PENDAHULUAN
ialah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
timbulnya
kesenjangan
antara
penampilan pelayanan kesehatan dengan standar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut banyak macamnya, yang secara umum dapat dibedakan atas
tiga macam yakni faktor masukan, proses serta lingkungan. Cara menetapkan penyebab mutu
banyak macamnya. Seperti juga yang diterapkan pada waktu menetapkan masalah mutu, untuk
kesederhanaan serta keberhasilan Program Menjaga Mutu, cara menetapkan penyebab masalah
mutudianjurkan ialah mempergunakan teknik-teknik kesepakatan kelompok (groupdecision
making), untuk kemudian diikuti dengan teknik kajian data (survey).
Jika di tinjau dari program menjaga mutu upaya menetapkan penyebab masalah mutu,
dipandang mempunyai peranan yang amat penting. Dengan diketahuinya penyebab masalah
tersebut dapatlah disusun upaya penanggulangan dengan tepat, yang apabila berhasil
dilaksanakan pasti akan berperanan besar dalam mengatasi masalah mutu. Dengan perkataan
lain, tujuan dari dilaksanakannya Program Menjaga Mutu tidaklah semata-mata untuk mengatasi
masalah mutu saja, melainkan berupaya mengatasi penyebab dari timbulnya masalah mutu.
Apabila tujuan ini dapat dicapai, dapatlah diharapkan tertanggulanginya pada gilirannya
pastiakan beperanan besar dalam meningkatkan mutu pelayanan. Pemahaman tentang
perlunya pengatasi penyebab masalah. Bukan hanya sekedar mengatasi masalah,
perlulah ditanamkan kepada semua pihak. Karena sesungguhnya dalam banyak praktek
kedokteran yang dilaksanakan saat ini seringditemukan tindakan yang dilakukan bertujuan hanya
untuk mengatasi maslah saja
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penjaminan mutu pelayanan kesehatan
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cara prioritas masalah
b. Untuk mengetahui penjaminan mutu pelayanan kesehatan
c. Untuk mengetahui standar pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada umumnya
diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu dimungkinkan
adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab
masalah yang sedang dikaji.
d. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan etika.
Memilih topik atau menetapkan permasalahan penelitian merupakan langkah paling
awal dari keseluruhan kegiatan penelitian, Sehingga sebenarnya permasalahan penelitian dapat
dicari pada semua aspek kehidupan baik yang menimpa pelaksana kesehatan maupun obyek dari
pelaksana bidang kesehatan. Untuk dapat memberikan gambaran secara terstruktur tentang
sumber masalah ini, dapat dijelaskan bahwa secara garis besar permasalahan penelitian dapat
dicari dan dikaji melalui pengalaman pribadi, deduksi teori, penelitian sebelumnya, dengan
analisis
system
dengan
mempertimbangkan
sebab
akibat
dari
suatu
masalah.
1.Pengalaman Pribadi
Pengalaman kehidupan sehari-hari merupakan sumber permasalahan yang tidak pernah
ada habisnya, dari pengalaman pribadi yang tertangkap sehari-hari ataupun pengalaman
mengikuti penelitian seniornya dsb, dapat menjadi sumber inspirasi peneliti. Seringkali kita
merasa tidak puas dengan kondisi pengalaman tertentu kemudian muncul pertanyaan tentang hahal yang berada dibalik pengalaman tsb. Saat itu sebenarnya telah ditemukan permasalahan
penelitian, misalnya ketakutan seorang perawat atau dokter dalam awal masuk bekerja di
Rumahsakit atau seorang Asisten dosen yang baru pertama kali melakukan pembelajaran di
kelas, penyelewengan birokrasi, perselingkuhan dsb. Baru kemudian dituntut kepekaan
memfokuskan pengalaman dan pertanyaan tsb, menjadi permasalahan yang menarik dan diramu
serta diformulasikan menjadi suatu rumusan permasalahan penelitian yang meyakinkan.
2.Deduksi dari teori
Dari berbagai bahan bacaan di perpustakaan peneliti dapat menemukan sumber
permasalahan yang baik untuk dikembangkan menjadi penelitian, yaitu dengan mengukuhkan
teori yang ada dengan mencari bukti barux secara empiris dari data lapang. Buku-buku atau
literatur mutakhir yang pada umumnya membahas tentang teori, konsep ataupun metode-metode
baru dengan disertai contoh-contoh konkrit akan banyak memberikan masukan kepada para
pembacanya untuk menemukan topik-topik permasalahan untuk penelitian.
Disamping itu masalah penelitian dapat dikembangkan melalui beberapa hal diantaranya;
Penjajakan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan survey pada tiga kelompok obyek (3-p)
yaitu paper, person dan place (Suharsimi, dalam Endang) : Paper adalah penelusuran atau
penjajakan dengan menelusuri sumber-sumber pustaka, baik yang berupa tulisan ilmiah populer,
makalah, jurnal, literatur ataupun hasil-hasil penelitian terdahulu. berikutnya adalah survey
terhadap Person, yaitu upaya mempelajari permasalahan penelitian lewat sumber yang
berupa manusia. Dari sumber ini perlu dijajaki berbagai kemungkinan tersedianya kelompok
manusia sebagai sumber data, maupun orang-orang yang diharapkan dapat memberikan
dukungan materiil (penyandang dana dan fasilitas lain) dan dukungan moril yang dapat
memberikan bantuan untuk memperlancar pelaksanaan penelitian. Sasaran lain dari kegiatan
penjajakan ini adalah Place yang dapat dilakukan dengan cara melakukan survey pada lokasi
atau tempat penelitian, langkah ini juga perlu dilakukan karena dengan melihat dan pemahaman
terhadap lokasi penelitian.
Bila informasi awal dari hasil penjajakan terhadap tiga sumber tersebut dirasa cukup,
selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan yang sebenarnya dalam suatu rumusan yang jelas.
karena rumusan masalah ataupun research question ini akan menentukan arah dan tujuan
penelitian. Kemampuan merumuskan masalah ini sangat diperlukan karena layak tidaknya
penelitian yang dilakukan akan tercermin dalam rumusan masalah yang dikemukakan. Sehingga
perlu ditata dan diramu sedemikian rupa sehingga rumusan masalah penelitian tersebut menarik
dan dapat meyakinkan pembaca dan pihak-pihak yang berwenang bahwa permasalahan yang
akan diteliti ini memang bagus dan perlu segera mendapat penanganan.
dikembangkan dalam masalah penelitian dari beberapa sisi, yang memungkinkan akan
mempermudah untuk peneliti dalam mencari masalah yang uptodate pada saat itu.
2.1.3 . Macam-macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni :
1. Pendekatan logis Secara logis
Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas dan cacat
yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang
ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu masalah gangguan
kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah
orangyang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis
Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang
penting dalam suatu msyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).
2.1.4. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti proses perencanaan.
Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan
penting dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat
dikatakan merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan.Dalam penentuan prioritas, aspek
penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk
mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan
yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih
bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan
yang ditentukan secara jelas.
Hasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah dapat
diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling
penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari
yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan
masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan
kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
1. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk
pelbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :
1. Besarnya masalah
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
3. Kenaikan prevalensi masalah
4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan.
b. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penylakit serta memulihkan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok
ataupun masyarakat.
c. Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang dilandasi ilmu klinik
(clinical science). Pelayanan medik dasar merupakan pelayanan medik perorangan yang meliputi
aspek:
a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat dilakukan oleh tenga
non medik dan medik/kesehatan;
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat;
c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan oleh dokter/perawat, sesuai
dengan kompetensi yang berkaitan dengan keahliannya.
d. Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan pelanggan (pasien/klien) sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta di pihak lain tatacara penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan etika profesi yang telah ditetapkan.
e. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab
masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai dengan
kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran trindaklanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
f. Kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan, sehingga
pelayanan kesehatan harus diselenggarakan dengan orientasi pada pemenuhan harapan dan
kebutuhan pelanggan.
g. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai penerimaan minimal. Standar menunjuk pada tingkat ideal tercapai yang
diinginkan.
Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang akan
ditinjau secara berkala.
Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan kepada fasilitas atau profesi
kesehatan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
harus dilakukan secara bertahap. Mulai dari pemecahan masalah sederhana sampai dengan
masalah yang kompleks.
a. Tahap Analisis Sistem
Pada tahap ini yang pertama akan diperbaiki adalah mutu pelayanan medik dasar, kemudian
mutu pelayanan non medik
Yang dimaksud dengan pelayanan medik ialah pelayanan best practices, yaitu segala kegiatan
yang menyangkut: anamnesis, pemeriksaan fiosik, pengobatan/rujukan dan konseling.
Berdasarkan etika profesi, kemanusiaan, administratif dan yuridis setiap profesi kesehatan tanpa
kecuali dalam setiap menyelenggarakan pelayanann kepada pasien harus menerapkan semua
ketentuan best practices tersebut. Kenyataan di lapangan best practices sering diiabaikan,
sehingga pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan yang kurang bermutu dan hak pasien
menjadi kurang dipenuhi. Oleh sebab itu yang menjadi prioritas ditingkatkan terlebih dahulu
ialah mutu pelayanan medik.
Pada tahap ini digunakan daftar tilik untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan.
b. Tahap Pendekatan Tim
Upaya pemecahan masalah mutu melalui pendekatan siklus pemecahan masalah.
Manfaat Program Jaminan Mutu
Penerapan the best practices (memberikan pelayanan kesehatan terbaik) yang diselenggarakan
sesuai dengan standar profesi dan etika profesi) menghindarkan efek samping, komplikasi,
malpraktek, tuntutan yuridis masyarakat serta dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yang selalu berubah dan meningkat
(kepuasan pelanggan).
2.2.5 Ruang Lingkup Kegiatan
1. Membangun Kesadaran Mutu
Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi organisasi pelayanan kesehatan
dari memberii obat ke melayani pasien, dari pemeriksaan cepat ke pemeriksaan sesuai standar,
dari pekerjaan saya ke pekerjaan kita dan dari *pelayanan yang tidak ramah menjadi pelayanan
yang ramah dan penuh senyum. Petugas organisasi pelayanan kesehatan harus mendapat
keyakinan bahwa pendekatan Jaminan Mutu akan memberikan perubahan yang bermakna bagi
kualitas pelayanan yang diberikan dan bersama-sama dalam satu tim mampu mengidentifikasi
masalah di l;ingkungan pelayanan dan kemudian mencarikan jalan terbaik bagi pemecahan
masalah tersebut.
2. Pembentukan Tim Jaminan Mutu
Berdasarkan Surat Keputusan kepala organisasi pelayanan kesehatan dan mendapat dukunghan
dari kepala organisasi tersebut dan petugas lainnya. Tim Jaminan Mutu dapat terdiri dari sub-tim
yang mempunyai fungsi tertentu: sub-tim pembuatan standar, sub-tim pelaksanaan dan sub-tim
penilaian kepatuhan terhadap standar dan evaluasi.Tim Jaminan Mutu harus mendapatkan
pelatihan tentang jaminan mutu. Jumlah anggota tim atau sub-tim dapat berkisar 4-5 orang.
3. Pembuatan Alur Kerja dan Standar Pelayanan
Alur pelayanan ditempel di dinding agar mudah diketahui dan sebagai penunjuk jalan bagi
pasien maupun pengunjung unit pelayanan kesehatan.
Alur kerja: loket, alur keja pelayanan, laborsatorium, apotik, dan lain sebagainya yang dibuat
dalam bentuk skema, dibingkai dan ditempel di masing-masing ruang pelayanan terkait serta
terlihat oleh petugas. Pembuatan alur kerja ini sekaligus dapat diikuti dengan identifikasi
berbagai hambatan/kendala yang membuat alur kerja ini tidak jalan atau membutuhkan waktu
yang lama.
Standar pelayanan medik yang penting dibuat dalam bentuk algoritme medik, misalnya styandar
penatalaksanaan diare, penatalaksanaan demam pada anak, penatalaksanaan anak dengan batuk
dan kesulitan bernafas, penatalaksanaan pasien TB paru, dan lain-lain.
4. Penilaian Kepatuhan Terhadap Standar
Untuk menilai tingkat kepatuhan, digunakan daftar tilik penilaian yang telah disiapkan terlebih
dahulu. Penilaian tingkat kepatuhan dilakukan oleh rekan kerja dari unit pelayanan kesehatan
lain (peer review) atau sejawat dari unit pelayanan yang sama tetapi harus dijaga kerahasiaan
rekan yang ditunjuk sebagai penilai ataupun supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
Sesuai dengan kegunaannya daftar tilik dipakai untuk mengukur kelengkapan sarana dan
prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan, standar kompetensi teknis petugas dan persepsi
penerima pelayanan.
Dari pengalaman ini Puskesmas akan mengerti bahwa mutu itu dapat ditingkatkan oleh petugas
Puskjesm,as secara mandiri, tanpa bantuan dari luar dan dengan menggunakan cara yang
sederhana hingga ke cara yang lebih kompleks.
Untuk mempermudah proses pemecahan masalah, beberapa instrumen mutu sederhana dapat
digunakan, misalnya:
i. Curah pendapat (brain storming), untuk menggali berbagai alternatif pemecahan masalah dan
solusinya;
ii. Muliple Criteria Utility Assessment (MCUA), untuk pengambilan keputusan bersama;
iii. Check List
iv. Diagram alur (flowchart) untuk menjelaskan komponen yang terlibat dalam proses;
v. Diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) untukn menggali kemingkinan penyebab.
vi. Data matrik.
8. Pemantauan dan Supervisi
Kunjungan penyelia (supervisor) kabupaten/kota untuk berkunjung secara berkala (1-3 bulan
sekali) ke Puskesmas untuk memantau status kegiatan jaminan mutu di suatu Puskesmas.
Beberapa masalah yang ditemui dapat diatasi dengan perbaikan proses pelaksanaan, akan tetapi
dapat pula terjadi masalah yang ditemui hanya bisa diatasi dengan bantuan sarana-prasarana dari
kabupaten/kota, bahkan mungkin diperlukan bantuan teknis dari propinsi atau arah kebijakan
dari pemerintah pusat.
Keberhasilan kegiatan pemantauan dan supervisi sangat tergantung pada konsistensi kegiatan
(teratur, taat azas serta berkesinambungan), kapasitas (pengetahuan dan ketrampilan) penyelia
untuk memberikan bantuan teknis, daftar tilik pemantauan, data status kegiatan dan adanya
dukungan kepala unit organisasi dan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk mengatasi
masalah/hambatan yang muncul.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir siklus kerja tim jaminan mutu (3-6 bulan).
Pada akhir tahun, Tim Jaminan Mutu Puskesmas melakukan Penilaian Kinerja Jaminan Mutu
yang telah dilakukan bertempat di aula Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Bahan presentasi
mencakup pencapaian program terhadap indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan
penyampaian identifikasi proses pembelajaran atas pelaksanaan kegiatan selama ini serta
rekomendasi/saran tindaklanjut. Keberhasilan suatu organisasi pelayanan menjalankan suatu
kegiatan dapat menumbuhkan inspirasi dan bahkan menjadi tolok banding (benchmarking) oleh
organisasi pelayanan lainnya untuk meniru/mencontoh dengan melakukan kunjungan lapangan
ke organisasi pelayananyang telah berhasil tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses
perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait.
Seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Perencanaan kesehatan harus mengembangkan ketrampilan
dalam semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan
perencanaan yang seimbang.
3.2 Saran
Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat mempertahankan mutu pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Sehingga penjaminan mutu pelayanan di
Indonesia sesuai dengan hasil yang diharapkan.