Bab V Hasil Dan Pembahasan (Fix Seminar) Harmi
Bab V Hasil Dan Pembahasan (Fix Seminar) Harmi
HASIL PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif
dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan terhadap 242 orang
responden dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran mutu pelayanan
kesehatan unit rawat inap di RSUD Ruteng ditinjau dari aspek penerimaan pasien,
pelayanan dokter, pelayanan perawat, dan kondisi unit perawatan.
Penelitian ini dilakukan diseluruh unit rawat inap RSUD Ruteng dan
dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai dengan 23 Juni 2011. Pengumpulan data
pada penelitian ini dilakukan dengan instrument bantuan berupa kuesioner. Hasil dari
penelitian tersebut secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Umur yang dimaksud peneliti disini adalah usia reponden yang dihitung
mulai dari lahir sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Pada
pengelompokkan umur kali ini, peneliti memakai interval umur 10 tahun.
Berikut adalah distribusi responden menurut umur :
Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Di Unit Rawat Inap
RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
59
60
Kelompok umur
(Tahun)
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
Persentase (%)
11
94
72
45
12
8
242
4,5
38,8
29,8
18,6
5,0
3,3
100,0
Jumlah (n)
27
14
16
185
Persentase (%)
11,2
5,8
6,6
76,4
61
Total
Sumber : Data Primer
242
100,0
Stratified
Random
Sampling
untuk
penarikan
sampel.
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
Persentase (%)
84
158
242
34,7
65,3
100,0
Dari data pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 242 responden, jumlah
responden yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 168 responden
62
(65,3 %) dan yang paling sedikit adalah responden laki-laki dengan jumlah 84
responden (34,7 %).
d.
Pekerjaan responden
Pekerjaan yang dimaksud peneliti disini adalah profesi yang digeluti
responden yang merupakan mata pencaharian utamanya. Untuk jenis pekerjaan
pada penelitian kali ini, peneliti membaginya dalam tujuh jenis. Berikut adalah
rincian distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaannya :
Tabel 6
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Unit Rawat InapRSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pekerjaan
PNS
Petani
Wiraswasta
Sopir
IRT
ABRI
Lainnya
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
15
95
21
5
69
1
36
242
Persentase (%)
6,2
39,3
8,7
2,0
28,5
0,4
14,9
100,0
Pendidikan responden
Pendidikan yang dimaksud peneliti adalah pendidikan formal terakhir
yang telah diselesaikan oleh responden. Pada penelitian ini, ada lima kategori
63
pendidikan yang dipakai peneliti, mulai dari yang tidak sekolah sampai dengan
jenjang perguruan tinggi. Berikut adalah distribusi responden rawat inap
menurut jenjang pendidikan yang telah dilaluinya :
Tabel 7
Distribusi Responden Menurut Pendidikan
Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Akademik/ PT
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
7
79
52
73
31
242
Persentase (%)
2,9
32,6
21,5
30,2
12,8
100,0
Hari perawatan
Hari perawatan yang dimaksud peneliti disini adalah jumlah hari
perawatan seorang pasien yang dihitung mulai dari pasien masuk ruang rawat
inap sampai dengan hari dimana wawancara dilaksanakan. Berikut adalah
distribusi responden menurut hari perawatan :
Tabel 8
Distribusi Responden Menurut Hari Perawatan
Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
64
Tahun 2011
Hari perawatan
2-3 hari
4-5 hari
> 5 hari
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
161
62
19
242
Persentase (%)
66,5
25,6
7,9
100,0
Kategori penilaian
Sangat sulit
Sulit
Mudah
Sangat mudah
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
2
21
118
101
242
Persentase (%)
0,8
8,7
48,8
41,7
100,0
65
Jumlah (n)
2
11
120
109
242
Persentase (%)
0,8
4,5
49,6
45,1
100,0
66
Ruteng :
Tabel 11
Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Perawat
Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
Kategori penilaian
Sangat tidak baik
Tidak baik
Baik
Sangat baik
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
3
20
126
93
242
Persentase (%)
1,2
8,3
52,1
38,4
100,0
67
sedangkan yang menyatakan pelayanan perawat sangat tidak baik ada 3 orang
(1,2 %).
d.
Kategori penilaian
Sangat tidak baik
Tidak baik
Baik
Sangat baik
Total
Sumber : Data Primer
Jumlah (n)
4
14
122
102
242
Persentase (%)
1,7
5,8
50,4
42,1
100,0
68
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60
Penilaian pelayanan
Tidak baik
Baik
N
%
n
%
0
0,0
11
100,0
11
11,7
83
88,3
3
4,2
69
95,8
1
2,2
44
97,8
0
0,0
12
100,0
0
0,0
8
100,0
n
11
94
72
45
12
8
Total
15
242
Umur
(Tahun)
6,2
227
93,8
Total
%
4,5
38,8
29,8
18,6
5,0
3,3
100,
0
Penilaian pelayanan
Total
69
perawatan
VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Total
Tidak baik
n
%
0
0,0
2
14,3
0
0,0
13
7,0
N
27
12
16
172
%
100,0
85,7
100,0
93,0
n
27
14
16
185
15
227
93,8
242
6,2
Baik
%
11,2
5,8
6,6
76,4
100,
0
Penilaian pelayanan
Tidak baik
Baik
n
%
n
%
Total
n
70
Laki-laki
Perempuan
6
9
7,1
5,7
78
149
92,2
94,3
84
158
Total
15
6,2
227
93,8
242
34,7
65,3
100,
0
Berikut ini adalah tabulasi silang antara jenis pekerjaan responden dengan
penilaian terhadap pelayanan rawat inap :
Tabel 16
Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap
Berdasarkan Pekerjaan Di Unit Rawat Inap
RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
Pekerjaan
PNS
Petani
Wiraswasta
Penilaian pelayanan
Tidak baik
Baik
n
%
n
%
0
0,0
15
100,0
5
5,2
90
94,8
4
19,1
17
80,9
Total
n
15
95
21
%
6,2
39,3
8,7
71
Sopir
IRT
ABRI
Lainnya
0
4
0
2
0,0
5,8
0,0
5,5
5
65
1
34
100,0
94,2
100,0
94,5
5
69
1
36
Total
15
6,2
227
93,8
242
2,0
28,5
0,4
14,9
100,
0
bekerja sebagai PNS, sopir, dan ABRI menilai bahwa mutu pelayanan rawat
inap tergolong baik. Sedangkan respoden yang cukup banyak menilai mutu
pelayanan itu tidak baik, merupakan responden yang berprofesi sebagai
wiraswasta yaitu sebanyak 4 orang (19,1 %).
Berikut adalah tabulasi silang antara pendidikan dengan penilaian terhadap
pelayanan di ruang rawat inap RSUD Ruteng :
Tabel 17
Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap
Berdasarkan Pendidikan Di Unit Rawat Inap
RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Akademik/ PT
Total
Sumber: Data Primer
Penilaian pelayanan
Tidak baik
Baik
n
%
N
%
0
0,0
7
100,0
5
6,3
74
93,7
4
7,7
48
92,3
4
5,5
69
64,5
2
6,4
29
93,6
15
6,2
227
93,8
Total
n
7
79
52
73
31
242
%
2,9
32,6
21,5
30,2
12,8
100,0
72
Dari data pada tabel 17 diatas diketahui bahwa semua responden (100 %)
yang tidak tamat SD dan 74 orang (93,7 %) responden yang tamat SD menilai
bahwa mutu pelayanan rawat inap tergolong baik. Responden yang cukup
banyak menilai pelayanan tidak baik adalah responden yang tamat SLTP (7,7
%) dan perguruan tinggi (6,4 %).
Berikut ini adalah data tabulasi silang antara hari perawatan dengan
penilaian terhadap pelayanan rawat inap :
Tabel 18
Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap
Berdasarkan Hari Perawatan Di Unit Rawat Inap
RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai
Tahun 2011
Hari
Perawatan
2-3 hari
4-5 hari
> 5 hari
Total
Sumber: Data Primer
Penilaian pelayanan
Tidak baik
Baik
n
%
n
%
10
6,2
151
93,8
3
4,8
59
95,2
2
10,5
17
89,5
15
6,2
227
93,8
Total
n
161
62
19
242
%
66,5
25,6
7,9
100,0
73
presentasi terendah yang menilai tidak baik terdistribusi pada kelompok yang
hari perawataannya lebih dari 5 hari yaitu sebesar 89,5 %.
Berikut ini adalah tabulasi silang antara kelas perawatan dengan penilaian
terhadap prosedur penerimaan pasien :
Tabel 19
Distribusi Responden Menurut Penilaian
Terhadap Prosedur Penerimaan pasien
Menurut Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng
Tahun 2011
Kelas
perawatan
VIP
Kelas I
2
Kelas II
2
Kelas III
18
Total
23
Sumber: Data Primer
Total
n
3,7
26
96,3
27
11,2
14,2
12,5
9,7
9,5
12
14
167
219
85,8
87,5
90,3
90,5
14
16
185
242
5,8
6,6
76,4
100,0
(96,3 %) dibandingkan
presentase jumlah responden dari kelas perawatan yang lain. Selain itu,
74
presentase responden yang menilainya tidak baik merupakan pasien kelas satu
dengan presentase 14,2 %.
Total
n
224
224
224
224
224
%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Data pada tabel 20 di atas menunjukkan bahwa dari kelima aspek mutu di
atas, aspek yang lebih tinggi presentase responden yang menilai pelayanan
dokter baik adalah aspek tangible yaitu sebanyak 231 orang (95,5 %). Aspek
pelayanan dokter yang cukup banyak dinilai tidak baik merupakan aspek
empathy yaitu sebanyak 25 orang (10,3 %).
Berikut ini adalah penilaian responden terhadap pelayanan dokter
berdasarkan kelas perawatan. Kategori penilaian juga diperkecil menjadi dua
75
bagian dengan tujuan agar mudah dibaca hasilnya dan dapat memudahkan
dalam menarik kesimpulan. Berikut rinciannya :
Tabel 21
Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Dokter
Berdasarkan Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng
Tahun 2011
Kelas
perawatan
VIP
27
11,2
0,0
27
100,0
Total
Kelas I
3
21,4
11
78,6
14
5,8
Kelas II
0
0,0
16
100,0
16
6,6
Kelas III
10
5,4
175
94,6
185
76,4
Total
13
5,3
229
94,7
242
100,0
Sumber: Data Primer
Dari tabel 21 diketahui bahwa semua responden yang dirawat di kelas VIP
dan kelas dua menilai bahwa pelayanan dokter tergolong baik. Sedangkan yang
paling banyak manilai tidak baik merupakan responden yang dirawat di kelas
satu yaitu sebanyak 3 orang (21,4 %).
Total
76
n
Reliability
14
Assurance
27
Tangible
19
Empathy
47
Responsibility
20
Sumber: Data Primer
%
5,8
11,2
7,8
19,4
8,3
n
228
215
223
195
222
%
94,3
88,8
92,1
80,5
91,7
n
242
242
242
242
242
%
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
0,0
27
100,0
27
11,2
Kelas I
1
Kelas II
1
Kelas III
21
Total
23
Sumber: Data Primer
7,1
6,3
11,4
9,5
13
15
164
219
92,9
93,7
88,6
90,5
14
16
185
242
5,8
6,6
76,4
100,0
Kelas
perawatan
VIP
Total
77
Total
n
27
14
16
185
242
%
11,2
5,8
6,6
76,4
100,0
78
1.
B. PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Menurut Utama (2005), beberapa karakteristik individu yang diduga
menjadi determinan dan indikator kualitas pelayanan kesehatan dan
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien antara lain : umur, jenis kelamin, lama
perawatan, biaya, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, suku bangsa, kelas
perawatan, diagnosa penyakit, pendapatan, tempat tinggal, status perkawinan
dan agama (Nova, 2010). Menurut Carr dan Hill (1992) derajat kepuasan
seseorang dipengaruhi oleh latar belakangnya, kedudukan sosial, tingkat
ekonomi, pendidikan, budaya, umur, dan jenis kelamin (Fitriyani, 2009).
Responden dalam penelitian kali ini terdiri dari 158 orang perempuan
(65,3 %) dan 84 orang laki-laki (34,7 %). Lebih banyaknya responden
perempuan dibandingkan laki-laki disebabkan karena beban kerja para wanita
yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Selain itu juga karena adanya kondisi
yang hanya bisa dialami oleh perempuan yaitu pada saat mengandung dan
melahirkan.
Responden paling banyak terdistribusi pada kelompok umur 20 tahun
sampai dengan 29 tahun, sedangkan responden dengan jumlah yang sedikit
tergolong dalam kelompok umur 60 tahun keatas. Thi et al (2002) menyatakan
79
memenuhi
harapannya,
maka
dikemudian
hari
dia
akan
80
2.
Variabel Penelitian
a. Prosedur penerimaan pasien
Prosedur adalah tata tertib mengenai cara-cara, tahap-tahap, yang harus
dipenuhi dalam melaksanakan atau melaksanakan sesuatu. Menurut Ibnu
Syamsi, SW (1994), prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah
menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu
kebulatan.
Prosedur penerimaan pasien mencakup kegiatan yang menunjang
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan petugas saat pendaftaran, registrasi,
menyiapkan catatan medic, penjelasan tata tertib dan persyaratan lain, sampai
mengantar pasien ke ruang perawatan.
81
82
83
b.
Pelayanan dokter
Pelayanan dokter yang dimaksud oleh peneliti disini adalah penilaian
pasien terhadap reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness
yang ditunjukkan oleh dokter terhadap pasien selama memberikan pelayanan.
Reliability (kehandalan) dokter yang dimaksud adalah kemampuan dokter untuk
melaksanakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
Assurance (jaminan/ keyakinan) dokter adalah pengetahuan, kemampuan, dan
kesopanan seorang dokter yang dapat menimbulkan kepercayaan dan keyakinan
bagi pasien. Tangible (bukti fisik) dokter adalah penilaian pasien terhadap
penampilan fisik dokter. Empathy (perhatian) dokter adalah perhatian yang
ditunjukkan dokter terhadap pasien, sedangkan responsibility (ketanggapan)
dokter adalah kemampuan untuk membantu pasien dalam memberikan
pelayanan yang cepat.
Hasil penelitian pada tabel 21 menunjukkan bahwa dalam 242 orang
responden, terdapat 229 orang (94,7 %) yang menilai pelayanan dokter baik dan
13 orang (5,3 %) yang menilainya tidak baik. Responden yang lebih banyak
menilai baik merupakan responden yang dirawat di kelas VIP dan kelas dua.
Hal tentang pelayanan dokter yang lebih banyak dinilai baik yaitu yaitu aspek
tangible (tampilan fisik) dokter. Diantara aspek mutu yang lain, aspek empathy
(perhatian) dokter yang masih dikeluhkan oleh responden.
Hasil penelitian di RSUD Ruteng juga menunjukkan bahwa diantara 242
responden, yang menilai pelayanan dokter tidak baik lebih banyak berasal dari
84
ruangan kelas tiga (5,4 %). Hasil ini bertentangan dengan teori yang biasanya
mengatakan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan, strata social, dan tingkat
pendapatan seseorang, maka tingkat kepuasannya semakin tinggi atau lebih
cepat puas. Hal yang terjadi di RSUD Ruteng justru sebaliknya, responden yang
berada pada ruang kelas tiga tingkat kepuasannya tinggi, sehingga lebih banyak
yang menilai pelayanan dokter tidak baik dibandingkan responden di kelas VIP.
Salah satu hal yang mungkin menyebabkan munculnya ketidakpuasan dari
responden kelas tiga yaitu mereka merasa seolah-olah didiskriminasikan oleh
dokter karena kurangnya komunikasi dan perhatian dari dokter. Salah satu
kemungkinan penyebab kurangnya perhatian dari dokter adalah adanya kendala
dalam bahasa, dimana hampir semua dokter yang bekerja di RSUD Ruteng
bukanlah warga asli Manggarai, tetapi berasal dari daerah lain. Para dokter yang
tidak bisa berbahasa daerah dan pasien yang kurang memahami bahasa
Indonesia membuat munculnya kesan diskriminasi, dimana pasien kelas tiga
merasa para dokter tidak menaruh perhatian yang lebih kepada mereka seperti
yang dilakukan para dokter terhadap pasien kelas VIP.
Penelitian yang dilakukan oleh Pahirah (2003) tentang Kualitas pelayanan
Kesehatan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai juga
menunjukkan hasil yang mirip dengan penelitian ini. Pahirah menemukan
bahwa 90 % dari seluruh responden menilai pelayanan dokter tergolong baik
dan hanya 10 % yang menilai kurang baik. Hasil ini mirip dengan penelitian
85
kali ini, dimana lebih banyak responden yang menilain pelayanan perawat di
unit rawat inap RSUD Ruteng tergolong baik.
Menurut Riyadi (1982), peranan tenaga medis sebagai tenaga pelaksana
dituntut
untuk
lebih
mengayomi
masyarakat
sehubungan
dengan
Pelayanan perawat
Menurut undang-undang kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Menurut PP No.32 thn 1966 tentang tenaga
kesehatan, perawat adalah seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah
dari pendidikan kesehatan yang diakui pemerintah.
Dalam rancangan undang-undang tentang keperawatan, dikatakan
bahwa Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
86
87
menilai baik berasal dari kelas VIP. Diantara aspek mutu yang lain, aspek
empathy (perhatian) dan aspek assurance (jaminan) perawat yang masih dinilai
tidak baik oleh responden. Dari segi assurance, yang sering dikeluhkan adalah
tentang kurangnya keramahan perawat terhadap pasien dan kurangnya
penjelasan dari perawat tentang kondisi pasien. Selain itu, dari segi empathy,
kesabaran perawat dan perlakuan yang kasar terhadap keluarga pasienlah yang
dinilai sangat tidak baik..
Suryawati,dkk (2006) melakukan penelitian tentang penyusunan indikator
kepuasan pasien rawat inap rumah sakit di Jawa Tengah dengan jumlah jumlah
responden sebanyak 300 orang. Salah satu indikator kepuasan yang diteliti
adalah pelayanan perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 300
responden, 10 orang (3,15 %) tidak puas dengan pelayanan perawat, 30 orang
(10,08 %) kurang puas, 224 orang (74,77 %) merasa puas, dan 36 orang (12,05
%) lainnya sangat puas. Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak pasien
yang merasa puas terhadap pelayanan perawat dan hal ini mencerminkan bahwa
pelayanan perawat tergolong baik. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian
yang dilakukan di RSUD Ruteng, dimana lebih banyak responden yang menilai
bahwa pelayanan perawat tergolong baik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rachmadi (2008) tentang pengaruh
kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien kelas tiga di RSUD Kabupaten
Karimun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan perawat mempunyai
88
hubungan secara signifikan terhadap kepuasan pasien umum rawat inap kelas
tiga RSUD Karimun.
Valentine (1997) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan dan perilaku
perawat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien.
Karena itu, sangatlah penting menjaga mutu pelayanan yang diberikan oleh
perawat karena perawatlah yang paling sering berinteraksi dengan pasien.
Penelitian Bart Smet (1991) menyatakan bahwa sentuhan psikologis yang
bisa disampaikan perawat dan tim medis lainnya kepada pasien akan
mengurangi stress yang dialaminya pada masa sakit, dan ternyata kelelahan
psikis berkontribusi terhadap penyakit yang diderita pasien semakin parah.
Motivasi dari tim medis bisa menurunkan kecemasan dengan memberikan
dukungan-dukungan emosional berupa kesabaran, perhatian, dan motivasi
supaya pasien akan sembuh lebih cepat (Anjaryani, 2009).
d.
89
90
pasien yang merupakan salah satu aspek mutu pelayanan rumah sakit. Aspek
mutu pelayanan yang lainnya yaitu aspek klinis (menyangkut pelayanan dokter,
perawat, dan terkait dengan teknis medis), aspek efisiensi dan efektifitas
(pelayanan yang murah, tepat guna, serta tanpa diagnosis dan terapi berlebihan),
aspek kepuasan pasien (Sabarguna, 2004).
diberikan.
2. Kehadiran perawat atau petugas kesehatan lainnya pada saat
wawancara bisa saja mempengaruhi responden dalam penentuan
jawaban. Pertama mereka menganggap kalau menjawab tidak baik
maka mereka tidak akan mendapat pelayanan yang baik atau mereka
tidak akan mendapat pelayanan yang memuaskan, sehingga responden
mungkin akan menjawab sangat baik yang akan mengakibatkan
jawaban responden menjadi bias dan tidak valid.