Anda di halaman 1dari 20

BAB III

PERANAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DALAM


MEMBANTU PROSES PENYIDIKAN DAN ANALISA PUTUSAN
No: 511/Pid.B/2009/PN.TNG

A. Pengertian Forensik
Sebagai seorang dokter yang bekerja dalam masyarakat akan mendapat
pasien dengan berbagai masalah. Termasuk juga dokter akan berhadapan dengan
kasus-kasus yang berhubungan dengan tindakan pidana seperti kasus kecelakaan
lalu lintas, kasus pembunuhan, kasus tenggelam dan lain sebagainya. Maka
peranan dokter umum untuk membantu penyidik sangat diperlukan.
Sebagai dokter sudah kewajiban kita untuk memberi bantuan kepada
penyidik seperti yang tertulis dalam KUHAP pasal 133 ayat 1 yang berbunyi
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli pada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atas ahli lainnya . Oleh karena itu dokter
harus membantu penyidikan mengenai tindakan yang dianggap tindak pidana.
Seorang dokter umum tugas yang diemban untuk mambantu penyidik
adalah membuat Visum et Repertum atas mayat ataupun atas orang hidup yang
mengalami tindakan pidana. Visum et Repertum (VER) ini sangat penting untuk
mambantu menemukan fakta-fakta dibalik kasus-kasus pidana. VER juga diakui
secara hukum sebagai alat bukti yang sah dalam peradilan. Oleh sebab itu sudah
seharusnya seorang dokter mengetahui pembuatan VER ini.
Dokter juga berkewajiban menjadi saksi ahli dalam peradilan. Sebagai
saksi ahli seorang dokter harus bisa secara objektif mengungkapkan fakta-fakta
yang dia temukan dan menggunakan keahliannya untuk memeriksa korban. Saksi
ahli juga merupakan bukti yang sah dalam peradilan sehingga

sangat perlu

dihadirkan dalam peradilan. Dokter forensic khususnya dapat membuat barang


bukti yang ditemukan tersebut dapat bercerita.37
37

Amri Amir, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, Ramadhan, Medan, 2005, hal 4

36

37

1. Definisi forensik menurut para ahli


Dalam perkembangan istilah, forensik datangnya dari perkataan romawi
forum yaitu tempat orang romawi mengadakan sidang peradilan. Terdapat
beberapa pengertian yang di berikan oleh ahli forensik tentang istilah forensik.
Menurut Sidney Smith, ilmu kedokteran forensik adalah kumpulan ilmu
pengetahuan medis yang menunjang pelaksanaan penegakan hukum.
Menurut Simpson K, ilmu Kedokteran Forensik ialah ilmu kedokteran
yang berhubungan dengan pengeluaran surat-surat keterangan untuk orang hidup
maupun mati demi kepentingan hukum, mempelajari kematian tiba-tiba, karena
kekerasan atau kematian mencurigakan sebabnya, penyidikan tindakan kriminal
secara ilmiah.
Menurut Jaiing P. Modi pula, ilmu kedokteran forensik adalah cabang
ilmu kedokteran yang menggunakan prinsip-prinsip dan pengetahuan kedokteran
untuk membantu proses hukum, baik sipil maupun kriminal.
Terdapat juga pendapat dari sesepuh ahli bidang forensik dari Indonesia,
Tjokronegoro (1952) mendefinisikan bahawa ilmu kedokteran kehakiman ialah
ilmu yang mempergunakan ilmu kedokteran kehakiman dan yang di pakai dalam
menyelesaikan perkara kehakiman.
Menurut , ahli kedokteran forensik Universitas Sumatera Utara, Amri
Amir SpF(K)ilmu kedokteran forensik adalah pengetahuan dan keterampilan
untuk kepentingan hukum dan peradilan. Menurut beliau, sering publik salah
mengasosiasi ilmu kedokteran forensik dengan bedah mayat. Walaupun terdapat
asosiasi antara bedah mayat, tetapi sering juga ilmu kedokteran forensik melayani
pemeriksaan untuk orang hidup. Makanya apabila terdapat pendapat masyarakat
yang mendefinisikan kedokteran forensik sebagai ilmu bedah mayat, ini adalah
sesuatu yang mengelirukan. Ilmu bedah mayat adalah sedikit atau cabang dari
kedokteran forensik atau kedokteran kehakiman.

38

2. Hak Dan Kewajiban Dokter Ahli Forensik


Di dalam profesi yang diembannya seorang dokter mempunyai hak
dan kewajiban. Adapun hak dokter dalam melaksanakan praktik
kedokteran adalah seperti diatur dalam Undang Undang No 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal (50) :
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Di dalam
melaksanakan tugasnya seorang dokter harus mendapatkan perlindungan
hukum selama dalam menjalankan profesinya sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedural, dimana diwujudkan dalam bentuk
perlindungan hukum terhadap upaya medis yang dilakukan terhadap
pasien sepanjang memenuhi standar profesi dan prosedur operasional.
Di

dalam

memberikan

pelayanannya

seorang

dokter

harus

memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi dan


standar prosedur operasional yang telah dibakukan, adapun standar
prosedur operasional seorang dokter sebelum melakukan tindakan medis
terhadap pasien adalah :
a. Memberikan

keterangan

yang

sebenar-

benarnya

tentang

hasil

diagnosa dan hasil setelah dilakukanya suatu tindakan medis. kepada


pasien.
b. Melakukan tindakan medis terhadap pasien sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya.
Dokter dalam melaksanakan praktik

kedokteran

mempunyai

kewajiban yang diatur dalam Undang -Undang No 29 Tahun 2004


Tentang Praktik Kedokteran Pasal 51 :
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Dokter
dalam memberikan pelayanan medis haruslah sesuai dengan standar
profesi medis yang dimilikinya, artinya dokter dalam memberikan

39

pelayanan kesehatan harus senantiasa bertindak teliti dan seksama


dalam melakukan tindakan medis kepada pasien.
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
malakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. Di dalam memberikan
pelayanan medis, dokter harus mempunyai standar

minimal yang

harus di kuasainya, apabila dalam memberikan pelayanan medis


kepada pasien dirasa tidak dapat atau tidak mampu melaksanakannya
sesuai dengan kemampuan yang di miliki, maka seorang dokter wajib
merujuk ke dokter lain yang lebih mampu untuk menangani tindakan
medis apa yang sesuai dengan kondisi pasien saat itu demi
terselamatkanya kondisi dan kesehatan pasien.
c. Melakukan pertolongan darurat atas dasar peri kemanusiaan, kecuali
bila dia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
Di dalam mengemban tugas, seorang dokter dituntut untuk dapat
mengamalkan

kewajiban

menolong

pasien,

bila

dipandang

membutuhkan pertolongan, ini tidak hanya dilakukan dokter di dalam


rumah sakit atau instansi di mana ia bekerja tetapi juga dilakukan di
luar dari jam kerja yang telah ditentukan tanpa membedakan pasien
yang akan di tanganinya.
d. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.Di dalam menjalankan profesi medis,
seorang dokter diwajibkan menambah ilmu pengetahuan agar lebih
pandai dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien serta
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran agar terbuka wawasannya.
Tugas Ilmu Kedokteran Forensik :
1) Menurut Objek Pemeriksaan38
a. Manusia yang masih hidup
b. Mayat
c. Benda-benda Tubuh
38

Prakoso, Djoko dan I Ketut Murtika, Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman,


Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 115

40

2) Menurut bentuk Kerja


a. melakukan pemeriksaan dan mengemukakan hasil pemeriksaan
b. mengemukakan hasil pendapat saja.
c. Memberi nasihat tentang penyidikan.
3) Menurut tempat kerja
a. rumah sakit atau laboratorium
b. TKP
c. Ruang kantor/ ruang siding
4) Menurut waktu pemeriksaan
a. pemeriksaan mula-mula oleh polisi
b. pemeriksaan lanjutan oleh jaksa
c. pemeriksaan di sidang pengadilan
Identifikasi forensik dapat dilakukan dengan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode visual yang dilakukan dengan memperlihatkan korban kepada
anggota keluarga atau teman dekatnya untuk dikenali.39
b. Pemeriksaan dokumen seperti kartu tanda penduduk (KTP), surat izin
mengemudi (SIM), kartu golongan darah, paspor, atau tanda pembayaran
yang ditemukan dalam dompet, saku pakaian, tas korban, atau di samping
korban.
c. Pemeriksaan perhiasan yang dikenakan korban seperti anting-anting,
kalung, gelang, atau cincin. Pada perhiasan tersebut mungkin dapat
ditemukan merek atau nama pembuat, atau inisial nama pemilik atau
pemberi perhiasan tersebut.
d. Pemeriksaan pakaian meliputi bahan yang dipakai, model pakaian, tulisantulisan merek pakaian, penjahit, laundry, atau inisial nama.40
e. Identifikasi medis meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh,
tinggi dan berat badan, ras, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata,
cacat tubuh/kelainan khusus, jaringan parut bekas operasi/luka, tato
(rajah), dsb.41
39

Irsan, Koesparmono, Kedokteran Forensik, Universitas Pembangunan


NasionalVeteran, Jakarta, 2008, hal 85
40
Ibid, Hal 86
41
Ibid

41

f. Pemeriksaan serologis dilakukan untuk menentukan golongan darah


korban dari bahan darah/bercak darah, rambut, kuku, atau tulang.
g. Pemeriksaan sidik jari dengan membuat sidik jari langsung dari jari korban
atau pada keadaan di mana jari telah keriput, sidik jari dibuat dengan
mencopot kulit ujung jari yang mengelupas dan mengenakan pada jari
pemeriksa yang sesuai lalu dilakukan pengambilan sidik jari.
h. Pemeriksaan gigi meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang
secara manual, radiologis, dan pencetakan gigi dan rahang. Odontogram
memuat data jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi, dsb.
Identitas seseorang dipastikan bila minimal dua metode yang digunakan
memberi hasil positif (sesuai), di mana salah satunya adalah metode identifikasi
medis. Peran dokter dalam identifikasi personal terutama dalam identifikasi secara
medis, serologis, dan pemeriksaan gigi.

3. Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)


Pemeriksaan dalam kasus ini bertujuan untuk menentukan apakah
potongan tersebut berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia,
ditentukan pula apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh.
Pemeriksaan meliputi penentuan jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan dan
keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosial
ekonomi, kebiasaan-kebiasaan tertentu, sebab dan mekanisme kematian serta cara
dan saat dilakukan pemotongan tubuh apakah sebelum atau setelah meninggal.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan
beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan secara makroskopik, mikroskopik,
pemeriksaan serologi berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin), serta
dengan pemeriksaan DNA. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan
pemeriksaan makroskopik, antropologi, dengan pemeriksaan mikroskopik
(pemeriksaan kromatin seks wanita seperti drum stick pada leukosit dan Barr
body pada sel atau pemeriksaan y fluorescein body pada sel), serta pemeriksaan
DNA.

42

4. Identifikasi Kerangka
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur,
tinggi badan, parturitas (riwayat persalinan), ciri-ciri khusus, deformitas, dan bila
memungkinkan dapat dilakukan superimposisi serta rekonstruksi wajah. Dicari
pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan
memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan
identifikasi dengan membandingkan data-data hasil pemeriksaan dengan data-data
antemortem. Bila terdapat tulang tengkorak yang utuh dan terdapat foto terakhir
wajah orang tersebut semasa hidup, maka dapat dilakukan metode superimposisi,
yaitu dengan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak di atas foto wajah
yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama.
Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan. Pada keadaan tersebut
dapat pula dilakukan pencetakan tengkorak tersebut lalu dilakukan rekonstruksi
wajah dan kepala pada cetakan tengkorak tersebut dengan menggunakan materi
lilin atau gips sehingga dibentuk rekaan wajah korban. Rekaan wajah tersebut
kemudian ditunjukkan kepada tersangka keluarga korban untuk dikenali.
Pemeriksaan

antropologi

dilakukan

untuk

memperkirakan

apakah

kerangka adalah kerangka manusia atau bukan. Jika dengan pemeriksaan tersebut
masih diragukan, misalnya jika yang ditemukan hanya sepotong tulang saja, maka
perlu dilakukan pemeriksaan serologi (reaksi presipitin), histologi (jumlah dan
diameter kanal-kanal Havers), dan bahkan dengan pemeriksaan DNA.
Penentuan ras dilakukan dengan pemeriksaan antropologi pada tengkorak,
gigi geligi, dan tulang panggul atau tulang lainnya. Tonjolan pipi dan gigi
insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop serta adanya torus palatinus
yang menonjol memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid. Jenis kelamin
ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, serta lukaluka lainnya.
Pada hampir semua tulang dapat dijumpai adanya perbedaan bentuk dan
ukuran antara pria dan wanita (dimorfisme seksual). Perkiraan umur dapat pula
diperiksa melalui pemeriksaan gigi dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan

43

perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi susu 36 tahun, geligi campuran 6-12 tahun). Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan
dari

panjang

tulang-tulang

atau

bagian-bagian

tubuh

tertentu

dengan

menggunakan faktor multiplikasi, rasio atau proporsi, serta rumus yang


menghubungkan antara panjang bagian tersebut terhadap tinggi badan. Tulang
yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari tulang yang
segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.

B. Visum et Repertum sebagai alat bukti penyidikan


1. Pengertian Visum et Repertum
Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat
diperlukan adalah pemeriksaan korban untuk pembuatan visum et repertum (VeR)
atau lebih sering disingkat visum saja. Melalui jalur inilah umumnya terjalin
hubungan antara pihak yang membuat dan memberi bantuan dengan pihak yang
meminta dan menggunakan bantuan. Visum adalah jamak (plural) dari visa, yang
berarti dilihat dan repertum adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau
didapati, sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah yang dilihat dan
ditemukan.
Walaupun istilah ini berasal dari bahasa Latin namun sudah dipakai sejak
zaman Hindia Belanda dan sudah demikian menyatu dalam bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari. Jangankan kalangan hukum dan kesehatan,
masyarakat sendiri pun akan segera menyadari bahwa visum pasti berkaitan
dengan surat yang dikeluarkan dokter untuk kepentingan polisi dan pengadilan
sehingga VeR merupakan suatu laporan tertulis dokter ahli yang dibuat
berdasarkan sumpah42. Di Belanda sendiri istilah ini tidak dipakai. Ada usaha
untuk mengganti istilah VeR ini ke bahasa Indonesia seperti yang terlihat dalam
KUHAP, dimana digunakan istilah keterangan dan keterangan ahli untuk
pengganti visum. Namun usaha demikian tidak banyak berguna karena sampai
saat ini ternyata istilah visum tetap saja dipakai oleh semua kalangan bahwa hasil

42

Soeparmono, Keterangan Ahli Visum et Repertum Dalam Aspek Hukum Acara Pidana,
Mandar Maju, Semarang, 2002, hal 98

44

pemeriksaan ilmu kedokteran kehakiman disebut Visum et Repertum43. Dari


rumah sakit pemerintah maupun swasta sampai ke puskesmas, setiap bulan ada
ratusan pemeriksaan yang harus dilakukan dokter untuk membuat visum yang
diminta oleh penyidik. Yang paling banyak adalah visum untuk luka karena
perkelahian, penganiayaan dan kecelakaan lalu lintas, selanjutnya visum untuk
pelanggaran kesusilaan atau perkosaan, kemudian diikuti visum jenazah. Visum
yang lain seperti visum psikiatri, visum untuk korban keracunan, atau penentuan
keraguan siapa bapak seorang anak (disputed paternity), biarpun tidak banyak
namun merupakan pelayanan yang dapat dilakukan dokter juga.
Masalah visum adalah masalah utama yang menghubungkan dokter
dengan kalangan penyidik atau kalangan peradilan, maka pemahaman mengenai
masalah ini harus dikuasai dengan baik, tidak saja untuk kalangan dokter tetapi
juga untuk penyidik, penuntut umum, pembela dan hakim pengadilan. Dalam
undang-undang ada satu ketentuan hukum yang menuliskan langsung tentang
Visum et Repertum, yaitu pada Staatsblad (Lembaran Negara) tahun 1937 No.
350 yang menyatakan:
Pasal 1:
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan
pada waktu menyelesaikan pelajaran di Negeri Belanda ataupun di Indonesia,
merupakan alat bukti yang sah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta
tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui oleh
dokter pada benda yang diperiksa.
Pasal 2:
Pada dokter yang tidak pernah mengucapakan sumpah jabatan baik di Negeri
Belanda ataupun di Indonesia, sebagai dalam pasal 1 di atas, dapat mengucapkan
sumpah sebagai berikut:
Saya bersumpah (berjanji), bahwa

saya sebagai dokter akan membuat

pernyataan-pernyataan atau keterangan-keterangan tertulis yang diperlukan untuk


kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut pengetahuan saya yang
sebaik-baiknya.

Semoga

Tuhan

Yang

Maha

Pengasih

dan

Penyayang

melimpahkan kekuatan lahir dan batin.


43

13

Ohoiwutun, Triana, Profesi Dokter dan Visum et Repertum, Dioma, Malang, 2006 hal

45

Bila rincian isi Staatsblad ini mengandung makna:


1) Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di
Negeri Belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain
berdasarkan sumpah khusus atay (2) dapat membuat VeR.
2) VeR mempunyai daya bukti yang sah/alat bukti yang sah dalam perkara
pidana.
3) VeR berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan pada
benda-benda/korban yang diperiksa.
Ketentuan dalam Staatsblad ini sebetulnya merupakan terobosan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka
tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Seperti diketahui setiap
keterangan yang akan disampaikan untuk pengadilan haruslah keterangan di
bawah sumpah. Dengan adanya ketentuan ini, maka sumpah yang telah diikrarkan
dokter waktu menamatkan pendidikannya, dianggap sebagai sumpah yang sah
untuk kepentingan membuat VeR, biarpun lafal dan maksudnya berbeda. Oleh
karena itu sampai sekarang pada bagian akhir visum, masih dicantumkan
ketentuan hukum ini untuk mengingatkan yang membuat maupun yang
menggunakan visum, bahwa dokter waktu membuat visum akan bertindak jujur
dan menyampaikan tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan
korban menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.

2. Jenis Visum et Repertum (VeR)


1) Untuk orang hidup
Yang termasuk visum orang hidup adalah visum yang diberikan untuk korban
luka-luka karena kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri dan lain-lain.
Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk orang hidup dapat dibedakan
atas:
a. Visum seketika (definitive). Visum yang langsung diberikan setelah korban
selesai diperiksa.
b. Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban yang masih dalam
perawatan. Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk

46

menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka atau


sebagai petunjuk dalam menginterogasi tersangka. Dalam visum sementara
ini belum ditulis kesimpulan.
c. Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau
meninggal dan merupakan lanjutan dari visum sementara yang telah
diberikan sebelumnya. Dalam visum ini dokter telah membuat kesimpulan.
Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter yang membuat visum
sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir merawat penderita.
2) VeR jenazah dapat dibedakan atas:
a. Visum dengan pemeriksaan luar
b. Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam.
Jenis visum ini sering menimbulkan permasalahan antara penyidik, dokter
dan masyarakat terutama dalam visum pemeriksaan luar dan dalam (autopsy).
Masalah di sini adalah adanya hambatan daru keluarga korban bila visum harus
dibuat melalui bedah mayat. Untuk mencari jalan keluar dari permasalahan di
atas, telah beberapa kali diselenggarakan seminar dan temu ilmiah yang
melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan visum jenazah, tetapi sampai saat
ini belum ditemukan penyelesaiannya yang memuaskan.
Dalam KUHAP pasal 134 terlihat bahwa pemeriksaan mayat untuk
kepentingan peradilan dapat dilakukan melalui pemeriksaan luar saja dan hanya
bila perlu dilakukan pemeriksaan bedah mayat.
KUHAP 134 : dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian
bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga korban. Dalam hal keluarga korban keberatan,
penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan
perlunya dilakukan pembedahan tersebut.
Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 3 undang-undang ini.
Yang menentukan apakah mayat harus di autopsi atau hanya pemeriksaan luar
saja adalah penyidik.

47

KUHAP pasal 133 ayat 2: permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud


dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Pasal ini
menghilangkan keragu-raguan, siapa sesungguhnya yang menentukan apakah
mayat harus dibedah atau tidak perlu menjadi jelas, yaitu oleh penyidik. Pasal ini
akan mengatasi masalah dalam menghadapi keluarga korban yang keberatan
dilakukan autopsi, di mana penyidik masih berdalih terserah kepada dokter mau
di autopsi atau tidak.
Keragu-raguan di atas berasal dari ketentuan dalam hukum acara pidana
yang lama pasal 69 RIB yang menyatakan :
dalam hal mati ruda paksa (mati tergagah), atau mati yang mendatangkan shok,
sedemikian juga dalam hal luka parah, percobaan meracuni dan maker lain akan
membinasakan nyawa orang, hendaklah pegawai penuntut umum membawa serta
1 atau 2 orang dokter yang akan memberi laporan tentang sebab-sebab kematian
atau perlukaan dan tentang mayat itu atau badan orang yang dilukai dan di mana
perlu menjalankan pemeriksaan mayatnya, atau membuat visum menurut keadaan
luka pasien pada saat permintaan visum datang.
Keragu-raguan

ini

telah

diatasi

dengan

Instruksi

Kapolri

No:

Ins/E/20/IX/75 tentang Tatacara Permohonan/ Pencabutan Visum et Repertum,


yang menyatakan bahwa dengan visum atas mayat harus berdasarkan pemeriksaan
luar dan dalam.
Pasal 3.
Dengan visum et repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sekali
tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum atas mayat berdasarkan
pemeriksaan luar saja.
Pasal 6.
Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan bedah mayat,
maka adalah kewajiban petugas Polisi sebagai pemeriksa untuk secara persuasif
memberikan penjelasan tentang perlunya dan pentingnya autopsy untuk
kepentingan penyidikan. Kalau perlu bahkan ditegakkannya pasal 222 KUHP.
Walaupun Instruksi Kapolri tahun 1975 menyatakan untuk visum jenazah harus
dilakukan melalui pemeriksaan luar dan dalam, namun setelah diundangkannya

48

KUHAP penyidik mempunyai wewenang untuk menentukan hanya dilakukan


pemeriksaan luar saja dan bila sangat diperlukan baru bedah mayat dilakukan.

C. Analisa Kasus Putusan No: 511/Pid.B/2009/PN.TNG


Pembunuhan mutilasi merupakan kejahatan menghilangkan nyawa orang
lain dengan memotong-motong tubuh korban dikarenakan adanya rasa tidak puas
apabila korban tidak menderita, dalam aksinya pelaku menggunakan berbagai cara
dan teknik yang dijalankan demi menghabisi nyawa korban yaitu dengan cara
dipukul, menggunakan benda tumpul, di cekik, di tusuk sampai korban tidak
bernyawa lagi, untuk menghilangkan jejaknya maka pelaku memutilasi korban.
Dalam pembunuhan mutilasi, tersangka berusaha agar perbuatannya jangan
sampai diketahui orang lain apalagi pihak kepolisian, tersangka akan memotongmotong korban lalu membuang atau mengubur agar hasil perbuatannya tersebut
jangan sampai diketahui orang lain.
Adapun yang terjadi dalam kasus ini terdapat didalam putusan nomor.
511/Pid.B/PN. TNG, awal mula kasus ini yaitu Sri Rumiyati als Suratimi als Yati
Binti Parmito tempat tanggal lahir di Medan 17 Agustus 1960 jenis kelamin
perempuan yag beralamat di kampong Triti Desa Karet RT. 04/04 Kecamatan
Sepaten Kabupaten Tangerang Jawa Barat (Pelaku), dan Suaminya bernama
Hendra bertempat tinggal di tempat yang sama dengan pelaku, mempunyai empat
orang istri,. Dari istri pertama dikaruniai dua orang anak, dari istri ke dua tidak
dikaruniai anak dari istri ke tiga di karuniai satu orang anak , dari istri ke empat
(pelaku) tidak dikarunia anak.
Awal mula kejadiannya pada tanggal 29 September 2008 sekitar pukul
02.00 korban mengeluh kepada pelaku bahwa sudah mau lebaran begini belum
punya uang untuk membeli baju baru dan tanggapan pelaku pun jika memang
tidak sanggup membiayai dua rumah tangga mendingan saya di tinggal saja
karena dari saya tidak punya anak agar tidak terlalu berat beban papa. Dan
akhirnya korban pun marah-marah kepada pelaku dengan berbahasa padang
korban berkata panteklah kau dan dengan mendengar kata-kata kotor itu korban
hanya diam. Lalu terdakwa bilang kepada korban jika saya sakit papa tidak
perduli, tetapi jika Dewi minta (istri ke tiga) apa saja di belikan pulsa lah apa lah,

49

sedangkan saya minta lima ribu malah dimaki-maki dan korban pun berkata
kepada pelaku kamukan Cuma butuh kontol doank, kamu kan bias kerja sendiri
sedangkan Dewi punya anak kecil jadi saya yang tanggung jawab atas hal
tersebut mendengar hal tersebut terdakwa marah dan hanya diam.
Kemudian pelaku pelaku mencoba tidur disebelah korban tetapi korban
menggangu pelaku dengan cara menarik kain, menggelitik, dan memeluk pelaku,
dan pelaku mencoba menghidar dikarenakan tadi korban marah. Akan tetapi
beberapa saat korban meminta kepada pelaku untuk dipijit badannya karena pada
sakit, dan korban pun menurutinya walaupun degan terpaksa, dikarenakan
perbuatan yang dilakukannya karena terpaksa maka hasil pijitannya pun tidak
enak dan menghentikan pijitnnya, korban pun berkata kamu kalu saya butuh
tidak mau melayani tetapi jika kamu butuh saya mau melayani dan korban
menepuk punggung pelaku. Terdakwa mencoba tidur dengan membelakagi
korban, karena korban terus mendesak-desak badan pelaku akhirnya pelaku
bangun dan menuju ruang tamu dan menyalakan rokok dan meminum kopi yag
tadi dibuat pelaku untuk korban.
Sekitar 15 menit setalah rokok pelaku habis, pelaku melihat korban
tertidur pulas hal tersebut dicirikan yaitu korban mendengkur. Akhirya terdakwa
mencoba tidur disamping korban setelah tidur beberapa saat korban mengigau dan
memeluk pelaku lalu meremas buah dadanya dan kemaluan korban yang bangun
dan menempel di paha pelaku, akhirnya korban dibagunkan, korban pun berkata
pa..pa..bagun papa ngimpi ya korban pun bangun, dan melihat pelaku seperti
setan dan akhirnya mendorong pelaku. Dan pelaku pun berkata kamu sebelum
tidur baik-baikin saya kenapa setelah bangun tidur menyakiti saya dan korban
pun hanya diam dan melajutkan tidurnya. Selanjtunya pada pukul 01.00 pelaku
menuju wc yang ada disamping rumahnya, setalah keluar dari wc pelaku melihat
batu besar, dan pelaku berniat mengambil batu tersebut untuk menghabisi nyawa
korban (harusnya korban dapat mengurungkan niatnya), pelaku berpikir alangkah
lebih baik suaminya meninggal dari pada harus disakiti setiap hari. Dan akhirnya
pelaku membawa batu tersebut masuk kedalam rumahnya, secara spontan pelaku
menghantamkan batu tersebut ke arah kepala korban di samping telinganya
sebanyak tiga kali. Pukulan pertama sempat membuat batu kali tersebut jatuh dan

50

pelaku dengan sigap memukulkannya kembali sebayak tiga kali. Pukulan pertama
membuat korban bangun, dikarenakan masih hidup maka pelaku mencoba
memukulkan kembali kekepala korban dan akhirnya korban mengeluarkan darah
dari mulutnya dan telinganya.
Dikarenakan takut korban masih hidup maka pelaku mencoba kelaur dari
rumah sampai dengan mununggu pagi hari, sekitar pukul 06.00 pelaku mencoba
masuk dan menggoyang-goyangkan korban, takut korban masih hidup, setelah
disadari korban sudah tidak bernyawa pada puku 07.00 pelaku membawa batu
tersebut dan meletakanya di samping rumah tetangganya yang bernama mama
Tiar yang rumahnya di samping wc.
Setelah terdakwa memastikan korban tidak bernyawa lagi maka Pelaku
terinspirasi akan pembunuhan yang dilakukan oleh Rian dengan cara memotongmotong korban sehingga orang tidak akan mengetahuinya. Akhirnya pelaku
berjalan keluar rumah dan pelaku teringat bahwa ada golok yang biasa digunakan
oleh warga untuk memotong kayu, akhirnya pelaku berniat meminjam golok
tersebut kepada anak kecil yang bernama Rian, pelaku pun mengambil golok
tersebut lalu membeli kantung plastik warna merah.
Setalah membeli kantong plastik pelaku kemaudian mulai memotongmotong korban dengan golok diawali dari pergelangan kaki sebelah kiri lalu
pangkal kaki paha kemudian tangan, jari-jari, pergelangan tangan, dan akhirnya
kepala, lalu pinggul atas.
Setelah memotong-motong korban, pelaku mengembalikan golok tersebut
dengan terlebih dahulu mencucinya, kemudian pelaku selipkan di rumah mbak
Endah, dan pada saat mengembalikan golok tersebut tidak ada satu orang pun
yang melhat pelaku mengembalikan goloknya. Kasur lipat yang dipakai tersangka
yang banyak darahnya dipotong menjadi dua bagian dan dimasukan ke kantong
merah oleh pelaku dan membuangnyan dikali dekat perumahan vila tomang
bersamaan dengan kain dan baju korban.
Selanjutnya terdakwa masukan bagian potongan-potongan badan tersebut
secara acak kedalam kantong plastik, ada 2 kantong plastik yang dobel, ada juga 3
rangkap kantong plastik yang dimuat didalamnya yaitu isi perut dari korban denga
tujuan takut jebol. Setelah dimasukan ledalam kantong plastik semua terdapat 10

51

kantong plastik, dan akhirnya kantong plastik tersebut dimasukan kedalam kardus.
Untuk kardus oli terdapat 3 kantong plastik potongan mayat, kardus ciki terdapat
2 kantong plastik potongan mayat, 2 kardus indomie masing 1 kantong plastik
potongan mayat, 2 kantong plastik potongan mayat pelaku masukan kedalam tas
beroda dan 1 kantong platik pelaku masukan kedalam kantong plastik warna
merah berisi kepala dari korban.
Selanjutnya pelaku membuang ptongan tersebut denagn 3 cara yaitu 1
kardus ciki yang berisi potongan mayat tersebut dititipkan kepada kernet bus
jurusan bandung prima jasa warna putih pada pukul 08.30, dan 2 kardus indomie
dan 1 kardus oli pelaku titipkan kepada kernet bus jurusan Labuan cirebon,
warna hijau pukul 09.40, dan tes dan kantong pelastik berwana merah pelaku naik
taksi dan menyelipkanya dibelakang jok sopi taksi, dan pelaku turun di depan
penjara wanita, tas roda pelaku selipkan di bus mayasari bakti di kursi keempat.
Aksi pelaku ini diketahui oleh aparat setalah kernet bus melaporkanya
kepada polisi, kernet bus tersebut meilhat bungkusan kardus yang ada di jok
nomor 4 dan melaporkannya kepada sopir bus, setelah melihat isinya ternyata
potongan tubuh manusia, lalu pihak kernet dan sopir bus melapor kepada
kepolisian. Pihak kepolisian kemudian mengidentifikasi dan menyebarkan foto
tato macan korban ketempat umum, pada akhirnya ada kerabat yang melapor
bahwa korban tersebut adalah keluarganya.
Dari hasil tersebut kemudian pihak kepolisan menangkap tersangka di
kediamannya yaitu di kampungnya. Setelah cukup bukti-bukti pihak kepolisan
menahan tersangaka, surat-surat yang dikeluarkan kepolisian sebagai berikut:
1. Penahanan penyidik No. SP Han 512/X/2008/ Reskrim, pada tanggal 2610-2008 sampai dengan tanggal 14-11-2008
2. Perpanjangan

penahan

penuntut

umum

No.

B.

2159/0.6.11.3/Ep.1/11/2008, tanggal 15-11-2008 sampai dengan 24-122008


3. Perpanjagan wakil ketua pengadilan No. 76/Pen.Pth/pid/12/pn.tng tanggal
25-12-2008 sampai dengan 23-01-2009
4. Perpanjangan wakil ketua pengadilan 762/pen.PTH.PU/Pid/PN.Tng dari
tanggal 24-01-2009 sampai denga 22-02-2009

52

5. Perpanjangan jaksa penuntut umum No. 130/064/Ep.1/02/2009 sampai


dengan tanggal 11-02-2009 s/d 02-03-2009
6. Penahan haklim pengadailan negeri 511/Pen.Pid B/2009/Pn. Tng tanggal
24-02-2009 sampai dengan tanggal 25-03-2009
7. Perpanjangan wakil ketua pengadilan 511/Pen.Pid B/2009/Pn. Tng tanggal
26-03-2009 sampai dengan tanggal 22-05-2009
8. Perpanjangan wakil ketua pengadilan 511/Pen.Pid B/2009/PT. Tng tanggal
25-05-2009 sampai dengan tanggal 23-06-2009
9. Perpanjangan wakil ketua pengadilan511/Pen.Pid B/2009/PT. Tng tanggal
22-06-2009 sampai dengan tanggal 23-07-2009

Terdakwa didakwa jaksa penuntut umum dengan:


1. Dakwaan primer pasal 340
Adapun bunyi pasal dari 340 adalah sebagai beriukut barang siapa dengan
sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain dihukum
dengan pembunuhan berencana dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup
atau hukuman penjara selama 20 tahun.
Adapun unsur-unsur dari pasal 340 adalah sebagai berikut :
a. Barang siapa
Didalam kasus ini bahwa yang dimaksud barang siapa adalah subjek hukum yang
mampu mepertanggung jawabkan perbuatanya, dan saudara tedakwa bernama Sri
Rumiyati telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
hakim dan jaksa dan siap mempertanggung jawabkan perbuatanya tersebut.
b. Dengan sengaja dan dengan direncanakan
Sengaja, bahwa perbuatan tersebut telah diketahui dan telah dipertimbangkan baik
dan buruknya, sedangkan direncanakan yaitu dalam kasus ini pihak pelaku masih
bisa berpikir akan sebab akibat yang diderita korban dan pelaku, dalam proses
berpikir entah panjang atau pendek pihak pelaku dapat mengetahui akbatnya.
c. Menghilangkan jiwa orang lain
Yaitu menhilangkan jiwa orang lain yang mengakibatkan orang tersebut tidak
bernyawa lagi, adapun dari kasus ini yaitu si herman sebagai korban mutilasi
sekaligus suami dari pelaku.

53

2. Dakwaan subsider Pasal 338


a. Barang siapa
b. Dengan sengaja
c. Menghilangkan jiwa orang lain
3. Dakwan lebih subside 351 pasal 3
a. Barang siapa
b. Penganiayaan
c. kematian
adapun bukti-bukti yang terkumpul didalam kasus ini adalah :
1. 1 buah pisau
2. 1 buah golok
3. 2 buah kantong plastik bekas membungkus mayat hendra
4. 1 cicin perak bermata batu abu-abu
5. 1 buah Hp sony erikson type T290i warna merah hati abu-abu
6. 1 buah Hp sony erikson type z300i warna casing abu-abu
7. 1 set alat kop angin
8. 1 pasang sepatu coklat milik hendra
9. 1 buah baju warna coklat milik korban hendra
10. 1 buah kaos warna biru milik korban
11. 2 buah KTP, 1 KTP pecan baru, 1 KTP Jakarta barat atas nama
hendra.
Adapun saksi saksi yang diajukan di pengadilan adalah:
1. YAFED LEONARD MINGKIT
2. ALUNG BULKINI ASIDIQ
3. ARNOLD D. NAIBAHO
4. ADE ABDUL ROJAK als ADE
5. YAMTINI als BU BASO als BU GENDUT
6. ENDAH als MAMA RIAN Binti HADI SUTOPO
7. ROHANA als ANA Binti YAMTINI
8. WATSUM HERU SETIAWAN
9. PARDAMAEAN HARAHAP
10. DADANG SAEPUDIN

54

11. DWI als DEWI als WI


12. Saksi Ahli Dra. ENDANG, SM Apt, M. Biomed
13. Saksi Ahli IRFAN ROFIK, SSi
14. Saksi Ahli Drs. PUTUT T. WIDODO DFM, MSi
Hal-hal yang meringankan dari terdakwa:
1. Terdakwa bersikap sopan dan mengakui kesalahan
Hal-hal yang memberatkan
1. Perbuatan tersangka meresahkan masyarakat, karena sangat sadis
Memperhatikan segala ketentuan undang-undang yang berlaku terutama Pasal 338
KUHP, KUHAP, serta peraturan lain yang bersangkutan
MENGADILI
1. Menyatakan Terdakwa SRI RUMIYATI als SURATEMI als TEMI als
YATI Binti PARMINTO tidak terbukti melakukan pembunuhan
berencana sebagaimana yang dimaksud dalam dakwaan primer
2. Membebaskan terdakwa dari Dakwaan Primer tersebut
3. Menyatakan Terdakwa Sri Rumiyati als Suratemi als Temi als Yati Binti
Parminto tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana pembunuhan
4. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Sri Rumiyati als Suratemi als
Temi als Yati Binti Parminto tersebut dengan pidana penjara selama 14
(empat belas) tahun
5. Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan
6. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan
7. Menyatakan barang bukti:
a. 1 buah pisau mata stainless gagang plastik warna biru
b. 1 bilah golok gagang besi
c. 2 buah kantong plastik warna merah bekas pembungkus potongan
tubuh korban Hendra als Bururng
Dirampas dan dimusnahkan:
a. 1 buah cincin perak bermata batu warna abu-abu

55

b. 1 unit Handphone Sony Ericson type T290i warna casing merah hati
abu-abu
c. 1 unit Handphone Sony Ericson type Z300i warna casing abu-abu
d. 1 set kop angin
e. 1 pasang sepatu warna coklat milik korban Hendra
f. 1 buah baju warna coklat milik korban hendra
g. 1 buah kaos warna biru milik korban
h. 2 buah KTP, 1 KTP pecan baru, 1 KTP Jakarta barat atas nama hendra.
Dikembalikan pada ahli warisnya yaitu istri ke 3 korban atas nama DEWI als Wi
Menetapkan Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,-

Anda mungkin juga menyukai

  • Dietetik Penyakit Infeksi Final SC
    Dietetik Penyakit Infeksi Final SC
    Dokumen339 halaman
    Dietetik Penyakit Infeksi Final SC
    Rajab Alimudin
    67% (3)
  • DBD
    DBD
    Dokumen2 halaman
    DBD
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Translate DFDFDFD
    Translate DFDFDFD
    Dokumen2 halaman
    Translate DFDFDFD
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • 1665 3166 1 SM
    1665 3166 1 SM
    Dokumen12 halaman
    1665 3166 1 SM
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • 1469 4825 1 PB
    1469 4825 1 PB
    Dokumen9 halaman
    1469 4825 1 PB
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Tanpa 2.4.1.1
    Daftar Isi Tanpa 2.4.1.1
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Tanpa 2.4.1.1
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Referat Laringitis
    Referat Laringitis
    Dokumen22 halaman
    Referat Laringitis
    Juan Setiaji
    100% (1)
  • 436 1935 2 PB
    436 1935 2 PB
    Dokumen4 halaman
    436 1935 2 PB
    Rai
    Belum ada peringkat
  • Anemia Mikrositik Hipokrom
    Anemia Mikrositik Hipokrom
    Dokumen2 halaman
    Anemia Mikrositik Hipokrom
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Isi Laringitis
    Isi Laringitis
    Dokumen29 halaman
    Isi Laringitis
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Rinitis Alergi
    Rinitis Alergi
    Dokumen14 halaman
    Rinitis Alergi
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • New Microsoft Word Document
    New Microsoft Word Document
    Dokumen44 halaman
    New Microsoft Word Document
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Rinitis Alergi Cover
    Rinitis Alergi Cover
    Dokumen1 halaman
    Rinitis Alergi Cover
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Lagu Paw 2016 Oktober
    Lagu Paw 2016 Oktober
    Dokumen2 halaman
    Lagu Paw 2016 Oktober
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Asma
    Penatalaksanaan Asma
    Dokumen27 halaman
    Penatalaksanaan Asma
    Iyah Geneh
    Belum ada peringkat
  • Biokimia
    Biokimia
    Dokumen59 halaman
    Biokimia
    Rizky Amanda Girsang
    Belum ada peringkat
  • Heg PDF
    Heg PDF
    Dokumen64 halaman
    Heg PDF
    Regina Hershaa
    Belum ada peringkat
  • 2.1-Full
    2.1-Full
    Dokumen73 halaman
    2.1-Full
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • 2.1-Full
    2.1-Full
    Dokumen73 halaman
    2.1-Full
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Heg PDF
    Heg PDF
    Dokumen64 halaman
    Heg PDF
    Regina Hershaa
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar DPT
    Kata Pengantar DPT
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar DPT
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • ANESTESI UMUM
    ANESTESI UMUM
    Dokumen24 halaman
    ANESTESI UMUM
    Viona Aprilia
    Belum ada peringkat
  • Lagu Paw 2016 Oktober
    Lagu Paw 2016 Oktober
    Dokumen2 halaman
    Lagu Paw 2016 Oktober
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • PREMEDISI
    PREMEDISI
    Dokumen26 halaman
    PREMEDISI
    Captain Narong
    Belum ada peringkat
  • Dasar Dasar Bioetika
    Dasar Dasar Bioetika
    Dokumen6 halaman
    Dasar Dasar Bioetika
    Jhost Clinton Purba
    Belum ada peringkat
  • Lagu Paw 2016
    Lagu Paw 2016
    Dokumen2 halaman
    Lagu Paw 2016
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Fadfadfad
    Fadfadfad
    Dokumen1 halaman
    Fadfadfad
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat
  • Lagu Paw 2016 Juni CG
    Lagu Paw 2016 Juni CG
    Dokumen1 halaman
    Lagu Paw 2016 Juni CG
    Morris Lintong Barimbing
    Belum ada peringkat