Anda di halaman 1dari 8

25

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan Sampel Air Asam Tambang


Air asam tambang yang digunakan pada penelitiAn kali ini adalah air
asam tambang dari PT. Bukit Asam Muara Enim di lokasi tambang Bangko Barat
Pit 3 Timur. Air asam tambang terbentuk karena adanya aktivitas penambangan di
PT. Bukit Asam Muara Enim, air asam tambang terbentuk karena adanya mineral
sulfida (pirit) yang teroksidasi dengan oksigen dan air. Pada daerah penambangan
tidak boleh dilewati karena saat terjadi kegiatan penambangan mengandung
unsur-unsur yang sangat berbahaya seperti sulfur.
Dari data hasil pengamatan sampel pada Tabel 4.1. bahwa sampel air asam
tambang dari PT. Bukit Asam Muara Enim di lokasi tambang Bangko Barat Pit 3
Timur tidak memenuhi baku mutu air limbah pada kegiatan penambangan
batubara berdasarkan surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 113 tahun
2003, karena melebihi batas maksimum yang telah ditentukan. Seperti dapat
dilihat pada tabel 4.1, dimana nilai residu tersuspensi menunjukkan 1150, dan besi
total 30 mg/l. Sample AAT yang terdapat pada kondisi diatas ambang batas. Pada
analisa COD kali ini sebenarnya tidak dibutuhkan karena COD mula-mula adalah
146 karena dibawah 800 mg/l COD tidak perlu dianalisa, tetapi disini kami akan
melakukan penelitian apakah ada penurunan terhadap kadar COD karena ini
merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik.

Tabel 4.1. Data Pengamatan Awal Sampel Air Asam Tambang (AAT)
Parameter
pH
TSS
Fe
COD

Satuan
mg/L
mg/L
mg/L

Hasil
3.8
1150
30
146

Metode Pemeriksaan
PH Meter
SNI 06-6989.3-2004
SNI 6989.4-2009
SNI 6989.2-2009

26

Tabel 4.2. Data Hasil Pengolahan Air Asam Tambang


Dengan Menggunakan Metode Aerasi
Waktu
(menit)
15
30
45
60
75

pH
3,8
3,8
3,8
3,8
3,8

TSS
(mg/L)
754
541
403
220
180

Fe
(mg/L)
21
15.6
14.4
8.6
6.6

COD
(mg/L)
94.9
84.6
65.7
30.6
11.6

Tabel 4.3. Data Hasil Pengolahan Air Asam Tambang Dengan


Menggunakkan Metode Adsorpsi Yang Kadar Fly Ash
500 gram
Waktu
(menit)
15
30
45
60
75

pH
4,7
5.5
5.6
5.8
6

TSS (mg/L)
214
143.3
104.1
83.4
44.9

Fe
(mg/L)
4.5
3.8
2.7
2.1
1.8

COD
(mg/L)
8.5
7.9
7.7
2.1
1

Tabel 4.4. Dari Hasil Pengolahan Air Asam Tambang Dengan


Menggunakan Metode Adsorpsi yang kadar Fly Ash
750 gram
Waktu
(menit)
15
30
45
60
75

pH
6.1
6.3
6.4
6.9
7.1

TSS
(mg/L)
28.7
20.2
13.9
5.3
3.5

Fe
(mg/L)
1.4
1.1
0.8
0.78
0.52

COD
(mg/L)
0.81
0.72
0.51
0.3
0.17

27

Tabel 4.5. Dari Hasil Pengolahan Air Asam Tambang Dengan


Menggunakan Metode Adsorpsi Yang Kadar Fly
Ash 1000 gram
Waktu
(menit)
15
30
45
60
75

pH
7.5
7.5
7.7
7.8
8.2

TSS
Fe
(mg/L) (mg/L)
2.6
0.4
2
0.3
1.8
0.1
1.6
0.1
1.5
0

COD (mg/L)
0.1
0.1
0
0
0

4.2. Pengaruh Aerasi dan Fly Ash pada Air Asam Tambang
Pada proses penurunan air asam tambang bisa dipengaruhi aerasi dan fly ash
dimana kualitas air asam tambang bisa dilihat pada Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5
dan Tabel 4.6 terjadi penurunan yang sangat signifikan. Sebelum dimasukkan
dalam proses adsorpsi terlebih dahulu harus melalui proses aerasi. Pengaruh dari
proses aerasi untuk menaikkan kadar oksigen sebelum dimasukkan ke dalam
proses adsorpsi. Semakin lama waktu yang di proses pada aerasi semakin baik
dikarenakan aerasi melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan
kandungan oksigen yang terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas
yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air. Penyisihan besi pada
proses aerasi dimana kandungan oksigen pada air asam tambang yang rendah.
Pada proses adsorpsi digunakan untuk mengurangi endapan dan logam-logam
yang dapat meningkatkan kandungan air menjadi asam sehingga air tidak dapat
langsung dibuang.
4.2.1. Hasil Analisa Aerasi

28

Kualitas air ditentukan oleh beberapa parameter seperti kenaikkan pH,


penurunan TSS, Fe, dan COD. Tujuan air asam tambang dilalui terlebih dahulu
melalui unit aerasi yaitu menaikan kadar oksigen juga sebagai pengadukan
sebelum diumpankan ke unit adsorpsi. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 4.1.3.
Dapat dilihat pada Tabel 4.1.3 semakin lama waktu yang diberikan pada
proses oksidasi terjadi penurunan pada parameter residu tersuspensi (TSS) yaitu
dari awal 1150 mg/L turun secara signifikan pada waktu ke 75 menit menjadi 180
mg/L, pada besi (Fe) juga terjadi pernurunan yang signifikan yaitu dari 30 mg/L
menjadi 6.6, serta pada COD juga mengalami penurunan yaitu dari 146 mg/L
turun secara signifikan menjadi 11.6. terjadinya penurunan yang signifikan
dikarenakan fungsi dari oksidasi tersebut tidak hanya sebagai meningkatkan kadar
oksigen yang terlarut dalam air juga sebagai pengadukan, Untuk pengukuran pH
itu tidak terjadi kenaikan pH. Penurunan yang signifikan pada TSS, Fe, dan COD
dikarenakan adanya penyaringan menggunakan kertas saring pada sampel air
asam tambang di proses aerasi dan dipengaruhi juga terhadap lamanya waktu pada
pengolahan AAT.
4.2.2. Hasil Analisa Adsorpsi
Dari hasil Analisa dari proses adsorpsi ditentukan oleh beberapa parameter
seperti kenaikan pH, penurunan TSS, Fe, dan COD. Dari proses aerasi akan
dilakukan proses adsorpsi dimana proses adsorpsi ini menggunakan fly ash (abu
batubara). Dilihat dari Table 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 bahwa pada proses
adsorpsi menggunakan fly ash 500 gr (TSS) yaitu dari awal 214 mg/L turun secara
signifikan pada waktu ke 75 menit menjadi 44.9 mg/L, pada besi (Fe) juga terjadi
pernurunan yang signifikan yaitu dari 4.5 mg/L menjadi 1.8, serta pada COD juga
mengalami penurunan yaitu dari 8.5 mg/L turun secara signifikan menjadi 1, dan
untuk pH pada proses adsorpsi itu meningkat dari awal 4.7 naik secara signifikan
pada waktu ke 75 menit menjadi 6. Terjadinya penurunan dan kenaikan pH pada
proses adsorpsi dikarenakan fly ash yang mengandung silika dengan persentase

29

yang tinggi sehingga dapat menyerap TSS, Fe, COD. Sedangkan pH mengalami
kenaikan.
Fly ash (abu batubara) yang digunakan pada percobaan kali ini adalah fly ash
dari hasil pembakaran di PT. PLN (persero) Pembangkit Sumbagsel Sektor Bukit
Asam. Batubara sebagai bahan bakar yang digunakan di PLTU karena naiknya
harga minyak, maka banyak perusahaan yang menggunakan Batubara sebagai
bahan bakar untuk menghasilkan Steam vapor. Dengan menggunakan batubara itu
sebuah peridustian menciptakan limbah dari batubara yang berupa fly ash dan
bottom ash. bottom ash adalah abu yang sedikit lebih berat dan kasar
dibandingkan dengan fly ash sedangkan fly ash abu yang sangat ringan dan halus.
Fly ash mengandung unsur kimia antara lain silica (SiO), alumunia (AlO),
fero oksida, (FeO) dan kalsium oksida (CaO) dan juga mengandung unsure
tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TIO2), alkalin
(NaO dan KO), sulfur trioksida (SO) , pospor oksida (P2O5) dan carbon.
4.3 Perbandingan Hasil Analisa pH, TSS, Fe, COD dari Proses Aerasi dan
Adsorpsi
4.3.1 Analisa pH

(a)

(b)

Gambar 4.1. Hasil analisa pH Air Asam Tambang pada (a) Proses Aerasi (b)
Adsorpsi

30

Dari gambar diatas ini dapat dilihat bahwa kenaikan pH pada unit adsorpsi,
sedangkan pada unit aerasi tidak mengalami perubahan pH . Pada Unit adsorpsi
absorben yang digunakan itu fly ash. Fly ash yang digunakan mengandung SiO4
(Silika) yang tinggi sehingga dapat menyerap TSS, Fe, COD, dan menaikkan pH
yang terlihat dari grafik nilai pH AAT.
Terlihat dari hasil analisa kualitas komponen PT. PLN (persero) Pembangkit
Sumatra Selatan bahwa kandungan SiO4 (Silika) sebesar 57,95 %. Oleh sebab itu,
efisiensi penyerapan kandungan TSS, Fe, COD, dan menaikkan pH pada AAT.
Fly ash menjadi absorben yang efektif dalam kenaikan pH. pH atau derajat
keasaman merupakan suatu ukuran yang dapat menentukan kualitas pada air baku.
Untuk kenaikan pH pada air yang baik adalah 6,8-7,2 atau bernilai netral.
4.3.2. Analisa TSS

(a)

(b)

Gambar 4.2. Penurunan Kadar TSS dari (a) Proses Aerasi (b) Proses Adsorpsi

Dari hasil perbandingan analisa terhadap mula- mula TSS terhadap waktu.
Maka semakin lama waktu oksidasi semakin kecil kandungan TSS yang ada
dalam Air hasil proses, hal ini disebabkan semakin lama waktu oksidasi semakin
besar kandungan (laju air) oksigen yang bereaksi dengan logam (Fe). Dan juga
menggunakan perlakuan adsorpsi dengan menggunakan fly Ash kandungan TSS

31

yang ada didalamnya itu akan menurun karena air asam tambang terikat dengan
fly ash.
4.3.3 Analisa Fe

(a)

(b)

Gambar 4.3. Grafik Penurunan Kadar Fe dari (a) Proses Aerasi (b) proses
Adsorpsi

Dari gambar 4.3. Dari hasil perbandingan mula-mula Fe adalah 30 mg/l


pada proses aerasi, kadar Fe itu menurun karena dipengaruhi oleh laju alir Udara
yang dikontakkan langsung antara molekul udara dan air asam tambang. Pada
proses adsorpsi yang kandungan fly ash 500 gr, 750 gr, dan 1000 gr mengalami
penurunan, hal itu dikarenakan fly ash mengikat senyawa Fe pada air asam
tambang.
4.3.4 Analisa COD

32

(a)

(b)

Gambar 4.4. Penurunan Kadar COD dari (a) Proses Aerasi (b) Adsorpsi
Pada analisa COD perbandingan pada mula-mula COD adalah 146 mg/l,
pada analisa COD mengalami penurunan dikarenakan berkurangnya konsentrasi
bahan organik yang terdapat pada air asam tambang.

Anda mungkin juga menyukai