religius merasa jengah atas fenomena ini. Apalagi kaum konservatif religius
itu umumnya adalah kaum
yang mudah terangsang secara seksual namun munafik. RUU Pornografi yang
lebih detail itu adalah semacam upaya untuk merampas kembali kebebasan
ekspresi masyarakat itu dengan merevitalisasikan lagi pasal KUHP yang
secara common sense dianulir itu. Hal ini menandakan bahwa RUU ini benarbenar buah karya kaum konservatif dan puritan.
9. Ade Armando percaya bahwa bahwa negara lazim diberi kewenangan untuk
melindungi masyarakat dengan antara lain mengeluarkan peraturan perundangan
yang ketat demi melindungi warganya dari perilaku menyimpang seperti seks
bebas, kekerasan seks, dan sebagainya. Dalam hal ini Ade Armando salah dan
sesat fikir. Yang pertama bahwa tidak semua budaya dan agama di Indonesia
menabukan dan menganggap keliru seks bebas. Dalam hal ini Ade Armando
menjadi seorang yang etnosentris dan religiosentris. Dalam kaitan ini ia
sedang dalam terlibat dalam proses penafian pluralisme yang sesungguhnya.
Dalam hal kekerasan seks, maka KUHP sebenarnya sudah mengatur pasal
mengenai delik kekerasan. Delik itu sudah sangat mencukupi. Dalam
kenyataannya apa yang dipandang para penggagas RUU pornografi sebagai hal
yang porno itu boleh dikatakan 90% adalah berkait dengan kebebasan
berekspresi tubuh oleh masyarakat dan seniman, yang minimal sekali
kaitannya dengan soal kekerasan serta
penyimpangan psikologis lainnya.
10. Ade Armando menyatakan bahwa RUU ini justru memberi penghormatan khusus
pada wilayah kesenian dan kebudayaan, dengan memasukkan pasal yang
menyatakan bahwa pasal-pasal pelarangan pornografi akan dikecualikan pada
karya-karya yang diangap memiliki nilai seni dan budaya. Ade Armando
menyembunyikan fakta bahwa pasal itu adalah pasal seolah-olah dimana
ranjau-ranjau untuk menjerat para seniman bertebaran. Ade Armando juga
menafikan bahwa sebuah karya seni ketika sampai kepada konsumen bisa lagi
tidak lagi dikategorikan orang sebagai karya seni. Patung, lukisan, atau
foto telanjang yang ada di ruangan rumah orang bisa saja dituduh oleh para
maniak konservatif syariah sebagai benda porno. RUU itu akan membatasi
ruang gerak dan hidup para seniman. Orang akan menjadi takut untuk memiliki
benda seni. Bangsa Indoensia sedang dirampas haknya untuk berbudaya. Bagi
masyarakat yang sangat peduli seni dan budaya seperti Jogja-Solo dan Bali,
hal itu berarti sebuah
penindasan yang nyata. Orang Jogja-Solo dan Bali amat sadar tentang bahaya
RUU itu bagi kehidupan berbudaya mereka sehari-hari.
Demikianlah analisis dan kritikan saya terhadap pandangan-pandangan sempit
dari Ade Armando mengenai RUU Pornografi ini. Semoga kebebasan, pluralisme,
dan sekularisme menang di Indonesia. Tidak ada kata menyerah bagi kita.
Lawan fasisme, fundamentalisme, dan konservatifisme.
NO PASARAN!!!