Anda di halaman 1dari 5

KESULITAN MENELAN (DISFAGIA)

Kesulitan menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau


penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat
gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari
rongga mulut ke lambung. Disfagia dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti
odinofagia, rasa panas di dada, rasa mual, muntah, regurgitasi, hematemesis,
melena, anoreksia, hipersalivasi, batuk dan berat badan yang cepat berkurang.
Manifestasi klinik yang sering ditemukan ialah makanan yang tersangkut di
daerah leher atau dada ketika menelan.
Berdasarkan penyebabnya, disfagia terbagi atas (1) disfagia mekanik, (2)
disfagia motoric, (3) disfagia oleh gangguan emosi.
Penyebab utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esophagus
oleh , massa tumor dan benda asing. Penyebab lain ialah akibat peradangan
mukosa esophagus, striktur lumen esophagus, serta akibat penekanan lumen
esophagus dari luar, misalnya oleh pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid,
kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung yang abnormal dapat
menyebabkan disfagia yang disebut difagia Lusoria. Disfagia mekanik timbul
bila terjadi penyempitan lumen esophagus. Pada keadaan normal, lumen
esophagus orang dewasa dapat meregang sampai 4 cm. Keluhan disfagia mulai
timbul bila dilatasi ini tidak mencapai diameter 2,5 cm.
Keluhan disfagia motoric disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang
berperan dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan
saraf otak n. V, n. VII, n.IX, n.X dan n. XII, kelumpuhan otot faring dan lidah
serta gangguan peristaltic esophagus dapat menyebabkan disfagia.
Kelainan otot polos esophagus yang dipersarafi oleh komponen
parasimpatik n. vagus dan neuron nonkolinergik pasca ganglion di dalam ganglion
mienterik akan menyebabkan gangguan kotraksi dinding esophagus dan relaksasi
sfingter esophagus bagian bawah, sehingga dapat timbul keluhan disfagia.

Penyebab utama disfagia motoric adalah akalasia, spasme difus esophagus,


kelumpuhan otot faring dan scleroderma esophagus.
Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau
tekanan jiwa yang berat. Kelainan ini disebut juga globus histerikus.
Pathogenesis disfagia
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang
berperan dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari
beberapa faktor yaitu (a) ukuran bolus makanan, (b) diameter lumen esophagus
yang dilalui esofagus, (c) kontraksi peristaltic esophagus, (d) fungsi sfingter
esophagus bagian atas dan bagian bawah dan kerja otot-otot rongga mulut dan
lidah.
Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuromuskular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding
faring dan uvula, persarafan ekstrinsik esophagus serta persarafan intrinsic otototot esophagus bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motoric berjalan lancer.
Kerusakan pada pusat kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik
esophagus dan sfingter esophagus bagian atas. Oleh karena otot lurik esophagus
dan sfingter esophagus bagian atas juga mendapatkan persarafan dari inti motor n.
vagus, maka aktivitas peristaltic esophagus masih tampak pada kelainan di otak.
Relaksasi sfingter esophagus bagian bawah terjadi akibat peregangan langsung
dinding esophagus.
Diagnosis
Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis yang cermat untuk
menentukan diagnosis kelainan atau penyakit yang menyebabkan timbulnya
gejala disfagia. Jenis makanan yang menyebabkan disfagia dapat memberikan
informasi kelainan yang terjadi. Pada disfagia mekanik menelan hanya terjadi
2

pada waktu menelan makanan padat. Bolus makanan tersebut kadang-kadang


perlu didoring dengan air dan pada sumbatan yang lebih lanjut, cairanpun akan
sulit ditelan. Bila sumbatan ini terjadi secara progresif dalam beberapa bulan,
maka harus dicurigai kemungkinan adanya proses keganasan di esophagus.
Sebaliknya pada disfagia motoric, yaitu pada pasien akalasia dan spasme difus
esophagus, keluhan sulit menelan makanan padat dan cairan terjadi dalam waktu
yang bersamaan.
Waktu dan perjalanan keluhan disfagia dapat memberikan gambaran yang
kebih jelas untuk diagnostic. Disfagia yang hilang dalam beberapa hari dapat
disebabkan oleh peradangan. Disfagia yang terjadi dalam beberapa bulan dengan
penurunan berat badan yang cepat dicurigai adanya keganasan pad esophagus.
Bila disfagia ini berlangung bertahun-tahun untuk makanan padat perlu dipikirkan
adanya kelainann yang bersifat jinak atau di esophagus bagian distal (lower
esophageal muscular ring).
Lokasi rasa sumbatan di daerah dada dapat menunjukkan kelainan
esophagus bagian torakal, tetapi bila sumbatan terasa di leher, maka kelainannya
dapat di faring, atau esophagus bagian servikal.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan adaerah leher dilakukan untuk melihat dan meraba adanya
massa tumor atau pembesaran kelenjar limfa yang dapat menekan esophagus.
Daerah rongga mulut perlu diteliti, apakah ada tanda-tanda peradangan orofaring
dan tonsil selain adanya massa tumor yang dapat mengganggu proses menelan.
Selain itu diteliti adanya kelumpuhan otot-otot lidah dan arkus faring yang
disebabkan oleh gangguan di pusat menelan maupun pada saraf otak n. V, n. VII,
n. IX, n. X dan n. XII. Pembesaran jantung sebelah kiri, elongasi aorta, tumor
bronkus kiri dan pembesaran kelenjar limfa mediastinum, dapat menyebabkan
keluhan disfagia.
Pemeriksaan Penunjang

Untuk diagnosis selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat


dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis disfagia adalah :
Videofluoroskopi Swallow Assesment (VFSS)
Pemeriksaan ini dikenal sebagai Modified Barium Swallow(MBS) adalah
pemeriksaan yang sering dilakukan dalam mengevaluasi disfagian dan aspirasi.
Pemeriksaan ini menggambarkan struktur dan fisiologi menelan pada rongga
mulut, faring, laring, dan esophagus bagian atas. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan bolus kecil berbagai konsistensi yang dicampur dengan barium.
VFSS dapat untuk panduan dalam terapi menelan dengan memberikan bermacam
bentuk makanan pada berbagai posisi kepala dan melakukan beberapa maneuver
untuk mencegah aspirasi untuk memperoleh kondisi optimal dalam proses
menelan.
FEES (Flexible Endoscopy Evaluation of Swallowing)
Pemeriksaan

evaluasi

fungsi

menelan

dengan

menggunakan

nasofaringoskop serat optic lentur.


Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan penunjang, foto polos esophagus dan yang memakai zat
kontras,

dapat

membantuk

menegakkan

diagnosis

kelainan

esophagus.

Pemeriksaan ini tidak ini invasive. Dengan pemeriksaan fluroskopi, dapat dilihat
kelenturan dinding esophagus, adanya gangguan peristaltic, penekanan lumen
esophagus dari luar, isi lumen esophagus dan kadang-kadang kelainan mukosa
esophagus. Pemeriksaan kontras ganda dapat memperlihatkan karsinoma stadium
dini. Akhir-akhir ini pemeriksaan radiologic esophagus lebih maju lagi. Untuk
memperlihatkan adanya gangguan motilitas esophagus dibuat cine-film atau video
tapemya. Tomogram dan CT scan dapat mengevaluasi bentuk esophagus dan
jaringan di sekitarnya. MRI dapat membantu melihat kelainan di otak yang
menyebabkan disfagia motoric.
Esofagoskopi
4

Tujuan tindakan esofagoskopi adalah untuk melihat langsung isi lumen


esophagus dan keadaan mukosanya. Diperlukan alat esophagoskop yang kaku
atau yang lentur. Karena pemeriksaan ini bersifat infasif, maka perlu persiapan
yang baik. Dapat dilakukan dengan analgesia. Untuk menghindari komplikasi
yang mungkin timbul perlu diperhatikan indikasi dan kontraindikasi tindakan.
Persiapan pasien, operator, peralatan dan ruang peemeriksaan perlu dilakukan.
Risiko dari tindakan, seperti perdarahan dan perforasi pasca biopsy harus
dipertimbangkan.
Pemeriksaan manometrik
Pemeriksaan manometrik bertujuan untuk menilai fungsi motoric
esophagus. Dengan mengukur tekanan dalam lumen esophagus dan tekanan
sfingter esophagus dapat dinilai gerakan secara kualitatif dan kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai