Anda di halaman 1dari 21

NEMATODA

Nematoda (dari bahasa Yunani (nema): "benang" + - -ode "seperti") adalah sebuah filum.
Disebut juga Nemathelminthes. Filum ini merupakan salah satu filum yang beranggotakan terbanyak
(sekitar 80.000 spesies, 15.000 diantaranya merupakan parasit). Contohnya adalah cacing
tambang, cacing kremi, dan cacing perut.

Nematoda

Klasifikasi ilmiah
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum:

Nematoda
Kelas

Chromadorea (Chromadorea)

Enoplea (Enoplea)

Incertae sedis (Incertae sedis)

Hewan seperti ulat ditemukan


jauh di bawah permukaan Bumi, pada
kedalaman 3,6 kilometer. Inilah hewan
hidup terdalam yang pernah
ditemukan. Spesies nematoda yang
memiliki nama ilmiah Halicephalobus
mephisto menunjukkan ada
lingkungan kehidupan di jauh di
tempat kaki kita berpijak.

H. mephisto memiliki panjang 0,5 milimeter. "Kecil, tapi bagi saya ini
merupakan temuan besar," kata Tullis Onstott, ahli geomikrobiologi dari
Princeton University di New Jersey. Ulat tersebut hidup dengan makan
mikroba.
Onstott dan ahli ulat Gaetan Borgonie dari University of Ghent, Belgia,
menemukan H. mephisto di dalam tambang emas di Afrika Selatan. Mereka
mengebor di dalam tambang emas untuk mengambil air dari kedalaman. Tim
peneliti menemukan ulat tersebut setelah 31.582 liter air.
Tim juga mendapati bahwa spesies ulat tersebut sudah ada sejak ribuan
tahun. Penentuan tanggal berdasarkan isotop menunjukkan bahwa spesies
ulat tersebut berasal dari antara 3.000 dan 12.000 tahun yang lalu. "Hal itu
mengindikasikan hewan sudah berevolusi untuk bertahan hidup dari tekanan
dan panas tinggi," jelas peneliti.
Onstott berharap penemuan ini akan menginspirasi penelitian lain untuk
mencari kehidupan yang lebih kompleks di berbagai tempat ekstrem, baik di
Bumi maupun di tempat lain.
Penelitian Onstott ini juga buntut dari temuan spesies bakteri di sekitar
kedalaman 3 kilometer. Onstott ingin tahu kehidupan lain yang memakan
bakteri tersebut dan mempersempit penelitian ke nematoda--terkenal sebagai
bentuk kehidupan di Bumi yang mampu bertahan di berbagai kondisi.
(Alex Pangestu, Sumber: National Geographic News)
Nematoda merupakan cacing silindris tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh triploblastik
(pseudocoelom), dan hidup bebas maupun parasitik. Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Dapat
ditemukan pada perairan, tanah basah, jaringan tumbuhan, dan jaringan hewan atau manusia. Memiliki
sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang berfungsi sebagai sistem peredaran
darah.
Cacing jantan umumnya lebih kecil daripada cacing betina. Reproduksi dilakukan secara seksual dan
terjadi di dalam tubuh (internal). Zigot yang dihasilkan pada hampir semua spesies tahan terhadap
kondisi buruk. Contoh spesies filum ini, antara lain cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale), cacing kremi (Oxyuris vermicularis), dan cacing filaria (Wuchereria bancrofti).

Struktur cacing Ascaris lumbricoides.

Cacing gelang atau yang disebut juga cacing perut, merupakan parasit pada usus halus manusia. Cacing
dengan panjang 15 cm 35 cm ini memiliki warna tubuh putih kekuning-kuningan, mulut di bagian
anterior, dan dilengkapi 3 buah bibir. Cacing betina mampu menghasilkan sekitar 200 ribu telur dalam
satu kali pengeluaran.
Telur terbawa bersama feses dan dapat masuk tubuh melalui makanan atau telapak kaki. Dalam usus
halus, telur menetas dan menjadi larva kecil. Setelah menembus dinding usus, larva terbawa aliran darah
sampai jantung dan paru-paru. Dalam paru-paru, larva dapat mencapai trakea sehingga tertelan kembali
ke usus halus dan tumbuh dewasa. Cacing gelang ini merupakan penyebab penyakit ascariasis.
Cacing tambang hidup di usus manusia dan dapat mengisap darah dan cairan tubuh manusia. Cacing
filaria (Wuchereria bancrofti) hidup di pembuluh darah dan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh
getah bening yang mengakibatkan penyakit kaki gajah (elephantiasis). Cacing ini disebarkan oleh
tusukan nyamuk Culex.

Penyempitan pembuluh limfa oleh cacing filaria


yang menyebabkan penyakit kaki gajah (elephantiasis).

PORIFERA
Porifera (Latin: porus = pori,fer = membawa) atau spons atau hewan berpori adalah
sebuah filum untuk hewan multiseluler yang paling sederhana.
Ciri-ciri morfologinya antara lain:

tubuhnya berpori (ostium)

multiseluler

tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.

berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan

warnanya bervariasi

tidak berpindah tempat (sesil)

Ciri-ciri anatominya antara lain:

memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid

pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit

Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk
ke tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagaipemakan
cairan. Habitat porifera umumnya di laut.

Reproduksi[sunting | sunting sumber]


Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual
terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule
dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual
dengan cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh porifera.

Peran Porifera dalam kehidupan[sunting | sunting sumber]


Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi sebagai obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.

[sembunyikan]

Kingdom Animalia
Eukariotik Metazoa Heterotrof

Avertebrata

Porifera Calcarea Hexactinellida Demospongiae

Poraminifera

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:

Porifera
Grant in Todd, 1836

Kelas

Archaeocyathida

Calcarea (Calcarea)

Hexactinellida(Hexactinellida)

Demospongiae(Demospongiae)

Sclerospongiae(Sclerospongiae)

Ciri-ciri Porifera
Spons yaitu hewan dari filum Porifera ( / p ;r ;f ;r ; / ; yang artinya pembawa pori
). Tubuh mereka terdiri dari jelly- layaknya mesohyl terjepit diantara dua susunan tidak
tebal sel. Sementara seluruh hewan mempunyai sel terspesialisasi yang bisa beralih
jadi beberapa sel spesial, spons yang unik saat memiliki sebagian beberapa sel spesial
yang bisa beralih jadi type lain, kerap bermigrasi pada susunan sel utama dan mesohyl
dlm sistem. Spons tak mempunyai saraf, pencernaan atau sistem peredaran darah.
Sebaliknya, beberapa besar memercayakan menjaga aliran air konstan melewati
mereka badan utk memperoleh makanan dan oksigen dan utk menyingkirkan limbah,
dan wujud tubuh mereka yang diadaptasi utk memaksimalkan efisiensi dari aliran air.
Semua sessile air hewan dan, walau ada spesies air tawar, yang beberapa besar yaitu
laut ( air garam ) spesies, dimulai dari zona gunakan surut hingga kedalaman kian lebih
8. 800 mtr. ( 5, 5 mi ). Sementara beberapa besar lebih kurang 5, 000-10, 000 dikenal
spesies mengonsumsi bakteri dan partikel makanan yang lain di air, sebagian host
photosynthesizing mikro-organisme sbg endosymbionts dan aliansi ini kerap
membuahkan semakin banyak makanan dan oksigen dari yang mereka mengonsumsi.
Beberapa type spons yang hidup di lingkungan makanan miskin sudah jadi karnivora
yang memangsa terlebih pada krustasea kecil. Sebagian besar spesies memakai
reproduksi seksual, melepas sperma sel ke dlm air utk membuahi ovum bahwasanya di
sebagian spesies dilepaskan dan orang lain yang ditahan oleh Ibu. Telur yang dibuahi
membentuk larva yang berenang di terlepas melacak area utk menetap.

enis-jenis dan Contoh Porifera


Jenis-Jenis Porifera. Sudah kita kenali bahwasanya spikula tersusun dari zat kapur dan
juga dari silikat. Dengan basic zat penyusun jenis-jenis dari Porifera ini bisa
digolongkan. Berikut ini merupakan 3 kelas atau Jenis dan Contoh dari Porifera.

a ) Kelas Calcarea, golongan Porifera yang pertama ini memiliki spikula yang terbuat
dari zat kapur. Biasanya hidup di air laut yang tidak dalam atau dangkal. Contohnya,
Scypha gelatinosa, Grantia dan juga Leucosolenia.
b ) Kelas Hexactinellida, golongan yang kedua ini memiliki spikula yang terbuat dari zat
kersik atau silikat. Hidupnya di laut yang dlm, contohnya Pheronema sp., Euplectella
dan juga Regadrella sp.
c ) Kelas Demospongiae, kelas yang ketiga ini memiliki spikula yang terbuat dari zat
kersik dan juga protein ( spongin ) atau cuma spongin saja. Tubuhnya lunak dan tak
memiliki skeleton. Habitatnya berada di laut yang dangkal, memiliki jumlah bagian
yang sangat banyak, contohnya Euspongia officinalis ( spons mandi ), Spongilla,
Haliclona, Microciona dan juga Corticium.
CARA MAKAN PORIFERA
cara porifera mendapatkan makanan disebut dengan istilah Filter Feeder yaitu dengan cara menyaring
partikel-pertikel makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya. Makanan diperoleh dengan cara
mengalirkan air melalui ostium ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada
koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna.
Bahan makanan yanga sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa
hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh memalui ostium.

Klasifikasi ilmiah Porifera

Kerajaan:

Animalia

Filum:

Porifera
Grant in Todd, 1836

Kelas

Archaeocyathida
Calcarea (Calcarea)
Hexactinellida (Hexactinellida)
Demospongiae (Demospongiae)
Sclerospongiae (Sclerospongiae)

ANTHROPODA
Artropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, labalaba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. Artropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat,
dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Kata Artropoda berasal
dari bahasa Yunani rthron, "ruas, buku, atau segmen", dan pous (podos), "kaki",
yang jika disatukan berarti "kaki berbuku-buku"[2]). Artropoda juga dikenal dengan namahewan
berbuku-buku.
Karakteristik yang membedakan artropoda dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen
biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan
(asal penamaan Artropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin. Secara berkala mengalir dan
diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, kanal alimentari seperti pipa dengan mulut dan anus,
sistem sirkulasi terbuka, hanya pembuluh darah yang biasanya berwujud sebuah struktur dorsal
seperti pipa menuju kanal alimentar dengan bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh;
sebuah rongga darah atau hemosol dan selom tereduksi.
Sistem saraf mereka seperti tangga tali, terdiri atas sebuah ganglion anterior atau otak yang
berlokasi di atas kanal alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar
kanal alimentari dan tali saraf ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentary, ekskresi biasanya
oleh tubulus malphigi. Tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material hasil ekskresi
melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau
nefridia.
Penglihatan mereka bergantung pada berbagai variasi kombinasi mata majemuk dan ocelli (mata
tunggal) yang berbentuk mangkuk pigmen: pada kebanyakan spesies ocelli hanya dapat mendeteksi
arah dari sumber cahaya, dan mata majemuk adalah sumber informasi utama, tetapi mata utama
pada laba-laba adalah ocelli yang dapat membentuk bayangan dan dalam beberapa kasus, dapat
berputar untuk melacak mangsa. Arthopoda juga memiliki berbagai sensor kimia dan mekanik,
sebagian besar didasarkan pada modifikasi dari banyak setae (bulu) yang keluar melalui kutikula

mereka. Metode repoduksi Artropoda beragam; semua spesies darat menggunakan pembuahan
dalam, tetapi sering dilakukan dengan cara pemindahan sperma tidak langsung. Spesies air
menggunakan pembuahan dalam atau pembuahan luar. Hampir semua artropoda bertelur,
tetapi kalajengking melahirkan setelah telurnya menetas di dalam tubuh induknya.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]


Artropoda umumnya diklasifikasikan dalam lima upafilum, yang salah satunya telah punah:[3]
1. Trilobitomorpha adalah upafilum yang terdiri atas banyak spesies laut yang telah punah.
2. Chelicerata meliputi laba-laba, tungau, kalajengking, dan organisme lain yang terkait.
Karakteristik mereka adalah memilikikalisera, yaitu tambahan di atas/di depan mulut.
Kalisera pada kalajengking tampak seperti cakar kecil yang digunakan untuk makan, tetapi
kalisera pada laba-laba telah berkembang menjadi taring yang menyuntikkan racun.
3. Myriapoda meliputi kaki seribu, lipan, dan kerabatnya. Mereka memiliki banyak segmen
tubuh, setiap segmen memiliki satu atau dua pasang kaki. Mereka kadang-kadang
dikelompokkan dengan hexapoda.
4. Krustasea umumnya adalah hewan air (kecuali kutu kayu) dan karakteristiknya adalah
memiliki tambahan biramous. Termasuk dalam Crustacea
adalah lobster, kepiting, teritip, udang, dan banyak lainnya.
5. Hexapoda meliputi serangga dan tiga ordo kecil hewan mirip serangga dengan enam kaki
toraks. Mereka kadang-kadang dikelompokkan dengan myriapoda, dalam sebuah kelompok
yang dinamakan Uniramia, meskipun bukti genetik lebih cenderung mendukung
pengelompokan yang lebih dekat antara hexapoda dan crustace.
Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar di dunia. Empat dari lima bagian
spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies modern yang ditemukan
dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies
dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies hewan yang diketahui sekarang.
Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh
spesies ini. Artropoda dianggap berkerabat dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di
Afrika Selatan.
Artropoda mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu terjal di
pegunungan yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas dan kerangka luar
yang tersusun dari kitin. Rongga tubuh utama disebut hemocoel. Hemocoel terdiri dari sejumlah
ruangan kecil yang dipompa oleh jantung. Jantung terletak pada sisi dorsal dari tubuhnya.

Sistem Pencernaan
Saluran pencernakan terdiri atas 3 daerah. Usus depan atau stomodeum dan usus
belakang atau protodeum merupakan daerah ektodermal dan dilapisi dengan khitin. Usus
tengah mungkin berasal dari mesoderm tidak dilapisi khitin. Panjang, diameter, dan
pembagian saluran pencernakan menjadi berbagai bagian berhubungan erat dengan
kebiasan makanan suatu spesies dan cukup berbeda dalam kelompok yang berbeda
(Kastawi,2005:200).

2.2.4 Sistem Pernapasan


Bermacam macam tergantung jenis spesiesnya:
a. Insang
b. Permukaan tubuh
c. trakea
d. Paru paru buku
Secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1.
Bernapas dengan insang.
2.

Bernapas dengan corong hawa.

Kelompok satu bagi arthropoda air, kelompok 2 yang hidup di darat, terutama
insecta. Sebagai perkecualin Arachnoidea, memilik belahan-belahan tipis mirip buku yang
kalau beranapas di udara disebut paru-buku dan yang bernapas di air disebut insang-buku.
Pada Crustacea insang terletak berpasangan di pangkal anggota daerah kepala-dada,
terlindung olah eksoskeleton berupa tameng disebut carapace. Insang itu sendiri tak
bergerak, air dikayuhkan oleh anggota sehingga insang dapat pengaliran ynag segar terus.
Corong hawa (trachea) pada Insecta terdiri dari 2 batang corong utama (sepasang),
terletak di lateral, lalu sepasang corong kecil di ventral, dan sepasang di dorsal. Pada setipa
segmen trachea memeliki lubang keluar disebut spiraculum atau stigma. Spiraculum itu
berkatip dapat digerakkan oleh otot mebuka menutup.
Trachea bercabang-cabang halus mencapai seluruh jaringan dan alat dalam, disebut
tracheolous (jamak= tracheoli). Trachea serta tracheoli itu sam halnya dengan trachea
vertebrata, bumbung yang ditunjang oleh cincin-cincin yang pada insecta ini terdiri dari
bahn cutin. Trachea utam ditambah lagi penunjangnya agar terus terbuka lebar oleh adanya
benang-benang spiral di dindingnya. Di pangkal percangan trachea dan tracheoli ada sel
ynag memelihara sifat pernapasan, disebut tracheoblast (Yatim,1996:225).
Makanan
Kepiting sepatu kuda larva tidak makan. Makanan dimulai setelah tahap pertama
adalah remaja tercapai. Kepiting sepatu kuda tidak memiliki rahang, sehingga mereka
menggunakan kaki mereka untuk menangkap dan menghancurkan mangsanya. kepiting
Horseshoe mengais di hampir semua bahan makanan yang mereka temui di sedimen,
seperti moluska dan cacing. Mereka juga mengikis alga dari batuan. Orang dewasa yang
dimakan oleh predator oportunistik, termasuk hiu, penyu laut, burung camar laut, dan
mamalia terestrial. Kebanyakan pemangsaan terjadi pada kepiting tapal kuda muda, larva
dan telur yang dimakan oleh ikan. Telur menyediakan sumber makanan penting bagi
banyak shorebirds selama migrasi musim semi dari Amerika Selatan ke Arktik.

Reproduksi
Kepiting Horseshoe panjang-hidup dan jatuh tempo lebih dari invertebrata lainnya.
Pria dewasa antara 9 dan 11 tahun dan perempuan, antara 10 dan 12 tahun.Horseshoe
kepiting bertelur selama musim semi dan musim panas. Pemijahan terjadi saat air pasang
di pantai-pantai rendah energi dari muara, teluk, dan teluk-teluk kecil. Satu spesies
(Carcinoscorpius rotundicanda) bergerak ke hulu sungai untuk bertelur.

Selama perkawinan, para laki-laki menangkap tepi opisthosoma betina.perempuan


menggunakan kakinya dan prosoma untuk menggali sarang, ke mana ia deposito
sekelompok telur. Telur yang dibuahi oleh laki-laki, dan pasangan bergerak 4-8 dalam (1020 cm) jauh di pasir dan mengulangi proses tersebut. Sebagai betina menggali sarang
kedua, penggalian pasir didorong ke belakang untuk menutupi sarang sebelumnya. Individu
kepiting sepatu kuda mampu pemijahan lebih daripada sekali per musim. Telur-telur
menetas menjadi larva trilobita; setelah ganti kulit menjadi muda, kepiting tapal kuda
menetap untuk dasar laut.
Tidak ada spesies yang terdaftar oleh IUCN. Namun, kepiting sepatu kuda populasi
telah

menurun

sebagai

hasil

panen

dan

rusaknya

habitat.

Kepiting Horseshoe telah dipanen untuk makanan dan umpan. Mereka juga telah diproses
menjadi pupuk. Mungkin yang paling penting, kepiting tapal kuda telah mengaktifkan
berbagai kemajuan kesehatan manusia. Studi dari mata kepiting tapal kuda telah
menyebabkan terapi untuk gangguan mata manusia. Darah bentuk zat kepiting tapal kuda,
Limulus Amebocyte lisis (LAL), yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri gramnegatif dalam cairan medis dan obat-obatan dan alat bedah. Beracun dan biodegradable
kitin dari kepiting tapal kuda digunakan dalam produk seperti lensa kontak, jahitan bedah,
dan lotion kulit. kitin Bentuk bahan kimia yang menghilangkan racun dari logam dan air,
dan sifat menyerap lemak-membantu menghilangkan lemak dan kolesterol dari tubuh
manusia.

Kaktus Berjalan, Mata Rantai Evolusi Artropoda


Dugaan para ilmuwan bahwa
artropoda berevolusi dari lobopodia
mulai menemukan titik terang.
Penemuan fosil yang diberi nama
"kaktus berjalan" diharapkan menjadi
jawabannya.
Sebuah fosil makhluk serupa cacing
berkaki 10 yang hidup 520 juta tahun
lalu diduga sebagai mata rantai
penghubung dalam sejarah evolusi
serangga, laba-laba, dan krustasea.
Makhluk yang disebut kaktus berjalan
itu termasuk dalam kelompok hewan serupa cacing yang disebut lobopodia
yang diduga sebagai asal-usul artropoda.
"Penemuan kaktus berjalan sangat penting karena sebelumnya kami belum
menemukan fosil yang dapat dijadikan acuan dugaan kami," kata Jianni Liu,
pimpinan tim peneliti yang melakukan studi terhadap fosil tersebut. Sebelum
penemuan kaktus berjalan, Diania cactiformis, seluruh anggota lobopodia
memiliki tubuh dan tungkai yang lunak. Sementara hewan artropoda memiliki
tubuh yang bersegmen (berbuku-buku) serta tungkai yang menyatu dan
terlindungi cangkang keras.

Petunjuk evolusi artropoda hingga saat ini terdapat pada cacing beludru yang
disebut-sebut sebagai satu-satunya keluarga terdekat bagi seluruh artropoda.
Setelah sebelumnya sempat diduga sebagai siput, hewan yang hidup di tanah
ini hampir seluruh bagian tubuhnya lunak kecuali cakar dan rahangnya.
Menurut Graham Budd, profesor paleobiologi di Uppsala University, Swedia,
yang tidak terlibat dalam studi, penemuan kaktus berjalan akan mengisi
sejarah evolusi diantara cacing beludru dan artropoda modern yang dalam hal
jumlah maupun keragamannya merupakan kelompok hewan terbesar di bumi.
Namun ia belum yakin kaki keras pada kaktus berjalan diwariskan langsung
pada hewan artropoda modern. "Misalnya, bisa saja kaktus berjalan bukan
relasi dekat artropoda modern dan kaki kerasnya telah berevolusi berkali-kali.
Selain itu, mungkin juga tubuh artropoda primitif mengeras sebelum kakinya,"
kata Budd.
Oleh karena itu, Budd mengatakan ia masih ingin melihat bukti lebih lanjut
pada materi-materi fosil yang akan datang. Fosil-fosil baru, terutama yang
berasal dari China, telah membantu memperjelas sejarah evolusi artropoda.
Selama kurang lebih satu dekade ini, para ilmuwan telah memiliki beberapa
konsensus tentang sejarah itu. (Sumber: Live Science)
(Agung Dwi Cahyadi)
PROTOZOA
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu
protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama.[1]Protozoa
merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang
jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa
organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta,
selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami
kehilangan klorofildan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang
mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke
dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil,
dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana
sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan
dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari
algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding
sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.[2]

Bentuk tubuh[sunting | sunting sumber]

Flagellata

Biasanya berkisar 10-50 m, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah
mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka
sebelumnya jatuh di bawah keluargaProtista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa
terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh
protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa
merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa
mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam
ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak
menentu. Juga ada memiliki fligel atau bersilia.[1]

Habitat[sunting | sunting sumber]


Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan
terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup
pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana
seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat
tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan

kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian
darizooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat
berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit
yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa
berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain
membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan
hewan lainnya.[2]. Protozoa hidup secarasoliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa
merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membransel yang tipis, elastis,
permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah.
Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi
lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi.
Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida,
dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya
berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya
sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik,
yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat
parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan
tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel
tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.[1]

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]


Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom
Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organelorganel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum :

Organisme uniseluler (bersel tunggal)

Eukariotik (memiliki membran nukleus)

Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)

Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)

Hidup bebas, saprofit atau parasit

Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup

Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]

Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen, memili
membrane sel dari zatlipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang
bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa
berubah-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang
hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang
biasa dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan
pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti
menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang
masing=masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting
diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka
terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru

pula. Pada amuba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang
makan, maka amuba akan membentuk kista. Didalam kista amuba dapat membelah menjadi
amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista
akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya amuba ini akan tumbuh setelah
sampai pada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula.[1]

Morfologi Protozoa[sunting | sunting sumber]

Ciliata

Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk
mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak
vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif
(trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak
menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada
keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak
mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae.
Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai
denganfleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti
Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa
protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang
keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering
ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya
dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang
dapat bergerak secara khas menggunakanpseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada
yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan
inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid
dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke
dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang

tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke
dalam Sporozoa. Mulai tahun 1980, olehCommitee on Systematics and Evolution of the Society of
Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru,
yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora,
dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung
menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoakarena anggotanya sangat beragam,
maka dipecah menjadi lima kelas. Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophoraadalah
genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba,
dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain
genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa
kelompokAcetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan
genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk
kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompokMyxospora.[2]

Fisiologi Protozoa[sunting | sunting sumber]


Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada
lingkung ananaerobikmisalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa
aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk
menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atomhidrogen ke oksigen. Protozoa
umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik,
baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng
dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul
yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan
masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam
membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian
dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang
lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari
kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap
kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola
mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola
makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil
pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak
tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada
kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat
digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola
makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping
sitosom.[2]

Adaptasi[sunting | sunting sumber]


Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang, bakteri, dan microfungi.
Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan konsumen di decomposer link dari rantai
makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri
dan biomas. Protozoa dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka, beberapa, misalnya
amoebas, mengelilingi dan menelan makanan itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut

pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua protozoa yang mencerna makanan di perut
mereka seperti kompartemen disebut vakuola.
Sebagai komponen dari mikro-dan meiofauna, protozoa merupakan sumber makanan penting bagi
microinvertebrates. Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam transfer bakteri dan ganggang
produksi ke tingkat trophic berurutan adalah penting. Protozoa seperti parasit malaria (Plasmodium
spp.), Dan Leishmania trypanosomes juga penting sebagai parasit dan symbionts dari hewan
multisel.
Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara
tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti kista, protozoa dapat bertahan hidup
kondisi yang sulit, seperti terpapar ke suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu
lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Menjadi spesies
parasit kista memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan rumah, dan memungkinkan mereka
transmisi dari satu host ke yang lain. Ketika protozoa adalah dalam bentuk trophozoites (Yunani,
tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif memberi makan dan tumbuh. Proses mana
protozoa yang mengambil bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan
kembali ke trophozoite disebut excystation.
Protozoa dapat mereproduksi dengan pembelahan biner atau beberapa fisi. Beberapa protozoa
bereproduksi secara seksual, beberapa aseksual, sementara beberapa menggunakan kombinasi,
(mis. Coccidia). Seorang individu protozoon adalah hermaphroditic.
Nama lain untuk protozoa adalah Acrita (R. Owen, 1861). Mereka dapat menyebabkan malaria atau
disentri amuba.

Kelas Berdasarkan Alat Gerak[sunting | sunting sumber]


Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak:
Rhizopoda (Sarcodina),alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu) Bergerak dengan kaki semu
(pseudopodia)yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempattempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia.Jenis yang paling
mudah diamati adalah Amoeba.Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh
organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus, Foraminifera, Arcella,
Radiolaria.Entamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya
Entamoeba histolityca, Entamoeba coli.[4]

Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil.

Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba (bedakan dengan disentri basiler yang
disebabkan Shigella dysentriae)

Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut radang gusi


(Gingivitis)

Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi. Tanah
yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.

Radiolaria sp. endapan tanah yang mengandung hewan tersebut digunakan untuk bahan
penggosok.

Flagellata (Mastigophora),alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk).Bergerak dengan flagel (bulu
cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap
makanan.Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis,
Noctiluca milliaris, Volvox globator.Zooflagellata.[4]
Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas).Contohnya : Trypanosoma gambiens, Leishmania Dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:

Golongan phytonagellata

- Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara protozoadengan ganggang) - Volvax


globator (makhluh hidup peralihah antara protozoa dengan ganggang) - Noctiluca millaris (hidup di
laut dan dapat mengeluarkan cahaya bila terkena rangsangan mekanik)

Golongan Zooflagellata, contohnya :

- Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense. Menyebabkan penyakit tidur di Afrika


dengan vektor (pembawa) lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma gambiense
vektornya Glossina palpalis tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense vektornya Glossina
morsitans tsetse semak - Trypanosoma cruzl penyakit chagas - Trypanosoma evansi
penyakitsurra, pada hewan ternak(sapi). - Leishmaniadonovani penyakit kalanzar - Trichomonas
vaginalis penyakit keputihan
Ciliata (Ciliophora),alat gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai dengan adanya
silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari
makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti
besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting
untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi
untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Contoh :
Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli .[4]

Paramaecium caudatum disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola yaitu
vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur kesetimbangan tekanan
osmosis (osmoregulator).

Memiliki dua jenis inti Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara reproduksi, aseksual
membelah diri, seksual konyugasi.

Balantidium coli menyebabkan penyakit diare.

Sporozoa,adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara
mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan
secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia
Toxopinsma dan Plasmodium.. Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid)
sebagai cara perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organelkompleks pada salah satu
ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.Hidupnya parasit

pada manusia dan hewan.Contoh : Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae,Plasmodium


vivax. Gregarina.[4]
Jenis-jenisnya antara lain:

Plasmodiumfalciparum malaria tropika sporulasi tiap hari

Plasmodium vivax malaria tertiana sporulasi tiap hari ke-3(48 jam)

Plasmodium malariae malaria knartana sporulasi tiap hari ke-4 (72 jam)

Plasmodiumovale malaria ovale[5]

ROTIFERA
1.

Pengertian rotifera
Rotifera berasal dari kata rota = roda dan fera = membawa. Kata rotifer berasal dari bahasa latin
artinya roda-pembawa, karena korona di sekitar mulut yang bergerak menyerupai roda (meskipun
organ tidak benar-benar memutar). pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang
waktu itu dikenal dengan nama bdelloid rotifer yaitu hewan mirip cacing.Dari 1.700 spesies,
kebanyakan hidup di air tawar,hanya 50 spesies di laut,beberapa di hamparan lumut yang basah.
Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500 mikron,rata-rata 200
mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit
pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam ganggang jenis Vaucheria dan
Volvox. Biasanya transparan, beberapa berwarna cerah seperti seperti merah atau coklat disebabkan
warna saluran pencernaan.
Dan bentuk lain yang dijelaskan oleh Anton van Leeuwenhoek pada tahun 1703. Kebanyakan rotifera
sekitar 0,1-0,5 mm panjang (walaupun ukuran mereka dapat berkisar dari 50 pM menjadi lebih dari
2 mm), dan umum di air tawar lingkungan di seluruh dunia dengan beberapa laut spesies, misalnya,
orang-orang dari genus Synchaeta. Beberapa rotifera berenang bebas dan benar-benar planktonik,
bergerak lain dengan inchworming sepanjang substrat, dan beberapa sessile, hidup di dalam tabung
atau holdfasts gelatin yang melekat pada substrat.

1.

Morfologi dan Anatomi


Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek, badan yang besar dan kaki.
Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum rotifera.
Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang besilia, dan cilia ini melebar di sepuar tepi anterior
hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada trochal disk tampak seperti roda berputar, asal

nama rotifera (rota = roda dan fera = membawa). Mastaxnya terletak antara mulut dan pharynx.
Mastax ialah pharynx yang berotot bulat atau lonjong dan bagian dalamnya terdapat trophi,
semacam rahang berkhitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling berhubungan. Mastax
berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka ragam sesuai dengan
tipe kebiasaan makan rotifera.
Bentuk badan bulat atau silindris. Pada bagian badan (trunk) terdapat 3 buah tonjolan kecil yaitu
sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada ujung antena biasanya terdapat
bulu-bulu sebagai alat indra.
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kutikula pada kaki acapkali berkerut-kerut
sehingga tampak seperti beeruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan ke dalam badan.
Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah jari, di dalam kaki terdapat kelenjar kaki
(pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada substrat. Selain empat buah
jari, jenis bdelloidea mempunyai sepasang taji (spur). Pada jenis yang sessile seperti colotheca dan
floscularia, kelenjar kaki menghasilkan bahan pembentuk selubung seperti vas bunga. Kaki pada
jenis plankton adakalanya mengecil, lenyap atau di bagian ventral.
Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sintisial, dengan jumlah nuklei yang
selalu tetap. Epidermis menghasilkan kutikula, tipis sampai tebal, tergantung jenisnya, bahkan ada
yang mengeras seperti cangkang yang disebut lorica. Lorica adakalanya dihiasi galur-galur, duri yang
pendek, atau panjang dan gampang digerakkan, misalnya pada filinia.
Di bawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidak terorganisir
senaik platyhelminthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang berisi
cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sintial.
1.
1.

Fisiologi
Pencernaan
Mulut rotifera terletak di bagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh sebagian korona. Daerah
sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea mengalami modifikasi, melebar
sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan mulut terletak di dasar corong. Jenis filter feeder
memakan partikel organik yang lembut dengan bantuan aliran air yang dihasilkan cilia pada korona.
Makanan dari mulut di alirkan ke mastax. Pharynx dihubungkan dengan perut oleh esofagus. Perut
berbentuk tabung atau kantong, berhubungan dengan usus yang pendek dan berakhir dengan anus.
Jenis karivora memakan protozoa, rotifera yang kecil dan metazoa lain. Mangsa ditangkap dengan
cara mencengkram atau dijebak. Mangsa dicekram dengan menggunkan tophi berbentuk seperti
penjepit, atau mangsa yang terjebak di dalam corong tidak dapat keluar karena cuping yang bersetae
akan melipat ke dalam dan berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut.

1.

Alat ekskresi
Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bulb. Kedua
protonephridia tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian ventral
kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi, dengan kecepatan satu sampai
empat kali per menit. Pembuangan yang demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephridia
adalah sebagai osmoregulator, yaitu membuang kelebihan air di dalam tubuh. Dalam beberapa
menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat tubuh rotifera tersebut.

1.

Susunan saraf

Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan terletak di atas mastax. Dari
otak keluar sejumlah pasangan saraf yang menuju ke berbagai alat indera, antara lain ke mata dan ke
antena. Beberapa jenis rotifera, terutama yang sessile tidak mempunyai mata. Mata berupa ocellus
sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima buah.
1.

Reproduksi
Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil dari pada
betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat
reproduksi saja. Partenogenesis merupakan peristiwa yang umum terjadi. Perkawinan pada rotifera
biasanya dengan jalan hipodermic impregnation, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh.
Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur. Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan
sepuluh sampai dua puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari
jumlah tersebut.
Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas; kemudian akan mati. Bila
tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung
pada jenisnya. Pada bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya, reproduksi selalu dengan cara
partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang selalu menetas menjadi betina.
Pada kelas monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat tiga macam telur.
Tipe pertama adalah telur amictic, hasil dari partenogenesis, bercangkang tipis, diploid, tidak dapat
dibuahi dengan menetas menjadi betina amictic. Tipe kedua ialah mictic, bercangkang tipis, tetapi
haploid, bila tidak dibuahi secara partenogenetik aka menetas menjadi jantan yang haploid. Bila
telur mictic dibuahi oleh sperma dari janan yang haploid tersebut akan menjadi telur dorman ,
bercangkang tebal dan keras, resisten terhadap kekeringan dan lingkungan buruk, dan memerlukan
istrahat beberapa bulan sebelum dapat menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman menetas
menjadi betina amictic dan diploid

1.

1.

1.

1.

Nilai Ekonomis
Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan tawar di satu
pihak memakan serpihan-serpihan organik dan ganggang bersel satu, di lain pihak rotifera
merupakan makanan bagi hewan yang lebih besar seperti cacing dan crustacea.
Brachionus merupakan rotifera yang dibudidayakan sebagai makanan alami untuk larva ikan dan
udang. Karena berukuran kecil sekitar 300 mikron, dan berkembang biak dengan cepat, hingga
cocok untuk makanan burayak ikan mas yang baru habis kuning telurnya. Di daerah tropis,
Brachionus mulai bertelur pada umur 28 jam, dan setelah 24 jam telur menetas. Selama hidupnya
yang sebelas hari, seekor Brachionus menghasilkan 20 buir telur. Pada habitat yang tercemar bahan
lorganik dan berlumut, biasanya banyak dijumpai Bdelloidea seperti Philodina dan Rotaria
Klaisifikasi
Filum rotifera; simetri bilateral; tubuh biasanya mempunyai jumlah sel yang tetap; bentuk tubuh
agak silindris, biasanya terdapat corona bercilia di bagian anterior, saluran pencernaan lengkap dan
mempunyai mastax; saraf ganglion dorsal sebagai otak; reproduksi seksual, dioecious, beberapa
partenogenesis; kebanyakan berukuran kurang dari 1 mm.
Kelas Seisonacea
Tubuh panjang; corona mengecil; ovari sepasang; jantan berkembang baik; hanya ada satu genus
seison, dengan dua spesies laut, hidup komensal padaNebalia, filum Crustacea
Kelas Bdelloidea

1.

Tubuh silindris dan retraktil; corona seperti dua roda yang berputar; ovari sepasang; kaki dengan
dua sampai empat jari atau tidak ada; jantan tidak dikenal; partenogenesis; berenang atau merayap;
contoh Philodina, Embata, dan Rotaria
Kelas Monogononta
Ovari sebuah; jantan biasanya ada dan mengalami degenerasi.

1.

Ordo Ploima. Tubuh bulat sampai lonjong; ata agak pipih; lorica ada atau tidak ada; berenang bebas
atau merayap sebagai aufwuch; Keratella,Shyncaeta, dan Brachionus di laut dan di air
tawar, Chormogaster di laut hany memakan dinoflagellata.
2. Ordo Flosculariacea. Corona terdiri atas dua rangkaian cilia yang konsentrik dan di tengahnya
terdapat sebuah galur bercilia; biasanya terdapat 1-2 antena; soliter atau koloni; berenang bebas
atau sessile; testudinella berenang bebas, Floscularia sessile, Conochilus koloni dan berenang bebas
3. Ordo Collothecacea. Corona besar sekali; mastax uncinate atau kurang berkembang; acapkali sessile;
misalnya Colotheca
BAB III
PENUTUP
1.
1.

2.
3.
4.

5.

6.

Kesimpulan
Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500 mikron,rata-rata 200
mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit
pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam ganggang jenisVaucheria dan Volvox.
Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek, badan yang besar dan kaki.
Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum rotifera.
Fisiologi rotifera terdiri dari sistem pencernaan, alat ekskresi, dan susunan saraf
Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil dari pada
betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat
reproduksi saja
Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan tawar.di satu
pihak memakan serpihan-serpihan organik dang ganggang bersel satu, di lain pihak rotifera
merupakan makanan bagi hewan yang lebih besar
Filum rotifera terdiri atas 3 kelas yaitu seisonacea, bdelloidea dan monogononta.

Anda mungkin juga menyukai