Kata Pengantar
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas
rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini Terapi Obat dan Terapi Diet/Asuhan Gizi Pasien
Anak dengan Penyakit Hepatitis. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat
untuk melengkapi tugas mata kuliah Dasar-dasar Farmasi Sosial. Dengan tujuan untuk
menambah wawasan para pembaca tentang terapi obat dan gizi yang baik untuk pasien
hepatitis pada usia belia atau anak-anak.
Dalam menyelesaikan makalah, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan. Untuk itu, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Cantika Zaddana, S.Gz, M.Si
2.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang
membacanya. Amin.
Daftar Isi
JUDUL..............................................................................................................
.......... i
KATA PENGANTAR................................................................................................ 1
DAFTAR ISI...................................................................................... ..................... .......... 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................
1.2. Tujuan................................................................................................
.......... 5
12
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi
virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G
terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits
ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru,
w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau
pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah.
Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah,
nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua,
kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien
hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang
juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus
hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000
orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia
sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang
terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain
tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi
penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung
tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia
atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan
toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal
sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi
enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang
didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet
melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki
malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai
fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral
dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau
fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena
sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap
menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga
penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan
makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan
higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak
dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak
dilakukan.
BAB II
ISI
2.1. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar
terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.(Ester monika, 2002)
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus
disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokomia serta seluler yang khas.(Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam
bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever
itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit
hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah
penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan
kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga
karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di
sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat obatan serta bahan
bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu
penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang
menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering
terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel
(infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum
diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan,
kegagalan hati, dan kematian
7
e. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling
sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
f. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan
hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B
dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan
melalui transfusi darah jarum suntik.
2.3 Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Syaifoellah Noer dkk (1996) adalah :
a. Infeksi virus
1. Virus hepatitis A,B,C dan D
2. Virus lain sitomegali, epstain, barr dan rubella.
b. Penyakit hati autoimun
c. Obat metildopa, isoniazid, notrofurotin, oksitenisetin.
d. Kelainan genetik : penyakit Wilson, anti tripsin.
B. Hepatitis B
Ketimbang hepatitis A, hepatitis B pada anak lebih mudah menular. Hepatitis B
bisa diturunkan oleh ibu yang mengidap virus hepatitis B pada anak yang baru
dilahirkannya (transmisi vertikal). Namun penularan paling sering adalah melalui
media darah, sesedikit apa pun darah itu. Darah pada jarum suntik bekas, jarum tato,
alat medis dokter gigi, alat rumah tangga (sikat gigi atau pisau cukur), dan transfusi
darah, dapat menjadi media penular hepatitis B.
Gejala penyakit yang masa inkubasinya 6 minggu hingga 7 bulan ini tak jauh
berbeda dari hepatitis A, persis seperti flu; demam, hilang nafsu makan, mual,
muntah, lelah, mata kuning, kembung mirip sakit mag, warna urine seperti air teh.
Gejala yang timbul ini merupakan respons imun tubuh untuk menolak virus tersebut.
Pada anak yang lebih kecil, karena sistem imun tubuhnya belum baik, maka gejala
tadi tidak begitu tampak.
Meski tanpa gejala, virus tetap berkembang di dalam sel hati. Peradangan akan
terus berlangsung dan bisa menimbulkan komplikasi berupa kerusakan hati (fibrosis),
yaitu terjadinya jaringan ikat di hati. Risiko komplikasi lain adalah muntah darah
hebat, atau adanya asites (cairan di lambung) yang menandakan terjadinya sirosis atau
kanker hati. Timbulnya komplikasi, selain akan membuat pengobatan menjadi lebih
sulit, juga amat mengancam jiwa penderita. Sayangnya, banyak penderita baru
memeriksakan diri pada stadium lanjut. Lantaran itulah pencegahan penyebab
penyakit hati yang kronik ini amat disarankan.
Terapi Pengobatan
Dengan obat-obatan simtomatik untuk meredakan gejala yang timbul. Selain itu,
dengan pemberian obat-obatan interferon dan atau lamivudine.Sepanjang tidak ada
komplikasi yang membahayakan, kemungkinan sembuh tetap terbuka.
Keberhasilan pengobatan hepatitis B kronis tidaklah besar, terutama pada anak,
angkanya kurang lebih 30-40% saja. Oleh sebab itu penting sekali dilakukan
pencegahan hepatitis B dengan cara vaksinasi yang lengkap.
Pada anak yang usianya belum satu tahun, risiko infeksi hepatitis B untuk
menjadi kronis besarnya 90%. Sedangkan pada anak berusia 2-5 tahun risiko kronis
turun menjadi 50%. Di atas usia 5 tahun, peluang untuk menjadi kronis turun lagi
menjadi 5-10%.
10
C. Hepatitis C
Kejadian hepatitis C pada anak jarang sekali. Namun Hepatitis C banyak
dijumpai pada anak dengan talasemia dan hemofilia.Gejala penyakit hepatitis ini
hampir tidak tampak karena penderita sering kali tidak merasakan sakit. Hepatitis C
biasanya baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah rutin yang
memperlihatkan adanya pertanda virus hepatitis C (anti HCV) yang positif.
Terapi Pengobatan
Dengan terapi obat-obatan berupa interferon dan ribavirin untuk memperbaiki
atau meningkatkan respons tubuh. Pengobatan bertujuan menghilangkan virus dari
dalam tubuh. Semakin cepat semakin baik. Pengobatan terhadap virus ini harus
dilakukan sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya serangan virus
dan stadium akhir yang menyerang hati.
Sepanjang tidak ada komplikasi atau sumber penyakit baru yang muncul,
penderita memiliki peluang kesembuhan sebesar 50%. Bila sudah terjadi komplikasi
maka komplikasi itu harus diobati sesuai penyakit yang ada. Jika keberadaan virus
hepatitis C ini dapat sejak dini terdeteksi, maka kemungkinan kerusakan hati yang
lebih parah dapat dihindari.
D. Hepatitis D
Sangat jarang adanya hepatitis D pada anak .Namun jika anak tersebut
mengidap penyikit hepatitis B , maka ada kemungkinan anak tersebut terjangkit
Hepatitis D . Hepatitis D adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
peradangan pada hati dan hanya mengenai orang-orang yang pernah terinfeksi oleh
virus hepatitis B. Hal ini biasanya memperburuk kondisi penderita yang sudah
terlebih dahulu terinfeksi oleh virus hepatitis B. Ketika seseorang terinfeksi oleh
virus hepatitis B dan D, virus mampu memasuki sel hati dan menggunakan sel-sel
tersebut untuk memperbanyak virus hepatitis D. Karena semakin banyaknya virus
hepatitis D yang terbentuk di dalam sel hati, sel-sel hati tersebut dapat mengalami
kerusakan dan bahkan mati.
Terapi Pengobatan
Untuk saat ini masih belum ditemukan cara untuk menyembuhkan secara total
hepatitis D ,namun biasa nya pada penderita hepatitis D diberikan Interferon dalam
dosis besar selama lebih dari 12 bulan dimana cara kerja nya adalah sebagai protein
yang menghambat penyebaran virus , namun pasien yang sudah dilakukan terapi ini
11
masih sanagt mungkin untuk didiagnosis positiv hepatitis D karena masih belum
ditemukan obatnya.
2.5 Terapi Diet pasien Pediatri dengan penyakit Hepatitis
a. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit hati dan kandung empedu adalah untuk mencapai
danmempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Tujuan diet
padapenderita Hepatitis adalah untuk:
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut
dan mningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa
2. Mencegah katabolisme protein
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus dan hipertensi portal
5. Mencegah koma hepatik
6. Mengatasi anoreksia
b. Terapi Diet
Ada berbagai macam diet untuk penderita hepatitis, diet tersebut disesuaikan dengan
kondisi yang sedang dialami oleh pasien hepatitis.
a. Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut prekoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohidrat
sederhana misalnya sari buah, sirop, teh manis. Pemberian protein sebaiknya
dihindarkan. Bila terjadi penimbunan cairan atau sulit kencing maka pemberian
cairan maksimum 1 liter perhari. Diet ini sebaiknya diberikan lebih dari 3 hari.
b. Diet 2
Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan mulai timbul
nafsu makan.
Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung keadaan penderita. Asupan protein
dibatasi hingga 30 gram perhari, dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah
dicerna.
c. Diet 3
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik.
12
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
1.
Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh
infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak
2.
3.
3.2 Saran
1. Biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat
2. Selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit hepatitis
DAFTAR PUSTAKA
Ester, Monica. 2002 .Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
14
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EG
Iso farmakoterapi halaman 354-371
15