DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH
Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo Pacet , Mojokerto Telp (0321) 690441, 690106 Fax.(0321) 690137 Kode Pos 61374
KEPUTUSAN
KEPALA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH
NOMOR : 440/ /101.14/2015
TENTANG
PANDUAN TRIAGE
KEPALA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH
Menimbang
a.
b.
dahulu
Bahwa Triage di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah
c.
d.
e.
suatu panduan.
Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan
Peraturan Kepala UPT tentang Panduan Triage di Rumah
Mengingat
1.
2.
Kerja.
Undang - Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
3.
Kedokteran.
Undang - Undang
4.
5.
6.
Penanggulangan Bencana.
Undang - Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang - Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
7.
Kesehatan.
Peraturan Pemerintah
8.
No.
No.
949/Menkes/Per/VIII/2004
24
tahun
21
tahun
tentang
2007
2008
tentang
tentang
Pedoman
9.
Biasa (KLB).
Keputusan
Indonesia
No.145/Menkes/SK/I/2007
Pedoman
tentang
13
.
14
15
.
tahun 2005.
Sistim Penanggulangan
Gawat
Darurat
Terpadu,
Menetapkan
Kesatu
Kedua
Ketiga
:
:
KEPUTUSAN
KEPALA
UPT
RUMAH
SAKIT
KUSTA
Keempat
Kepala UPT
Rumah Sakit Kusta Sumberglagah,
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan
(kuratif)
dan
paripurna
pencegahan
(komprehensif),
penyakit
penyembuhan
(preventif)
kepada
kegawat
daruratan
dimulai.
Triage
merupakan
proses
yang
1.2 Tujuan
1. Mencegah bahaya fatal terhadap nyawa dan kesehatan
manusia.
Pada sistem ini, memprioritaskan pasien yang membutuhkan
pelayanan kesehatan segera, sementara pasien lain yang kondisi
penyakit atau lukanya tidak berat, dipastikan dapat menunggu giliran
dengan aman.
2. Efisiensi sumber daya yang tersedia.
Pada kondisi dimana ada beberapa pasien yang membutuhkan
penanganan live saving sementara ada seorang pasien yang
membutuhkan banyak petugas penolong, maka pasien yang seorang
tersebut tidak harus diberikan penanganan terlebih dahulu. Karena
jumlah petugas di pelayanan kesehatan terbatas, maka petugas petugas kesehatan tersebut lebih dialokasikan pada pasien yang
paling membutuhkan dengan kemungkinan untuk hidup yang besar.
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat waktu.
1.3 Pengertian
daruratannya
sehingga
sesuai dengan
menjamin
penderita
Sudah meninggal.
Berdasarkan Oman
(2008)
pengambilan
keputusan
triase
didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis dan data objektif yang
mencakup keadaan umum serta hasil pengkajian fisik yang berfokus.
BAB II
TATA LAKSANA
pertolongan.
Pasien yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi.
Contoh:
- Gangguan jantung yang mengancam.
- Gangguan pernafasan.
- Syock oleh berbagai causa.
- Trauma kepala dengan pupil anisokor.
nyawa
jika
sementara
dilakukan
penundaan
korban.
Pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan
dapat ditunda sementara.
Contoh:
- Pasien dengan resiko syock ( pasien dengan gangguan
jantung , trauma abdomen berat).
- Fraktur multiple.
- Fraktur femur / pelvis.
- Luka bakar derajat II dan III.
- Gangguan kesadaran / trauma kepala.
- Pasien dengan status yang tidak jelas.
(3) Hijau atau Prioritas 3 (tiga):
-
Digunakan pada korban dengan cedera tidak berat atau sakit akut,
tapi masih dapat berjalan, namun masih tetap memerlukan
penanganan medis nantinya, setelah cederanya yang parah sudah
teratasi.
Pasien
yang
tidak
memerlukan
pengobatan
adalah
elemen
yang
terpenting
dalam
proses
anamnesa.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian. Keselamatan dan
perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila
terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dan
kondisi
hasil
secara
serempak
dengan
pasien
dan
orophaiyngeal
tube),
oksigenasi
dengan
bagging
BAB III
DOKUMENTASI
1. Status pasien Instalasi Gawat Darurat yang diisi oleh perawat dan
dokter pemeriksa yang jaga pada shif tersebut.
2. Status pasien Rawat jalan yang diisi oleh perawat dan dokter
pemeriksa yang jaga pada shif tersebut.