Anda di halaman 1dari 14

SEORANG PRIA DENGAN DEMAM TINGGI DAN BENJOLAN

DI LIPAT PAHA

KELOMPOK 3
03007077

Efbri Chauresia Dalitan

03007198

Olga Ayu Pratami

03009014

Andika Widyatama

03009036

Ayu Prima Dewi

03009054

Citra Indah Puspita Sari

03009074

Ditra Putri Sandia

03009096

Fitya Syarifa

03009118

Ida Udhiah

03009138

M. Evan Ewaldo

03009160

Muhammad Taufiq Hidayat

03009182

Pradita Adiningsih

03009208

Riska Rachmania

03009240

Sonia Laras Putri

03009264

Vanny Mahesa Putri

Jakarta, 5 April 2011


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

Pendahuluan

Filariasis disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis filaria yaitu Wucheria
bancrofti atau Brugia Malayi. Cacing filaria ini termasuk famili Filaridae, yang bentuknya
langsing dan ditemukan di dalam sistem peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat atau rongga
serosa pada vertebrata. Cacing bentuk dewasa dapat ditemukan pada pembuluh dan jaringan
limfa pasien. Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang 1 tahun, sedangkan penularan
parasit terjadi melalui vektor nyamuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau hewan kera
dan anjing sebagai hospes definitif. Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk
Culex quinquefasciatus. Di pedesaan, vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes.
Periodisitas beradanya mikrofilaria di dalam darah tepi bergantung pada spesies. Periodisitas
tersebut menunjukkan adanya filaria di dalam darah tepi sehingga mudah terdeteksi. 1
Kekebalan alami atau yang didapat pada manusia terhadap infeksi filaria belum diketahui
banyak. Cacing filaria mempunyai antigen spesifik untuk spesies dan spesifik untuk kelompok
(group specific); memberi reaksi silang antara berbagai spesies dan nematoda lainnya.
Di Indonesia parasit ini lebih sering dijumpai di pedesaan daripada di perkotaan dan
penyebarannya bersifat lokal. Kurang lebih 20 juta penduduk Indonesia bermukim di daerah
endemik filariasis bancrofti, malayi, dan timori dan mereka sewaktu-waktu dapat ditulari.
Kelompok umur dewasa muda merupakan kelompok umur yang paling sering menderita,
terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Obat DEC tidak mempunyai khasiat pencegahan.
Oleh karena itu, penduduk perlu dididik untuk melindungi dirinya dari gigitan nyamuk. 2

Laporan Kasus

Tn. WB, 30 tahun, datang ke tempat praktek Saudara pada Pk. 22.00, dengan keluhan demam
tinggi disertai dengan timbulnya benjolan di daerah lipat paha. Tn. WB mengatakan bahwa ia
telah minum obat yang dibeli di warung, namun keluhan tidak membaik dan sering muncul lagi.
Tn. WB adalah seorang pemulung dan tinggal di daerah kumuh di Depok. Selama ini Tn. WB
tidak pernah bepergian ke luar kota. Demam tidak disertai dengan menggigil dan terjadi pada
malam hari tanpa disertai dengan penurunan suhu. Benjolan di lipat paha terasa panas dan nyeri,
yang menjalar dari pangkal paha ke ujung kaki. Tidak terdapat riwayat penyakit jantung, kecing
manis, dan riwayat alergi pada Tn. WB.
Setelah meminum obat Diethylcarbamazyme selama seminggu, Tn. WB merasakan demam yang
disertai dengan sakit kepala, pusing, sakit pada otot dan sendi, serta buah zakarnya membesar.
Pada hasil pemeriksaan didapatkan suhu 38o C serta pembesaran skrotum unilateral.

Pembahasan Kasus

ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama

: Tuan WB

Umur

: 30 tahun

Jenis kelamin : laki-laki


Pekerjaan

: pemulung

Alamat

: Depok

Anak

:-

Agama

:-

Pendidikan

:-

Keluhan Utama:
Demam tinggi dan benjolan di lipat paha.
Riwayat penyakit sekarang:

Demam tidak disertai mengigil, terjadi pada malam hari tanpa disertai penurunan suhu.
Benjolan di lipat paha terasa panas dan nyeri, menjalar dari pangkal paha ke ujung kaki.
Setelah minum obat diethilcarbamazyne selama seminggu, Tn. WB merasakan demam
yang disertai dengan sakit kepala, pusing, sakit pada otot dan sendi, serta buah zakarnya
membesar.

Riwayat penyakit dahulu:


Tidak terdapat riwayat penyakit jantung, kencing manis, dan riwayat alergi.
Riwayat pengobatan:
Minum oabat diethilcarbamazyne selama seminggu.

Lingkungan:

Tinggal di daerah kumuh di Depok.


Tidak pernah berpergian ke luar kota.

Anamnesis tambahan:

Sudah berapa lama demam?


Apakah ada luka di ekstremitas bawah?
Apakah ada batuk, penurunan berat badan, dan keringat pada malam hari? (curiga

limfadenitis TB)
Apakah ada warga sekitar yang mengalami keluhan serupa? (untuk mengetahui daerah
endemis atau bukan).

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Tanda vital

Tensi
Nadi
Pernapasan
Suhu

:::: 38oC

INSPEKSI
Cor/pulmo

: tidak ada kelainan

Abdomen

: tidak ada kelainan

Urogenital

: lihat status lokalis

Ekstremitas

: sakit pada otot dan sendi

PALPASI
PERKUSI
AUSKULTASI
Status Lokalis

Pembesaran skrotum unilateral


Benjolan di lipat paha

Pada palpasi: teraba pembesaran kelenjar inguinal sebesar gandu, bewarna kemerahan,
dan nyeri tekan. Terasa panas dan nyeri yang menjalar dari pangkal paha ke ujung kaki.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin

: normal.

Apusan darah tepi

: ditemukan eosinofilia dan mikrofilaria.

Urin rutin

: normal.

DIAGNOSIS KERJA: filariasis


Patogenesis:
Nyamuk yang mengandung larva stadium 3 (infektif) menggigit Tn. WB larva masuk melalui
luka ke tubuh Tn. WB bersarang di saluran limfe setempat larva mengalami pergantian
kulit menjadi cacing dewasa respon imun. 2
Antigen cacing dewasa W. bancrofti merangsang makrofag memproduksi IL-1 melalui
sirkulasi darah ke hipothalamus (pusat termoregulator) hipothalamus memproduksi
prostaglandin E2 mengatur titik ambang pengaturan suhu transmisi neuronal ke perifer
konservasi dan pembentukkan panas suhu tubuh meningkat (demam). 3

Karena cacing terlalu besar untuk


IgE terikat dengan sel mast degranulasi sel mast

di fagosit, maka respon imun

(pengeluaran

terhadap cacing lebih di dominasi

histamin,

enzim

proteolitik,

oleh IgE dan eosinofil.

prostaglandin, leukotrien, sitokin). 5

Histamin menyebabkan dilatasi pembuluh

darah dan kontraksi otot polos.


Enzim proteolitik memecah

mengaktivasi jalur komplemen.


Prostaglandin
menyebabkan

pembuluh darah.
Leukotrien
membuat

berkontraksi.
Sitokin seperti IL-3 akan menarik eosinofil.
Prostaglandin
dan
komplemen
C3a
meningkatkan

otot

permeabilitas

Cacing
C3

dan

dilatasi
polos

dewasa

dikenali

oleh

innate immunity melalui Toll-like


receptor (TLR) merangsang
TH2

memproduksi

menstimulasi
antibodi

IgE

IL-4

yang

pembentukan
dan

IL-5

yang

mengaktivasi eosinofil. Gambar 1.


4

pembuluh

darah dan menarik eosinofil. Eosinofil


teraktivasi mengeluarkan mediator untuk
menghancurkan cacing. 5
IgE mengopsonisasi cacing eosinofil yang mengakspresikan high affinity IgE-specific
reseptor (FcRI) terikat dengan cacing yang teropsonisasi eosinofil mengeluarkan granulanya
berupa protein yang merupakan racun bagi cacing tersebut. 4

Gambar 2
Obat Diethylcarbamazyme yang diminum Tn. WB selama seminggu membantu penghancuran
cacing obstruksi limfatik pembesaran skrotum unilateral.

Wolbachia (suatu endobakteri) keluar dari tubuh cacing merangsang respon imun demam
yang disertai dengan sakit kepala, pusing, sakit pada otot dan sendi (efek samping DEC). 2

DIAGNOSIS BANDING
1. Limfadenitis TB. Gejala klinis: peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional),
batuk/batuk darah, demam subfebril, malaise, nyeri dada.
2. Hernia inguinalis. Gejala klinis: pembesaran skrotum dan perasaan berat, nyeri ringan,
bisa ditemukan adanya bising usus jika disertai hernia inguinalis.
PENATALAKSANAAN
a) Dietilkarbamasin sitrat (DEC) untuk membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa W.
bancrofti. Dosis: 6mg/kgBB/hari selama 12 hari.
b) Antibiotik golongan makrolid (tetrasiklin, doksisiklin) untuk mengurangi efek samping
DEC dengan membunuh Wolbachia.
PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam

: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

FILARIASIS BANCROFTI, WUCHERIASIS, ELEPHANTIASIS


Penyebabnya adalah cacing filaria jenis Wucheria bancrofti.
Daur hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe. Mikrofilaria hidup di dalam
darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja (periodisitas). Pada
umumnya, mikrofilaria W. bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya
terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler
alat dalam (paru, jantung, ginjal). Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih dua
minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan tersebut belum diketahui secara pasti, tetapi diduga
kurang lebih 7 bulan. 2

Gambar 3. 6
Mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung menembus
dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot thoraks (larva stadium 1) dalam waktu
seminggu larva ini bertukar kulit (larva stadium 2) pada hari kesepuluh dan selanjutnya, larva
bertukar kulit lagi (larva stadium 3). Gerak larva stadium 3 sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi,
mula-mula ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang
mengandung larva stadium 3 (bentuk infektif) mengigit manusia, larva masuk melalui luka tusuk
ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva
mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium 4, lalu stadium 5 atau cacing
dewasa. 2
Patologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah bening akibat inflamasi
yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh mikrofilaria. Cacing dewasa hidup di
pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran
pembuluh getah bening dan penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan
makrofag di dalam dan sekitar pembuluh getah baning yang mengalami inflamasi bersama

dengan proliferasi sel endotel dan jaringan penunjang, meyebabkan berliku-likunya sistem
limfatik dan kerusakan katup pembuluh getah bening.
Gejala klinis
Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah lanjut akan menimbulkan
gejala obstruktif. Mikrofilaria yang tampak dalam darah pada stadium akut akan menimbulkan
peradangan yang nyata, seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis, epididimitis, dan orkitis.
Gejala dari limfadenitis adalah nyeri lokal, keras di daerah kelenjar limfe yang terkena dan
biasanya disertai demam, sakit kepala, sakit badan, muntah-muntah, lesu, dan tidak nafsu makan.
Stadium akut ini lambat laun akan beralih ke stadium menahun dengan gejala-gejala hidrokel,
kiluria, limfadema, dan elephantiasis. 1
Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi dalam beberapa stadium:
1. Bentuk tanpa gejala. Umumnya di daerah endemik, pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan
pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah inguinal. Pada pemeriksaan darah ditemukan
mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya eosinofilia.
2. Filariasis dengan peradangan. Manifestasi terakhir yang biasanya terlihat di awal infeksi
primer adalah limfangitis, seperti demam, menggigil, sakit kepala, muntah, dan kelemahan
menyertai serangan tadi, dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, dan yang
terutama terkena adalah saluran limfe ketiak, tungkai, dan alat genital. Pada laki-laki
umumnya terdapat funikulus disertai dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, dan
pembengkakan skrotum. Demam pada filaria terjadi karena adanya inflamasi yang berawal
dari kelenjar getah bening (biasanya KGB inguinal) dengan perluasan retrograd ke bawah
aliran getah bening dan disertai edema dingin.
3. Stadium menahun. Dalam stadium yang menahun ini terjadi jaringan granulasi yang
proliferatif serta terbentuk varises saluran limfe yang luas. Sedikit demi sedikit setelah
bertahun-tahun bagian yang membesar menjadi luas dan timbul elephantiasis menahun.
Diagnosis 1, 2
a) Deteksi parisit dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah atau cairan hidrokel.
b) Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leukositosis dengan eosinofilia.
c) Pemeriksaan dengan USG pada skrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien akan
memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak.

d) Pemeriksaan limfosintigrafi menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun


pada penderita yang asimtomatik mikrofilaremia.
e) Pemeriksaan terhadap antigen W. bancrofti dengan immunochromatographic test (ICT) yang
menggunakan antibodi monoklonal. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif
walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah.
Pengobatan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan individual maupun
masal. DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka
panjang. Dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kgBB/hari selama 12 hari. Pengobatan DEC pada
filariasis akan membunuh parisit sehingga keluarnya Wolbachia (endobakteri dari famili
ricketsiaceae yang berperan dalam perkembangan, reproduksi, dan kelangsungan hidup parasit
filaria di dalam tubuh hospes) atau molekul lipopolisakarida yang menyebabkan efek samping
pengobatan. Antibiotik golongan makrolit (tetrasiklin, doksisiklin) efektif membunuh Wolbachia
dalam parasit filaria serta mengurangni efek samping pengobatan DEC. 2
Efek samping DEC dibagi dalam 2 jenis:
a) Bersifat farmakologis, tergantung dosisnya. Angka kejadian sama baik pada yang terinfeksi
filariasis maupun tidak.
b) Respon hospes yang terifeksi terhadap kematian parasit, sifatnya tergantung pada jumlah
parasit yang mati dalam tubuh hospes. Terdapat dua reaksi:
Reaksi sistemik, dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada bagian tubuh,
sendi-sendi, pusing, anoreksia, lemah, hematuria transien, reaksi alergi, muntah, serangan
asma. Reaksi ini terjadi bebrapa jam setelah pemberian DEC dan berlangsung tidak lebih
dari 3 hari dan akan menghilang dengan sendirinya.
Reaksi lokal, dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, transien
limfedema, hidrokel, funikulitis dan epididimitis. Reaksi ini cenderung terjadi kemudian dan
berlangsung lebih lama sampai beberapa bulan, tetapi akan menghilang spontan.
Obat lain yang juga dapat dipakai adalah ivermektin. Ivermektin merupakan antibiotik sintetik
dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat
ini hanya membunuh mikrofilaria dan diberikan sebagai dosis tunggal 400 ug/kgBB.

Prognosis
Pengobatan akan memberikan kesembuhan pada penderita mikrofilaremia stadium dengan
peradangan dan stadium dini menahun. Bila sudah mencapai hidrokel dan elephantiasis lanjut
biasanya ditanggulangi dengan cara pembedahan.

Kesimpulan

Pada kasus ini, kelompok kami menyimpulkan bahwa Tn. WB terkena filalriasis yang
disebabkan oleh Wucheria bancrofti sehingga menimbulkan keluhan demam disertai adanya
benjolan dilipat paha. Hal ini didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
darah tepi. Pekerjaan Tn. WB sebagai pemulung dan lingkungan Tn. WB yang kumuh menjadi
faktor risiko terkenanya filariasis. Obat yang diminum Tn. WB selama seminggu dapat
menghancurkan cacing sehingga keluarnya endobakteri Wolbachia yang membangkitkan respon
imun dan menyebabkan gejala seperti demam yang disertai dengan sakit kepala, pusing, sakit
pada otot dan sendi, serta pembesaran buah zakar. Penatalaksanaan untuk Tn. Wb yaitu dengan
diberikan DEC untuk menghancurkan cacing dan antibiotik golongan makrolid untuk
mengurangi efek samping dari DEC itu sendiri. Tidak perlu dilakukan pembedahan, mengingat
pembesaran skrotum yang terjadi merupakan reaksi lokal dari DEC yang akan hilang spontan

dalam beberapa bulan. Prognosis pada kasus ini bonam, namun Tn. WB harus lebih berhati-hati
terhadap gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi filariasis yang berulang.

Daftar Pustaka

1. Pohan H. In: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors.


Filariasis.

Buku Ajar

Ilmu

Penyakit

Dalam

Jilid

III.

5th

edition.

Jakarta:

InternalPublishing; 2009. p. 2931-4.


2. Supali T, Kurniawan A, Partono F. In: Sutanto I, Ismid I, Sjarifuddin P, Sungkar S,
Editors. Nematoda Jaringan: Wuchereria bancrofti. Parasitologi Kedokteran. 4 th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p. 32-8.
3. Arvin A. In: Wahab S, Editor. Infeksi Penyakit. Ilmu Kesehatan Anak Neson. 15 th edision.
Jakarta: EGC; 2000. p. 854.
4. Abbas A, Litchman A. Basic Immunology: Functions and Disorder of The Immune
System. 2nd edision. Philadelphia, USA: Saunders Elsevier; 2004. p. 95-7, 148-9.

5. Helbert M. Degranulating Cell. Flesh and Bones of Immunology. Manchester, UK:


Elsevier; 2006. p. 22-3.
6. Parasites In Humans. Wuchereria Bancrofti-Lymphatic Filariasis-Elephantiasis. Available
at:

http://www.parasitesinhumans.org/wuchereria-bancrofti-lymphatic-filariasis.html.

Accessed: April 3, 2011.

Anda mungkin juga menyukai