Anda di halaman 1dari 39

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Geologi merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahanbahan yang membentuk bumi, struktur, proses - proses yang bekerja baik didalam
maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi
dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai
pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang
ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari
benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan
rangkaian pegunungan.
Batuan adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan
bahan organik melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar
di Kalimantan Selatan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan
dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan
stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya
mengalami metamorfosis bila terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang
khas adalah batuan pualam yang berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang
berasal dari batuan vulkanik, batu geneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha,
dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di
setiap daerah. Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian
yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan
sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut
yakni 31,29% Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan
Meratus yang membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan
Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Pantai Bunati Kecamatan Angsana merupakan salah satu wilayah pesisir
pantai yang masuk ke dalam zona kepelabuhanan (pelabuhan khusus) sesuai

dengan potensi dan karakteristik wilayah tersebut. Dengan adanya zonasi


pengembangan pelabuhan khusus itu, pemerintah Tanah Bumbu mengharapkan
mampu menggerakkan dinamika pertumbuhan ekonomi wilayah Kecamatan
Angsana.
Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung
yang terdapat singkapan batuan, bagian selatan terdapat gugusan pormasi batu
bara yang menjorok ke permukaan sepanjang 2 km yang menyebabkan bagian
sepanjang bagian dasar pesisir Bunati terdapat sebaran endapan batu bara. Hal
tersebut terjadi karena pengaruh dari proses alam, yang meliputi proses pasang
surut air laut, deburan ombak dan proses alam lainnya yang menyertai, sehingga
bongkahan batubara dari pormasi sepanjang 2 km itu lambat laun mengalami
pengikisan. Wilayah perairan pantai Bunati juga terdapat aktivitas pertambangann
sehingga wilayah itu merupakan salah satu jalur pelayaran kapal pengangkut
batubara (kapal Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan menyebabkan
terjadinya pencemaran wilayah pesisir dan laut yang berasal dari hasil aktivitas
kapal tongkang yang lambat laun akan menyebabkan wilayah pantai Bunati
menjadi rusak.
Bentukan lahan di desa Bunati diperkirakan berasal dari
proses marine dan fluvial. Agar dapat mengetahui proses yang
terjadi di desa Bunati dan mengembangkan mata kuliah Geologi
Laut maka mahasiswa Ilmu Kelautan melakukan praktek lapang
di wilayah tersebut.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktek

lapang

yang

dilaksanakan

di

Pantai

Bunati

Kecamatan Angsana, bertujuan :


a. Mengetahui dan mengenal jenis - jenis batuan yang terdapat di
sepanjang garis pantai Bunati.
b. Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang
garis pantai Bunati.
c. Mengetahui proses - proses geomorfologi di Desa Bunati.
Sedangkan kegunaan dari praktek lapang ini adalah :

a. Mahasiswa

dapat

memahami

langsung

bagaimana

mengaplikasikan materi yang didapat selama perkuliahan


secara langsung di lapangan.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam
mengidentifikasi

menginterpretasi

jenis

batuar54zn

dan

bentukan lahan.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai
berikut :
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup
lokasi disekitar perairan pesisir dan laut Desa Bunati Kecamatan
Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat
tersebut merupakan wilayah Pelabuhan khusus dan jalur lalu
lintas kapal tongkang.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktik
pengenalan

lapang
jenis

ini

batuan,

menitik

beratkan

pengamatan

pada

struktur

materi
batuan

tersingkap dan geomorfologi pantai di lokasi praktik.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Geologi
Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
Geo yang artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi
adalah ilmu yang mempelajari bumi (Anonim, 2012).
Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa
geologi

merupakan

ilmu

ppengetahuan

yang

menguraikan

tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya.


Secara

menyeluruh

beserta

penghuninya,

sejak

awal

pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat


batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari
planet

bumu

termasuk

komposisi

keterbentukannya

dan

sejarahnya.
Geologi

adalah

ilmu

pengetahuan

yang

mempelajari

tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil
yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah
semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang
bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan
gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang
geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena
alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung
meletus, banjir, gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).

Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah


pengetahuan alam yang mempelajari litosfer (Lithos : batu,
phere : lapisan) dan gejala - gejalanya, semula ilmu geologi
ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan
alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang
mempelajari atau menyelidiki lapisan - lapisan batuan yang ada
dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah perkembangannya.
Menjelang

akhir

abad

ke-20

bidang

geologi

mengalami

perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun


berubah menjadi salah satu disiplin yang digunakan manusia
masa kini secara intensif dalam upaya mengubah lingkungan
alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2. Manfaat Mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang
tersebut dalam definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya.
Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi, maka
ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu
geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi (Anonim, 2009).
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui
beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di
bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
a. Ilmu

geologi

dapat

membantu

untuk

mengetahui

dan

memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet


khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
b. Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan
babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang
dan

yang

sangat

berbeda

ini

dapat

terbentuk

dan

dimanfaatkan oleh manusia.


c. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui
dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.

d. Keberadaan

material

bangunan

sangat

tergantung

pada

kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat


membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material
bahan bangunan.
e. Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan
sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung
juga pada jenis atau macam batuannya.
f. Pengetahuan
geologi
sangat
membantu
memprediksikan

atau

meramalkan

untuk

kemungkinan

kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran,


aktivitas gunungapi dan sebaginya (Anonim, 2009).
2.3. Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur unsur
struktur geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar,
dan sebagainya, yang terdapat didalam suatu satua tektonik.
Tektonik sendiri dianggap suatu studi yang mencakup masalah
bentuk, pola evolusi dari satuan tektonik dalam ukuran yang
lebih

besar

seperti

cekungan

sedimentasi,

rangkaian

pegunungan, paparan dan sebagainya. Geologi struktur dalam


hal ini sudah pasti erat hubungannya dengan studi tentang
struktur sekunder, yaitu suatu struktur yang terbentuk setelah
terjadi

pengendapan

batuan.

Macam

macam

struktur

sekunder :
a) Kekar (joint) : yaitu rekahan rekahan dalam batuan yang
terjadi karena tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh gaya
yang bekerja dalam kerak bumi (lihat gambar 1).

Gambar 1. Macam - macam Kekar (Yanuari, 2011)


b) Sesar (fault) : adalah rekahan - rekahan dalam kulit bumi, yang
telah mengalami pergeseran (lihat gambar 2).

Gambar 2. Macam - macam Sesar (Fhandy, 2015)


c) Lipatan (fold) : yaitu penekukan pada batuan, baik dalam
batuan sedimen atau metamorf (lihat gambar 3).

Gambar 3. Sketsa Sistem Pelipatan (Yanuari, 2011)


d) Bidang Pelapisan (unconformity) : yaitu suatu bidang erosi
yang memisahkan antara batuan yang lebih muda dari yang
lebih tua (lihat gambar 4).

Gambar 4. Sketsa Sistem Pelapisan Sedimen (Yanuari, 2011)


Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang
roman muka bumi Geomorphology) berasal beserta aspek - aspek yang
mempengaruhinya.

Kata

Geomorfologi

(Geos

(erath/bumi),

morphos

(shape/bentuk), bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: logos (knowledge
atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata - kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk - bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan
tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab
termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta

bentuk - bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain,
plateau, mountain dan sebagainya.
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus
Geomorfik (Geomorphic cycle) yang pada mulanya diajukan Davis dengan istilah
Geomorphic cycle. Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang
mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana
gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat
diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya,
suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila
telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua (gambar 5
dibawah).

Gambar 5. Siklus Geomorfologi Muda, Dewasa dan Tua (Nindy, 2012)


Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan
(rejuvenation) atas suatu bentangalam. Dengan kembali ke stadia muda, maka
berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini
dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari
satu siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama
dengan siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya

kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah : the
first cycle of erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc.
Misalnya suatu plateau yang mencapai tinmaturely dissected plateau in the
second cycle of erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena wilayah
tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu,
morfologi dan bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia. Geomorfologi pantai dapat
berupa dataran aluvial, bangunan pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove
dan bangunan pantai (Noor, 2010).
Geomorfologi yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan
pantai terhadap kenaikan muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif
pada suatu bagian pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai yang sangat rentan
terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi berupa
penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan delta.
Sedangkan pantai dengan bentuk geomorfologi berupa tebing tinggi dan fjords
sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka laut.
2.4. Kelandaian Pantai
Pada garis besar perairan Indonesia dapat dibagi menjadi
dua yakni perairan dangkal berupa paparan dan perairan laut
dalam. Paparan (shelf) adalah zona di laut terhitung mulai garis
surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120-200 m, yang
kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih ke arah laut
dalam. Ada dua paparan yng luas di Indonesia yakni paparan
Sunda di sebelah barat dan paparan Arafura - Sahul di sebelah
timur. Di antara keduanya terdapat laut dalam dengan topografi
yang kompleks. Misalnya ada depresi atau cekungan yang luas di
dasar laut, dan kurang lebih berbentuk bulat atau lonjong,
disebut basin. Ada pula depresi yang dalam dan bentuknya
memanjang yang disebut palung. Palung yang sempit dengan sisi

10

yang curam disebut trench dan yang agak melebar dengan sisi
yang lebih landai adalah trough (Nontji, 2007).
2.5. Jenis - jenis Batuan
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses
yang mereka. Ciri - ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi
beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih diklasifikasikan
berdasarkan

ukuran

partikel

yang

membentuk

mereka.

Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh


model geologi (Pettijohn, 1987).
Pengkelasan jenis batuan ini dibuat dengan berdasarkan :
a. Kandungan mineral yaitu jenis - jenis mineral yang terdapat di
dalam batu ini.
b. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur - hablur mineral
di dalam batu.
c. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
d. Proses pembentukan (Anonim, 2012).
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau
genesanya menjadi 3 kelompok utama :
a. Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.
b. Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan
batuan yang telah ada sebelumnya.
c. Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya
pengaruh tekanan, panas atau keduanya yang sangat tinggi
(Nurdin, 2009).
2.5.1. Batuan Beku
Batuan beku (lihat gambar 6) merupakan batuan yang
terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam
maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral

11

penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction


series (Nurdin, 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat
dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a. Batuan beku plutonis
Batuan

beku

plutonis

adalah

batuan

yang

proses

terbentuknya jauh di dalam bumi (15-50 km). Batuan ini


terbentuk dari pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh
karena itu, batuan ini mempunyai kristal yang sempurna
(holokristalin). Ciri - ciri batuan plutonis :
1) Pada umumnya berbutir kasar.
2) Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri ciri batuan vulkanis :
1) Berbutir halus dan sering terdapat kaca.
2) Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).

Gambar 6. Contoh batuan beku (Rismayana, 2015)


2.5.2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen (lihat gambar 7) adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau
batuan

yang

terjadi

dari

akumulasi

mineral

dari

hasil

perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil

12

aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi


lapis

pada

permukaan

bumiyang

kemudian

mengalami

pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin, 2009).


Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen
disebut diagenesis. Adapun proses - proses yang terjadi dalam
diaganesis, antara lain:
a. Kompaksi,

yaitu

pembentukan

akibat

beban

akumulasi

sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan


antar butir lebih lekat, air dalam pori - pori antar butir keluar
menjadi

kompak

atau

padat,

volumenya

berubah,

dan

porositasnya menjadi berkurang.


b. Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori - pori yang
mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida
atau mineral lempung) menyemen butiran - butiran sedimen
mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari
material semula.
c. Rekristalisasi, dimana

mineral

mineral

kurang

stabil

(aragonit) saat sedimen terakumulasi mengkristal kembali


menjadi stabil (kalsit).
d. Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari
sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas
dan akhirnya terjadi pelarutan.
e. Autijenesis, pembentukan mineral baru.
f. Penggantian (replacement).
g. Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi
lempung dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2 (dua) jenis dilihat
berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a. Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk
dengan proses mekanis (disintegrasi menjadi fragmen yang
lebih kecil), pelapukan kimiawi, proses erosi; transportasi oleh
air, angin dan es, sedimentasi (pengendapan) dan diagenesis.

13

b. Batuan sedimen non - klastik, yaitu batuan sedimen yang


terbentuk karena adanya ubahan tidak secara mekanis bisa
karena terjadi perubahank imiawinya atau karena pengaruh
makhluk hidup (Nurdin, 2009).
Pengelompokkan yang sederhana dalam batuan sedimen
adalah dalam beberapa kelompok besar, yaitu :
a. Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari material - material pecahan atau hancuran
batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya (fragmen pecahan besar dan matriks - pecahan kecil). Terbentuk sebagai
akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain
dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena
pembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka
disebut juga batuan sedimen mekanik (mechanical sediment).
Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir, batu
lempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit
(tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau
dan sebagainya (Nurdin, 2009).
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau
bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi yang dimaksud
adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman
unsur - unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang
terpresipitasi

dan

replacement).

Ciri

khas

tekstur

nonklastikadanya kristal - kristal yang saling menjari, tidak ada


ruang berpori - pori antarbutir, dan umumnya mono mineralik.
Kristal - kristal dalam batuan sedimen non klastik dapat
berbentuk serabut, lembaran atau butiran (Nurdin 2009).
c. Batuan Sedimen Kimiawi

14

Sedimen kimiawi adalah sedimen yang pembentukannya


berasal dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
d. Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat mono
mineral, yangdikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit
biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis - lapis.
Contohnya batuan evaporit yang utama:batuan gip, batuan
anhidrit dan batu garam (halit).
e. Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
batuan yang bersifat mono mineral dan banyak serta langka
terdapat sebagai batuan, seperti rijang (chert).
f. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik berasal dari akumulasi flora dan
fauna yang telah mati, misalnya :
1) Batu gamping, cangkang, terumbu
2) Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3) Diatomea (dari tumbuhan)
4) Batu bara (dari mangrove)
5) Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
g. Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang terdiri dari material
karbonat yangt erdiri dari butiran dan matrik sebanyak 75%
tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan dolostone.
Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono
mineral) (Nurdin, 2009).
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan
sedimen karbonat berubah menjadi batuan karbonat. Ketiga
proses ini adalah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
2) Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan
membatu
3) Penggantian materi - materi lain oleh kalsium karbonat

15

Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen,


yaitu:
1) Butiran (the allochemical component)
- non skeletal : ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti :
fosil), intraclasts, extraclasts
- skeletal components : fosil
2) Lumpur karbonat
- matriks diantara butiran; material

alogenik

(lumpur

karbonat) maupunautigenik (mikrokristalin)


- mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 m); mikrospar (5-15 m)
3) Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4) Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih
kasar dari mikrit
5) Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6) Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air,
hidrokarbon, udara.

Gambar 7. Contoh batuan sedimen (Rismayana, 2015)


2.5.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf (lihat gambar 8) merupakan batuan yang
telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau suhu yang
tinggi (T>2000C dan P>300Mpa) yang terjadi secara isokimia
yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda.
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme
Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya :
a. Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik
pada metamofisme terhadap batuan regas menghasilkan

16

hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen


menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan
menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
b. Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma),
terjadi rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme
aureol.
c. Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam,
suhu 3000C,kelompok mineral zeolit.
d. Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang
merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan
keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral
berperan

sebagai

tambahan.

Berdasarkan

foliasi,

batuan

metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:


a. Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui
bidang

foliasi,biasanya

karena

melimpahnya

Mika

yang

terorientasi. Batuannya adalah:


1) Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap
suram padabidang foliasi. Berkomposisi utama mineral
lempung. Batu sabak tampak merah bila mengandung
banyak kematite, hijau bila klorit,dan umumnya abu - abu
sampai hitam bila banyak grafit.
2) Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik,
daripada

batusabak

dan

bidang

berbutir

lebih

foliasinya

kasar

mengkilat

karena Mika atau Klorityang sudah lebih banyak daripada


batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari batusabak
ke batu sekis.
3) Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral
pipih yang terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b. Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak
mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi
mineral - mineral pipih berselingan dengan mineral - mineral
yang tidak pipih yang berbutir sama besar. Butirannya antara

17

lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang sampai


kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika dan
kadang-kadang Hornblende.
c. Berfoliasi sangat lemah sampai nonf oliasi : batuan didominasi
oleh mineral - mineral berbentuk kubus, mineral - mineral
pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular
atau berlineasi. Batuannya antara lain :
1) Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama
adalah Kuarsa,bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi
butiran, non foliasi.
2) Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu abu (biasanya) karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3) Hornfels.
Bersifat
afanitik
sampai
fanerik
halus,
berkomposisi

Kuarsa,

Feldspar,

Mika

(diketahui

dari

pengamatan lapangan).
4) Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi
Kuarsa dan Feldspar (yang berbentuk kubus).
5) Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi
Piroksindan Garnet di samping Kuarsa dan Feldspar.
6) Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau,
hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin
(Nurdin 2009).

Gambar 8. Contoh batuan metamorf (Rismayana, 2015)


2.6. Strike dan Dip

18

Dalam teknik penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus


mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah
penyebarannya dan juga kemiringan pada batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua
elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Strike atau Jurus adalah arah garis
yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau
dari arah utara. Sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar
dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Bidang planar
ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidangperlapisan, bidang kekar,
bidang sesar. Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil
pengendapan (sedimen), tetapi juga dapat ditemukan pada batuan metamorf
yang berstruktur foliasi. Penulisan strike dan dip N (Derajat Strike) E/ (Derajat
Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip). Gambaran mengenail
Strike dan Dip dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Strike and Dip (Stofer, 2016)


Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan
Kompas Geologi (lihat gambar 10). Kompas Geologi mempunyai kemampuan
untuk mengukur strike dip (lihat gambar 11) karena memiliki klinometer juga
bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur
kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk
memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal. Disamping menggunakan

19

kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya
adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di lapangan.

Gambar 10. Kompas geologi

Gambar 11. Pengukuran strike and dip menggunakan kompas geologi

BAB III. METODE PRAKTEK

20

3.1. Waktu dan Tempat


Praktik lapang Geologi Laut ini dilaksanakan pada hari Kamis s.d Minggu
tanggal 28 April s.d 1 Mei 2016, yang berlokasi di Desa Bunati, Kecamatan
Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Adapun
gambaran mengenai lokasi telah disajikan pada gambar 12.

Gambar 12. Lokasi praktek lapang (Hasil layout PL Bunati, 2016)

3.2. Alat dan bahan

21

Adapun alat - alat yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :


Tabel 1. Alat - alat yang digunakan dalam Praktek Geologi
No
Nama
Fungsi
1. Palu Geologi
Membantu mengambil sampel batuan
2. Kantong sampel
Memasuukkan sampel batuan
3. Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
4. Kamera
Mendominasikan
5. Theodolit
Membantu pengukuran kontur tanah
6. Waterpass
Mengukur kemiringan suatu lokasi
7. Rambu ukur
Alat pendukung pengambilan data menggunalan
theodolite dan waterpass
8. Kompas Geologi Mengukur Strike dan Dip
9. GPS
Menandai titik koordinat
3.3. Prosedur Kerja
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang
pantai lokasi praktek.
b. Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
c. Mencatat hasil pengukuran tsb.
3. Strike dan Dip
Langkah - langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
- Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan
-

arah.
Menempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur)

pada bidang yang akan kita ukur.


Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bull eyes berada di tengah.

22

Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.

Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
- Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang
-

bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.


Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di

tengah.
Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Lokasi Praktek

23

Desa Bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah
timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan
perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku
Bugis, Banjar dan Jawa. Sedangkan, apabila ditinjau dari segi pekerjaan mayoritas
masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Menurut data statistik, Desa Bunati
memiliki jumlah Penduduk mencapai 16.347 Jiwa yang terdiri dari 8.558 jiwa
Laki - laki dan 7.789 jiwa Perempuan. Tingkat Kepadatan Penduduk rata-rata
sebesar 108 jiwa/km.
Isu dan permasalahan yang terjadi di desa Bunati adalah wilayah pesisir
Desa Bunati yang dijadikan sebagai lokasi pelabuhan dan lalu lintas tongkang
batubara. Maraknya aktifitas penambangan batubara diwilayah Kabupaten Tanah
Bumbu tersebut dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mengeruk keuntungan
tanpa memikirkan nasib masyarakat sekitar pantai. Salah satu hal yang lebih
memprihatinkan

adalah,

bahwa

kecenderungan

kerusakan

lingkungan pesisir dan lautan lebih disebabkan paradigma dan


praktek pembangunan yang selama ini diterapkan belum sesuai
dengan

prinsip

prinsip

pembangunan

berkelanjutan

(sustainable development).
Dampak yang terlihat sekarang yaitu adanya abrasi pantai mengakibatkan
garis pantai mengalami pengikisan dan apabila tidak di atasi dengan cepat dan
tepat, maka akan mengakibatkan masalah yang sangat fatal.

Selain itu,

tercemarnya wilayah pesisir yang diakibatkan oleh serpihan serpihan batubara yang hanyut oleh arus dan tertinggal di
pinggiran pantai membuat keindahan pantai yang terdapat di
pesisir tersebut berkurang (lihat gambar 13). Adapun dampak
yang tentunya akan terjadi dalam jangka panjang apabila
kegiatan tersebut terus terjadi maka akan berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan masyarakat. Hal tersebut sudah pernah
dialami oleh masyarakat pesisir, yaitu pada saat terjadi musim

24

kemarau, debu-debu batubara tersebut terbang dan sampai


memasuki

kawasan

penduduk.

sangat menganggu aktifitas

Kejadian

tersebut

tentunya

masyarakat sehari-hari karena

cenderung pada saat itu penyakit gangguan pernafasan dialami


oleh masyarakat sekitar akibat dari udara yang tercemar.

Gambar 13. (a) Abrasi pantai Bunati (b) Serpihan batubara di pesisir Bunati (dok.
PL Bunati 2016)
4.2. Jenis Batuan yang Ditemukan Di Lokasi Praktek
Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai
Bunati adalah sebagai berikut.
No Kelompok batuan

Jenis batuan

1.

Batuan sedimen

Batu bara (Palogen)

2.

Batuan sedimen

Batu lempung

Keterangan
Wilayah garis pantai dan pada
daerah tanjung Teraban di
Pantai Bunati
Wilayah garis pantai di Pantai
Bunati

Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati


termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan
batu bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan kedua batuan tersebut.
1. Batu Bara
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa jenis batuan yang
ditemukan di Pantai Desa Bunati didominasi oleh kelompok batuan sedimen non
klastik dengan jenis batuan Batu Bara (lihat gambar 14).

25

Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen
non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses
organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah.Serpihan daun dan
batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan,
dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.

Gambar 14. Batu bara (dok. PL Bunati 2016)


Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya
dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara
bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri
baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun
batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses
pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan
briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang
cokelat tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon dari beratnya dengan
kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi
dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam
industri dengan membentuknya menjadi kokas - residu karbon berbentuk padat.
2. Batu Lempung
Batu Lempung adalah salah satu jenis batuan sedimen yang terdiri dari
material kaya aluminum dan silika. Mineral penyusun batu lempung sangat kecil,
merupakan mineral yang aktif secara elektrokimiawi, dan hanya dapat dilihat

26

menggunakan mikroskop elektron. Batu lempung membentuk gumpalan keras


saat kering, dan gumpalan lengket serta lunak saat basah. Warna dari Batuan ini
biasanya coklat, keemasan, merah, atau abu - abu.
Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya
alumina, silika dan air. Clay bukan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral.
Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis; struktur kristal mineral-mineral
tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah tetrahedron SiO4 yang
bergelang-6 biasanya terdapat ion hidroksil (OH).
Mineral lempung berukuran sangat kecil (kurang dari 2 mikron) dan
merupakan partikel yang aktif asecara elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat
secara mikroskop elektron. Mineral yang membentuk lempung begitu halus
sehingga sampai penemuan X-ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus
dikenal. Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk
seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung
bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini dapat
mengubah karakteristik dari lempung. Mineral lempung meliputi kaolin, haloisit
(hauoysite), illit, vermikulit, bentonit dan masih banyak lagi.
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi dari
batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar plagioklas dan mika
(muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung
dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat cukup banyak
alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia
(dekomposisi).
Lempung

digunakan

terutama pembuatan tembikar,

ubin

lantai,

keramik. membuat sanitary ware, menyerap cairan, bahan bangunan seperti batu
bata, semen, dan agregat ringan. Lempung digunakan sebagai lumpur di dalam
pengeboran juga digunakan dalam industri lainnya seperti "pelletizing" bijih
besi selain itu digunakan pulauntuk membuat berbagai jenis barang tahan terhadap
panas ekstrim (refraktori).

27

4.3. Geomorfologi Pantai Lokasi Praktek


Bentang alam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil
perubahan gelombang air laut. Singkapan - singkapan batuan yang berada
disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,
menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan
diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk - bentuk bentangalam tertentu.
Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung
Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar)
(lihat gambar 15). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut
dan berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut.
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk
Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi
gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun
terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran
sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal
dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis
biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.

28

Gambar 15. Geomorfologi Pantai Bunati (dok. PL Bunati 2016)


Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal
fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan - bentukan deposisional yang berupa
bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun
oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai
dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di
muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut
oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang
terdapat di lokasi praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik
yang terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di
desa Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa
Bunati dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak

29

sejajar garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone).
Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana terlihat pada
gambar 16.

Gambar 16. Gisik (beach) Pantai Bunati (dok. PL Bunati 2016)


Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang
yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke
muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga
sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada
bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai
lebih banyak. Hal tersebut dapat dilihat pada bagian gambar 17.

30

Gambar 17. Lidah Pasir Pantai Bunati (dok. PL Bunati 2016)


4.4. Struktur geologi
Dominan formasi batuan di Desa Bunati adalah Alluvium (Qa) (yakni
terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari
pantai tersusun dari formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd).
Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar, antara batupasir halus
dan lempung, struktur sedimen silang siur pada batupasir halus menunjukkan
lingkungan pengendapan dataran banjir. Endapan batubara yang sangat rapuh dari
jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove rhizophora, mengindikasikan
lingkungan rawa. Jadi Formasi Dahor dapat dikatagorikan sebagai endapan alufial
dan rawa.
Formasi Dahor terbentuk dengan diawali gerakan tektonik yang
menyebabkan batuan tua Pra-Tersier dan Tersier terangkat membentuk
pegunungan Meratus. Sejalan dengan pelipatan dan pensesaran batuan tua tersebut
kemudian diikuti pengendapan batuan Formasi Dahor. Formasi Dahor diperkiran
berumur Plio-Plistosen diendapkan dalam lingkungan paralis. Singkapan batubara
terletak 300m selatan jalan Pelaihari Batulicin (kecamatan Kintap) terdiri atas

31

perselingan batubara dengan lempung. Batubara berwarna hitam, hitam


kecoklatan, sedang-lunak, mudah pecah, getas, tebal lapisan, 0,1m - 14m.
Gambaran struktur geologi tersebut dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Struktur geologi batuan Pantai Bunati (dok. PL Bunati 2016)
4.5. Kelandaian pantai
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari
dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang
berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah
pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai
ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut
(Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai
akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman
5 m berkisar pada jarak 1-5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6-16 km.
Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur
(angin dominan dari arah tenggara).
Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan
dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar) (lihat
gambar 19). Nilai kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap
sebagai daratan). Kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan
Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai
maupun dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini
tidak beraturan, di mana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak

32

beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai
maupun laut.

Gambar 19. Peta Pola Kedalaman Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu
(Hasil layout PL Bunati, 2016)
Bentuk relief dasar perairan desa Bunati (lihat gambar 20 dan 21)
menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah
tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam
suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut. Bentuk relief dasar perairan Bunati tersebut menunjukkan
bahwa adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih
dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu
lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut.

33

Gambar 20. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu (Hasil
layout PL Bunati, 2016)

(a)

(b)

34

(c)
Gambar 21. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Berada di sebelah barat
sungai, (b) Bberada di ujung muara sungai dan (c) Berada di sebelah timur sungai
(Hasil layout PL Bunati, 2016)
4.6. Strike dan Dip di Lokasi Praktek
Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta
yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan,
umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral
serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak
atau gabungan ketiganya.
Kompas geologi adalah alat untuk menentukan strike dan dip suatu
kemiringan permukaan sehingga kita dapat mengetahui susunan batuan yang
berada di bawah permukaan bumi dan untuk mengetahui pula apakah kemiringan
itu terjal (berbahaya) atau tidak.
Pada praktik lapang geologi kali ini yang di lakukam adalah cara
menggunakan kompas untuk mengetahui Strike dan Dip suatu kemiringan batuan
sehingga dapat mengetahui symbol - simbol yang digunakan dalam strike dan
Dip. Kerangka umumnya yang dipakai adalah arah utara dan arah selatan dan
skala yang terdapat dalam kompas geologi yaitu skala azimuth dan skala kwadran
yaitu arah utara, selatan, barat dan timur. Pada praktikum ini diperoleh hasil
pengamatan strike dan dip pada batuan pantai bunati dengan arah 255o dan N 83o
E/3o, pengambilan data pukul 15:30 yang diukur dengan menggunakan kompas
geologi.

35

Jurus (Strike) dan Kemiringan (Dip) adalah pengukuran yang dilakukan


untuk mendiskripsi kedudukan batuan dipermukaan bumi dan sudutnya dari
bidang horizontal, sedangkan definisi Dip adalah sudut vertikel pada arah tegak
lurus strike sehingga dengan menggunakan strike dan Dip kita bisa mengetahui
model tanah yang berada dipermukaan bumi dan jenis - jenis batuan apa saja yang
berada dibawah permukaan bumi dan dengan peta geologi kita tidak akan
kesulitan dalam pencarian batu - batuan berharga di bawah permukaan bumi dan
sumber - sumber minyak bumi dengan hanya mengetahui jenis batuannya saja.
Pada percobaan ini pula kita diajar bagaimana menggunakan kompas
geologi untuk mengetahui Strike dan Dip pada permukaan tanah yaitu dengan cara
membuka kompas geologi dan meletakannya pada suatu singkapan dan ketika
meletakannya usahakan yang memiliki skala tidak menyentuh singkapan tersebut
kemudian lihat strike nya berapa derjat dan mengarah dari mana ke mana dan
sesudah itu putar dibelakang kompas sampai air yang berbentuk tabung berada di
tengah-tengah dan hitung berapa derajat Dip nya. Adapun mengenai lokasi dan
proses pengukuran Strike dan Dip di pantai bunati tersebut dapat dilihat pada
gambar 22 dan 23.

Gambar 22. Lokasi pengukuran strike dan dip batuan Pantai Bunati (dok. PL
Bunati 2016)

36

Gambar 23. Pengukuran strike dan dip batuan Pantai Bunati (dok. PL Bunati
2016)

37

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Bunati termasuk
dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara, batu apung, dan
batu lempung.
2. Struktur singkapan batuan yang terdapat di desa Bunati adalah formasi
dahor dan formasi alluvium.
3. Bentukan lahan di pantai Bunati berasal dari bentukan lahan asal marine
dan bentukan lahan asal fluvial.
4. Pengukuran strike dan dip diketahui di setelah pengukuran di tebing pantai
Bunati adalah N (255o) E/ (3o) dengan arah 255o.
5.2. Saran
Pengambilan data harus lebih lengkap dan spesifik terutama dokumentasi,
karena informasi data yang diolah akan lebih bagus dan pembahasan lebih
lengkap. Selain itu yang paling utama para praktikan dapat benar-benar
memahami tujuan dari pelaksanaan praktek selain harus memahami cara-cara
pengambilan data dan penggunaan alat.

38

DAFTAR PUSTAKA
Affaradi. 2011. STRIKE dan DIP. http://allcoma.blogspot.co.id/2011/12/strikedan-dip.html
Anonim. 2016. Strike and Dip. https://id.wikipedia.org/wiki/Strike_dan_Dip
Azram, azer. 2011. Strike dan Dip. http://allcoma.blogspot.co.id/2011/12/strikedan-dip.html
Fhandy. 2015. Gempa Bumi dan Tektonik Lempeng. http://fhandypandey.com/
sains/gempabumi-dan-teori-tektonik-lempeng.html
Hasangeo. 2013. METODE GEOLOGI LAPANGAN "TEKNIK OBSERVASI
SINGKAPAN DAN PEMERIAN BATUAN". https://keratongeo.
wordpress.com/2013/09/28/metode-geologi-lapangan/
Nindy. 2012. SAMBIL BELAJAR "GEOMORFOLOGI". http://laviedenindy.
blogspot.co.id/2012/03/sambil-belajar-geomorfologi.html
Rismayana, Shadu. 2015. Batu Alam dan Arsitektur. http://arsitekbanyuwangi
.com/batu-alam-dan-arsitektur/
Stofer, Phil. 2016. Introduction to Geology. Chapter 6 - Fault Systems and
Earthquakes. http://geologycafe.com/class/chapter6.html
Yanuari, 2011. Dasar-dasar Geologi.http://semangatgeos.blogspot.co.id/2011/01/
dasar-dasar-geologi.html?view=classic

39

Anda mungkin juga menyukai