebih dari
7. Komponen Alvarado score :
Symptoms
Migratory RIF pain
Anorexia
Nausea and vomiting
Signs
Tenderness (RIF)
Rebound tenderness
Elevated temperature
Laboratory
Laucocytosis
Shift to left
Total
Score
1
1
1
2
1
1
2
1
10
Dari studi didapatkan pasien dengan skor <3-4 dapat mengeksklusi diagnosis
appendicitis (sensitivitas 96%). Skor >6-7 dapat didiagnosis sebagai appendisitis dengan
sensitivitas 58-88% tergantung dari studi dan kriterian yang digunakan. Pada studi Mckay
2007, merekomendasikan CT scan untuk skor 4-6, konsultasi bedah untuk skor 7, dan tidak
perlu CT scan untuk mendiagnosis appendisitis pada pasien denga skor 3. Studi lain
menunjukkan hasil USG pada pasien suspek appendisitis akut mempunyai sensitivitas 94,7%
dan spesifisitas 88,9% yang menunjukkan bahwa pasien suspek appendisitis akut yang
didiagnosis berdasarkan alvarado score, mempunya sensitivitas yang cukup baik.
Tatalaksana utama pada pasien appendisitis akut adalah appendektomi. Tatalaksana
mulali diarahkan untuk persiapan operasi untuk mengurangi komplikasi pasca-operasi dan
meningkatkan keberhasilan operasi. Persiapan operasi dapat dilakukan dengan pemberian
analgetik, antibitotik spektrum luas dan resusitasi cairan yang adekuat. Antibiotik yang umum
diberikan adalah cephalosporin generasi 2 atau 3 dengan tujuan mengurangi terjadinya
komplikasi post operasi seperti infeksi luka dan pembentukan abses intraabdominal. Sampai
saat ini, penentuan waktu untuk appendektomi adalah segera setelah dignosis ditegakkan
karena merupakan suatu keadaan emergensi. Studi menyebutkan bahwa setiap penundaan 12
jam waktu operasi, terdapat penambahan resiko 5% terjadinya perforasi.
Kesimpulan
Pada kasus ini pasien memiliki gejala-gejala yang sesuai dengan appendisitis akut,
dan juga ditunjang dengan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda khas appendisitif
positif pada pasien tersebut. Selain itu dengan bantuan Alvarado score sebagai alat bantu
diagnosis pada appendicitis akut, didapatkan skor 8 yang kemungkinan besar mengarah pada
appendisitis akut.
Referensi
1. Davidson PM, Douglas CD, Gani JS, Macpherson NE: Randomised controlled trial of
ultrasonography in diagnosis of acute appendicitis, incorporating the Alvarado score.
BMJ. 2000 Oct 14;321(7266):919-22.
2. McKay R, Shepherd J: The use of the clinical scoring system by Alvarado in the
decision to perform computed tomography for acute appendicitis in the ED. Am J
Emerg Med. 2007 Jun;25(5):489-93.
3. Alvarado A: A practical score for the early diagnosis of acute appendicitis. Ann Emerg
Med. 1986 May;15(5):557-64.
4. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC;2011. hal 755-64.
5. Humes DJ, Simpson J. Clinical Review: Acute appendicitis. BMJ. 2007.
333:540-34.
Ragil Catur Nugroho, Bagian Ilmu Bedah, RSUD Tidar Kota Magelang