II.1
Pra Pelaksanaan
Pelaksanaan
Akhir Pelaksanaan
o
o
o
Membaca Gambar
Survey dan Pengukuran
Mobilisasi
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
DIVISI 1 UMUM
II.1.i Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, yaitu :
1. Mobilisasi Peralatan.
Mobilisasi peralatan mencakup kegiatan pemindahan peralatan dari dan ke dalam lokasi proyek yang dilakukan pada awal dan akhir
kegiatan konstruksi. Mobilisasi peralatan ini meliputi kegiatan pengerahan dan pengangkutan peralatan-peralatan berat yang akan
digunakan untuk menunjang kegiatan baik untuk pembukaan lahan, pembuatan jalan, dan pembangunan sarana dan prasarana, dan
operasional.
2. Mobilisasi Staf / Pekerja.
Personil-personil yang ditugaskan adalah mereka yang sudah berpengalaman dibidang jalan dan jembatan dan mempunyai dasar keahlian
serta sertifikat dibidang jalan dan jembatan.
3. Penyediaan Kantor dan fasilitas pendukung seperti barak, gudang, bengkel dll.
Fasilitas lapangan untuk kontraktor berupa kantor, gudang dan barak akan ditentukan kemudian dengan pertimbangan kemudahan dan
waktu akses pencapaian kelokasi dan faktor keamanan, base camp dan laboratorium. Seluruh mobilisasi akan diselesaikan sesuai dengan
batasan yang ditetapkan dalam spesifikasi.
4. Fasilitas pengendalian mutu (laboratorium)
Agar pengendalian mutu di lapangan dapat terpenuhi maka untuk pekerjaan tanah, pekerjaan berbutir dan pekerjaan perkerasan harus
dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum material digunakan. Untuk pekerjaan hot mix perlu disiapkan Job Mix Formula (JMF) sesuai
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.
5. Peralatan dan perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja.
Selain mobilisasi peralatan untuk pekerjaan utama, juga akan dilakukan mobilisasi peralatan pendukung lainnya, baik alat berat maupun alat
bantu yang sesuai dengan lampiran yang ada didalam penawaran ini. Bahan mentah (raw material) untuk kebutuhan hotmix dan agregat
menggunakan sumber quarry dari base camp.
Gambar 1. Peralatan Alat Berat
dan peralatan :
Rambu panah berkedip
Rambu suar berkedip portable
Rambu konstruksi dan pengalihan
Rambu tetap
Penghalang lalu-lintas
Marka sementara
Warning tape
II.3
Material agregat kelas B dihampar dengan alat motor grader dan denagn ketebalan padat.
Hamparan pondasi agregat disiram dengan air dengan menggunakan water tank truck dan dipadatkan dengan menggunakan vibratory
roller dan pemadatan teraknir dengan alat pneumatic tire roller.
Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu.
Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan test sencon untuk mengetahui kepadatan yang
disyaratkan dalam spesifikasi teknik.
II.6.i
Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapis tipis aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi atas sebelum lapis berikutnya dihampar. Aspal
cair ini dapat meresap ke dalam lapis pondasi mengisi rongga dan memperkeras permukaan serta mengikat lapis pondasi dan lapis permukaan.
Hal pertama yang dilakukan adalah memanaskan aspal yang ada di dalam mobil aspal spayer yang telah dibuka di bagian badan tersebut.
Pemanasan aspal ini tidak boleh terlalu panas karena dapat menyebabkan kebakaran dan sifat kelengketan dan kelenturan aspal menjadi rusak.
Selanjutnya aspal yang sudah cair atau lapis resap pengikat (prime coat) disemprotkan/disiramkan ke permukaan agregat sehingga merata. Lapis
resap pengikat harus disemprot pada permukaan yang kering atau mendekati kering dan pelaksanaan penyemprotan tidak boleh dilaksanakan
pada saat angin kencang, hujan, atau akan turun hujan. Sebelum aspal disiramkan, permukaan lapis pondasi terlebih dahulu di bersihkan dengan
Semprotan Angin (Compressor)
Aspal adalah campuran dari butimen dan mineral. Butimen ialah senyawa organik yang Bewarna antara coklat sampai hitam sifatnya bisa padat
sampai cair, lekat sekali, berlemak, tidak larut secara sempurna dalam pelatur pelatur organis CS2 dan CCL4. Aspal Minyak adalah salah satu
Fraksi hasil penyulingan minyak
Jenis jenis Aspal Minyak
1. Aspal keras : yaitu aspal yang didapat dari penyulingan minyak bumi dengan kadar bumi dengan kadar paraffin rendah yaitu tidak lebih
dari 2% berat
2. Aspal cair : yaitu aspal keras yang dicampur dengan pelarut RC (rapid curing) adalah aspal keras yang dicampur dengan korosin / bensin.
Mongering cepat MC (medium curing) adalah aspal keras yang dicampur dengan minyak disel (aspal keras ini harus mempunyai penetrasi
yang lebih tinggi) mongering sedang SC (slow curing) adalah aspal keras yang dicampur dengan residu hasil dari penyulingan pertama
minyak bumi (mongering lambat)
II.7
DIVISI 7 STRUKTUR
Metode Khusus Jalan Beton Jl. Durian Tarung dsk
Pembangunan jalan beton ini dilakukan dengan menggunakan metode dan peralatan penghampar beton (concrete finisher) yang sederhana yaitu:
vibrating screed sesuai dengan kemampuan daerah dengan tetap mengikuti petunjuk dan persyaratan teknis pelaksanaan pembangunan jalan
beton yang telah ditetapkan.
Persiapan Lapangan:
Konstruksi jalan beton yang dilaksanakan terdiri atas dua bagian utama, yaitu Beton K 125) dengan persyaratan mutu K125 (non struktural)
yang berfungsi sebagai lapisan leveling (perataan) dan untuk mencegah pumping action. Sedangkan untuk lapisan atas (plat beton) digunakan
beton dengan persyaratan mutu K350.
Demi untuk menjaga konsistensi campuran, kemudahan kecepatan pelaksanaan, serta kebersihan pekerjaan dan terjaminnya mutu beton maka
untuk baik Beton K 125 maupun slab beton (lapis permukaan) digunakan beton ready mix.
Pelaksanaan:
Beton K 125 :
Guna kelancaran pekerjaan penggelaran Beton K 125, seluruh lebar jalan ditutup (arus lalu-lintas dialihkan). Kemudian dilakukan
penentuan/penyesuaian elevasi rencana ketinggian Beton K 125 berdasarkan hasil pengukuran dan pematokan. Setelah itu, badan jalan di
basahi/disiram dengan air terlebih dahulu agar tidak terjadi penyerapan air semen dari Beton K 125 yang akan digelar. Lalu pemasangan
bekesting melintang dengan ukuran selebar jalur lalu-lintas (9,00 m) dilakukan serta memperhatikan panjang lahan pengecoran yang disesuaikan
dengan kemampuan kerja per hari berdasarkan kapasitas truck mixer (8 truck @ 5 m3 per hari).
Ketebalan Beton K 125 yang digelar tidak sama/merata (fungsinya hanya sebagai lapisan leveling) sebab kondisi jalan lama sudah rusak
dan juga bentuk geometrinya tidak sesuai lagi seperti penampang ideal jalan yang seharusnya selain itu bentuk akhir atau bagian atas Beton K
125 harus rata karena diperuntukkan sebagai landasan untuk meletakkan pelat beton.
Setelah pengecoran Beton K 125 selesai dikerjakan maka dilakukanlah proses curing dengan menebarkan karung goni yang dibasahi
selama seminggu (tiga kali sehari disiram air) guna mencegah terjadinya retakan-retakan sebagai akibat proses pengerasan/pengeringan beton.
- Pengecoran Lapis Permukaan:
Persiapan di Base Camp:
Penentuan ukuran pelat beton: Lapis permukaan yang digunakan adalah pelat (slab) beton dengan mutu K350 sedangkan ukuran pelat beton yang
dipakai adalah lebar 4 m (disesuaikan dengan lebar vibrating screed) dan panjang 5 m. Dimensi ini diperoleh berdasarkan rumus L/B 1,25 m
5,00 m / 4,00 m = 1,25 (memenuhi syarat). Jika digunakan satuan SI maka ukuran jarak sambungan adalah 24 24 x tebal pelat beton (200 mm)
jadi: 25 x 200 mm diperoleh 5000 mm atau 5,00 m.Pembuatan mal (bekesting): Bahannya dari kayu dengan model kotak empat persegi panjang
berdasarkan ukuran pelat seperti pada gambar di atas (4 x 5) m. Hanya saja ukuran ketebalan mal melintang dibuat miring mengikuti kemiringan
melintang normal jalan sebesar 2 % Sedangkan ukuran mal memanjang mengikuti ketinggian pada kedua ujung mal melintang Penentuan ukuran
dowel dan tie bar serta pembuatan alur (lidah sambungan):
Bagian tengah mal sambungan melintang (A) dilobangi sebagai tempat memasang dowel/ruji diperoleh dowel: 12 25 (besi ulir) dengan panjang
45 cm dan jarak antar dowel 30 cm, khusus untuk pelat dengan lebar 0,50 m digunakan 2 25 dengan panjang 45 cm dan jarak antar dowel 30
cm. Pada ke dua sisi mal sambungan memanjang (2) dibuat lobang sebagai tempat memasang tie bar. Dan pada kedua sisi mal memanjang
dibuatkan lidah agar nantinya tejadi ikatan yang kuat antar slab pada sambungan memanjang, selanjutnya diperoleh tie bar: 6 12 (besi polos)
dengan jarak 84 cm. Sedangkan untuk sambungan memanjang (1) diperoleh tie bar: 5 12 (besi polos) dengan jarak 120 cm
Persiapan di Lapangan
Pemasangan mal kotak ini dilakukan di atas Beton K 125 hanya pada satu sisi jalan saja sehingga bagian atau sisi lainnya dapat dilewati oleh
kendaraan ringan dengan model papan catur (nanti setelah pengecoran selesai baru berpindah ke sisi lainnya) sekaligus dapat dilewati oleh truck
mixer sewaktu melakukan pengecoran.
Setelah pemasangan kotak mal sebanyak 10 buah selesai dilakukan maka:
1. Pemasangan/penggelaran plastik dengan maksud sebagai breaker di atas lapisan Beton K 125 agar tidak terjadi perlekatan antara CTSB dan
pelat beton (pergerakan pelat beton tidak
boleh mempengaruhi CTSB, demikian pula sebaliknya). Plastik itu juga dilekatkan pada mal kotak slab dan secara rapat melekat pada CTSB
2. Pemasangan dowel (ruji) pada mal melintang dan tie bar (batang pengikat) pada mal memanjang dengan jalan memasukkan kedalam lobang
yang sudah tersedia pada dinding mal melintang slab dan dikontrol dengan teliti agar posisinya tetap tegak lurus terhadap bidang mal melintang
sebelum pengecoran dilakukan. Demikian pula kedua sisi mal memanjang dipasangi tie bar dan dikontrol dengan teliti posisinya agar tetap tegak
lurus terhadap bidang mal memanjang.
3. Setelah mal, dowel dan tie bar, serta plastik berada dalam posisi yang benar maka pengecoran segera akan dilakukan.
Proses Pelaksanaan Pengecoran Jalan Beton (dengan metode papan catur):
1. Beton ready mix yang berasal dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah disiapkan lalu diratakan secara manual kemudian
selanjutnya diratakan dan diadakan dengan menggunakan vibrating screed yang sistem operasinya bergerak di atas mal memanjang (sepanjang
mal memanjang) yang ditarik dengan tenaga manusia bolak balik sebanyak 4 lintasan. Proses perataan dan pemadatan terjadi karena alat
vibrating screed tersebut selain meratakan juga bergetar sehingga terjadi pemadatan sedangkan pada bagian ujung (dekat) mal, pemadatan
dibantu dengan menggunakan vibrator beton
2. Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran dilanjutkan pada kotak yang ketiga (satu kotak di antaranya kosong).
3. Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating screed maka pelat beton tersebut ditutupi dengan atap plastik untuk menghindari sinar
matahari secara langsung yang dapat membuat beton mengering tidak secara alamiah juga untuk mencegah terjadinya retak rambut.
4. Pembuatan alur (grooving) dilakukan secara manual setelah beton dalam keadaan setengah mengeras 3 - 4 jam sesudah pengecoran
5. Pada hari kedua setelah pengecoran selesai, dilakukan proses curing dengan menggelar karung goni di atas plat beton dan disiram dengan air
3 kali sehari selama seminggu
6. Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal (bekesting) samping dibuka dilanjutkan dengan pemasangan mal memanjang (samping) tanpa
memasang mal melintang karena pelat beton yang sudah dicor berfungsi sebagai mal melintang.
7. Setelah mal memanjang selesai dipasang dilanjutkan dengan menggelar/ memasang plastik di atas CTSB yang juga dilekatkan pada mal
memanjang.
8. Kemudian sebagai pemisah antara dua pelat beton (yang sudah dicor dengan hendak dicor) dilekatkan gabus (styro foam) dengan tebal 0,5 cm
untuk membentuk deletasi (celah) untuk muai dan susut plat beton.
9. Demikianlah sistem pengecoran tersebut dilakukan pada satu sisi jalan dengan lebar 4,0 m dan diselesaikan sesuai dengan panjang rencana
jalan itu.
10. Setelah pengecoran pada sisi kiri selesai sesuai dengan panjang jalan rencana, pemasangan mal (bekesting) pada sisi kanan jalan tersebut
dilakukan lagi. Hanya saja mal memanjang pada salah satu sisi sudah tidak diperlukan lagi karena sudah ada pelat beton yang telah dicor.
Pengecoran dilanjutkan dengan memakai sistem yang sama hanya pada sisi memanjang plat beton yang sudah dicor diletakkan di atasnya besi
siku L 40.40.4 sebagai landasan/rel vibrating screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung satu ke ujung lain dengan maksud agar tidak terjadi
kerusakan pada permukaan pelat beton yang sudah dicor.
11. Kemudian pada saat pengecoran akan dilakukan, disisipkan/dilekatkan gabus (styro foam) di antara kedua pelat beton (antara pelat beton
lama dan yang baru yang akan dicor) pada sisi/sambungan memanjang agar tidak terjadi lekatan dan membuat dilatasi.
II.7.i
K600
K500
37
25
19
37
25
19
37
25
19
37
25
19
-
0,375
0,45
0,45
0.45
0,45
0,45
0,45
0,45
0,45
0,45
0,50
0,50
0,50
0,57
0,60
450
356
370
400
315
335
365
300
320
350
290
310
340
300
250
K400
K350
K300
K250
K175
K125
Meskipun baja tulangan mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan, tetapi karena harganya yang mahal maka baja tulangan ini hanya
diutamakan untuk menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang bekerja cukup ditahan oleh betonnya.
II.7.iii Baja Tulangan BJ 39 Ulir
Baja BJ 39 digunakan dalam pekerjaan rigit pavemen pada posisi Dowel.
Pembesian U-39 Ulir dilaksanakan /dibentuk sesuai dengan gambar kerja yang telahdisetujui. Untuk mencampur beton agar mendapatkan hasil yang
baikdigunakan concrete mixer dan vibrator.
Ruang Lingkup
Spesifikasi ini meliputi anyaman kawat yang dilas untuk digunakan sebagai tulangan beton.
Pengertian
Anyaman kawat baja yang digunakan dalam lingkup spesifikasi ini mempunyai
bahan yang dirakit dari kawat baja yang ditarik dingin.
Selama proses penarikan atau galvanisasi, disusun menjadi bentuk lembaran
atau gulungan dengan proses tarikan las listrik. Bahan anyaman yang dihasilkan
tersusun arah memanjang dan melintang, membentuk sudut antara satu dan
lainnya diikat setiap titik pertemuan dengan dilas.
II.7.v Pasangan Batu
1. Uraian
a. Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukan dalam gambar seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang
dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan fondasi dan seluruh pekerjaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti
yang ditujukan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
b. Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala
gorong-gorong besar dari pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar. Bilamana fungsi utama suatu
pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong
(spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau disekitar ujung gorong-gorong.
2. Pencampuran dan Pemasangan
a. Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai
campuran menunjukan warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh
melebihi 70% dari berat semen yang digunakan.
b. Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Bilamana diperlukan, adukan semen
boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut
diperbolehkan
c. Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah ait ditambahkan harus dibuang
3. Pemasangan
a. Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari minyak atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan
telah dibasahi sampai merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang pada permukaan harus dikeringkan sebelum
penempatan adukan semen
b. Bilamana digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan pada permukaan yang bersih dan lembab dengan
jumlah yang cukup sehingga menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk menjadi permukaan yang halus dan
rata
II.8 DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
II.8.i
Setelah pekerjaan perbaikan pondasi untuk pekerjaan minor selesai dilaksanakan maka lapisan pondasi ditutup dengan menggunakan material
hotmix campuran aspal panas.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
- Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui
- Material campuran aspal panas dihampar dengan tenaga manusia dan dipadatkan dengan Tendem Roller.
- Selama pemadatan, pekerja akan merapihkan tepi hamparan dengan menggunakan alat bantu.
II.8.ii Marka Jalan Termoplastik
Pekerjaan ini dilaksanakan pada akhir seluruh pekerjaan dari paket ini berupa pengecatan Marka Jalan dengan Termoplastik. Pekerjan ini
dilaksanakan diatas permukaan jalan AC-WC Leveling yang telah selesai dilaksanakan.
Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
- Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuki untuk disetujui
- Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran.
- Cat disemprotkan dengan Compressor diatas permukaan perkerasan jalan.
- Peralatan beserta bahan dibawa oleh Dump Truck.
- Glass Bit diberikan / ditebarkan dengan tenaga manusia segera setelah cat marka di semprotkan.
- Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.