Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

ARTERIOSKLEROSIS

Oleh :
Kelompok 2

1. Ahmad Fauzi

08.321.0070

2. Ida Ayu Putu Maheswari

08.321.0139

3. Ni Wayan Mastriani

08.321.0155

4. Wulan Juwita P.

08.321.0170

5. Ni Made Neti A.

08.321.0205

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2009/2010

KATA PENGANTAR

Om Suastiastu,
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah kami berjudul LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ARTHERIOSKLEROSIS dan harapan kami, semoga makalah ini mampu
memberikan sumbangan pikiran dan pembelajaran bagi mahasiswa lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum dapat dikatakan sempurna, maka dari
itu saran dan kritik yang membangun dari Dosen dan teman-teman sekalian sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah mendukung penyelesaian makalah ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Denpasar, Maret 2010

Penyusun

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Artheriosklerosis adalah suatu keadaan untuk menggambarkan beberapa

penyakit pada sistem kardiovaskuler dan beberapa arteri serta pembuluh darah yang ada.
Artheriosklerosis bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai.
Artheriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah kondisi lanjutan dari penyakit
atherosklerosis yang terjadi setelah kurang lebih 15 tahun pernah dialami.
Dengan dibuatnya makalah ini maka diharapkan angka kesakitan dan kematian
karena artheriosklerosis dalam masyarakat menurun.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah,

yaitu :
1. Apa definisi dari Artheriosklerosis ?
2. Apa etiologi dari Artheriosklerosis ?
3. Apakah yang menjadi faktor predisposisi ?
4. Bagaimana patofisiologis dari Artheriosklerosis ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Artheriosklerosis ?
6. Apa saja pemeriksaan fisik dari Artheriosklerosis ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Artheriosklerosis ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Artheriosklerosis ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Artheriosklerosis ?
1.3

Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mengetahui lebih mendalam mengenai penyakit kardiovaskuler yaitu Artheriosklerosis


2. Memahami materi ini dan menerapkan dalam memberikan asuhan keperawatan

PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI / PENGERTIAN
-

Pada dasarnya kata-kata Artheriosklerosis adalah dari bahasa Yunani yang artinya
pengerasan dari arteri. Arteriosklerosis merupakan keadaan pada pembuluh
arteri yang mengakibatkan penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh
darah arteri diakibatkan oleh penumpukan lemak.

Kelainan degeneratif arteri yang ditandai oleh pengerasan dinding arteri,


penyempitan lumen dan kehilangan elastisitas yang mengakibatkan penurunan
aliran darah. Umumnya mengenai arteri serebra dan arteri pada ekstremitas
bawah. (Brooker, C. 2001)

Jadi, Artheriosklerosis adalah penebalan yang terjadi pada dinding arteri,


penyempitan lumen dan kehilangan elastisitas yang mengakibatkan penurunan
aliran darah.

2. ETIOLOGI / FAKTOR RISIKO


Arteriosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah
dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan lemak. Pada saatnya monosit yang terisi lemak ini akan
terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam ateri. Unsur lemak
yang berperan disini adalah LDL (Low Density Lipoprotein), LDL sering disebut
kolesterol jahat, tinggi LDL akan berpotensi menumpuk disepanjang dinding nadi
korener. Arteri yang terkena arteriosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan
karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma
mengumpulkan endapan kalsium, sehingga bisa rapuh dan pecah. Darah bisa
masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan
mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan
lemaknya dan memicu terjadinya pembekuan darah (thrombus). Selanjutnya
bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan

terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di daerah
lain (emboli). Akibat dari penyempitan arteri jantung kesulitan memompa darah
dan timbul rasa nyeri di dada, suka pusing-pusing dan berlanjut ke gejala
serangan jantung mendadak. Bila penyumbatan terjadi di otak maka yang diderita
stroke dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan. Laju peningkatan ukuran dan
jumlah ateroma di pengaruhi berbagai factor. Faktor genetik penting dan
artheriosklerosis serta komplikasinya cenderung terjadi dalam keluarga.
Seseorang penderita penyakit keturunan homosistimuria memiliki ateroma yang
meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak
selalu mengenai arteri koroner (arteri menuju ke jantung). Sebaliknya, pada
penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolestrol yang sangat
tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri
koroner dibandingkan arteri lainnya. Pada penderita hipertensi umumnya akan
menderita artheriosklerosis lebih awal dan lebih berat dan beratnya penyakit
berhubungan dengan tekanan darah, walaupun batas normal. Aterosklerosis tidak
terlihat pada arteri pulmonalis (biasanya bertekanan rendah) jika tekanannya
meningkat secara abnormal, keadaan ini disebut hipertensi pulmonal.
Penyebab lain yang mendukung seseorang terkena arteriosklerosis antara lain :
1. Usia
Arteriosklerosis biasanya menyerang seseorang yang berumur diatas 40 tahun.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya menyerang seseorang berjenis kelamin laki-laki.
3. Diet tinggi lemak
Diet tinggi lemak : lemak, yang tak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein
yang larut dalam air, yang memungkinkan dapat diangkut dalam system
peredaran darah. Tiga elemen metabolisme lemak antara lain : kolesterol total,
LDL, HDL. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding arteri.
4. DM (Diabetes Melitus)
Diabetes Melitus juga menyebabkan menebalnya membran basal pembuluh
darah besar maupun kecil.
5. Merokok

Kandungan nikotin dalam rokok akan menurunkan aliran darah ke ekstremitas


dan meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah dengan ke menstimulasi
system saraf simpatis. Selain itu nikotin juga meningkatkan kemungkinan
pembentukan bekuan darah dengan cara meningkatkan agregasi trombosit.
Karena karbon monoksida mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan
oksigen maka hal tersebut dapat menurunkan jumlah oksigen jaringan. Jumlah
rokok yang dihisap berbanding langsung dengan parahnya penyakit.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Dapat diubah
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Riwayat keluarga
b. Tidak dapat diubah
1) Mayor
Peningkatan lipid serum
Hipertensi
Merokok
Gangguan toleransi glukosa
Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
2) Minor
Gaya hidup yang kurang gerak
Stress psikologik
Tipe kepribadian

4. PATOFISIOLOGI
Primary event dari patogenesis aterosklerosis adalah adanya injury pada endotel
arteri yang mengakibatkan disfungsi endotel. Disfungsi di sini berarti endotel masih
utuh tetapi fungsinya sudah rusak. Injury pada endotel sebagai primary event
dibuktikan oleh : Aterosklerosis sering terjadi pada daerah percabangan arteri.

Dimana daerah ini merupakan daerah yang mudah terserang arteriosklerosis, dan
adanya faktor resiko yang dapat menyebabkan artheriosklerosis yang terdiri dari:
usia, jenis kelamin, golongan darah, diabetes melitus, perokok, hipertensi,
hiperlipidemia,

obesitas.

Adanya

disfungsi

endotel

menyebabkan

Endotel kehilangan fungsinya seperti fungsi barrier hilang sehingga sel darah dan
plasma masuk ke ruangan subendotelial kemudian endotel kehilangan antitrombotik
sehingga mengeluarkan faktor proakoagulan dan setelah itu mengeluarkan faktor
kemotatik yang akan menarik sel-sel lain yang terlibat dalam proses aterogenesis,
seperti monosit dan sel otot polos. Dalam patogenesis ada empat sel yang
mempengaruhi terbentuknya aterosklerosis yaitu: sel endotel, sel otot polos, platelet
dan makrofag.
5

MANIFESTASI KLINIS

Klaudikasio intermiten
Impotensi atau gangguan ereksi
Nyeri istirahat (sewaktu malam)
Denyut arteri kurang kuat, dinding keras
Hipotrofia otot tungkai
Ujung ekstremitas pucat, sianosis, dingin, kelainan trofik, hilang bulunya,
atrofi kulit
Nekrosis atau gangrene

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik didasari pada pengkajian kardiovaskuler
a. Angina pektoris (nyeri dada) diikuti oleh :
- Dorongan untuk berkemih
- Diaphoresis
- Mual
- Dispneu
- Ektremitas dingin
b. Kaji rasa sakit untuk mengidentifikasi angina
- Angina stabil; nyeri dada intermitten dengan pola serangan yang dapat diprediksi

lamanya, intensitasnya.
- Angina tak stabil nyeri dada tidak dapat diprediksi; dapat terjadi kapan saja,
bahkan pada saat istirahat atau selama tidur. Serangan berakhir pada umumnya
setelah 20 menit dan frekwensi, intensitas dan durasinya meningkat.
- Angina nocturnal; nyeri dada terjadi pada malam hari biasanya terjadi selama
tidur, hal ini dapat berkurang selama duduk.
- Angina decubitus; nyeri dada cepat terjadi saat berbaring dan berkurang ketika
duduk.
- Angina prinzmetal; nyeri dada terjadi pada saat istirahat dengan serangan tibatiba.
c. Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
1. Faktor faktor pencetus tanyakan pada pasien, apa yang mencetuskan
timbulnya nyeri atau apa yang sedang anda kerjakan sebelum nyeri mulai
terjadi.

Merokok

Aktifitas berlebihan

Makanan berat berlebihan

Stress emosional

Aktifitas sexual

Minuman terlalu dingin

2. Kualitas sakitnya bagaimana : seperti rasa terbakar, perasaan tertekan, atau


tercekik.
3. Lokasi nyeri : terjadi pada substernal atau pada dada mid anterior dan sekitar
leher, rahang, tulang belikat atau lengan kiri bawah.
4. Hebatnya serangan : ringan, sedang atau berat.
5. Waktu : lamanya sakit, frekwensinya.
6. Yang khas pada saat serangan : mengepalkan tangan diataas dada atau
menggosok lengan kiri. Serangan nyeri terjadi perlahan lahan atau tiba- tiba
selama 15 menit atau lebih.
7. Kaji perasaan pasien tentang kondisi dan pengaruh yang dirasakan dari gaya

hidupnya.
7

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya arteriosklerosis yaitu :

ABI (ankle-brachial index); dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan


kaki dan lengan,

Pemeriksaan doppler di daerah yang terkena,

Scanning ultrasonik duplex,

CT scan di daerah yang terkena,

Arteriografi resonansi magnetik,

Arteriografi di daerah yang terkena,

IVUS (intravascular ultrasound),

Pemeriksaan EKG menunjukkan penurunan segment ST selama serangan yang


sangat sakit, sebaiknya EKG normal ketika pasien terbebas rasa sakitnya.

Toraks foto dilakukan jika ada pembesaran jantung atau sumbatan pada paru
paru.

Enzim jantung (CK- MB, AST, LDH) mengenyampingkan adanya IM. Biasanya
normal.

Kadar lemak serum biasanya meningkat.

Kolesterol dan trigliserida mendominasi peningkatan lemak pada penyakit arteri


koroner.

PENATALAKSANAAN

Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk


pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bagi penderita bisa diberikan obatobatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya
colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin).
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti koagulan bisa diberikan untuk
mengurangi resiko terjadinya bekuan darah.

Angioplasti balon : Dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran


darah yang melalui endapan lemak.

Enarterektomi

Merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass


merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal
dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang
tersumbat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik didasari pada pengkajian kardiovaskuler


a. Angina pektoris (nyeri dada) diikuti oleh :
- Dorongan untuk berkemih
- Diaphoresis
- Mual
- Dispneu
- Ektremitas dingin
b. Kaji rasa sakit untuk mengidentifikasi angina
- Angina stabil; nyeri dada intermitten dengan pola serangan yang dapat diprediksi
lamanya, intensitasnya.
- Angina tak stabil nyeri dada tidak dapat diprediksi; dapat terjadi kapan saja,
bahkan pada saat istirahat atau selama tidur. Serangan berakhir pada umumnya
setelah 20 menit dan frekwensi, intensitas dan durasinya meningkat.
- Angina nocturnal; nyeri dada terjadi pada malam hari biasanya terjadi selama
tidur, hal ini dapat berkurang selama duduk.
- Angina decubitus; nyeri dada cepat terjadi saat berbaring dan berkurang ketika
duduk.
- Angina prinzmetal; nyeri dada terjadi pada saat istirahat dengan serangan tibatiba.
c. Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
1. Faktor faktor pencetus tanyakan pada pasien, apa yang mencetuskan timbulnya
nyeri atau apa yang sedang anda kerjakan sebelum nyeri mulai terjadi.

Merokok

Aktifitas berlebihan

Makanan berat berlebihan

Stress emosional

Aktifitas sexual

Minuman terlalu dingin

2.

Kualitas sakitnya bagaimana : seperti rasa terbakar, perasaan tertekan, atau

tercekik.

3. Lokasi nyeri : terjadi pada substernal atau pada dada mid anterior dan sekitar leher,
rahang, tulang belikat atau lengan kiri bawah.
4. Hebatnya serangan : ringan, sedang atau berat.
5. Waktu : lamanya sakit, frekwensinya.
6. Yang khas pada saat serangan : mengepalkan tangan diataas dada atau menggosok
lengan kiri. Serangan nyeri terjadi perlahan lahan atau tiba- tiba selama 15 menit atau
lebih.
7. Kaji perasaan pasien tentang kondisi dan pengaruh yang dirasakan dari gaya
hidupnya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien yang dengan arteriosclerosis
a. Perubahan kenyamanan nyeri berhubungan dengan iskemia, ketidakseimbangan suplai
O2.
b. Gangguan Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan klaudikasi.
c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan yang
berdasarkan keterbatasan kognitif.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan
3. INTERVENSI DAN RASIONAL
a. Perubahan kenyamanan nyeri berhubungan dengan iskemia, ketidakseimbangan
suplai O2
Tujuan :
- Pasien merasa nyaman
- Pasien tidak mengeluh nyeri
Kriteria Hasil :
- Pasien melaporkan nyeri berkurang dan tidak menjalar
- Pasien tenang

Intervensi :
1. Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan hemodinamik (menangis,
kesakitan, meringis, tidak bisa istirahaat, irama pernafasan, tekanan darah dan perubahan
heat rate).
Rasional : Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri,
perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi adanya perubahan
kenyamanan.
2. Kaji adanya gambaran nyeri yang dialami pasien meliputi : tempatnya,
intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya.
Rasional : Nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan digambarkaan sendiri
oleh pasien dan harus dibandingkan dengan gejala penyakit lain sehingga didapatkan data
yang akurat.
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi pengunjung
Rasional : Membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat menambah
ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang dan daya kerja jantung tidak
terlalu keras.
4. Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang
Rasional :
Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara psikologis dimana dapat
mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri yang dialami
5. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik
Rasional :
Obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi pernafasan dan hipotensi
b. Gangguan Perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi
1. Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda dini dari gangguan perfusi
2. Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan eksremitas bertahap.
Rasional : Untuk melancarkan sirkulasi

3. Jaga suhu hangat dan hindari suhu dingin.


Rasional : Mencegah terjadinya hipotermia
c. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan klaudikasi.
Kriteria Hasil :
- Mengidentifikasi aktivitas yang menyebabkan klaudikasi
- Menyatakan mengapa nyeri terjadi saat aktivitas
- Mengembangkan rencana untuk meningkatkan aktivitas dan menurunkan klaudikasi.
Intervensi :
1. Ajarkan klien tentang fisiologi suplay darah dalam hubungannya dengan
aktivitas dan tentang klaudikasi.
Rasional : pemahaman klien tentang kondisi dapat meningkatkan kepatuhan pada
pembatasan dan program latihan.
2. Yakinkan klien bahwa aktivitas tersebut tidak membahayakan jaringan yang
mengalami klaudikasi.
Rasional : klien mungkin tergoda untuk menghentikan aktivitas bila terjadi nyeri dalam
upaya untuk menghindari cedera lanjut.
3. Rencanakan aktivitas untuk mencakup waktu ambulasi yang telah di jadwalkan.
- Lakukan resimen berjalan harian sedikitnya 30 menit
- Ajarkan klien untuk menghadapi nyeri, untuk berhenti bila terjadi klaudikasi dan
kemudian segera meneruskan setelah rasa tak nyaman hilang.
- Mulai dengan perlahan.
- Tekankan pada pasien bukan kecepatan atau jarak yang penting, tetapi kerja berjalan.
Rasional : program latihan yang di anjurkan dapat membantu mengembangkan aliran
darah kolateral dan memperbaiki klaudikasi.

4. Bantu klien untuk menurunkan atau menghilangkan faktor resiko :


a. Merokok
b. Hipertensi

c. Pola hidup monoton


d. Berat badan berlebih (>10% dari ideal)
Rasional : pengendalian atau penghilangan faktor resiko tertentu dapat membantu
mencegah klaudikasi.
d. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
Intervensi :
1. Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
Rasional : Untuk mengetahui intensitas nyeri
2. Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman
pasien.
Rasional : Untuk mengurangi tingkat ansietas
3. Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
Rasional : Untuk mendorong dan menambah semangat pasien
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan
yang berdasarkan keterbatasan kognitif.
Intervensi :
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal konsep karena perasaan sejahtera yang
sudah lama diminati mempengaruhi minat pasien atau orang terdekat untuk mempelajari
penyakit, kemajuan dan prognosis.
2. Tetapkan dan nyatakan tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efek penyakitnya pada pembuluh darah, ginjal dan mata ( pada organ tubuh
lainnya ).
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan
mengklarifikasi istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman tentang penyakitnya

memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika masih sehat.


3. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat di ubah,
misal : Obesitas, merokok, pola hidup monoton.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang
timbulnya arteriosklorosis.
4. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan
gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor di atas.
Rasional : Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk
gejala. Dengan mengubah pola prilaku yang biasa atau memberikan rasa aman dapat
sangat menyusahkan, dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan
pasien dalam menyelesaikan tugas ini.
5. Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologi sendiri terhadap aktivitas,
laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Rasional : keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting
untuk keamanan dan atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan
1. Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan infeksi
2. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi
Rasional : Untuk menghindari terjadinya infeksi lebih lanjut.
3. Rawat luka dengan teknik sepsis dan asepsis
Rasional : Mencegah kontaminasi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Untuk mencegah infeksi

4. EVALUASI
Evaluasi dari diagnosa diatas antara lain :

Dx 1 : Nyeri pasien berkurang, skala nyeri 1-3


Dx 2 : Suplai darah arteri ke akstremitas meningkat (teraba hangat, warna
kemerahan/tidak pucat)
Dx 3 : Pasien mampu beraktivitas lagi
Dx 4 : Ansietas pasien berkurang
Dx 5: Pasien memahami tentang penyakitnya
Dx 6 :Tidak terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Edisi 31. Jakarta: EGC.


Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta : EGC.
R Syamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. ed.2.-.
Jakarta : EGC.
Taggarat, David P. 2007. Coronary Revascularition. 334:593-594. (http://www.BMJ.com)
http://search.ebscohost.com/journal/arteriosclerosis.htm
Lipkin, David. 2003. Finding the Age Patients Heart. 326:1045-1046.
(http://www.BMJ.com)

Anda mungkin juga menyukai