Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KERANGKA TEORI
2.1 Definisi Atoni Uteri
Atoni uteri didefinisikan oleh saifudin Ab, (2002) sebagai suatu kondisi kegagalan
berkontraksi dengan baik setelah persalinan. Definisi atoni lain oleh Bobak , (2002) adalah
sebagai hipotonia yang mencolok setelah kelahiran placenta. Sehingga dari dua definisi
tersebut memiliki makna yang sama bahwa atoni uteri adalah tidak adanya kontraksi segera
setelah plasenta lahir (Triana, 2015).
2.2 Etiologi
Triana, (2015) menjelaskan penyebab dari Atoni uteri dimana Pada kasus dengan atoni
uteri belum diketahui penyebabnya yang pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat
menjadi predisposisi yang bisa dikenal, yaitu:
a. Distensi rahim yang berlebihan
Distensi rahim yang berlebihan akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi
segera setelah uterus lahir. Penyebab dari adanya distensi uterus yang berlebihan atara
lain bisa karena adanya kehamilan ganda, poli hidramnion dan makrosomia janin.
b. Pemanjangan masa persalinan (partus lama)
Pada partus lama maka dapat menjadikan uterus dalam kondisi yang sangat lemah,
sehingga otot-otot rahim tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta
lahir.

2.3 Tanda dan gejala

Darmayanti, (2014) menjelaskan adanya Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada
ibu dengan atonia uteri yaitu ;Uterus tidak berkontraksi; Konsistensi uterus lembek; Adanya
perdarahan segera setelah anak lahir
2.4 Anatomi dan fisiologi
Uterus (rahim) merupakan suatu struktur otot yang cukup kuat, pada bagian luarnya ditutupi
oleh peritoneum, sedangkan pada rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam
keadaan tidak hamil rahim terletak dalam rongga panggul kecil diantara kandung kemih dan
anus. Rahim berbentuk seperti bola pijar dan memiliki rongga yang terdiri dari 3 bagian
yaitu; Bagian rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga., Leher rahim (serviks uteri) berbentuk
silinder, Rongga rahim (kavum uteri). Ukuran rahim berbeda-beda tergantung pada usia dan
pernah melahirkan atau belum. Ukuran rahim kira-kira sebesar telur ayam kampung.Korpus
uteri, bagian utama rahim merupakan 2/3 bagian dari rahim. Pada kehamilan bagian ini
menjadi tempat bagi janin untuk bertumbuh. Pada bagian kedua dari uterus adalah serviks
yang dimana terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu pars supravagina dan pars vagina
(porsio). Possio terdiri atas bibir depan dan bibir belakang. Bagian rahim antara serviks dan
korpus disebut ismus atau segmen bawah rahim. Bagian ini penting pada saat kehamilan dan
persalinan karena akan mengalami peregangan. Adapun dinding rahim secara histologik
terdiri dari 3 lapisa, yaitu; Lapisan serosa (lapisan peritoneum), diluar, Lapisan otot (lapisan
miometrium), ditengah, Lapisan mukosa (endometrium), didalam.
Uterus memiliki beberapa ligamen yang terdiri atas :
1. Ligamentum kardinale kanan dan kiri
Ligament ini berperan mencegah turunya uterus, terdiri atas jaringan ikat tebal,
berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis. Memiliki
banyak pembuluh darah venah dan arteri uterina.
2. Ligament sakrouterina kanan dan kiri

Berperan dalam menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang, kiri, dan kanan, ke arah ossakrum kanan dan kiri
3. Ligament rotundum kanan dan kiri
Berperan untuk menahan uterus dalam posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus
uteri kanan dan kiri ke daerah inguinal kanan dan kiri. Saat kehamilan akan terasa
nyeri pada daerah inguinal ketika berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat dan
ligament rotundum menjadi kencang.
4. Ligament latum kanan dan kiri
Ligament yang meliputi tuba, berjalan dari uteri ke arah sisi, tidak banyak
mengandung jaringan ikat.
5. Ligament infundibulopelvikum
Berperan sebagai penahan tuba falopi yang berjalan dari arah infundibulum kedinding
pelvis. Didalamnya ditemukan saraf, saluran limfe dan arteri-vena ovarika.
6. Ligamentum ovari proprium
Ligamentum yang memegangi ovarium agar selalu dekat dengan uterus.
Letak uterus dalam keadaan fisiologi adalah anteversiofleksi. Letak lainnya adalah
antefleksi (tengadah kedepan), retrofleksi (tengadah kebelakang). Suplai darah rahim dialiri
oleh arteri uterina yang berasal dari arteri iliaka interna (arteri hipogastrika) dan arteri
ovarika.
Fungsi utama rahim adalah berfungsi dalam siklus haid setiap bulan, tempat tumbuh
kembang janin, dan berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.
2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus atonia uteri harus ditangani dengan tepat, benar dan cepat
karena akibat dari kesalahan penanganan dapat menjadikan ibu kehilangan banyak darah
dalam beberapa menit sehingga kondisi uterus menjadi tidak dapat berkontraksi. Adapun
jenis dalam penanganan (Triana, 2015).
Adapun penanganan khusus pada atonia uteri menurut Darmayanti, (2014) yaitu :
1. Kenali dan tegakkan diagnosa kerja atonia uteri

2. Teruskanlah pemijatan uterus. Masase uterus yang akan menstimulasi kontraksi uterus
yang menghentikan pendarahan.
3. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
4. Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum atau vagina dan serviks mengalami laserasi
dan jahit atau rujuk segera.
5. Jika uterus tidak berkontraksi maka : bersihkanlah bekuan darah atau selaput katuban
dari vagina dan ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong.
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.
6. Jika perdarahan uterus berlangsung :
Pastikan plasenta lahir dengan lengkap; jika terdapat tanda-tanda sisah plasenta (tidak
adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh
darahnya keluarkan sisah plasenta tersebut. Lakukan uji pembekuan darah sederhana.
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang
dapat pecah dengan mudah menunjukan adanya koagulopati.
7. Jika tindakan diatas telah dilakukan namun pendarahan terus berlangsung maka
lakukan tindakan:
a. Kompresi bimanual internal (KBI) atau kompresi aorta abdominalis selama lima
menit.
b. Jika uterus berkontraksi, teruskanlah KBI selama 2 menit, keluarkan tangan
perlahan-lahan dan pantau kala empatdengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi,
maka : anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal;
keluarkan tangan perlahan lahan; berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan
diberikan jika hipertensi); pasang infus mengunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 5000 ml RL + 20 unit oksitoksin. Habiskan KBI, jika uterus berkontraksi,
pantau ibu dengan seksama sampai kala empat.
c. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.
Patofisiologi

Referensi
Darmayanti, et al., (2014). Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dan bayi baru
lahir. Yogyakarta:Deepublish
Triana et al., (2015). Kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Yogyakarta:Deepublish
Yulaikhah, (2009). Seri asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: EGC

Link kalau di butuhkan sebagai pembuktian bisa di buka


1. https://books.google.co.id/books?
id=IproCAAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q=atonia%20uteri&f=false
2. https://books.google.co.id/books?
id=UB7vCAAAQBAJ&pg=PA126&dq=penanganan+atonia+uteri&hl=ban&sa=X&r
edir_esc=y#v=onepage&q=penanganan%20atonia%20uteri&f=false
3. https://books.google.co.id/books?
id=2_cGIfwdgtsC&pg=PA5&dq=anatomi+dan+fisiologi+
+uterus&hl=ban&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=anatomi%20dan%20fisiologi
%20%20uterus&f=false
4.

Anda mungkin juga menyukai