Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan
terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah
suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan
antara beton dan baja dimana beton yang menahan tekanan sedangkan tarikan
ditahan oleh baja akan menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan
yang dikenal sebagai beton bertulang ( reinforced concrete ). Jadi pada beton
bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikul
oleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada beton bertulang,
penampang beton tidak dapat efektif 100 % digunakan, karena bagian yang
tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan.

Hal
gambar

ini

disamping

dapat

dilihat

ini.

Suatu

pada

sketsa

penampang

beton bertulang dimana penampang beton yang diperhitungkan untuk memikul


tegangan tekan adalah bagian diatas garis netral ( bagian yang diarsir ).
Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan ( rebar ).
Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah bera t sendiri ( self weight)
yang besar, yaitu 2.400 kg/m3, dapat dibayangkan berapa berat penampang yang

tidak diperhitungkan untuk memikul tegangan ( bagian tarik ). Untuk mengatasi


ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban bekerja, sehingga
seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya, inilah yang
kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang ( prestressed concrete ).

1.2. Rumusan Masalah


1.Pengertian beton prategang dan macam-macam beton prategang
2. Prinsip perhitungan beton prategang
3. Bahan- bahan beton prategang
4.Sistem prategang post tension dan pengangkeran
5.Sistem Prategang Pretension
6.Kehilangan gaya pratekan langsung
7.Kehilangan gaya prategang tergantung waktu

1.3. Tujuan dan Manfaat


Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Stuktur Beton Prategang dan menjawab pada perumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulis dan pembaca tentang Struktur Beton Prategang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Beton Prategang


Awalnya, penggunaan kawat baja kuat normal tetapi tidak berhasil. Pada
tahun 1928, Eugene Freyssinet menggunakan kawat baja berkekuatan dan

berdaktilitas tinggi untuk mengatasi kehilangan prategang. Ia mengemukakan


bahwa untuk mengatasi rangkak,relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada
kabel maka digunakan beton dan baja yang bermutu tinggi. Disamping itu ia juga
telah menciptakan suatu system panjang kawat dan system penarikan yang baik,
yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan system Freyssinet.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis
struktur baru sebagai tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang
beton tidak pernah tertarik, maka seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya
dan dengan system ini dimungkinkanlah penciptaan struktur-struktur yang
langsing dan bentang-bentang yang panjang. Beton pratekan untuk pertama
kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun
1933 di Gare Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak
beton pratekan segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan
lebih lanjut jenis struktur ini,seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan
buku Masterpiecenya Beton precontraint (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau
memecahkan kesulitan dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang
diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan disebabkan oleh pembesian pratekan pada
struktur yang mana dijuluki sebagai Gaya Parasit maka Guyon dianggap
sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.
b). T.Y. Lin

T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru
besar di California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu
memperhitungkan gaya-gaya parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan
teorinya pada tahun 1963 tentang Load Balancing. Dengan cara ini kawat atau
kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian
dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban
seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja
momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur
bekerja merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan
horizontal) merupakan inbalanced load, yang akibatnya pada struktur dapat
dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir
dalam penampang didapat dengan menggunakan tegangan merata akibat
balanced dan tegangan lentur akibat unbalanced load. Tanpa melalui
prosedur rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah
menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced
load.
Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembangan yang sangat
pesat dalam menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat
tinggi. Struktur flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa
ini boleh dikatakan tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton
pratekan didalam strukturnya.

T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat
dipakai dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah
sebelumnya beton pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile)
untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan
baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan
baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih
mendongkrak aliran full prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif
terhadap penggunaan beton bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan
mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini tidak ekonomis, menurut berbagai
penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full prestressing dapat sampai
3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari beton
bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan
demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk
mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau
dikenal dengan nama partial prestressing.
Partial prestressing telah disetujui oleh Chief Engineers Departement
untuk digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan
tarik boleh terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan
memasang baja tulangan biasa. Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah
mengakui juga bahwa partial prestressing mengembangkan struktur-struktur
tertentu. Begitupun dengan teori load balancing dari T.W. Lin yang ikut

mendorong dipakainya partial prestressing karena pertimbangannya kecuali


segi ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.

2.2. Pengertian Beton Prategang dan Macam Macam Beton Prategang


2.2.1 Pengertian Beton Prategang
Beton

prategang

adalah

material

yang

sangat

banyak

digunakan dalam kontruksi. Beton prategang pada dasarnya adalah beton di


mana tegangan-tegangan internal dengan besar serta distribusi yang sesuai
diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan
oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan.
Prategang meliputi tambahan gaya tekan pada struktur untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini retak pada
beton dapat dihilangkan. Pada beton bertulang, prategang pada umumnya
diberikan dengan menarik baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi
baja tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton
prategang akan jauh lebih kokoh dari elemen beton bertulang biasa.
Prategangan juga menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya
luar dan mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan
pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton prategang adalah mempunyai kuat tekan
yang cukup tinggi dengan nilai fc min K-300, modulus elastis yang tinggi dan
mengalami rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan
prategang yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan
untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon,
mencegah terjadinya keretakan.

a.Menurut PBI 1971


Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangantegangan

intern

dengan

nilai

dan

pembagian

yang

sedemikian

rupa

hingga tegangan-tegangan akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf


yang diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang yang dimana telah diberikan
tegangan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat
pemberian beban yang bekerja.

c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan
besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas
tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
d. Menurut buku
Beton prategang pada dasarnya adalah betondi mana tegangan-tegangan
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa
sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan
sampai suatu tingkat yang diinginkan. Pada batang beton bertulang, prategang
pada umumnya diberikan dengan menarik baja tulangannya.
ada dasarnya ada dua macam metode pemberian gaya prategang pada beton yaitu:
2.2.2 Macam-macam Beton Prategang
Dalam C.E.B. (Comite Europeen du Beton) ditentukan tiga kelas
beton prategang,yaitu :
a. Kelas 1 : seluruh bagian konstruksi dalam tegangan tekan pada beban kerja.

b. Kelas 2: konstruksi monolit yang memperkenankan adanya


tegangan tarik yang terbatas, tapi tidak boleh terlihat retak pada
beban kerja.
c. Kelas 3: boleh terjadi retak rambut pada beban kerja, tapi besarnya
lendutan dibatasi.
d. Kelas 2A: adalah sub kelas yang merupakan kombinasi dari dua kelas, yaitu
kelas 1 pada beban kerja yang terdiri dari beban tetap dan beban hidup, tetapi
juga seperti kelas3 pada beban ekstrim. Karena sifat dari beton
prategang, retak rambut akan menutup kembali pada beban kerja
yang biasa.
Sistem desain ini sesuai dengan anggapan faktor keamanan
itu adalah terhadap beban yang ekstrim. Maka desain untuk beban
kerja biasa disesuaikan dengan persyaratan beton kelas 1, dan
untuk beban ekstrim pada beton kelas 3. Dalam hal ini kelas 1
juga disebut fully prestressed. Kondisi beban batas yang diminta
untuk ketiga kelas adalah sama, tapi syarat gaya prategang efektif
tergantung pada pembebanan.
CEB/FIP Recommendations membagi dalam 4 kelas :
a. Kelas 1 dan 2 : tidak boleh ada retakan, tetapi pada kelas 2
diperbolehkan retak yang halus sekali; kelas 1 dalam keadaan
tertekan pada beban kerja.
b. Kelas 3 dan 4 terjadi retakan pada beban kerja.
c. Kelas 3 disebut : Prestressed Reinforced Concrete. Kelas 4
adalah beton bertulang.
d. Kelas 2A seperti pada skema adalah yang paling ideal, sebab
merupakan kondisi kelas 1 pada beban kerja selama

berdirinya bangunan, retak sementara terjadi karena beban


kelebihan selama masa yang pendek.

2.3. Prinsip Perhitungan Beton Prategang


Ada tiga konsep yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan dan menganalisa
sifat-sifat dasar dari beton pratekan atau prategang :

Konsep pertama :
Sistem pratekan atau prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan
yang elastis.
Eugene Freyssinet menggambarkan dengan memberikan tekanan terlebih dahulu
(pratekan) pada bahan beton yang pada dasarnya getas akan menjadi bahan yang
elastis. Dengan memberikan tekanan (dengan menarik baja mutu tinggi), beton
yang bersifat getas dan kuat memikul tekanan, akibat adanya tekanan internal ini
dapat memikul tegangan tarik akibat beban eksternal.
Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini :

Gambar 002

Akibat diberi gaya tekan ( gaya prategang ) F yang bekerja pada pusat
berat penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh
penampang beton sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tsb. Akibat
beban merata ( termasuk berat sendiri beton ) akan memberikan tegangan tarik
dibawah garis netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada
serat terluar penampang adalah :
Tegangan lentur : f =
Dimana :

M .c
I

M : momen lentur pada penampang yang ditinjau


c : jarak garis netral ke serat terluar penampang
I : momen inersia penampang.

Kalau kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen
lentur ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang
adalah :
10

a. Diatas garis netral :


ftotal =

F
A

M .c
I

tidak boleh melampaui tegangan hancur beton.

c. Dibwah garis netral :


F
M .c
ftotal = A 0
I

tidak boleh lebih kecil dari nol.

Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan dapat memikul
beban tarik.
Konsep Kedua :
Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton
prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton,
dimana beton menahan betan tekan dan baja prategang menahan beban tarik. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada beton prategang, baja prategang ditarik dengan gaya prategang T


yang manamembentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk
melawan momen akibat beban luar.

11

Sedangkan pada beton bertulang biasa, besi penulangan menahan gaya


tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk kopel momen dengan gaya tekan
pada beton C untuk melawan momen luar akibat beban luar.
Konsep Ketiga :
Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban.
Disini

menggunakan

prategang

sebagai

suatu

usaha

untuk

membuat

keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Pada design struktur beton prategang,
pengaruh dari prategangdipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga
batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan
mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.
Hal ini dapat dijelaskan sbagai berikut :

Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya
prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat
gaya prategang yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan :

12

Wb =

8. F . h
L2

Dimana : Wb : beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F.


h

: tinggi parabola lintasan kabel prategang.

: bentangan balok.

: gaya prategang.

Jadi beban merata akibat beban (mengarah kebawah) diimbangi oleh gaya
merata akibat prategang Wb yang mengarah keatas.
Inilah tiga konsep dari beton prategang ( pratekan ), yang nantinya dipergunakan
untuk menganalisa suatu struktur beton prategang.

2.4. Bahan-bahan Beton Prategang


2.4.1 Beton
Beton adalah campuran air, semen dan agregat serta suatu beban
tambahan. Setelah beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebut akan
langsung mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya. Campuran tipikal
untuk beton dengan perbandingan berat adalah agregat kasar 44 %, agregat
halus 31 %, dan air 7 %. Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan
karakteristik, pada usia 28 hari fc. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan
yang melampaui 95 % dari pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil
dari tes penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran 150 x 150 mm, atau

13

silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengukuran kekuatan
dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan silinder. Rasio antara
kekuatan silinder dan kubus adalah 0,8.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang
mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai fc antara 30-45
Mpa. Kuat tekan yang tinggi diprelukan untuk menahan tegangan tekan
pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan,
mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami rangka lebih
kecil.
2.3.2 Baja
Baja yang dipakai untuk beton prategang dalam taktik ada empat
macam, yaitu :
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
2. Untaian Kawat (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang
untuk beton prategang dengan sistem pascatarik
3. Kawat Batangan (bars), biasanya digunakan untuk baja prategang pada
beton prategang dengan sistem pratarik.
4. Tulangan biasa, sering digunakan unutk tulangan non-prategang (tidak
ditarik), seperti tulangan memanjang, sengkang, tulangan untuk
pengangkuran dan lain-lain.
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai
dengan spesifikasi ASTM A 421 di Amerika Serikat. Ukuran dari kawat

14

tunggal bervariasi dengan diameter 3-8 mm, dengan tegangan tarik (fp)
antara 1500 17000 Mpa, dengan modulus elastisitas Ep = 200 x 10
Mpa. Untuk tujuan desain, tegangan leleh dapat diambil sebesar 0,85 dari
tegangan tariknya (0,85 fp).
2.5. Sistem prategang post tension dan pengangkeran
a) Pascatarik ( Post-Tension Method )
Pada methode Pascatarik, beton dicor lebih dahulu, dimana sebelumnya telah
disiapkan saluran kabel atau tendon yang disebut duct.
Secara singkat methode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

15

Tahap 1 : Dengan cetakan ( formwork ) yang telah disediakan lengkap dengan


saluran/selongsong kabel prategang ( tendon duct ) yang dipasang
melengkung sesuai bidang momen balok, beton dicor ( gambar 006 A).
Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon
atau kabel prategang dimasukkan dalam selongsong ( tendon duct ),
kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Methode
pemberian gaya prategang ini, salah satu ujung kabel diangker,
kemudian ujung lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang
ditarik dikedua sisinya dan diangker secara bersamaan. Setelah
diangkur, kemudian saluran di grouting melalui lubang yang telah
disediakan. ( Gambar 006 B ).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang
telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka
akibat gaya prategang tendon memberikan beban merata kebalok yang
arahnya keatas, akibatnya balok melengkung keatas ( gambar 006 C ).

Karena alasan transportasi dari pabrik beton kesite, maka biasanya beton
prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok
dibagibagi, misalnya dengan panjang 1-1,5 m ), kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan disite, stelah balok segmental tsb. dirangkai.

Kehilangan Gaya Prategang Akibat Slip di Pengangkuran

16

Hal ini terjadi pada saat baja/kabel prategang dilepas dari mesin penarik
(dongkrak ) kemudian kabel ditahan oleh baji dipengangkuran dan gaya prategang
ditransfer dari mesin penarik ke angkur. Besarnya slip pada pengankuran ini
tergantung pada type baji dan tegangan pada kabel prategang ( tendon ). Slip
dipengangkuran itu rata-rata biasanya mencapai 2,5 mm.
Besarnya Perpanjangan Total Tendon :
L=

fc
ES

Kehilangan gaya prategang akibat slip : ANC =

Sratarata
L

X 100%

Dimana : ANC : kehilangan gaya prategang akibat slip dipengangkuran.


L : deformasi pada angkur
fc : tegangan pada beton
ES : modulus elastisitas baja/kabel prategang
L : panjang kabel.
Srata2 : harga rata-rata slip diangkur
Kehilangan gaya prategang akibat pemindahan gaya dapat digambarkan seperti
gambar diagram dibawah ini :

17

Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang ( tendon ) sebelum pengangkuran
dilaksanakan. Garis DB adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran
tendon dilaksanakan. Disepanjang bentangan L terjadi penurunan tegangan pada
ujung pengangkuran dan gaya geser berubah arah pada suatu titik yang berjarak X
dari ujung pengangkuran. Karena besarnya gaya geser yang berbalik arah ini
tergantung pada koefisien geseran yang sama dengan koefisien geseran awal,
maka kemiringan garis DB akan sama dengan garis AB akan tetapi arahnya
berlawanan. Perpendekan total tendon sampai X adalah sama dengan panjang
penyetelan angker ( anchorage set ) d, sehingga kehilangan tegangan pada ujung
penarikan kabel dapat dituliskan sebagai berikut :
d
Ps = 2 EP X
Dimana : Ps : gaya prategang pada ujung angkur
Ps = Px . e ( + K Lx

18

Px : tegangan pada baja prategang diujung pengangkuran


L : panjang bentang atau jarak yang ditentukan sepanjang kabel
(dengan asumsi kabel ditarik dari satu sisi saja)
K : koefisien wabble
: koefisien geseran tendon
Lx : panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau

d : penyetelan angkur (Anchorage set)


Ep : modulus elastisitas baja prategang

2.6. Sistem Prategang Pretension


Methode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton
dicor, oleh karena itu disebut pretension method.
Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :

19

Tahap 1

: Siapkan bekisting (formwork) yang telah lengkap dengan lubang


untuk kabel tendon (tendon duct) yang dipasang melengkung
sesuai bidang momen balok, setelah itu beton dicor (gambar 005 a)

Tahap 2

: Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri,


tendon atau kabel prategang dimasukkan ke dalam Lubang
Tendong (tendon duct), selanjutnya ditarik untuk mendapatkan
gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang adalah dengan
cara mengikat salah satu angker, kemudian ujung angker lainnya
ditarik ( ditarik dari satu sisi ). tetapi ada pula yang ditarik dikedua
sisinya kemudiang diangker secara bersamaan. Setelah diangkur
kemudiang dilakukan grouting pada lubang angker tadi (gambar
005 B).

Tahap 3

: Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya


konsentris telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon memberikan
beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya bentuk balok
melungkung keatas ( gambar 005 C ).

Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton tsb. akan melengkung
keatas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok
beton tsb. akan rata.

2.7. Kehilangan gaya pratekan langsung

20

Kehilangan gaya prategang itu adalah berkurangnya gaya yang bekerja


pada tendonpada tahap-tahap pembebanan.Secara umum kehilangan gaya
prategang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Immediate Elastic Losses
Ini adalah kehilangan gaya prategang langsung atau segera setelah beton diberi
gayaprategang. Kehilangan gaya prategang secara langsung ini disebabkan oleh :

Perpendekan Elastic Beton.


Kehilangan akibat friksi atau geseran sepanjang kelengkungan dari tendon,

ini terjadipada beton prategang dengan sistem post tension.


Kehilangan pada sistem angkur, antara lain akibat slip diangkur.

2.8. kehilangan gaya prategang tergantung waktu


Time dependent Losses
Ini adalah kehilangan gaya prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal
inidisebabkan oleh :

Rangkak ( creep ) dan Susut pada beton.


Pengaruh temperatur.
Relaksasi baja prategang.

Karena banyaknya faktor yang saling terkait, perhitungan kehilangan gaya


prategang ( losses ) secara eksak sangat sulit untuk dilaksanakan, sehingga banyak
dilakukan metoda pendekatan, misalnya metoda lump-sum ( AASHTO ), PCI
method dan ASCEACI methods.

21

BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dengan mengkombinasikan antara beton dan baja dimana beton yang
menahan tekanan sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi material yang
tahan terhadap tekanan dan tarikan yang dikenal sebagai beton bertulang
(reinforced concrete).Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan
internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
Pada dasarnya ada dua macam metode pemberian gaya prategang pada beton
yaitu:

22

1. Pratarik (pre-tension method) cara kerja metode ini baja prategang diberi
gaya prategang dahulu sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pretension method. Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton
tersebut akan melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja. Setelah
beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata .
2. Pasca tarik (post-tension method) pada metode pasca tarik, beton dicor
terlebih dahulu, dimana sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau
tendon yang disebut duck. Karena alasan transfortasi dari pabrik beton ke
site, maka biasanya beton prategang dengan sistem post-tension ini
dilaksanakan segmental (balok dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 115, m), kemudian pemberian gaya prategang dilaksanakan di site, setelah
balok segmental dirangkai.

23

Anda mungkin juga menyukai