Anak Jalanan-2009
Anak Jalanan-2009
menentukan juga. Namun demikian mobilitas tinggi inilah yang mengkibatkan sulitnya
mendata mereka apalagi menanganinya, sehingga tidak mengherankan bila penanganan anak
jalanan terkesan berjalan ditempat. Memang sudah ada penanganan dengan berbagai bentuk
melalui commmunity based sampai street based. Namun jumlah anak jalanan sepertinya tidak
pernah berkurang bahkan cenderung meningkat jumlahnya. Kegiatan pun bermacam macam
mulai berjualan koran, mengamen, menjadi pedagang asongan hingga peminta-minta.
1. Proses Terjadinya Anak jalanan
Kalau dicoba disederhanakan, proses anak keluar dari rumah dan kemudian sampai
menjadi anak jalanan melalui lima tahapan pokok.
Skema
Skema terjadinya Anak Jalanan
Tahap 1
Pengetahuan :
-Penghasilan Anak Jalanan
-Mudah dilakukan
Tahap II
Tahap III
Strimulus
Faktor2 penunjang
- Kawan - keluarga
Ketetarikan
-
Pelaksanaan
(Turun Ke Jalan)
Tahap IV
Stimulus Negatif
- Kehidupan Jalananan
- Kelompok/Kawan
- Kelompok Keluarga
Tahap V
Perilaku
menyimpang
Stimulus Positif
- Kehidupan Jalananan
- Kelompok/Kawan
- Kelompok Keluarga
Sejumlah penelitian menemukan anak jalanan yang kecil biasanya sering dipalak
aleh anak yang lebih besar. Selain itu, para preman sekitarnya juga tak segan merampas
barang dagangan atau meminta uang. Selain preman atau orang orang yang tak dikenal acap
kali memanfaatkan anak-anak jalanan sebagai korban pelampiasan nafsu seksual yang
menyimapang seperti di sodomomi.
Dikalangan anak anak hidup dijalanan, memang kisah-kisah yang menyedihkan dan
terkadang menguras air mata adalah hal yang biasa terjadi sehari-hari. Eksploitasi dan
ancaman kekerasan merupakan dua hal yang terkadang dialami dan terpaksa dirasakan anak
jalanan. Sudah lazim dialami mereka ditipu dan berkelahi dengan teman sendiri, di cacimaki
oleh anak sebayanya yang lebih kaya bahkan disodomi oleh orang dewasa atau teman yang
lebih besar.
Anak jalanan cenderung mengahabiskan waktunya dijalanan, sehingga mereka tidak
punya waktu untuk belajar dan membaca sehingga kurang bisa mengikuti pembelajaran di
sekolah dengan wajar yang akhirnya memilih untuk putus sekolah disamping itu ada juga
anak jalanan yang memang gak pernah sekolah.
Anak-anak yang hidup dijalanan mereka bukan saja rawan dari ancaman tetabrak
kendaraan tetapi juga rentan terhadap penyakit akibat cuaca dan selalu berada di lingkungan
yang tidak sehat lingkungan yang banyak asap pembakaran kendaraan (CO2) sehingga anak
jalanan sering terkena penyakit pusing-pusing, batuk-pilek dan sesak nafas, diperparah dengn
kurangnya gizi karena kurangnya memakan makanan yang cukup gizi, dan teratur makan.
Padahal pada usia mereka merupakan masa emas dalam perkembangan otak, sehingga bukan
hanya fisiknya yang terganggu tetapi terganggunya tumbuh kembang otaknya sehingga akan
menjadi simberdaya yang bermutu rendah karena tidak sehat, tidak cerdas, dan tidak
produktif (Drg. Eka Susi Ratnawati.2006)
Berdasarkan Pengamatan kami bahwa anak jalanan cenderung rawan terjerumus
tindakan menyimpang seperti ngelem atau mengisap lem jenis Aica-Aibon, Uhu dan
sejenisnya, atau menisap zat seperti cat atau pembesih kuku (acetone) zat yang mudah
menguat baik itu tinner, spritus dan lainnya untuk melupakan penderitaan mereka, seolah
dengan itu mereka merasa telah memperoleh pengganti Narkoba.
Prilaku atau gaya hidup anak jalanan terkadang tak kalah merisaukan mereka ada
kecenderungan sudah aktif secara seksual dalam usia yang terlalu dini, sehingga resiko
kehamilan dan penularan PMS (Penyakit Menular Seksual) sangat tinggi, terutama karena
mereka cenderung berganti-ganti pasangan. Ketidak tahuan yang tidak benar tentang
kehamilan, PMS adan HIV-AIDS membuat anak jalanan sering kali kurang menyadari resiko
dari tindakan mereka perbuat.
Tabel 1
Masalah yang dihadapi Anak Jalanan
Aspek
Pendidikan
Intimidasi
Kesehatan
Tempat Tinggal
Tesiko Kerja
Tetabrak mobil/motor
Makanan
Pendekatan ini juga mencakup tempat perlindungan sementara (drop in), Rumah Singgah
atau open house yang menyediakan fasilitas panti dan asrama adaptasi bagi anak jalanan.
pada lembaga atau panti- seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta
perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial. Pada panti yang permanen, bahkan
disediakan pelayanan pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian dan
pekerjaan bagi anak-anak jalanan.
Keempat, Comunity centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan
di sebuah komunitas. Melibatkan program-program community depelopment untuk
pemberdayaan masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat
dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun
lembaga sosial kemasyarakatan. Pendekatan ini termasuk juga mencakup Corporate Social
Responsibility (Tanggung Jawab sosial Perusahaan).
Dari berbagai pendekatan yang telah diuraikan, tidak berarti satu pendekatan yang
lebih baik dari pendekatan yang lain. Pendekatan mana yang lebih tepat akan banyak
ditentukan oleh kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi anak jalanan itu sendiri.
Namun satuhal yang penting dicatat: pendekatan apapun yang dipilih, secara keseluruhan
modal awal yang di butuhkan untuk menangani permasalahan anak jalanan sesungguhnya
adalah sikap empati dan komitmen yang benar-benat tulus dari kita semua.
Kebijakan Penanganan Anak Jalanan
Secara gari besar ada 3 pendekatan dalam Penanganan masalah pekerja anak/Anak
Jalanan, yakni pendekatan aborsionis, pendekatan proteksionis dan Pendekatan
Pemberdayaan (Muhadjir Darwin, 1996)
Pendekatan aborsionis, pekerja anak-anak jalanan dianggap sebagai suatu masalah yang
sama sekali tidak dapat di toleransi, dan karenanya harus dihapuskan sepenuhnya.
Pendekatan proteksi/perlindungan, bertolak dari suatu anggapan bahwa penghapusan sama
sekali pekerja anak merupakan suatu utopi, karena dalam prakteknya sulit direlisasi. Jika
abolisi di paksakan hasilnya justru akan merugikan kepentingan anak sendiri. Karena itu,
yang perlu dilakukan bukanlah melarang anak bekerja dari praktek-praktek yang
membahayakan, eksproitatif dan merugikan anak. Dalam pendekatan berikutnya muncul
pendekatan yang lebih maju lagi yaitu pendekatan pemberdayaan, Pendekatan ini didasarkan
pada asumsi bahwa pekerja anak menjadi bermasalah ketika mereka tidak mempunyai
keberdayaan untuk mengorganisasi diri (seft Organization) dan membela hak-hak dan
kepentingannya. Karena itu harus dilakukan dengan memberdayakan mereka.
Konstitusi Indonesia sebagai sumber hukum UUD 1945 Pasal 28B ayat 2
menyebutkan: Setiap Anak berhak atas Kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. kemudian dipertegas pasal
43 ayat (1) Pakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara. Hal itu juga dituangkan
dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, UU RI No.1 tahun 2000
Tentang pengesahan Konvensi ILO No. 182 mengenai pelarangan dan tindakan segera
penghapusan bentuk bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, UU RI No. 20 Tahun 1999
Tentang pengesahan Konfensi ILO mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan bekerja;
UU RI No. 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
6
Menurut Arist Merdeka sirait (2006) Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak
usaha-usaha perlindungan dan promosi hak anak tidak saja meliputi kebijakan dan peraturan
perundang-undangan yang telah diambil dan dibuat oleh negara (legal subtance) tetapi juga
meliputi segala aparatur dan aparat pelaksdana (legal struktur) serta budaya hukum (legal
culture), tiga aspek tersebut dalam kenyataannya tidak selalu berjalan seiiring dan konsisten
karena pelaksanaan sebuah kebijakan atau peraturan sangat tergantung pada kesiapan aparat
(Sarana dan Prasarana) dan persepsi para aparat pelaksana dan budaya hukum
masyarakatnya
Pemerintah Provinsi kalimantan Timur berdasarkan tiga aspek tersebut menuangkan
konsep Visi Kalimantan Timur Layak Anak, Lebih ekstrim lagi sebelumnya Kabupaten
Kutai Kartenegara dengan lantang menetapkan daerah Zona Bebas Pekerja Anak (ZBPA).
Sedangakan kabupaten/Kota se-Kalimantan Timur secara Bertahap mulai menetapkan wajib
belajar 12 tahun, artinya gak boleh warga Kalimantan Timur berpendidikan dibawah
SMA/sederajat termasuk didalamnya anak jalanan.
Permasalahan anak jalanan menjadi tantangan sosial yang cukup rumit bagi kota
samarinda dimana terlihat hampir disetiap peempatan jalan lampu merah terlihat sekelompok
anak jalanan seperti di perempatan Mall Lembuswana. Para aparat dan pejabat
berargumentasi ini akibat adanya arus pendatang yang tak memiliki tujuan yang jelas datang
di Kota ini yang membawa anak yang akhirnya menjadi anak jalanan, sementara razia sering
dilakukan bahkan pembinaan pun melalui dinas sosial kerap dilakukan bahkan kampanye dan
iklan jangan memberi uang kepada gepeng atau anak jalanan telah juga dilakukan.
Masalah Pokok dan Program Intervensi Penanganan Anak Jalanan
Kalau dicoba dirinci satu persatu barangkali ada puluhan atau bahkan ratusan masalah
yang tengah dihadapi anak-anak yang dipaksa hidup di jalanan. Namun secara garis besar
paling tidak ada delapan masalah proritas anak jalanan di kota Samarinda yang mendesak
untuk segera ditangani oleh berbagai pihak, Kedelapan masalah pokok tersebut adalah:
1. Gaya hidup dan perilaku anak jalanan yang acapkali membahayakan dan mengancam
keselamatan dirinya sendiri, seperti perilaku ngelem, seks bebas, Kebiasaan berkelahi
dan sebagainya.
2. Ancaman gangguan kesehatan berkaitan dengan kondisi lingkungan dan jam kerja
yang acapkali kelewat batas di Jalanan bagi anak anak yang masih berusia belia.
3. Minat dan kelangsungan pendidikan anak jalanan yang relatif rendah dan terbatas
akibat tidak dimilikinya waktu luang yang cukup bagi anak anak yang masih berusia
belia.
4. Kondisi ekonomis dan latar belakang kehidupan sosial psikologis orang tua yang
relatif miskin dan kurang harmonis, sehingga tidak kondusif bagi proses tumbuh
kembang anak secara layak.
5. Adanya bentuk-bentuk intervensi dan sikap sewenang-wenang dari pihak luar
terhadap anak jalanan, baik atas nama hukum maupun karena ulah preman yang coba
mengambil manfaat dari keberadaan anak jalanan.
6. Adanya kekeliruan psesepsi dan sikap prejudice sebagian warga masyarakat terhadap
keberadaan anak jalanan.
7
7. Adanya sebagian anak jalanan yang menghadapi masalah khusus baik akibat ulahnya
yang terencana maupun karena ketidaktahuannya terhadap bahaya dari tindakan
tertentu, seperti hamil, dalam usia relatif dini akibat seks bebas, prilaku ngelem dan
sebagainya.
8. Mekanisme koordinasi dan sistem kelembagaan penanagnan aka jalanan yang belum
berkembang secara mantap, baik antara pemerintah Pusat, Provinsi, kabupaten/Kota
dengan LSM maupun persoalan intern diantara lembaga itu sendiri.
Tabel 2
Isu Proritas dan Program intervensi Penanganan Permasalahan Anak jalanan
Di Kalimantan Timur
Masalah/Isu Proritas
Gaya Hidup dan prilaku
anak jalanan yang
acapkali mengancam
keselamatan dirinya
Rincian masalah
- Perilaku Seks bebas,
ancaman PMS dan resiko
kehamilan
- Ngelem, merokok,
minuman keras dan terlibat
narkotika
- Berkelahi dan akrab
dengan tindak kekerasan
- Sebagian terlibat dalam
tindak kriminal
- Makanan sehari-hari
acapkali kurang layak
- Resiko kena sengatan
matahari yang relatif lama
- Lingkungan yang kotor,
bau sampah dan kurang
sehat.
- Kurang memahami
persoalan hidup sehat
- Akses terhadap lembaga
pelayanan kesehatan
rendah
- Minat dan waktu belajar
relatif tidak ada
- Belum ada lembaga
pendidikan khusu bagi
anak jalanan
Kealngsungan
Pendidikan Anak jalanan
Program Intervensi
- Pemerikasaan rutin terhadap
ancaman PMS dan kehamilan
- Sosialisasi tentang resiko seks
bebas, ngelem, merokok, minuman
keras dan narkotika
- Menggalang kegiatan/forum
bersama anak jalanan yang berbeda
kelompok.
- Pemberian Sangsi yang lebih berat
bagi perilaku kejahatan yang
melibatkan anak-anak
- Pemerikasaan Rutin kesehatan dan
gizi anak jalanan
- Sosialisasi tentang hidup sehat
- Memperluas pemberian layanan
gratis/murah bagi anak jalanan
Pelaksana
Depkes, Dinkes,LSM, Depsos,
Dinsos,Binsos, Orsos/Prof,
BNP,BNK, KPAID, Pramuka,
Kehakiman, Kejaksaan, Polda,
Kapoltabes/Pores,
Depkes,Depsos,Orsos/Prof,
LSM, Binsos,KPAID
jalanan
- Anak Jalanan perempuan
yang terlanjur hamil dan
ingin melakukan aborsi
- Anak jalanan yang terlibat
tindak kriminal
- Anak jalanan yang
tertangkap rajia/garukan
- Anak jalanan yang
menjadi korban
kecelakaan lalulintas
- Belum adanya koordinasi
dan pembagian kerja yg
baik antar LSM/yys
- Belum adanya koordinasi
dan tanggung jawab yang
jelas diantara jajaran
pemerintah sendiri untuk
penanganan anak jalanan
- Pelum adanya koordinasi
yang jelas antara
LSM/Yys anjal dan
Pemda
Depsos.Dinsos,Binsor, LSM,
KPAID, Gubenur, pemda
kab/kota
DAFTAR PUASTAKA
Darwin, Muhadjir. Direktur Magister Studi Kebikjakan Univeritas Gadjah
Mada.Penghapusan atau Memanusiakan Pekerja Anak . Dalam Seminar dan Lokakarya:
Refleksi dan Evalusi Prosfek Zona Bebas Pekerja Anak di Kutai Kartanegara yang
dilaksanakan oleh Mapeksi Kaltim berkerjasama dengan Pemkab Kukar tanggal 20 Juni
2006.
Hariadi,Sri Sanusi dan Bagong Suyanto.1999.Anak Jalanan di Jawa Timur Masalah dan
Upaya Penangannya.Surabaya: Airlangga University Press.
Purwanto, Semiarto Aji. Ketua Pusat kajian Antropologi Universitas Indonesia. Sistem dan
Struktur Dalam Kerangka Zona Bebas Pekerja Anak di Kutai Kartanegara. Dalam Seminar
dan Lokakarya: Refleksi dan Evalusi Prosfek Zona Bebas Pekerja Anak di Kutai Kartanegara
yang dilaksanakan oleh Mapeksi Kaltim berkerjasama dengan Pemkab Kukar tanggal 20 Juni
2006.
Ratnawati, Eka Susi.Dirjen Bina Kesehatan Kementrian Kesehatan.Dampak Pekerjaan
Terburuk Bagi Anak. Dalam Seminar dan Lokakarya: Refleksi dan Evalusi Prosfek Zona
Bebas Pekerja Anak di Kutai Kartanegara yang dilaksanakan oleh Mapeksi Kaltim
berkerjasama dengan Pemkab Kukar tanggal 20 Juni 2006.
Sirait, Aris Merdeka.Sekjen Komisi nasional Perlindungan Anak.Buruh Anak Anjam Masa
Depan. Dalam Seminar dan Lokakarya: Refleksi dan Evalusi Prosfek Zona Bebas Pekerja
Anak di Kutai Kartanegara yang dilaksanakan oleh Mapeksi Kaltim berkerjasama dengan
Pemkab Kukar tanggal 20 Juni 2006.
Soepomo,2008.Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suharto,Edi.2007.Kebijakan Sosial Sebagai Kebikjakan Publik.Bandung:Alfabeta.
Tunggal, Hadi Setia.2007.Himpunan Peraturan Perlindungan Anak.Jakarta: Harvarindo.
@2009 www.sarifudin.com
10