Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUGAS TUTORIAL

BLOK COMMUNITY MEDICINE


Kepala Puskesmas Sukamaju

Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Arri Kurniawan
Charla Gutri Farmitalia
Diraifa Intancia
Friska Dwi Anggraini
Gladys Clara Dea Putri
Rizkiana Ramadona
Satya Adi Nugraha

0918011106
0918011107
0918011109
0918011112
0918011093
0918011098
0918011077

8. Vicky Lusbianti

0918011085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012

Nyeri BAK

Tn.A, umur 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri saat buang air kecil . Pasien juga
mengalami straining, terkadang harus berubah posisi supaya air seninya bisa keluar. Satu
minggu yang lalu ia pernah mengalami nyeri pinggang yang hebat. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan sudut costovertebra (+) , hematuria dan nyeri tekan perut bagian
bawah. Dokter merencankan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosis.

Keywords : straining, hematuria

Step 1
1. Straining adalah mengedan untuk mengeluarkan urine

Step II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Diagnosis kasus ?
Macam-macam pemeriksaan penunjang ?
Kenapa bisa straining dan kenapa perlu merubah posisi untuk mengeluarkan urine?
Tatalaksana kasus?
Gejala klinis ?
Etilogi ?
Faktor predisposisi?
Komplikasi pada kasus?

Step III
1.

Batu sauran kemih


Gagal ginjal
Ca prostat
Isk
Bph

2. Macam-macam periksaan Penunjang

Foto roentgen (x-ray) abdomen yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kontras

(intravenous pielogram)
Ultrasonografi, dapat dilakukan pada ibu hamil yang sebaiknya tidak dilakukan foto

roentgen karena bahaya radiasinya


CT-scan, merupakan baku emas pemeriksaan batu ginjal
Pemeriksaan mikroskopik dari urin, yang dapat menunjukkan adanya protein, sel

darah merah,dan kristal-kristal lainnya


Kultur dari urin untuk menyingkirkan adanya infeksi
Pemeriksaan darah lengkap
Pengumpulan urin 24 jam untuk melihat total dari urin yang keluar sehari, serta

melihat
kandungan magnesium, sodium, asam urat, kalsium, sitrat, oksalat, dan fosfat dalam
urin secara kuantitatif.

3. Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu :
a. Teori Fisiko Kimiawi
-

Teori Supersaturasi

Teori Matrik

Teori Tidak Adanya Inhibitor

Teori Epitaksi

Teori Kombinasi

Teori Infeksi

b. Teori Vaskuler
-

Hipertensi

Kolesterol

4. Penatalaksanaan pada kasus


-

Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit


(percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti
dengan

pengobatan

ultrasonik.

- Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi
yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
-

Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih
yang basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat).

5. Gejala klinis

Rasa Nyeri

Demam

Infeksi

Hematuria dan kristaluria

Mual dan muntah

6. Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik

7. Jenis-Jenis Batu Pada Saluran Kemih


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui
dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium,
amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin
8. komplikasi

Timbul kembali batu ginjal

Infeksi saluran kemih karena sumbatan yang menyebabkan bakteri mengumpul.

Penyumbatan di ureter.

Kerusakan sebagian jaringan ginjal.

Menurunnya atau hilang fungsi ginjal yang terkena. Dampak paling fatal adalah gagal
ginjal.

Step IV
2. Macam-macam periksaan Penunjang
Foto roentgen (x-ray) abdomen yang dapat dilanjutkan dengan pemberian

kontras (intravenous pielogram)


Ultrasonografi, dapat dilakukan pada ibu hamil yang sebaiknya tidak

dilakukan foto roentgen karena bahaya radiasinya


CT-scan, merupakan baku emas pemeriksaan batu ginjal
Pemeriksaan mikroskopik dari urin, yang dapat menunjukkan adanya protein,

sel darah merah,dan kristal-kristal lainnya


Kultur dari urin untuk menyingkirkan adanya infeksi
Pemeriksaan darah lengkap
Pengumpulan urin 24 jam untuk melihat total dari urin yang keluar sehari,
serta melihat kandungan magnesium, sodium, asam urat, kalsium, sitrat,
oksalat, dan fosfat dalam urin secara kuantitatif

3. Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu :
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses
kimia,fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui
bahwa terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk
batu disaluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori
pembentukanbatu, yaitu:
a.1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila
kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi
supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya
akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi

dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK
yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air
kemih.
a.2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria
sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun
kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela
anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti labalaba terdiri dari protein
65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel
kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut
merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
a.3 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik
terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambatterjadinya batu
yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefallglikoprotein sedangkan
yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikansdan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium
membentuk

kalsium

sitrat

yang

dapat

larut

dalam

air.

Inhibitor

mencegahterbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan


kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir
semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat
menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK,
sedangkan

pada

individu

lain

tidak,

meskipun

sama-sama

terjadi

supersanturasi.
a.4 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan
ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasusyang paling sering yaitu
kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.
a.5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari
beberapa teori yang ada.
a.6 Teori Infeksi

Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya
batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis
ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri
pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease
yaitu

Proteus spp, Klebsiella, Serratia,Enterobakter, Pseudomonas, dan

Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit
dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel
yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK
mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol
darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya
BSK, yaitu :
b.1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada
orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan
aliran darah berubah dari aliran lamine r menjadi turbulensi. Pada penderita
hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion
kalsium papilla (Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu.
b.2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).

Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni
supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun
batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine
dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi,
natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion
kalsium dan oksalat Universitas Sumatera Utarakemudian merekat (adhesi) di
inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi
heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu

memahami

mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan
awal terapi pada penderita BSK.
4. Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi

obstruksi

yang

terjadi.Batu

dapat

dikeluarkan

dengan

cara

medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa


operasi, dan pembedahan terbuka

Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet
makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu
( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum
paling sedikit 8 gelas air sehari.

Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan


Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat
yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac
dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin
dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila
terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah
atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama
kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih.

ESWL dapat mengurangi keharusan

melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di
rumah sakit.

Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu
yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi

ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian

dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.


b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.

Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan
batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika
batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis
tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung
dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang


berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada
di vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra
5. Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil,
dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara
perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri
yang luar biasa ( kolik).
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.
b. demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran
kemih karena kuman

Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,

Pseudomonas, dan Staphiloccocus.


d. Hematuria dan kristaluria

Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air
kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit
BSK.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan
mual dan muntah
6. Etilogi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus
ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau
kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolik ,Riwayat
BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga.Penyakitpenyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain:
1). Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan
gagal ginjal.
2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis

b. Umur
BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun Hasil penelitian yang
dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun (1989-1993),
frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam
c. Jenis kelamin

Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering terjadi
dibanding wanita 3:1.Khusus di Indonesia angka kejadian BSK yang sesuangguhnya
belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru per
tahun .Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh
hati.Rendahnya

serum

testosteron

pada

wanita

dan

anak-anak

menyebabkan rendahnya kejadian batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi BSK tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan, bukit
atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu
saluran kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu
daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
menjadi predisposisi BSK.
b. Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim
panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan
keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang
meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang
yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK
c. Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan
dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena BSK.
Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat
sehingga terjadi penurunan pH air kemih Pengenceran air kemih dengan
banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion aktif setara dengan
proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi
rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan
komponen tersebut dalam air kemih. Kandungan mineral dalam air salah satu
penyebab BSK. Air yang mengandung sodium karbonat seperti pada soft drink
penyebab terbesar timbulnya batu saluran kemih

Air sangat penting dalam proses pembentukan BSK. Apabila seseorang


kekurangan air minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk
BSK. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi
kronik pH air kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam
urat naik dan menyebabkan penempelan kristal asam urat.Dianjurkan minum
2500 ml air per hari atau minum 250 ml tiap 4 jam ditambah 250 ml tiap kali
makan sehingga diharapkan tubuh menghasilkan 2000 ml air kemih yang
cukup untuk mengurangi terjadinya BSK. Banyak ahli berpendapat bahwa
yang dimaksud minum banyak untuk memperkecil kambuh yaitu bila air
kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam.
Berbagai jenis minuman berpengaruh berbeda dalam mengurangi atau
menambah

risiko

terbentuknya

batu

saluran

kemihAlkohol

banyak

mengandung kalsium oksalat dan guanosin yang pada metabolisme diubah


menjadi asam urat.

Peminum alkohol kronis biasanya menderita

hiperkalsiuria dan hiperurikosuria akan meningkatkan kemungkinan terkena


batu kalsium oksalat.
d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya
jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan
dalam terjadinya BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar kalsium dalam
air kemih akan naik, pH air kemih turun, dan kadar sitrat air kemih juga turun.
Diet yang dimodifikasi terbukti dapat mengubah komposisi air kemih dan
risiko pembentukan batu
Kebutuhan protein untuk hidup normal per hari 600 mg/kg BB, bila berlebihan
maka risiko terbentuk batu saluran kemih akan meningkat. Protein hewani
akan menurunkan keasaman (pH) air kemih sehingga bersifat asam, maka
protein hewani tergolong acid ash food, Akibat reabsorbsi kalsium dalam
tubulus Jenis minuman Laki-laki- perempuan
Teh -14 -8
Kopi -10 -10
Susu -13 -10
Jus jeruk -6 -6
Coca-cola +6 +6
Jus apel +35 +6
Jus anggur +37 +44
Jus tomat +41 +28

berkurang sehingga kadar kalsium air kemih naik. Selain itu hasil metabolisme
protein hewani akan menyebabkan kadar sitrat air kemih turun, kadar asam
urat dalam darah dan air kemih naik Konsumsi protein hewani berlebihan
dapat juga menimbulkan kenaikan kadar kolesterol dan memicu terjadinya
hipertensi, maka berdasarkan hal tersebut diatas maka konsumsi protein
hewani berlebihan memudahkan timbulnya batu saluran kemih
Karbohidrat tidak mempengaruhi terbentuknya batu kalsium oksalat, sebagian
besar buah adalah alkali ash food (Cranberry dan kismis). Alkasi ash food
akan menyebabkan pH air kemih naik sehingga timbul batu kalsium oksalat.
Sayur bayam, so, sawi, daun singkong menyebabkan hiperkalsiuria. Sayuran
yang mengandung oksalat sawi bayam, kedele, brokoli, asparagus,
menyebabkan hiperkalsiuria dan resorbsi kalsium sehingga menyebabkan
hiperkalsium yang dapat menimbulkan batu kalsium oksalat. Sebagian besar
sayuran menyebabkan pH air kemih naik

(alkali ash food) sehingga

menguntungkan, karena tidak memicu terjadinya batu kalsium oksalat.


Sayuran mengandung banyak serat yang dapat mengurangi penyerapan
kalsium dalam usus, sehingga mengurangi kadar kalsium air kemih yang
berakibat menurunkan terjadinya BSK
Pada orang dengan konsumsi serat sedikit maka kemungkinan timbulnya batu
kalsium oksalat meningkat. Serat akan mengikat kalsium dalam usus sehingga
yang diserap akan berkurang dan menyebabkan kadar kalsium dalam air
kemih berkurang. Sebagian besar buah merupakan alkali ash food yang
penting untuk mencegah timbulnya batu saluran kemih. Hanya sedikit buah
yang bersifat acid ash food seperti kismis dan cranberi. Banyak buah yang
mengandung sitrat terutama jeruk yang penting sekali untuk mencegah
timbulnya batu saluran kemih, karena sitrat merupakan inhibitor yang paling
kuat. Karena itu konsumsi buah akan memperkecil kemungkinan terjadinya
batu saluran kemih. Beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara tingginya asupan makanan dengan ekskresi kalsium dalam
air kemih. Pengaruh diet tinggi kalsium hanya 6% pada kenaikan kalsium air
kemih
e. Jenis pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orangorang
yang banya duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses
metabolisme tubuh

f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu

saluran kemih. Secara pasti

mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan
secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami
hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya BSK
g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang
terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di
kantor dengan banyak duduk
h. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan
pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen leamk
tubuh limelalui pengukurang tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika
IMT 25 kg/m
Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2%
terkena kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik

15,9 kg dari

berat badan waktu umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang
berat badannya naik 15,9 kg dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal
ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat,
oksalat dan kalsium naik
i. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu
dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal
j. Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih
( pH 5,2 pada batu kalsium oksalat)
7.

faktor predisposis
a. Jenis-Jenis Batu Pada Saluran Kemih
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.

1. Batu kalsium oksalat


Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70-75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering
daripada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium
oksalat terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik
sering sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:
a. Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
b. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca Ox Dihidrat):
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite, namun tipe ini
memiliki angka residif yang tinggi. Batu kalsium oksalat dapat dianalisis
melalui darah dan air kemih. Sering terjadi gangguan metabolisme kalsium
seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau keduanya (normal>2,5mmol/l).
Gangguan metabolisme urat merupakan tanda pembentukan batu kalsium
oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam urat >6,4 mg/100 ml.
Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan batu
oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu
rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan unsur penting yang dapat
menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari sitrat akan
meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat.
2. Batu asam urat
Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya
berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga menderita
kegemukan. Laki-laki lebih sering daripada wanita. Batu asam urat dibentuk hanya
oleh asam urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu tersebut. Diet dengan
tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah. Sebanyak 20-40% pasien pada Gout akan
membentuk batu, oleh karena itu tingginya asam urat yang berakibat hiperurikosuria.
Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak
90% akan berhasil dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu
asam urat:asam urat >380 mol/dl (6,4 mg/100 ml), pH air kemih 5,8
3. Batu kalsium fosfat
Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air kemih.
Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH>6,8 dengan konsentrasi kalsium
yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu kalsium

fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih yang alkali
atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite (kalsium
hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium
dan fosfat yang tinggi. Xli Batu ini mempunyai sifat keras dan sulit dipecah
dengan lithotripsy, cepat terbentuk dengan angka kekambuhan yang tinggi.
Sebanyak 1,5% monomineral, 0,5% campuran bersama dengan CaOx. Analisa
darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia(>2-2,5 mmol/l). Penyebab
terbentuknya batu kalsium oksalat renal tubular asidosis dan infeksi saluran
4.

kemih. Kalsium dalam air kemih>2,5 mmol/liter dan pH air kemih>6,8


Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi urease
( proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu struvit
lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi
karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih>7. Pada kondisi
tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit dan
kristalisasi karbon apatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan dengan
batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di
samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi
asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis
darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada

5.

saluran kemih dan kadar ammonium dan fosfat air kemih yang meningkat
Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi
paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan dengan
kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine, lysin,
arginin dan ornithine. Memerlukan

pengobatan seumur hidup. Diet mungkin

menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan
protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air kemih. Penting
apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan
meningkatkan pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi
cystine dengan tiopron dan asam askorbat. Analisis darah dan air kemih

menunjukkan cystein darah dalam batas normal, cystine air kemih

0,8

mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.


8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan
aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke
ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi
disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
STEP V (L.O)
1. Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) ?
2. Casinoma buli-buli atau kandung kencing ?
3. Pemerikaan PSA atau prostat spesific antigen ?
4. Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS)
STEP VI(Belajar mandiri)

STEP VII

1. Hiperplasia prostat

ANATOMI
Prostat adalah suatu organ kelenjar yang fibromuskular, yang terletak persis dibawah
kandung kemih. Berat prostat pada orang dewasa normal kira-kira 20 gram, didalamnya
terdapat uretra posterior dengan panjangnya 2,5 3 cm. Pada bagian anterior disokong
oleh ligamentum pubo-prostatika yang melekatkan prostat pada simpisis pubis. Pada
bagian posterior prostat terdapat vesikula seminalis, vas deferen, fasia denonvilliers dan
rectum. Fasia denonvilliers berasal dari fusi tonjolan dua lapisan peritoneum, fasia ini
cukup keras dan biasanya dapat menahan invasi karsinoma prostat ke rectum sampai suatu
stadium lanjut. Pada bagian posterior ini, prostat dimasuki oleh ductus ejakulatorius yang
berjalan secara oblique dan bermuara pada veromentanum didasar uretra prostatika persis
dibagian proksimal spingter eksterna. Pada permukaan superior, prostat melekat pada
bladder outlet dan spingter interna sedangkan dibagian inferiornya terdapat diafragama
urogenitalis yang dibentuk oleh lapisan kuat fasia pelvis, dan perineal membungkus otot
levator ani yang tebal. Diafragma urogenital ini pada wanita lebih lemah oleh karena
ototnya lebih sedikit dan fasia lebih sedikit ( Weineth,1992).
Menurut klassifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus: anterior, posterior, medial,
lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan menurut Mc Neal, prostat dibagi atas : zona
perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anterior dan zona spingter preprostat.
Prostat normal terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar prostat ini lebih
kurang 20 buah, secara terpisah bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral
verumontanum, kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal
terdapat sel-sel kuboid (Nasar,1985; Tanango,1995).
PEMBULUH DARAH, LIMFE DAN SARAF

Arteri prostat berasal dari arteri vesika inferior, arteri pudendalis interna arteri
hemoroidalis medialis. Arteri utama memasuki prostat pada bagian infero-lateral persis
dibawah bladder neck, ini harus diligasi atau didiatermi pada waktu operasi prostatektomi.
Darah vena prostat dialirkan kedalam fleksus vena periprostatika yang berhubungan
dengan vena dorsalis penis, kemudian dialirkan ke vena iliaka interna yang juga
berhubungan dengan pleksus vena presakral. Oleh karena struktur inilah sering dijumpai
metastase karsinoma prostat secara hematogen ke tulang pelvis dan vertebra lumbalis.
FISIOLOGI
Kelenjar prostat dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi,
mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml cairan prostat tetapi fungsi pasti cairan ini belum
diketahui, paling tidak sebagai medium pembawa sperma.
Prostat adalah organ yang bergantung kepada pengaruh endokrin, dapat dianggap
imbangannya (counterpart) dengan payudara pada wanita. Pengetahuan mengenai sifat
endokrin ini masih belum pasti, tetapi pada pengebirian kelenjar prostat jelas akan
mengecil. Jadi prostat dipengaruhi oleh hormon androgen, ternyata bagian yang sensitive
terhadap androgen adalah bagian perifer, sedangkan yang sensitive terhadap estrogen
adalah bagian tengah. Karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami
hiperplasia, oleh karena sekresi androgen yang berkurang sedangkan estrogen bertambah
secara relatif ataupun absolut (Blandy,1983; Ganong, 1983; Burkit 1988).

PEMBESARAN PROSTAT JINAK BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)


Insiden.
Pembesaran prostat jinak (BPH) merupakan penyakit pada laki-laki usia diatas 50 tahun
yang sering dijumpai. Karena letak anatominya yang mengelilingi uretra, pembesaran dari
prostat akan menekan lumen uretra yang menyebabkan sumbatan dari aliran kandung
kemih. Signifikan meningkat dengan meningkatnya usia. Pada pria berusia 50 tahun angka
kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka
tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan maka efek perubahan juga
terjadi perlahan-lahan (Sjamsuhidajat, 1996).

Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan
ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di
Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang 5% pria
Indonesia sudah berumur 60 tahun atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk
Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria, dan yang
berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki
Indonesia yang menderita BPH.
Dengan semakin membaiknya pembangunan dinegara kita yang akan memberikan dampak
kenaikan umur harapan hidup, maka BPH akan semakin bertambah. Oleh karena itu BPH
harus dapat dideteksi oleh para dokter, dengan mengenali manifestasi klinik dari BPH dan
dapat dikelola secara rasional sehingga akan memberikan morbiditas dan mortalitas yang
rendah dengan biaya yang optimal (Rahardjo,1997).

Patofisiologi
Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi jalan
kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes
pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi.
Gejala iritasi disebabkan karena hipersensitivitas otot detrusor berarti bertambahnya
frekwensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena
detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama
sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak
sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada
kandung kemih, sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala dan
tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinik.
Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi
masih ditemukan sisa urin didalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir
miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacatan total, sehingga
penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi maka pada suatu saat
vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra vesika terus meningkat.
Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi dari
2003 Digitized by USU digital library 10

Pada tekanan spingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik
menyebabkan refluks vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi
Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan
hernia atau hemorroid. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan
didalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistisis dan bila terjadi refluks dapat
terjadi pielonefritis (Sjamsuhidajat ,1997).
Etiologi

Penyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penilitian sampai tingkat biologi
molekuler belum dapat mengugkapkan dengan jelas etiologi terjadinya BPH. Dianggap
adanya ketidak seimbangan hormonal oleh karena proses ketuaan. Salah satu teori ialah
teori Testosteron (T) yaitu T bebas yang dirubah menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh
enzim 5 a reduktase yang merupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat ditangkap
oleh reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang kemudian bergabung dengan
reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk mengadakan inskripsi pada RNA
sehingga akan merangsang sintesis protein. Teori yang disebut diatas menjadi dasar
pengobatan BPH dengan inhibitor 5a reduktase (Rahardjo,1997).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH adalah :
Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat.
Meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
(Purnomo,2000;Rahardjo, 1997).

Gejala Klinik
Pembesaran kelenjar prostat dapat terjadi asimtomatik baru terjadi kalau neoplasma telah
menekan lumen urethra prostatika, urethra menjadi panjang (elongasil), sedangkan
kelenjar prostat makin bertambah besar. Ukuran pembesaran noduler ini tidaklah
berhubungan dengan derajat obstruksi yang hebat, sedangkan yang lain dengan kelenjar
prostat yang lebih besar obstruksi yang terjadi hanya sedikit, karena dapat ditoleransi
dengan baik.
Tingkat keparahan penderita BPH dapat diukur dengan skor IPSS (Internasional Prostate
Symptom Score) diklasifikasi dengan skore 0-7 penderita ringan, 8-19 penderita sedang
dan 20-35 penderita berat (Rahardjo,1997).
Ada juga yang membagi berdasarkan derajat penderita hiperplasi prostat berdasarkan
gambaran klinis: (Sjamsuhidajat,1997)
- Derajat I : Colok dubur ; penonjolan prostat, batas atas mudah diraba,
dan sisa volume urin <50 ml
- Derajat II : Colok dubur: penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume
urin 50-100 ml
- Derajat III: Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume urin>100 ml
- Derajat IV : Terjadi retensi urin total.
Pada penderita BPH dengan retensi urin pemasangan kateter merupakan suatu pertolongan
awal, selain menghilangkan rasa nyeri juga mencegah akibat-akibat yang dapat
ditimbulkan karena adanya bendungan air kemih ( Sarim,1987).
Gejala klinik yang timbul disebabkan oleh karena dua hal:
1. Obstuksi.
2. Iritasi.
Gejala-gejala klinik ini dapat berupa (Brown, 1982; Blandy, 1983 ; Burkit, 1990;
Forrest,1990; Weinerth,1992 :
Gejala pertama dan yang paling sering dijumpai adalah penurunan kekuatan pancaran
dan kaliber aliran urine, oleh karena lumen urethra mengecil dan tahanan di dalam urethra
mengecil dan tahanan di dalam urethra meningkat, sehingga kandung kemih harus

memberikan tekanan yang lebih besar untuk dapat mengeluarkan urine.


Sulit memulai kencing (hesitancy) menunjukan adanya pemanjangan periode laten,
sebelum kandung kemih dapat menghasilkan tekanan intra-vesika yang cukup tinggi.
Diperlukan waktu yang lebih lama untuk mengosongkan kandung kemih, jika kandung
kemih tidak dapat mempertahankan tekanan yang tinggi selama berkemih, aliran urine
dapat berhenti dan dribbling (urine menetes setelah berkemih) bisa terjadi. Untuk
meningkatkan usaha berkemih pasien biasanya melakukan valvasa menauver sewaktu
berkemih.
Otot-otot kandung kemih menjadi lemah dan kandung kemih gagal mengosongkan urine
secara sempurna, sejumlah urine tertahan dalam kandung kemih sehingga menimbulkan
sering berkemih (frequency) dan sering berkemih malam hari (nocturia).
Infeksi yang menyertai residual urine akan memperberat gejala, karena akan menambah
obstruksi akibat inflamasi sekunder dan oedem.
Residual urine juga dapat sebagai predisposisi terbentuknya batu kandung kemih.
Hematuria sering terjadi oleh karena pembesaran prostat menyebabkan pembuluh
darahnya menjadi rapuh.
Bladder outlet obstruction ataupun overdistensi kandung kemih juga dapat menyebabkan
refluk vesikoureter dan sumbatan saluran kemih bagian atas yang akhirnya menimbulkan
hydroureteronephrosis.
Bila obstruksi cukup berat, dapat menimbulkan gagal ginjal (renal failure) dan gejalagejala uremia berupa mual, muntah, somnolen atau disorientasi, mudah lelah dan
penurunan berat badan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan phisik diagnostik yang paling penting untuk BPH adalah colok dubur (digital
rectal examination). Pada pemeriksaan ini akan dijumpai pembesaran prostat teraba
simetris dengan konsistensi kenyal, sulkus medialis yang pada keadaan normal teraba di
garis tengah, mengalami obliterasi karena pembesaran kelenjar. Oleh karena pembesaran
kelenjar secara longitudinal, dasar kandung kemih (kutub/pole atas prostat) terangkat ke
atas sehingga tidak dapat diraba oleh jari sewaktu colok dubur.
Jika pada colok dubur teraba kelenjar prostat dengan konsistensi keras, harus dicurigai
suatu karsinoma. Franks pada tahun 1954 mengatakan: BPH terjadi pada bagian dalam

kelenjar yang mengelilingi urethra prostatika sedangkan karsinoma terjadi di bagian luar
pada lobus posterior (Jonhson,1988; Burkit,1990).
Kelenjar prostat Normal ada pendorongan prostat kearah rektum
Kelenjar prostat Karsinoma, teraba nodul keras

Pemeriksaan Pencitraan.
Ultrasonografi dapat dilakukan secara trans-abdominal atau trans-rektal (TRUS). Cara ini
dianggap sebagai pemeriksaan yang baik oleh karena ketepatannya dalam mendeteksi
pembesaran prostat, tidak ada bahaya radiasi dan juga relatif murah. Selain untuk
mengetahui pembesaran prostat pemeriksaan ultrasonografi dapat pula menentukan
volume buli-buli, mengukur sisa urin, dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor
dan batu. Dengan USG trans-rektal dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis
terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG supra pubik.
Payaran CT atau MRI jarang dilakukan.
Dengan pemeriksaan radiologi seperti foto polos perut dan pielografi intra vena dapat
diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu saluran kemih,
hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih. Kalau dibuat foto setelah miksi dapat dilihat
sisa urin. Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras pada dasar
kandung kemih. Secara tidak langsung pembesaran prostat dapat diperkirakan apabila
dasar buli-buli pada gambaran sistogram tampak terangkat atau ujung distal ureter
membelok keatas berbentuk seperti mata kail. Apabila fungsi ginjal buruk sehingga
ekskresi ginjal kurang baik atau penderita sudah dipasang kateter menetap, dapat
dilakukan sistogram retrograd (Rahardjo,1997; Sjamsuhidajat,1997).

Sistostomi Terbuka
Sistostomi terbuka dikerjakan jika terdapat kontraindikasi pada tindakan sistostomi trokar
atau tidak tersedia alat trokar.
Dianjurkan melakukan sistostomi terbuka jika terdapat jaringan sikatriks/ bekas operasi di
suprasimfisis, sehabis mengalami trauma di daerah panggul yang mencederai uretra atau
buli-buli, dan adanya bekuan darah pada buli-buli yang tidak mungkin dilakukan tindakan
peruretra. Tindakan ini dikerjakan dengan memakai anestesi lokal atau anestesi umum
Sistostomi Tertutup (DenganTrokar)
Sistostomi trokar tidak boleh dikerjakan pada : tumor buli-buli, hematuri yang belum jelas
sebabnya, riwayat pernah menjalani operasi daerah abdomen/ pelvis, buli-buli yang
ukurannya kecil (contracted bladder), atau pasien yang mempergunakan alat prostesis

pada abdomen sebelah bawah. Tindakan ini dikerjakan dengan anestesi lokal dan
mempergunakan alat trokar.
2. Carsinoma Buli-Buli ( Ca Kandung Kencing)

Mungkin suatu hari keluarga Anda atau teman Anda pernah mengeluhkan kencing yang
berwarna merah dan bercampur darah. Karena pernah mendengar dari seorang kenalan lain
bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih dan bisa sembuh atau hilang dengan
minum obat tertentu, Anda kemudian menjadi tenang.
Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan hanya berarti
infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau
kanker di saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau
menetap dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus
dianggap sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Dari berbagai jenis kanker saluran kemih, kanker buli-buli/kandung kemih merupakan yang
sering ditemui. Di Amerika Serikat keganasan ini merupakan penyebab kematian ke enam
dari seluruh penyakit keganasan, dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan
52.900 kasus baru kanker buli-buli. Di Indonesia berdasarkan pendataan hasil pemeriksaan
jaringan yang dilakukan selama 3 tahun (1988-1990) diketahui bahwa kanker buli- buli
menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria. Di Subbagian Urologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152 kasus keganasan urologi antara tahun 1995-1997,
36% diantaranya adalah kanker buli-buli dan juga menempati urutan pertama. Keganasan ini
dapat mengenai semua jenis kelamin namun pria memiliki resiko 3 kali lebih besar daripada
perempuan. Puncak kejadiannnya terutama berada pada usia dekade ke lima sampai ke tujuh.
Faktor Resiko
Dari beberapa penelitian berhasil menemukan adanya hubungan antara merokok dengan
terjadinya kanker buli-buli. Hubungan tersebut terjadi secara dose respone yang berarti
bertambahnya jumlah rokok yang diisap akan meningkatkan resiko terjadinya kanker bulibuli 2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok ditemukan
adanya peningkatan metabolitmetabolit triptopan yang berada dalam urinnya (air kemih)

yang bersifat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Beberapa bahan kimia juga
dilaporkan bersifat karsinogenik pada terjadinya kanker buli-buli, seperti b -naftylamine yang
sering digunakan dalam industri cat dan karet, fenacetin, cyclophosphamine, cafein, dan
pemanis buatan. Penelitian terbaru juga menyebutkan pada orang yang sering memakai cat
rambut permanen resikonya jadi meningkat. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput
lendir kandung kencing seperti yang terjadi pada infeksi kronis (infeksi yang berlangsung
lama), pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada buli-buli, juga diduga sebagai
faktor penyebab.

Gejala Dan Diagnosis


Pada seseorang yang memiliki gejala hematuria atau terdapatnya darah dalam air kemih
setelah dilakukan evaluasi lebih lanjut sebagian besar didiagnosis memiliki kanker buli-buli.
Bila ditemukan adanya darah dalam urin, haruslah dilakukan evaluasi yang lebih lanjut untuk
menyingkirkan penyebab yang bersifat keganasan. Hematuri tersebut umumnya bersifat total
yang terjadi mulai awal BAK (buang air kecil) sampai selesai. Ditemukannnya hematuri
mikroskopik (darah hanya ditemukan pada pemeriksaan laboratorium) pada penderita tanpa
disertai rasa sakit, merupakan tanda penting adanya keganasan buli-buli. Rasa nyeri pinggang
terjadi jika tumor meyumbat saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis. (pembesaran ginjal
karena sumbatan). Adanya hematuri juga dapat terjadi pada trauma buli-buli, infeksi saluran
kemih, kelainan parenkim/jaringan ginjal, atau adanya infeksi buli-buli yang disebabkan
infeksi M. tuberculosis. Sehingga pemeriksaan lebih lanjut sangat diperlukan.
Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya jarang ditemui adanya
kelainan. Hal ini disebabkan karena tumor tersebut merupakan tumor epitel transisional
kandung kemih yang letaknya superfisial dari buli-buli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila
tumor tersebut sudah tumbuh keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah
terjadi metastasis (penyebaran jauh) ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru.
Beberapa pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
kanker buli-buli , diantaranya :
1. Pemeriksaan laboratorium

Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam air kemih. Tanda
adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang umumnya terjadi pada tumor
yang sudah lanjut atau dapat pula ditemukan tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut
menyumbat kedua muara ureter (saluran kemih).
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan sebagai
pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki persangkaan keganasan saluran kemih
termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect
(kelainan) pada buli-buli juga dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap
zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis
ke paru-paru.
3. Sistoskopi dan biopsi
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada penderita
dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan
biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang
menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ). (mades/daya)

3.Prostat Spesific Antigen

Keganasan prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua paling sering dijumpai
sesudah keganasan kandung kemih.Insiden keganasan prostat pada pria.Indonesia tidak
diketahui, sedangkan di Negara barat menurut hasil autopsi ditemukan sekitar 30% pada pria
usia 70-80 tahun dan sekitar 75% pada usia diatas 80 tahun.Pada stadium dini, gejala kanker
prostat sering tidak tampak. Setelah kanker berkembang, muncul gejala tetapi tidak khas,
menyerupai gejala BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) yaitu penyakit pembesaran prostat
jinak yang sering dijumpai pada pria lanjut usia.2-4 Akibatnya, kedua penyakit ini sulit
dibedakan sehingga diperlukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi dini dan sekaligus
membedakan antara kanker prostat dan BPH.5,6 Untuk deteksi dini kanker prostat, pada pria
berusia lebih dari 50 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan PSA total (Prostate Specific
Antigen) dan pemeriksaan Digital Rectal Examination atau DRE setiap setahun sekali. Bila
ada keluarga yang menderita kanker prostat, skrining dianjurkan sejak usia 40 tahun.7,8 PSA
adalah tumor marker yang paling penting saat ini untuk deteksi dini, menentukan staging, dan
monitoring pada penderita kanker prostat.7,9 PSA terdiri dari protein yang diproduksi oleh
sel prostat untuk menjaga viskositas cairan semen.10 Pertama dideteksi di cairan vesikula
seminalis pada tahun 1971. PSA diproduksi baik dalam sel prostat yang sehat maupun pada
sel maligna prostat dengan jumlah yang lebih banyak. Pemeriksaan PSA di Negara Barat
mempunyai hasil yang sangat sensitif namun tidak spesifik, yakni rata-rata mencapai tingkat
sensitivitas lebih dari 90% dan spesifisitas kurang dari 25%, untuk kadar nilai ambang PSA
4ng/ml.9 Dan pada peningkatan nilai ambang PSA 10ng/ml terjadi penurunan sensitivitas
menjadi lebih dari 75% sementara pada spesifisitas meningkat hampir dua kali lipat menjadi
48%.10,11 Sedangkan di Indonesia sendiri, khususnya di kota Semarang, belum terdapat
penelitian yang menentukan nilai spesifisitas dan sensitivitas tentang pemeriksaan PSA ini.
Diagnosis pasti tumor prostat adalah pemeriksaan patologi anatomi.1-4 Pemeriksaan ini
didapatkan dari hasil potong beku/ frozen section yang dilanjutkan dengan blok parafin untuk
pemeriksaan histopatologi dan sitologi.2

Pemeriksaan PSA
PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk
mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal,
hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau
kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar
PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh
protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Dari hasil penelitian ternyata peningkatan freePSA lebih dominan, sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA lebih dominan.
Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat
maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama
bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
Manfaat Pemeriksaan PSA :

Untuk skrining (PSA total)

Untuk Diagnosis (PSA total dan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total)

Untuk pemantauan penyakit dan pemantauan pengobatan serta pemantauan setelah


pengangkatan prostat

4. Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS)


Letak kelenjar prostat adalah dibelakang saluran kemih (kencing). Jadi pembesaran kelenjar
ini dapat menimbulkan gejala-gejala sumbatan dan iritasi saluran kemih yang dikenal
sebagai lower urinary tract syndrome (LUTS). Gejala sumbatan dapat berupa buang air kecil
yang tersendat-sendat, tidak lampias setelah buang air kecil, pancaran kencing yang lemah,
dan mesti mengedan sebelum berhasil buang air kecil. Gejala iritasi dapat berupa sering
buang air kecil dan keinginan untuk buang air kecil yang tidak tertahankan.
Jika tidak diobati, BPH dapat menjadi progresif (lebih parah). Karena adanya air kencing
yang masih tersisa didalam kandung kemih, maka dapat menimbulkan tertahannya bakteri

yang pada akhirnya dapat menimbulkan infeksi saluran kemih. Jika keadaan ini berlangsung
lama, maka dapat menimbulkan gagal ginjal.
Pemeriksaan Tambahan
Ada beberapa pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis BPH. Dokter dapat melakukan pemeriksaan colok dubur untuk meraba apakah
prostat kita membesar atau tidak. Pemeriksaan laboratorium darah dan air seni dapat
dilakukan untuk melihat apakah ada infeksi. Untuk melihat fungsi ginjal, dapat diperiksa
kadar ureum, kreatinin, dan elektrolit darah.
Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) bersifat pilihan, akan tetapi banyak dokter
melakukannya sebagai salah satu pemeriksaan awal. Walau BPH tidak menyebabkan kanker
prostat tetapi pria pada kisaran usia tersebut mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker
sehingga diperlukan skrining. Pria dengan pembesaran prostat mungkin mengalami
peningkatan kadar PSA.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) baik melalui perut atau anus (yang dikenal
dengan transrectal ultrasonography/TRUS) berguna untuk membantu menentukan ukuran
prostat. Pemeriksaan roentgen denganintravenous pielography/IVP (dengan menggunakan zat
kontras radioaktif) juga dapat dilakukan untuk melihat seberapa besar sumbatan yang terjadi.
Secara umum, kedua pemeriksaan tersebut tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan awal
pada pasien dengan gejala LUTS tanpa komplikasi (infeksi saluran kemih, buang air kecil
berdarah, batu saluran kemih, atau gagal ginjal). Pada pasien dengan peningkatan kadar PSA,
sebaiknya dilakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan) kelenjar prostat.
Penatalaksanaan
Jika gejala masih ringan, sebaiknya dilakukan pengamatan lebih lanjut. Pada keadaan tidak
dapat buang air kecil (berarti sumbatan sudah total), maka pertolongan pertama yang
dilakukan adalah pemasangan kateter. Jika upaya pemasangan kateter ini gagal, maka dapat
dilakukan tindakan operasi. Selain itu, tindakan operasi dapat dilakukan jika : terjadi infeksi
saluran kemih yang berulang, buang air kecil yang berdarah, ada batu saluran kemih,
divertikulum kandung kemih, atau gagal ginjal.
Pengobatan oral
1. blockers
Kelenjar prostat memiliki suatu reseptor yang dinamakan 1 adrenoreseptor, dengan
menghambat reseptor ini, maka kontraksi kelenjar prostat dapat dikurangi sehingga dapat
mengurangi gejala pada pasien BPH. Contoh obatnya adalah fenoxibenzamin dan prazosin.

Keduanya memiliki efektivitas dan hasil nyata yang berkaitan dengan perbaikan gejala.
Namun banyak memiliki efek samping seperti hipotensi yang dipengaruhi posisi (ortostatik),
pusing, rasa lelah, dan sakit kepala.
2. 5 reduktase inhibitor
5 reduktase inhibitor adalah obat yang mencegah pengubahan testoteron menjadi
dihidrotestoteron. Contoh obat ini adalah finasteride. Obat ini dapat mengurangi ukuran
kelenjar prostat. Dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk melihat efek maksimum pengobatan
pada ukuran prostat maupun pada gejala penyakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 5
reduktase inhibitor merupakan obat yang efektif dan aman untuk digunakan namun
perbaikan gejala penyakit hanya dijumpai pada pasien dengan pembesaran prostat yang lebih
dari 40 cm3. Efek samping yang ditimbulkan antara lain turunnya libido, berkurangnya
volume ejakulasi, dan impotensi. Penurunan PSA dijumpai pada sekitar 50% pasien yang
dirawat dengan menggunakan 5 reduktase inhibitor sehingga mungkin saja hal ini dapat
mengganggu deteksi kanker. Laporan terakhir menyatakan bahwa penggunaan finasteride
dapat mengurangi kejadian tidak dapat berkemih (retensi urin) dan kebutuhan tindakan bedah
pada pria dengan pembesaran prostat dengan gejala sedang sampai berat.
3. Fitoterapi
Penggunaan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk terapi BPH akhir-akhir ini menjadi populer.
Beberapa tumbuhan yang digunakan antara lain saw palmetto berry, kulit kayu
tumbuhan Pygeum africanuum, akar Echinacea purpurea dan Hypoxis rooperi, serta ekstrak
serbuk sari. Mekanisme dari fitoterapi ini sebagian besar tidak diketahui dan belum dilakukan
uji coba mengenai efektivitas dan keamanan dari penggunaan obat-obatan ini.
Bedah Konvensional
1. Pembedahan terbuka
Indikasi absolut yang memerlukan pembedahan terbuka dibanding pilihan bedah lainnya
adalah terdapatnya keterlibatan kandung kemih yang perlu diperbaiki seperti adanya
divertikel atau batu kandung kemih yang besar. Prostat yang melebihi 80-100 cm3 biasanya
dipertimbangkan untuk dilakukan pengangkatan prostat secara terbuka. Pembedahan terbuka
mempunyai nilai komplikasi setelah operasi seperti tidak dapat menahan buang air kecil dan
impotensi. Perbaikan klinis yang terjadi sebesar 85-100%.
2. Transurethral resection of the prostate (TURP)

TURP merupakan metode paling sering digunakan dimana jaringan prostat yang menyumbat
dibuang melalui sebuah alat yang dimasukkan melalui uretra (saluran kencing). Secara umum
indikasi untuk metode TURP adalah pasien dengan gejala sumbatan yang menetap, progresif
akibat pembesaran prostat, atau tidak dapat diobati dengan terapi obat lagi. Prosedur ini
dilakukan dengan anestesi regional atau umum dan membutuhkan perawatan inap selama 1-2
hari.
3. Transurethral incision of the prostate (TUIP)
Metode ini digunakan pada pasien dengan pembesaran prostat yang tidak terlalu besar dan
umur relatif muda.
4. Laser prostatekomi
Dengan teknik laser ini komplikasi yang ditimbulkan dapat lebih sedikit, waktu
penyembuhan lebih cepat, dan dengan hasil yang kurang lebih sama. Sayangnya terapi ini
membutuhkan terapi ulang setiap tahunnya. Penggunaaan laser ini telah berkembang pesat
tetapi efek lebih lanjut dari pemakaian laser belum diketahui secara pasti.
Terapi Invasi Minimal
1. Transurethral needle ablation of the prostate (TUNA)
TUNA termasuk dalam teknik minimal invasif yang biasa digunakan pada pasien yang gagal
dengan pengobatan medikamentosa, pasien yang tidak tertarik pada pengobatan
medikamentosa, atau tidak bersedia untuk tindakan TURP. Teknik ini menggunakan kateter
uretra yang didesain khusus dengan jarum yang menghantarkan gelombang radio yang panas
sampai mencapai 100oC di ujungnya sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan prostat.
Pasien dengan gejala sumbatan dan pembesaran prostat kurang dari 60 gram adalah pasien
yang ideal untuk tindakan TUNA ini.
Kelebihan teknik TUNA dibanding dengan TURP antara lain pasien hanya perlu diberi
anestesi lokal. Selain itu angka kekambuhan dan kematian TUNA lebih rendah dari TURP.
2. Transurethral electrovaporization of the prostate
Teknik ini menggunakan rectoskop (seperti teropong yang dimasukkan melalui anus) standar
dan loop konvensional. Arus listrik yang dihantarkan menimbulkan panas yang dapat
menguapkan jaringan sehingga menghasilkan timbulnya rongga di dalam uretra.
3. Termoterapi

Metode ini menggunakan gelombang mikro yang dipancarkan melalui kateter transuretral
(melalui saluran kemih bagian bawah). Namun terapi ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui tingkat keefektivitasannya.
4. Intraurethral stents
Alat ini dapat bertujuan untuk membuat saluran kemih tetap terbuka. Setelah 4-6 bulan alat
ini biasanya akan tertutup sel epitel. Biasanya digunakan pada pasien dengan usia harapan
hidup yang minimum dan pasien yang tidak cocok untuk menjalani operasi pembedahan
maupun anestesi. Saat ini metode ini sudah jarang dipakai.
5. Transurethral balloon dilation of the prostate
Pada tehnik ini, dilakukan dilatasi (pelebaran) saluran kemih yang berada di prostat dengan
menggunakan balon yang dimasukkan melalui kateter. Teknik ini efektif pada pasien dengan
prostat kecil, kurang dari 40 cm3. Meskipun dapat menghasilkan perbaikan gejala sumbatan,
namun efek ini hanya sementara sehingga cara ini sekarang jarang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Atelektasis
    Atelektasis
    Dokumen18 halaman
    Atelektasis
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen32 halaman
    Bab I
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • STEP 1-5 Tanpa Pramuwisma
    STEP 1-5 Tanpa Pramuwisma
    Dokumen20 halaman
    STEP 1-5 Tanpa Pramuwisma
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Tutorial 2
    Tutorial 2
    Dokumen21 halaman
    Tutorial 2
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • STEP 1-5 Mutia Case 2 Kel.2
    STEP 1-5 Mutia Case 2 Kel.2
    Dokumen36 halaman
    STEP 1-5 Mutia Case 2 Kel.2
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Fix Maju
    Fix Maju
    Dokumen23 halaman
    Fix Maju
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Mitral Stenosis
    REFERAT Mitral Stenosis
    Dokumen24 halaman
    REFERAT Mitral Stenosis
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen43 halaman
    Bab I
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Referat BPH
    Referat BPH
    Dokumen38 halaman
    Referat BPH
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ujian SMF Psikiatri
    Tugas Ujian SMF Psikiatri
    Dokumen7 halaman
    Tugas Ujian SMF Psikiatri
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Fix Maju
    Fix Maju
    Dokumen23 halaman
    Fix Maju
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen15 halaman
    Bab V
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Trauma Capitis
    Trauma Capitis
    Dokumen27 halaman
    Trauma Capitis
    Reza Permana Putra
    Belum ada peringkat
  • Fix Maju
    Fix Maju
    Dokumen23 halaman
    Fix Maju
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen9 halaman
    Bab V
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Step 1-7
    Step 1-7
    Dokumen29 halaman
    Step 1-7
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen14 halaman
    1
    Reza Permana Putra
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Dengan BBLR
    Askep Anak Dengan BBLR
    Dokumen19 halaman
    Askep Anak Dengan BBLR
    Luthfi Kang Oziie
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen32 halaman
    Isi
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Kel.7 Case 3 Blok AGM
    Kel.7 Case 3 Blok AGM
    Dokumen90 halaman
    Kel.7 Case 3 Blok AGM
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • FaktorGangguanJiwa
    FaktorGangguanJiwa
    Dokumen26 halaman
    FaktorGangguanJiwa
    Hawania II
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Laktasi
    Manajemen Laktasi
    Dokumen1 halaman
    Manajemen Laktasi
    fina_ahmad
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Proses Persalinan Normal
    Fisiologi Proses Persalinan Normal
    Dokumen5 halaman
    Fisiologi Proses Persalinan Normal
    Budi Nugraha
    Belum ada peringkat
  • DBD-Kartasura
    DBD-Kartasura
    Dokumen31 halaman
    DBD-Kartasura
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • Kanker Paru
    Kanker Paru
    Dokumen9 halaman
    Kanker Paru
    rxxxp
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Fisik Abdomen
    Pemeriksaan Fisik Abdomen
    Dokumen7 halaman
    Pemeriksaan Fisik Abdomen
    Taufik Abidin
    100% (26)
  • 2 Kata Pengantar - Daftar Isi
    2 Kata Pengantar - Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    2 Kata Pengantar - Daftar Isi
    Hilman Fachri
    Belum ada peringkat
  • DBD Pustaka
    DBD Pustaka
    Dokumen50 halaman
    DBD Pustaka
    Toni Pinem
    Belum ada peringkat