AMDeyes 3325
AMDeyes 3325
PENDAHULUAN
sehingga
ketajaman
penglihatan
dan
kemungkinan
akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara mikroskopis lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai
berikut4:
1. Membran limitans interna
2. Lapisan sel saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju nervus optikus.
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiformis dalam yang mengandung sambungan-sambungan sel
ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal.
6. Lapisan pleksiformis luar yang mengandung sambungan-sambungan sel
bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor.
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
8. Menbran limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut,
10. Epitelium pigmen retina.
retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari 1 lapis sel. Secara
topografi makula terdiri dari umbo, foveola, fovea, parafovea dan perifovea3.
Retina menerima darah dari 2 sumber yaitu khoriokapilaris yang berada
tepat diluar menbran Bruch, yang memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk
lapisan fleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan epitel
pigmen retina, serta cabang-cabang dari sentralis retina yang mempredarahi 2/3
sebelah dalam3.
Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaris dan mudah terkena
kerusakan yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi. Pembuluh darah
retina mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang, yang membentuk sawar
darah retina. Lapisan endotel pembuluh koroid dapat ditembus. Sawar darah retina
sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina2.
2.2 Fisiologi Retina
Untuk melihat mata harus berfungsi sebagai suatu alat optik, sebagai suatu
reseptor kompleks dan sebagai suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan
kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi
suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf
optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Retina mengandung sel batang lebih
dari 30 kali lebih banyak dari sel kerucut (100 juta sel batang dibandingkan 3 juta
sel kerucut per mata)4.
Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan
untuk penglihatan warna dan sebagian besar selny adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya dan serat saraf yang keluar dan hal ini menjamin penglihatan yang
paling tajam. Di retina perifer banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion
yang sama dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Susunan seperti
itu menjadikan makula digunakan terutama untuk penglihatan setral dan warna
(penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya yang sebagian besar terdiri
dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam
(skotopik)3.
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar avaskuler
padaretina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung
redopsin yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk
5
Sedangkan beberapa faktor resiko yang mungkin lainnya adalah jenis kelamin,
status sosioekonomi, rasio cup/disc, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kadar
lemak tubuh dan asupan lemak, indeks massa tubuh, faktor hematologi, infeksi
Trombosis mudah terjadi akibat penggumpalan sel-sel darah merah dan penebalan
pembuluh dinding pembuluh darah halus6.
C. Klasifikasi
1. Degenerasi Makula Tipe Kering Tipe Non Eksudatif (Tipe Kering) atau Non
Neovaskular
Rata-rata 90% kasus degenerasi makula terkait usia adalah tipe kering.
Kebanyakan kasus ini memberikan efek berupa kehilangan penglihatan sedang.
Pada gambaran fundus makula tampak lebih kuning atau pucat dikelilingi oleh
bercak-bercak dan pembuluh darah tampak melebar. Bercak-bercak ini disebut
drusen, yaitu bangunan khas yang berbentuk bulat, berwarna kekuningan. Secara
histopatologi drusen terdiri atas kumpulan eosinofilik yang terletak di antara epitel
pigmen dan membran Brunch sehingga drusen dapat menyebabkan pelepasan
fokal dari epitel pigmen7.
Bentuk ini mucul dalam bentuk timbulnya drusen serta kelainan epitel
pigmen retina (EPR). Drusen merupakan suatu timbunan material ekstraseluler
yang terletak di antara membran basal EPR dengan membran EPR. Secara klinis
drusen tampak sebagai lesi kekuningan yang terletak pada lapisan luar retina, di
polus posterior6,7.
Drusen mempunyai ukuran yang bervariasi, ukurannya dapat diperkirakan
dengan membandingkannya dengan caliber vena besar disekitar pupio yaitu
sekitar 125 mikron. Menurut ukurannya drusen dibagi menjadi: kecil (<64 um),
sedang (64-125 um), besar (>125 um). Menurut bentuknya drusen dibagi menjadi
keras dan lunak. Beberapa drusen dapat bergabung menjadi satu yang disebut
drusen confluent7.
Drusen keras merupakan residual bodies yang bertanggung jawab terhadap
penebalan membran Brunch, yang berhubungan dengan adanya deposit laminar
basal yang terdiri dari hialin. Drusen lunak merupakan timbunan membranosa dan
vesikular yang berhubungan dengan deposit laminar basal. Biasanya ukurannya
lebih besar dari drusen keras dan batasnya kurang tegas8.
Pada angiografi fluoresin, drusen keras akan tampak sebagai bercak-bercak
hiperfluoresensi yang cemerlang pada stadium midvena dan memudar setelah
atrofi
geografik
retina
atau
berkembang
membentuk
lain
yang
dapat
terjadi
adalah
hipopigmentasi
dan
demikian CNV kadang hanya memberikan tanda berupa ablasio EPR yang datar
saja9.
D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya ARMD belum diketahui pasti sampai saat ini.
Beberapa teori yang diajukan antara lain9 :
a. Proses Penuaan
Bagian paling luar dari sel fotoreseptor yang berbentuk keping sering
dimakan oleh EPR dengan pola diurnal, yaitu keping terluar sel batang dimakan
pada siang hari dan keping terluar sel batang dimakan pada siang hari dan keping
terluar sel kerucut dimakan pada mamal hari. Keping yang tidak terfagosit akan
tertimbun dalam EPR yang disebut Lipohfusin. Lipohfusin akan menghambat
degradasi makromolekul seperti protein dan lemak, mempengaruhi ekspresi gen
yang mengantur keseimbangan antara vascular endothelial growth factor (VEGF)
dengan produksi pigment epithelial derived factor yang merupakan zat anti
angiogenik serta bersifat fotoreaktif, akibatnya menimbulkan terjadinya apoptosis
EPR.
Lipohfusin yang tertimbun dalam sel EPR akan mengurangi volume
sitoplasma, sehingga makin menurunkan kemapuan EPR untuk memfagosit
keping-keping sel fotoreseptor. Lipohfusin tertimbun tertimbun diantara
sitoplasma dan membran basalis sel EPR, membentuklapisan yang disebut basal
laminar deposit yang bertanggung jawab dalam penebalan membran Brunch.
2. Teori Iskemi
Angiogenesis terjadi karena adanya iskemik pada jaringan yang memacu
timbulnya suatu agen angiogenik antara lain VEGF. Pada penelitian didapatkan
fakta yang menunjukkan pada ARMD iskemi tidak memegang peranan yang
penting. Sel fotoreseptor hanya terpapar oleh sedikit oksigen, sedangkan EPR
terpapar oleh oksigen dalam konsentrasi yang sangat tinggi.
Pada kenyataannya sel fotoreseptor tidak memproduksi VEGF, justru sel
EPR yang memproduksi VEGF dalam jumlah besar. Disamping itu ditemukan
pula tanda-randa adanya sel radang pada jaringan CNV yang dieksisi, sehingga
lebih besar kemugkiinannya CNV tumbuh sebagai reaksi perbaikan luka daripada
sebagai reaksi terhadap iskemia.
11
ganda.
Bagian dalam sel batang mengandung sangat banyak mitokondria yang dapat
membocorkan ROS.
Penyediaan oksigen yang sangat tinggi pada koroid.
Paparan terhadap sinar menimbulkan proses foto oksidatif oleh ROS.
E. Gejala Klinis
Gejala klinis yang biasa didapat pada penderita degenerasi makula antara
lain10 :
1. Distorsi penglihatan, objek-objek terlihat salah ukuran atau bentuk
2. Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian pusat
3.
4.
5.
6.
penglihatan
Kehilangan kempampuan membedakan warna dengan jelas
Ada daerah kosong atau gelap di pusat penglihatan
Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kanur atau berbayang
Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi gangguan fungsi
penglihatan tanpa rasa nyeri.
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan ARMD sering mengeluhkan penurunan penglihatan sentral
yang tidak disertai nyeri yang sapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan.
Pasien yang mengalami perdarahan subretinal dari neovaskularisasi ARMD pada
ARMD eksudatif biasanya penurunan penglihatan terjadi secara akut. Selain itu
dapat terjadi distorsi penglihatan (objek-objek terlihat salah ukuran atau bentuk),
garis-garis lurus mengalami distorsi terutama di bagian pusat penglihatan,
kehilangan kemampuan untuk membedakan warna secara jelas, ada daerah
12
13
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana ARMD noneksudatif meliputi edukasi dan follow up,
mikronutrient dan perubahan gaya hidup. Edukasi dan follow up merupakan hal
yang penting untuk mencegah progresi ARMD menjadi lebih lanjut. Penggunaan
Amsler Grid penting untuk tes penglihatan pada apsien dan dilakukan setiap hari.
Amsler Grid adalah suatu tes dengan garis-garis warna hitam pada latar putih
dengan titik fiksasi di tengah. Setiap mata diperiksa berganti-gantian dengan
menggunakan kacamata baca untuk mengevaluasi adanya metamorfosia yang
baru, skotoma dan perubahan penglihatan sentral. Setiap perubahan pada Amsler
Grid harus di evaluasi10,11.
Beberapa penelitian menunjukkan kegunaan konsumsi mikronutrient. The
Age Related Eye Diseases Study (AREDS) telah melakukan penelitian pada pasien
dengan ARMD noneksudatif ringan dan sedang yang diberikan suplemen
antioksidan dengan hasil adanya penurunan progresi ARMD menjadi ARMD
lanjut walaupun efek tersebut kecil. Data menunjukkan kegunaan lain yaitu
mencegah ARMD non eksudatif menjadi eksudatif. Berdasarkan American
14
Aktivasi
VEGF-A
dan
PIGF
akan
menyebabkan
terjadinya
15
Walaupun data dari MPS untuk subfoveal CNV menyatakan bahwa laser
fotokoagulasi lebih baik dari observasi tapi kebanyakan dokter tidak
melakukannya karena menginduksi skotoma sentral iatrogenik9.
Photodynamic teraphy (PDT) untuk mencegah skotoma pada subfobeal
CNV. Setelah
menginjeksi
tinta
fotosensitif
dan
menunggu
sampai
Prognosis
Perkembangan kehilangan penglihatan pada ARMD noneksudatif bervariasi
dan harus dievaluasi secara individual. Gambaran oftalmoskopik dari makula
tidak berkolerasi langsung dengan derajat kehilangan penglihatan. Keterlibatan
foveal tampaknya terjadi di awal proses atrofik, tetapi interval rata-rata dari
pengamatan pertama hingga kebutaan adalah 9 sampai 10 tahun. Prognosis
ARMD noneksudatif secara signifikan lebih baik daripada prognosis untuk
ARMD eksudatif. Pasien mungkin mengalami perburukan ketajaman penglihatan
tetapi terjadi secara perlahan-lahan9,10.
16
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan American Academy of Ophtalmology, Age Related Macular
Degeneration (ARMD) adalah gangguan pada makula yang dikarakteristikkan
dengan salah-satu atau lebih dari tanda-tanda berikut: terbentuknya drusen,
abnormalitas dari epitelium pigmen retina seperti hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi, atrofi geografik koriokapiler dan neovaskular makulopati.
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya ARMD dimana faktor resiko
yang telah banyak
Sedangkan beberapa faktor resiko yang mungkin lainnya adalah jenis kelamin,
status sosioekonomi, rasio cup/disc, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kadar
lemak tubuh dan asupan lemak, indeks massa tubuh, faktor hematologi, infeksi
Chlamydia pneumonia, reproduks, degenerasi dermal elastotic, enzimantioksidan,
paparan sinar matahasi, mikronutrien, asupan ikan dan konsumsi alkohol.
ARMD diklasifikasi menjadi degenerasi makula tipe non eksudatif (tipe
kering) dan degenerasi makula tipe eksudatif (tipe basah). Rata-rata 90% kasus
degenerasi makula terkait usia adalah tipe kering. Kebanyakan kasus ini
memberikan efek berupa kehilangan penglihatan sedang. ARMD tipe eksudatif
jarang terjadi namun lebih berbahaya dibandingkan dengan tipe kering.
Tatalaksana ARMD noneksudatif meliputi edukasi dan follow up,
mikronutrient dan perubahan gaya hidup, sedangkan ARMD eksudatif diterapi
dengan medikamentosa, thermal laser photocoagulan, photodynamic therapy dan
terapi pembedahan. Terapi medikamentosa yang menjadi sorotan sekarang adalah
anti VEGF seperti Pegaptanib sodium, Ranibizumab, Bevacizumab,dan
Aflibercept.
Prognosis ARMD noneksudatif secara signifikan lebih baik daripada
prognosis untuk ARMD eksudatif. Pasien mungkin mengalami perburukan
ketajaman penglihatan tetapi terjadi secara perlahan-lahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Angela A, Tri W, Aditya T. 2007. Ilmu Kesehatan Mata: Degenerasi
Makula Terkait Usia hal 109-114. Jakarta : FK UGM press.
2. Lisegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. 2004. Retina and Viterous. California :
American Academy of Ophtalmology.
3. Regillo and Carl D. 2012. Retina and Viterous : Age Related Macular
Degeneration. American Academy of Ophtalmology.
4. Fletcher, Emily, Victor C. 2007. Retina, in: Oftalmologi Umum Vaughan dan
Asbury. Mc Graw Hill.
5. Lim and Jenifer. 2008. Age Related macular Degeneration second edition.
New York: Informa Helathcare USA, Inc.
6. Lang K, Gerrald. 2000. Ophtalmology: Age Related macular Degeneration.
New York: Georg Thieme Verlag.
7. Effendi dan Gunawan R. 2008. Idiopatic Macular Hole. Jurnal Oftalmologi
Indonesia 6(3): 158-168
8. Kanski, Jack J, Bowling B. 2011. Clinical Ophtalmology, A Systemic
Approach. China : Elsevier.
9. Cavallerano et al,. 2004. Care of The Patient with Age Related Macular
Degeneration. American ophtometric Association.
10. Holz G et al,. 2004. Age Related Macular Degeneration. Germany: Springer.
11. Becerra EM et al,. 2011. Cinical Evidence of Intravitreal Triamcinolon
Acetonide in the Management of Age Related Macular Degeneration.
Current Drug Targets 12: 149-172.
18