Mkn-Sep2006 - Sup
Mkn-Sep2006 - Sup
Abstrak: Meningitis otogenik didefinisikan sebagai meningitis bakterial akut akibat penjalaran infeksi
sekunder dari otitis media akut dan kronik, mastoiditis kronik, dan labirinthitis suppuratif. Faktorfaktor penyebab meningitis otogenik banyak antara lain virulensi bakteri, pelepasan sitokin
(interleukin-1, interleukin-6, TNF alpha), perubahan permeabilitas dari sawar darah otak, serta
menimbulkan kerusakan dari sel-sel neuron. Streptococcus pneumonia merupakan bakteri yang
predominant sebagai penyebab meningitis otogenik. Haemophylus influenzae dan P.aeruginosa
merupakan penyebab kedua dan staphylococcus aureus ataupun mikroorganisma lain merupakan
penyebab yang terjarang. Penegakkan diagnosis meningitis otogenik didasarkan kepada gejala dan
tanda klinis dan pemeriksaan laboratorium, terutama analisa cairan serebrospinal. Yang paling
penting penegakkan diagnosa dengan suspek meningitis otogenik adalah penanganan penderita
secepat mungkin. Adanya pengobatan dengan antibiotika yang adekuat serta tindakan operasi dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dari meningitis otogenik.
Kata kunci: meningitis otogenik, meningitis bacterial akut, diagnosa dan pengobatan
Abstract: Otogenic meningitis can be defined as an acute bacterial meningitis that develop secondary
to acute, chronic otitis media, chronic mastoiditis and related disorders. Many factors like bacterial
virulence, release of cytokines (IL-1,IL-6, TNF alpha), change in blood brain barrier permeability and
neuronal toxicity, contribute to the pathophysiology of the disease. Streptococcus pneumoniae is the
predominant mocroorganism. Haemophylus influenzae dan P. aeruginosa being the second most
important and staphylococcus aureus or other organism have been implicated rarely. The diagnosis of
otogenic meningitis should be based on clinical symptoms, signs and laboratory findings, especially
CSF features. It is important to emphasize that any patient with suspected otogenic meningitis should
be managed properly as soon as possible. The disease continues to be an important cause of morbidity
and mortality, and the introduction of antibiotic therapy and surgical procedures has significantly
reduced both is morbidity and mortality.
Keywords: otogenic meningitis, acute bacterial meningitis, diagnosis, treatment
PENDAHULUAN
Di negara sedang berkembang maupun di
negara maju, penyakit infeksi masih merupakan
masalah medis yang sangat penting oleh karena
angka kematiannya masih cukup tinggi. Diantara
penyakit infeksi yang amat berbahaya adalah
infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP) termasuk ke
dalamnya meningitis dan ensefalitis.1
Meningitis sinonim dengan leptomeningitis
yang berarti adanya suatu infeksi selaput otak
yang melibatkan arakhnoid dan piamater.
Sedangkan ensefalitis adalah adanya infeksi
pada jaringan parenkim otak.1
Meningitis otogenik didefenisikan sebagai
meningitis bakterial akut akibat penjalaran infeksi
sekunder dari otitis media akut dan kronik,
mastoiditis kronik,dan labirinthitis suppuratif.
Komplikasi intrakranial dari otitis media masih
253
Tinjauan Pustaka
Kiking Ritarwan
Tabel 1.
Perbedaan meningitis bacterial, viral, dan jamur
Meningitis Bakterial
Tekanan
(N:5-15 cm H20)
Jumlah sel
Kadar Glukosa
Protein
Mikroorganism
CSF lactic acid
d.
e.
Meningitis
Viral
Normal/ sedikit
meningkat
< 500/ ml, terutama MN
Meningitis
Jamur
TBC : normal atau sedikit meningkat.
AIDS + meningitis kriptokokkus:
meningkat
< 500/ ml. Terutama MN
Normal
Sedikit meningkat
Tidak didapatkan
< 35 mg/ dl
Kadang menurun
> 1000 mg/ dl.
Ada jamur
> 35 mg/ dl
Meningkat
1000 10.000/ ml
terutama PMN
< blood glucose
> 45 mg/ dl
Ada
> 35 mg/ dl
Foto Mastoid
Dapat dilihat gambaran opacity dengan
pembentukan pus, hilangnya selulae
mastoid, kolesteatoma, dan kadang-kadang
gambaran abscess.4
Head CT-scan
Adanya gambaran mastoiditis dan cerebral
edema, hidrosefalus, abscess serebral,
subdural empyema, dan lain-lain.2,4
DIAGNOSIS BANDING
Abscess Serebral
Merupakan radang suppurativa lokal pada
jaringan otak dan penyebab yang terbanyak dari
abscess di lobus temporal. Mikroorganisma
penyebab bisa bakteri aerob dan anaerob.
1.
255
Tinjauan Pustaka
Empiema subdural
Empiema subdural biasanya merupakan
komplikasi dari sinusitis paranasalis dan dapat
sangat mirip dengan absess serebri. Gejala klinis
ditandai dengan peninggian tekanan intrakranial
seperti sakit kepala, muntah proyektil dan
kejang. Gambaran MRI dan CT scan akan
membedakan kedua kondisi ini.7,10,14
3.
intermitten
meningkat
secara
irreguler,
kedinginan, nyeri kepala, anemia serta adanya
tanda Greisingers [adanya edema pada daerah
post auricular yang melalui vena emissary
mastoid]. Pada funduscopi terlihat adanya papil
edema.12,15,20
PENATALAKSANAAN
Penanganan penderita meningitis bakterial
akut harus segera diberikan begitu diagnosa
ditegakkan.
Penatalaksanaan
meningitis
bakterial akut terbagi dua yakni penatalaksanaan
konservatif/ medikal dan operatif.2,6-8,10 Pada
lampiran 1. ada algorithme pengananan
meningitis bakterial akut.11
A. TERAPI KONSERVATIF/MEDIKAL
A.1. Antibiotika
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus
terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan
Lumbal Punksi guna pembrian antibiotika
disesuaikan dengan kuman penyebab. Berikut
ini pilihan antibiotika atas dasar umur: 12,16,19,20
Pemilihan antimikrobial pada meningitis
otogenik tergantung pada pemilihan antibiotika
yang dapat menembus sawar darah otak, bakteri
penyebab serta perubahan dari sumber dasar
infeksi. Bakteriologikal dan respons gejala klinis
kemungkinan akan menjadi lambat, dan
pengobatan akan dilanjutkan paling sedikit 14
hari setelah hasil kultur CSF akan menjadi
negatif.12,20
Beberapa dosis obat antibiotika (Tabel 3)
berdasarkan identifikasi kuman:2,4,10,12,16
Tabel 2.
Beberapa pilihan antibiotika berdasarkan umur dan kuman penyebab
Usia
Bakteri Penyebab
Antibiotika
0-4 MINGGU
4-12 MINGGU
3BLN- 7 THN
H. Influenzae, N.meningitides,
S.pneumonia
* Cefotaxim/ ceftriaxone
* +Vancomycin pada S. pneumoniae,
resistant Cephalosporin
* Chloramfenicol + Vancomycin
*+ deksamethason
7-50 TAHUN
S. pneumoniae
N. meningitides
L.monocytogenes
256
resisten
Kiking Ritarwan
> 50 TAHUN
S. pneumoniae, H. Influenzae,
Species listeria, P. aeruginosa,
N. meningitides
Tabel 3.
Beberapa dosis obat antibiotika berdasarkan kuman
Nama Antibiotika
Kuman Penyebab
Dosis Obat
Penicillin G
H. Influenza, Pneumococcus,
S. pneumoniae, H. Influenzae
Chloramfenicol
S. Pneumonia, H. Influenzae
Ciprofloxacin
Cefotaxime
P. aeruginosa
400 mg/hari
Streptococcus, stafilococcus,
Ceftriaxone
H. Influenzae, N.meningitides,
S.pneumonia
Ceftazidine
P. aeruginosa
Vancomycine
Staphylococcus epidermidis
Meropenem
P. aeruginosa,
N. meningitides.
257
Tinjauan Pustaka
NEGATIF
POSITIF
KULTUR
DARAH
TERAPI
ANTIBIOTIKA
EMPIRIS
CT Scan Kepala
KULTUR DARAH
DAN LUMBAL
PUNKSI
LESI MASA POSITIF
DIAGNOSA
ALTERNATIF
ANALISA CSS
MENINGITIS
TIDAK
A.2. Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat
menurunkan edema serebri, mengurangi tekanan
intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat
menurunkan penetrasi antibiotika ke dalam
abses dan dapat memperlambat pengkapsulan
abses, oleh karena itu penggunaaan secara rutin
tidak dianjurkan. Oleh karena itu kortikosteroid
sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan
mengurangi efek masa atau edema pada herniasi
yang mengancam dan menimbulkan defisit
neurologik fokal.2,4,10,12
Lebel et al (1988) melakukan penelitian
pada 200 bayi dan anak yang menderita
meningitis bacterial karena H. influenzae dan
mendapat
terapi
deksamethason
0,15
258
YA
Kiking Ritarwan
DAFTAR PUSTAKA
B. TERAPI OPERATIF
Penanganan fokal infeksi dengan tindakan
operatif mastoidektomi. Pendekatan mastoidektomi
harus dapat menjamin eradikasi seluruh jaringan
patologik di mastoid. Maka sering diperlukan
mastoidektomi radikal. Tujuan operasi ini adalah
untuk memaparkan dan mengeksplorasi seluruh
jalan yang mungkin digunakan oleh invasi bakteri.
Selain itu juga dapat dilakukan tindakan
thrombectomi, jugular vein ligation, perisinual
dan cerebellar abcess drainage yang diikuti
antibiotika broad spectrum dan obat-obatan
yang mengurangi edema otak yang tentunya
akan memberikan outcome yang baik pada
penderita komplikasi intrakranial dari otitis
media.10,13,14,17,18
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat
pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan
yang terlambat. Komplikasi yang sering terjadi
akibat meningitis otogenik adalah efusi subdural,
empiema subdural, ventrikulitis, abses serebri,
gejala sisa neurologis berupa paresis sampai
deserebrasi, epilepsi maupun meningitis yang
berulang. Pada anak-anak dapat mengakibatkan
epilepsi, retardasi mental dan hidrosefalus akibat
sumbatan pada saluran CSF ataupun produksi CSF
yang berlebihan. Selain itu juga bisa terjadi
deafness.2,10,11,12-14
PROGNOSIS
Angka morbiditas dari otitis media
suppurativa dengan komplikasi ekstrakranial
dan intrakranial adalah 14,3 % dan 27,9 %.
Gangguan gejala sisa neurologik dicatat
sebanyak 14% pasien dan yang meninggal
akibat
komplikasi
intrakranial
otogenik
sebanyak 14%. 5
Sejak era pemakaian antibiotika, angka
mortalitas dari meningitis bakterial menurun
tajam dan dilaporkan berada diantara 8%- 36%.
Sedangkan peneliti lain Kaftan et al (2000)
melaporkan angka mortalitas 10% dan
Kangsanarak et al (1993) sekitar 18,6%.5,15
Geyik et al (2002) pada penelitian secara
univariat, melaporkan status koma pasien,
pengobatan antibiotika yang tidak sempurna,
dan peningkatan erythrocyte sedimentation rate
(ESR) berhubungan secara singnifican dengan
tingginya resiko kematian. 2,4
259
Tinjauan Pustaka
260