Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan
perbuatan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji
sawi pun niscaya dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan walau seberat biji sawi pun niscaya mereka akan
melihat (balasan)-Nya.
2. Iman adalah syarat mutlak dalam beramal. Nilai sebuah amal saleh
adalah sangat ditentukan oleh iman. Ketiadaan iman menyebabkan kesia-siaan
dalam beramal.
Di dalam al-Quran surah Ibrhim (14): 18 Allah swt. berfirman:
Terjemahnya :
Orang-orang kafir terhadap Tuhannya, perbuatan-perbuatan mereka
adalah laksana debu ditiup angin dengan kencang pada suatu hari yang
berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil apa-apa yang telah mereka
usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Hal yang senada terdapat dalam QS. al-Nr (24): 39 yang menyamakan
perbuatan orang-orang kafir laksana fatamorgana:
Terjemahnya:
Dan
orang-orang
kafir,
perbuatan-perbuatan
mereka
laksana
fatamorgana di tengah-tengah tanah yang datar, yang disangka air oleh orangorang yang kehausan, tetapi ketika didatangi air itu, dia tidak mendapati apaapa. Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, kemudian Allah
menyempurnakan perhitungannya dengan cukup, dan Allah maha cepat
perhitungannya.
Dari keterangan ayat di atas, dapat dipahami bahwa amal perbuatan
orang-orang kafir atau yang tidak memiliki iman kendatipun secara lahiriyah
nampak dan mengagumkan, tetap tidak mempunyai makna di hari kemudian.
3. Selain iman, rasa keikhlasan yang menjadi penentu bagi diterimanya
amal. Dalam pengertian bahwa setiap amal perbuatan harus disandarkan