PENDAHULUAN
Hal
gambar
ini
disamping
dapat
dilihat
ini.
Suatu
pada
sketsa
penampang
BAB II
PEMBAHASAN
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru
besar di California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu
memperhitungkan gaya-gaya parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan
teorinya pada tahun 1963 tentang Load Balancing. Dengan cara ini kawat atau
kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian
dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja
momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur
bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan
horizontal) merupakan inbalanced load, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir
dalam penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat
balanced dan tegangan lentur akibat unbalanced load. Tanpa melalui
prosedur rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah
menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced
load.
Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembangan yang sangat
pesat dalam menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat
tinggi. Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa
ini boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton
pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan
baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan
baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran full prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif
terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan
mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini tidak ekonomis, menurut berbagai
penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full prestressing dapat sampai
3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton
bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau
dikenal dengan nama partial prestressing.
Partial prestressing telah disetujui oleh Chief Engineers Departement
untuk digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan
tarik boleh terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan
memasang baja tulangan biasa. Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah
mengakui juga bahwa partial prestressing mengembangkan struktur-struktur
tertentu. Begitupun dengan teori load balancing dari T.W. Lin yang ikut
prategang
adalah
material
yang
sangat
banyak
intern
dengan
nilai
dan
pembagian
yang
sedemikian
rupa
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan
besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas
tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
d. Menurut buku
Beton prategang pada dasarnya adalah betondi mana tegangan-tegangan
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa
sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan
sampai suatu tingkat yang diinginkan. Pada batang beton bertulang, prategang
pada umumnya diberikan dengan menarik baja tulangannya.
ada dasarnya ada dua macam metode pemberian gaya prategang pada beton yaitu:
2.2.2 Macam-macam Beton Prategang
Dalam C.E.B. (Comite Europeen du Beton) ditentukan tiga kelas
beton prategang,yaitu :
a. Kelas 1 : seluruh bagian konstruksi dalam tegangan tekan pada beban kerja.
Konsep pertama :
Sistem pratekan atau prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan
yang elastis.
Eugene Freyssinet menggambarkan dengan memberikan tekanan terlebih dahulu
(pratekan) pada bahan beton yang pada dasarnya getas akan menjadi bahan yang
elastis. Dengan memberikan tekanan (dengan menarik baja mutu tinggi), beton
yang bersifat getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya tekanan internal ini
dapat memikul tegangan tarik akibat beban eksternal.
Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini :
Gambar 002
Akibat diberi gaya tekan ( gaya prategang ) F yang bekerja pada pusat
berat penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh
penampang beton sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tsb. Akibat
beban merata ( termasuk berat sendiri beton ) akan memberikan tegangan tarik
dibawah garis netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada
serat terluar penampang adalah :
Tegangan lentur : f =
Dimana :
M .c
I
Kalau kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen
lentur ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang
adalah :
10
F
A
M .c
I
Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan dapat memikul
beban tarik.
Konsep Kedua :
Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton
prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton,
dimana beton menahan betan tekan dan baja prategang menahan beban tarik. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
11
menggunakan
prategang
sebagai
suatu
usaha
untuk
membuat
keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Pada design struktur beton prategang,
pengaruh dari prategangdipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga
batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan
mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.
Hal ini dapat dijelaskan sbagai berikut :
Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya
prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat
gaya prategang yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan :
12
Wb =
8. F . h
L2
: bentangan balok.
: gaya prategang.
Jadi beban merata akibat beban (mengarah kebawah) diimbangi oleh gaya
merata akibat prategang Wb yang mengarah keatas.
Inilah tiga konsep dari beton prategang ( pratekan ), yang nantinya dipergunakan
untuk menganalisa suatu struktur beton prategang.
13
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengukuran kekuatan
dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan silinder. Rasio antara
kekuatan silinder dan kubus adalah 0,8.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang
mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai fc antara 30-45
Mpa. Kuat tekan yang tinggi diprelukan untuk menahan tegangan tekan
pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan,
mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami rangka lebih
kecil.
2.3.2 Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam taktik ada empat
macam, yaitu :
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
2. Untaian Kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang
untuk beton prategang dengan sistem pascatarik
3. Kawat Batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
4. Tulangan biasa, sering digunakan unutk tulangan non-prategang (tidak
ditarik), seperti tulangan memanjang, sengkang, tulangan untuk
pengangkuran dan lain-lain.
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai
dengan spesifikasi ASTM A 421 di Amerika Serikat. Ukuran dari kawat
14
tunggal bervariasi dengan diameter 3-8 mm, dengan tegangan tarik (fp)
antara 1500 17000 Mpa, dengan modulus elastisitas Ep = 200 x 10
Mpa. Untuk tujuan desain, tegangan leleh dapat diambil sebesar 0,85 dari
tegangan tariknya (0,85 fp).
2.5. Sistem prategang post tension dan pengangkeran
a) Pascatarik ( Post-Tension Method )
Pada methode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana sebelumnya telah
disiapkan saluran kabel atau tendon yang disebut duct.
Secara singkat methode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
15
Karena alasan transportasi dari pabrik beton kesite, maka biasanya beton
prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok
dibagibagi, misalnya dengan panjang 1-1,5 m ), kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan disite, stelah balok segmental tsb. dirangkai.
16
Hal ini terjadi pada saat baja/kabel prategang dilepas dari mesin penarik
(dongkrak ) kemudian kabel ditahan oleh baji dipengangkuran dan gaya prategang
ditransfer dari mesin penarik ke angkur. Besarnya slip pada pengankuran ini
tergantung pada type baji dan tegangan pada kabel prategang ( tendon ). Slip
dipengangkuran itu rata-rata biasanya mencapai 2,5 mm.
Besarnya Perpanjangan Total Tendon :
L=
fc
ES
Sratarata
L
X 100%
17
Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang ( tendon ) sebelum pengangkuran
dilaksanakan. Garis DB adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran
tendon dilaksanakan. Disepanjang bentangan L terjadi penurunan tegangan pada
ujung pengangkuran dan gaya geser berubah arah pada suatu titik yang berjarak X
dari ujung pengangkuran. Karena besarnya gaya geser yang berbalik arah ini
tergantung pada koefisien geseran yang sama dengan koefisien geseran awal,
maka kemiringan garis DB akan sama dengan garis AB akan tetapi arahnya
berlawanan. Perpendekan total tendon sampai X adalah sama dengan panjang
penyetelan angker ( anchorage set ) d, sehingga kehilangan tegangan pada ujung
penarikan kabel dapat dituliskan sebagai berikut :
d
Ps = 2 EP X
Dimana : Ps : gaya prategang pada ujung angkur
Ps = Px . e ( + K Lx
18
19
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton tsb. akan melengkung
keatas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok
beton tsb. akan rata.
20
21
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dengan mengkombinasikan antara beton dan baja dimana beton yang
menahan tekanan sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi material yang
tahan terhadap tekanan dan tarikan yang dikenal sebagai beton bertulang
(reinforced concrete).Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan
internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
Pada dasarnya ada dua macam metode pemberian gaya prategang pada beton
yaitu:
22
1. Pratarik (pre-tension method) cara kerja metode ini baja prategang diberi
gaya prategang dahulu sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pretension method. Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton
tersebut akan melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja. Setelah
beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata .
2. Pasca tarik (post-tension method) pada metode pasca tarik, beton dicor
terlebih dahulu, dimana sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau
tendon yang disebut duck. Karena alasan transfortasi dari pabrik beton ke
site, maka biasanya beton prategang dengan sistem post-tension ini
dilaksanakan segmental (balok dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 115, m), kemudian pemberian gaya prategang dilaksanakan di site, setelah
balok segmental dirangkai.
23