Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Akne Vulgaris
Disusun Oleh
Fatimah Zahra
23.37.913.2011
Pembimbing
dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK

IDENTITAS PASIEN

Nama
: TN. S
Umur
: 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Banjar
Tanggal berobat : 9 Februari 2016

Keluhan Utama:

Bercak kehitaman disertai sisik halus


yang terasa gatal di daerah
selangkangan dan pantat sejak 1
minggu lalu.

wayat Penyakit Sekarang


Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke poliklinik kulit kelamin RSU Banjar
diantar oleh temannya. Pasien mengeluh terdapat bercak kehitaman disertai sisik
halus diatasnya disertai rasa gatal yang semakin bertambah terutama saat
berkeringat. Karena terasa gatal, pasien menggaruk bercak tersebut terus
menerus. Terkadang jika pasien merasa gatal tidak tertahankan, pasien
mengompres bercak tersebut dengan air hangat. Pasien pernah membaluri bercak
tersebut dengan minyak kayu putih namun terasa perih, karena itu pasien tidak
mencoba membaluri bercak tersebut dengan minyak kayu putih lagi.
Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun lalu. Pasien mengatakan bercak timbul
pertama kali di daerah selangkangan kiri. Bercak tersebut awalnya berwarna
kemerahan dengan sisik halus di permukaannya. Ukuran bercak kira-kira sebesar
uang logam. Bercak ini terasa kering dan gatal, semakin bertambah gatal jika
berkeringat sehingga bercak digaruk terus menerus oleh pasien dan akhirnya kulit
mengelupas dan kadang-kadang berdarah. Satu bulan kemudian, bercak
kemerahan timbul di selangkangan kanan dan kedua pantat, ukuran bercak
sebesar uang logam dan bersisik halus. Lama-kelamaan, warna bercak pada
selangkangan kanan dan kiri berwarna kehitaman dan meluas ke arah paha
bagian dalam, ukuran sebesar telapak tangan anak kecil dan bertambah gatal.
Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya. Riwayat
kencing manis, asma dan darah tinggi, penyakit kuning disangkal.

wayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan bahwa ayah beliau juga sering mengeluhkan rasa gatal pada
selangkangan disertai bercak kemerahan dengan sisik halus sebesar uang logam.
Pasien lupa kapan pastinya ayah pasien mulai merasakan keluhan seperti ini namun
pasien mengatakan keluhan ini lebih dulu dialami ayahnya lalu dialami oleh dirinya.
Menurut pasien, ayahnya pernah menggunakan obat salep Fungasol yang dibelinya
dari apotek. Pasien tidak tahu berapa kali sehari ayahnya memakai salep tersebut
namun pasien pernah melihat ayahnya mengoleskan salep tersebut ke kulit yang gatal
tiap mau tidur. Pasien juga tidak tahu berapa lama ayahnya memakai salep tersebut,
namun sekarang ayahnya jarang mengeluhkan gatal pada selangkangannya lagi.
Pasien tidak tahu apakah ada obat lain yang pernah dikonsumsi oleh ayahnya. Tidak
ada anggota keluarga pasien lainnya yang merasakan keluhan yang sama seperti
pasien.
Di keluarga juga tidak ada yang menderita kencing manis, asma dan darah tinggi pada
keluarga.
Pasien mengaku pernah mencoba menggunakan salep Fungasol seperti ayahnya, kirakira 5 bulan setelah merasakan keluhan. Salep dioleskan setiap mau tidur saja pada
kulit yang terasa gatal dan dipakai selama 1 minggu. Namun karena pasien merasa
gatalnya sudah berkurang, pasien tidak meneruskan penggunaan salep Fungasol lagi.
Sebulan kemudian pasien merasakan gatal di selangkangannya namun pasien tidak
menggunakan salep Fungasol lagi karena dirasa gatal tidak separah keluhan awal.
Pasien tidak pernah menggunakan obat lain selain salep Fungasol, baik itu obat oles
ataupun obat minum. Pasien menyangkal sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu
dalam jangka panjang.

wayat Penyakit Sekarang


Pasien menyangkal adanya alergi terhadap makanan, cuaca, hewan ataupun
hal lainnya.
Pasien bekerja sebagai buruh angkut di hutan dekat rumahnya. Setiap hari
pasien mengangkut kayu menggunakan motor dan membawa kayu tersebut
ke desa sebelah untuk dijual. Kayu tersebut diletakkan di bagian belakang
motor. Pasien bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore. Ketika bekerja,
pasien selalu menggunakan celana berbahan jeans yang tidak menyerap
keringat. Pasien juga mengatakan bahwa keringat bertambah banyak pada
daerah selangkangan dan pantat saat bekerja dan juga bertambah gatal.
Selain pasien, terdapat 2-3 rekannya yang bekerja sebagai buruh angkut dan
bekerja seperti ini namun tidak ada yang mengeluhkan keluhan gatal seperti
pasien.
Pasien biasanya mandi dua kali sehari, saat akan berangkat dan pulang
bekerja. Namun jika sedang capek setelah bekerja, pasien tidak mandi lagi
dan tidak mengelap bagian selangkangan dan pantatnya.
Jika mandi, pasien biasanya menggunakan sabun batang yang juga dipakai
oleh keluarganya dan menyabuni serta membersihkan seluruh badannya
namun tidak sampai ke bagian selangkangan dan pantat. Selesai mandi,
pasien menggunakan handuk namun walaupun badannya belum terlalu
kering, pasien telah menggunakan baju terlebih dahulu.

wayat Penyakit Sekarang


Selesai bekerja, pasien tidak langsung mengganti pakaiannya melainkan dudukduduk terlebih dulu sambil mengobrol dengan kedua orangtuanya. Selesai
beristirahat, baju dan celana yang pasien pakai biasanya tidak langsung dicuci
namun ditumpuk dulu dalam bak cuci kering. Pasien hanya mengganti celana
dalamnya 2 kali sehari. Apabila berkeringat, pasien tidak langsung mengganti
celana dalamnya. Jika pasien tidak sedang capek, pakaian dicuci sore hari 2-3 jam
setelah pasien bekerja namun jika tidak sempat maka pakaian dicuci keesokan
harinya. Terkadang jika baju dirasa masih bersih, baju akan dipakai untuk bekerja
keesokan harinya. Pasien juga mengaku bahwa pakaian bekas pakai lain sering
tidak dicuci terlebih dahulu, ditumpuk dalam bak cuci kering baru dicuci sore hari
atau keesokan harinya. Pasien juga mempunyai kebiasaan tidak menjemur
handuk yang baru digunakan melainkan diletakkan di dalam kamar terlebih
dahulu. Pasien mengatakan tempat menjemur pakaian berada di luar rumah dan
terkena sinar matahari yang cukup. Tempat pasien menjemur pakaian bercampur
dengan pakaian ayah dan ibunya begitu juga bak cuci tempat menaruh baju
kotor. Pasien sering menggunakan handuk ayahnya dikarenakan tertukar akibat
warna handuknya sama.
Muncul bercak di tempat lain selain selangkangan dan pantat disangkal. Bercak
disertai dengan bruntus-bruntus berisi air atau nanah disangkal. Dirumah pasien
tidak memelihara anjing, kucing ataupun hewan ternak lainnya. Muncul bercak
disertai sisik tebal pada lutut atau siku disangkal. Muncul bercak dengan
permukaan basah yang dikelilingi bercak-bercak kecil disekelilingnya disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit
ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : tidak diukur
Nadi
: 86 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Suhu
: 36,8 C

Status Generalikus

Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-).
Hidung
: Normonasal, Sekret (-/-), darah (-/-)
Telinga
: Normotia, Sekret (-), darah (-)
KGB
: pembesaran (-)
Thoraks
: Bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada.
Paru-paru
: vesikuler (+), ronchi (-), wheezing (-)
Jantung
: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
: hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas atas : hangat RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : hangat RCT < 2 detik

Status Dermatologikus
Distribusi

Regional

A/R

Kedua selangkangan dan kedua pantat

Lesi

Multiple, diskret, bilateral, tidak berbatas tegas, ireguler,


ukuran ada yang numular ada yang plakat, ukuran
terkecil 1 cm x 2 cm, ukuran terbesar 8 cm x 5 cm,
kering, lesi tidak menimbul.

Efloresensi

Makula hiperpigmentasi, skuama halus, erosi

tat kanan kiri, preparat kerokan kulit kemudian ditetesi dengan KOH 20% yang dicampur dengan tinta parker, lalu ditutup cover glass dan dilihat deng

RESUME

Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke poliklinik kulit


kelamin RSU Banjar diantar oleh temannya. Pasien mengeluh
terdapat bercak kehitaman disertai sisik halus diatasnya disertai
rasa gatal yang semakin bertambah terutama saat berkeringat.
Pasien menggaruk bercak tersebut terus menerus. Terkadang jika
pasien merasa gatal tidak tertahankan, pasien mengompres
bercak tersebut dengan air hangat dan minyak kayu putih.
Keluhan dirasakan sejak 1 tahun lalu, bercak timbul pertama kali
di daerah selangkangan kiri. Bercak tersebut awalnya berwarna
kemerahan dengan sisik halus di permukaannya dan kira-kira
sebesar uang logam. Bercak ini terasa kering dan gatal, semakin
bertambah gatal jika berkeringat sehingga bercak digaruk terus
menerus oleh pasien dan akhirnya kulit mengelupas dan kadangkadang berdarah. Satu bulan kemudian, bercak kemerahan timbul
di selangkangan kanan dan kedua pantat, ukuran bercak sebesar
uang logam dan bersisik halus. Lama-kelamaan, warna bercak
pada selangkangan kanan dan kiri berwarna kehitaman dan
meluas ke arah paha bagian dalam, ukuran sebesar telapak

Pasien mengatakan bahwa ayah beliau juga sering mengeluhkan keluhan yang
sama sebelum dirinya dan pernah menggunakan obat salep Fungasol yang
dibelinya, dipakai 1 kali sehari dan sekarang ayahnya jarang mengeluhkan
gatal pada selangkangannya lagi.
Pasien pernah menggunakan salep Fungasol dioleskan 1 kali sehari selama 1
minggu namun pasien tidak meneruskan penggunaan salep. Pasien bekerja
sebagai buruh angkut di hutan dekat rumahnya. Setiap hari pasien
mengangkut kayu menggunakan motor dan membawa kayu tersebut ke desa
sebelah untuk dijual. Ketika bekerja, pasien selalu menggunakan celana
berbahan jeans yang tidak menyerap keringat. Pasien mempunyai kebiasaan
jarang mandi atau mengelap keringat setelah bekerja. Pasien mempunyai
kebiasaan meletakkan baju dan handuknya yang lembab di tempat lembab
pula. Selesai mandi, pasien menggunakan handuk namun walaupun badannya
belum terlalu kering, pasien telah menggunakan baju terlebih dahulu. Pasien
sering menggunakan handuk ayahnya dikarenakan tertukar akibat warna
handuknya sama. Pasien mempunyai higienitas yang kurang baik.
Pada status dermatologi ditemukan lesi dengan distribusi regional, ditemukan
di kedua selangkangan dan kedua pantat. Lesi multiple, diskret, bilateral, tidak
berbatas tegas, ireguler, ukuran ada yang numular ada yang plakat, ukuran
terkecil 1 cm x 2 cm, ukuran terbesar 8 cm x 5 cm, kering, lesi tidak menimbul.
Efloresensi makula hiperpigmentasi, skuama halus, erosi.

DIAGNOSIS BANDING
Tinea Kruris et causa Trichophyton rubrum
Tinea Kruris et causa Epidermophyton floccosum
Tinea Kruris et causa Microsporum gypseum

DIAGNOSIS KERJA
Tinea Kruris et causa Trichophyton rubrum

RENCANA/ANJURAN PEMERIKSAAN
Pembiakan jamur dengan menggunakan medium agar
Sabouraud dextrose.
Pemeriksaan fungsi hati SGOT dan SGPT

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Edukasi pasien tentang penyebab/faktor pencetus dari penyakitnya.
Edukasi pasien untuk menjaga area lipatan kulit agar tidak lembab dengan cara
mengeringkan kulit setelah mandi dan berkeringat, mengganti pakaian dalam
dan celana ketika mulai berkeringat.
Edukasi pasien untuk tidak menggaruk area yang gatal.
Tidak menggunakan handuk secara bersamaan dengan anggota keluarga yang
lain.
Jemur handuk yang telah dipakai dan jangan menumpuk pakaian lembab.
Meningkatkan frekuensi mandi, minimal 2 kali sehari terutama setelah bekerja
atau berkeringat atau mengelap keringatnya jika dirasa berkeringat.

Medikamentosa
Sistemik
Ketokonazole 200 mg 1x1dalam 2 minggu
Topikal
Ketokonazole krim 2% dioleskan 2x1 selama 14 hari

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanactionam : Ad bonam

ANALISIS KASUS

Analisis Diagnosis Kasus


Diagnosis acne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.1,5
Pada anamnesis didapatkan :
Pasien berusia 17 tahun => SESUAI
Terdapat jerawat disertai gatal yang semakin bertambah pada
dahi, kedua pipi dan dagu sejak 1 minggu lalu => SESUAI
Jerawat timbul pertama kali sejak 1 tahun lalu (perjalanan penyakit
kronis) => SESUAI
Adanya bruntus-bruntus pada wajah pasien => SESUAI
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya efloresensi papula
eritematosa, pustul eritematosa, komedo blackhead dan
whitehead pada daerah dahi, kedua pipi dan dagu => SESUAI

Analisis Faktor Risiko Kasus


Pada pasien ditemukan beberapa faktor yang
berhubungan dengan timbulnya acne vulgaris
yaitu:
Usia 17 tahun
Kebiasaan jarang mencuci muka setelah pulang
sekolah
Kebiasaan memencet jerawat tanpa memastikan
kondisi tangan bersih terlebih dahulu
Tinggal di daerah beriklim panas
Jerawat bertambah jika akan haid

Beberapa faktor penyebab akne vulgaris antara lain: genetik, faktor


hormonal, faktor kosmetik, faktor infeksi dan trauma, kondisi kulit
=> Pada kasus ini dapat disimpulkan, pasien mengalami jerawat
akibat multifaktorial, seperti kondisi hormonal, stress dan
diperparah dengan kondisi iklim tempat tinggalnya panas
sehingga mempengaruhi kondisi kulit di wajah ditambah
kebiasaan pasien jarang mencuci muka setelah bepergian dan
kebiasaan memencet jerawat memakai tangan yang tidak
diketahui kebersihannya.

Analisis Grade Akne Vulgaris pada


Kasus
Gradasi Akne
Akne ringan : Komedo < 20 atau lesi inflamasi < 15 atau
total lesi < 30
Akne sedang : Komedo 20-100 atau lesi inflamasi 15-50
atau total lesi 30-125
Akne berat : Kista > 5 atau komedo < 100 atau lesi
inflamasi > 50 atau total lesi > 125
Jika merujuk dari gradasi akne di atas, maka pada pasien ini
dapat diklasifikasikan sebagai akne sedang.
Klasifikasi diadopsi dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia),
Regional Consensuson Acne Management, 13 Januari 2003, Ho Chi Minh-City,

Analisis Diagnosis Banding pada


Kasus
Pada anamnesis, diagnosis erupsi akneiformis, folikulitis, rosasea,
dermatitis perioral dapat disingkirkan yaitu:
Predileksi dermatitis perioral pada sekitar mulut => tidak sesuai
dengan pasien.
Erupsi akneiformis: Tidak adanya gejala timbulnya jerawat di muka
atau di bagian tubuh lain secara tiba-tiba setelah penggunaan obat
tertentu disangkal ataupun demam.1
Rosasea: Tidak adanya gejala bercak kemerahan pada dahi, hidung,
pipi dan dagu yang menetap selama beberapa bulan disangkal, wajah
terasa terbakar disangkal.1
Folikulitis: Tidak ada keluhan rasa gatal pada daerah rambut disertai
adanya gelembung-gelembung berisi cairan.

Analisis Diagnosis Banding pada


Kasus
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan efloresensi
komedo blackhead dan whitehead yang
merupakan lesi patognomonik dari akne
vulgaris yang tidak ditemukan pada rosasea
dan dermatitis perioral.
Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan
adanya papul atau pustul disertai rambut
ditengahnya.

Analisis Penatalaksanaan Kasus


Pada akne vulgaris tata laksana bertujuan mempercepat penyembuhan, mencegah
pembentukan akne baru dan mencegah jaringan parut permanen. 2
Tatalaksana akne vulgaris secara garis besar dibagi atas: 2
1.Prinsip umum
Diperlukan kerjasama antara dokter dan pasien
Harus berdasarkan penyebab/faktor pencetus, pathogenesis, keadaan klinik,
gradasi akne, aspek psikologis
2. Menentukan gradasi dan diagnosis klinis
3. Penatalaksanaan umum => mencuci wajah minimal 2 kali sehari
4. Tatalaksana medikamentosa berdasarkan gradasi berat-ringan akne diikuti dengan
terapi pemeliharaan/pencegahan
5. Tindakan

Non Medikamentosa
Edukasi pasien tentang penyebab/faktor
pencetus dari penyakitnya.
Edukasi pasien untuk tidak memegang
atau memencet jerawatnya.
Menjaga kebersihan wajah dengan rajin
mencuci muka setelah pulang sekolah
atau bepergian.
Menggali aspek psikologis pasien jika
ditemukan permasalahan psikologis.

Medikamentosa
Terapi topikal
Benzoil peroksida 5% + Klindamisin 1%
Terapi sistemik
Tetrasiklin 500 mg 2x1

Analisis Prognosis pada Kasus


Pada teori dijelaskan dengan
memperhatikan faktor etiologi maka
penyakit ini dapat disembuhkan dan
memberikan prognosis yang baik.1
Sesuai dengan kasus ini prognosisnya
adalah:
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. Zanglein AL, Graber AM, Thiboutot DM, Strauss JS. 2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In : Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. United States : McGraw Hill Inc. hal. 690-702.
2. Bernadette, I. 2015. Akne Vulgaris. Dalam: Menaldi, S.L., Bramono, K. dan Indriatmi W., ed. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI. hal. 288-292.
3. Draelos ZD and Dinardo JC. (2006). A Re-evaluation of Comedogenicity Concept. Journal of the American Academy of
Dermatology, 54(3), 507-512.
4. Tjekyan RM . (2008). Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika Indonesiana, 43(1), 6-12.
5. Boxton PK. 2003. ABC of Dermatology 4th edition. London : BMJ Group. hal 47-49.
6. Baumann L, Keri J. 2009. Acne (Type 1 Sensitive Skin). In : Baumann L, Saghari S, Weisberg E, eds. Cosmetic
Dermatology Principles and Practice 2nd Ed. New York: Mc Graw Hill. hal. 121-127.
7. Nguyen SH, Dang TP and Maibach HI. (2007) Comedogenicity in Rabbit: Some Cosmetic Ingredients/Vehicles.
Cutaneous and Ocular Toxicology, 26(4), 287-292.
8. Nelson AM, Thiboutot DM. 2008. Biology of Sebaceous Glands. In : Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest,
B.A., Paller, A.S., Leffell D.J. Dermatology In General Medicine. McGraw-Hill. h. 687-690.

Anda mungkin juga menyukai