Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. Adi Puputilah
(G1C013002)
(G1C013007)
(G1C013016)
(G1C013040)
6. Samsul Hadi
(G1C013041)
7. Sirodjudin
(G1C013043)
A.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan struktur senyawa organik dari suatu sampel menggunakan alat
instrumen, yaitu spektrofotometer UV-Vis, GC-MS, FTIR, dan NMR.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 8 April 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan III, Laboratorium Kimia Dasar dan Lantai III, Laboratorium Kimia
Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B.
LANDASAN TEORI
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur absorbansi suatu contoh sebagai
fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu
panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat
dikelompokkan naik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar-tunggal atau
sinar-rangkap. Dalam praktik, alat-alat sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan
dan alat-alat sinar-rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi
adalah mungkin untuk mencatat satu spektrum dengan suatu alat sinar tunggal (Basset,
1994 : 196).
Spektrofotometri UV-VIS merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visibel. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visibel. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan
hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi
dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia
dan paling populer digunakan (Sastroamidjojo, 2007: 9).
Prinsip kerja oleh spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan cahaya oleh
molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis
(tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri yang
dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila mana
absorpsi itu terjadi, tergantung pada kekuatan elektron tersebut terikat dalam molekul.
Elektron dalam ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah untuk eksitasinya (Underwood, 1986 :
365).
Semua senyawa berwarna memiliki beberapa gugus tak jenuh. Gugus fungsi
semacam ini disebut dengan kromofor. Semua senyawa pewarna dan pigmen memiliki
kromofor. Terdapat beberapa faktor lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan
warna senyawa. Panjang konjugas linear adalah faktor yang penting. Misalnya warna
merah -karoten berasal dari sistem terkonjugasi dan warna ini cocok dengan hasil
perhitungan kimia kuantum. Terdapat beberapa gugus fungsi, seperti NR2, NHR,
NH2, OH, OCH3, yang memiliki efek memekatkan warna kromofornya. Semua ini
disebut ausokrom. Namun tidak mungkin menyimpulkan struktur senyawa dari
warnanya atau panjang gelombang sinar yang diserapnya (Takeuchi, 2006: 134).
Tahap pendahuluan untuk uji spektrofotometer adalah pembuatan larutan
standar. Larutan standar dibuat dengan melarutkan kafein dengan etanol dengan
berbagai konsentrasi yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 ppm. Selanjutnya penentuan panjang
gelombang maksimum untuk kafein dilakukan pada rentang 200 hingga 300 nm dengan
menggunakan larutan standar. Sehingga hasil penentuan panjang gelombang yang
diperoleh oleh alat adalah pada panjang gelombang 272 nm. Konsentrasi yang diperoleh
dari pengukuran spektrofotometer UV-Vis akan digunakan untuk perhitungan kadar
kafein, dimana rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: (Nadhirah, 2015).
dengan
Spektrofotometer
IR
dispersi,
yang
membedakannya
adalah
pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh.
Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR adalah dari persamaan gelombang yang
dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika
dari Perancis. Atom-atom dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi. Bila
radiasi infra merah yang kisaran energinya sesuai dengan frekuensi vibrasi rentangan
(stretching) dan vibrasi bengkokan (bending) dari ikatan kovalen dalam kebanyakan
molekul dilewatkan dalam suatu cuplikan, maka molektul-molekul akan menyerap
energi tersebut dan terjadi transisi diantara tingkat energi vibrasi dasar dan tingkat
vibrasi tereksitasi (Hendayana, 1994: 68).
untuk
mendapatkan
spektrum
inframerah
penyerapan,
emisi,
fotokonduktivitas padat, cair atau gas. Sebuah spektrometer FTIR secara bersamaan
mengumpulkan data spektral di berbagai spektrum yang luas. Sebuah spektrometer FTIR adalah instrumen yang memperoleh pita lebar NIR untuk spektrum FIR. Tidak
seperti instrumen dispersif, yaitu kisi monokromator atau spektrograf, spektrometer FTIR mengumpulkan semua panjang gelombang secara bersamaan. FT-IR (Fourier
Transform Infra Red) adalah metode memperoleh spektrum inframerah dengan terlebih
dahulu
mengumpulkan
sebuah
interferogram
sampel
sinyal
menggunakan
menghasilkan intensitas
puncak dan panjang gelombang dalam besaran bilangan gelombang pada spektrum
infra merah. Dari hasil analisis didapat puncak-puncak serapan pada daerah
bilangan gelombang
2923
cm-1
yang
menunjukkan
adanya gugus
C-H
dan
puncak serapan terlihat pada bilangan gelombang 1743 cm -1 yang ditandai adanya
serapan gugus fungsi C=O karbonil dari asam lemak bebas (Alfiani, 2014).
Spektrometer massa dapat dipakai untuk analisis kuantitatif suatu campuran
senyawa-senyawa yang dekat hubungannya. Analisis ini dapat dipergunakan untuk
analisis campuran, baik senyawa organik maupun anorganik yang bertekanan uap
rendah. Karena pola fragmentasi senyawa campuran adalah aditif sifatnya, suatu
campurran dapat dianalisis jika berada dalam kondisi yang sama. Spektrometer massa
akan memberikan hasil yang lebih baik jika dikombinasikan dengan GC. Biasanya GC
digabungkan dengan spektrometer quadrupole. Persyaratan dasar analisisnya adalah
setiap senyawa harus memiliki paling tidak satu puncak yang spesifik, kontribusi
puncak harus aditif dan sensitivitas harus reprodusibel serta adanya senyawa referens
yang sesuai (Khopkar, 2010: 441).
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang menggunakan
prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponenkomponen penyusunnya. Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu
senyawa dalam fase gas. Metode ini merupakan salah satu pemisahan yang sekaligus
dapat menganalisis senyawa-senyawa organik maupun anorganik yang bersifat
termostabil dan mudah menguap (Sumarno, 2001: 124).
Spektrometri massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul
dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya
diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik
seragam. Dalam spektrometri massa, molekul-molekul organik ditembak dengan berkas
elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif bertenaga tinggi (ion-ion
molekular atau ion-ion induk) yang dapat pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil (ionion pecahan atau ion-ion anak), lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal
kation dan proses ini dapat dinyatakan sebagai M M +. Ion molekular M+ biasanya
terurai menjadi sepasang pecahan/fragmen yang dapat berupa radikal atau ion atau
molekul yang kecil dan radikal kation. Ion-ion molekular, ion-ion pecahan, dan ionion radikal pecahan dipisahkan oleh pembelokkan dalam medan magnet yang dapat
berubah sesuai dengan massa dan muatan mereka dan menimbulkan arus (arus ion)
pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka. Spektrum massa adalah
C.
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Sampel cair
b. Larutan Metanol
c. Larutan DCM
d. Larutan n-heksan
e. Aquades (H2O (l))
D.
SKEMA KERJA
1. Preparasi sampel
a.
b.
2.
Hasil
Analisis dengan UV-VIS
Dimasukkan kedalam
kuvet
Dimasukkan ke dalam
Hasil -
spektrofotometer Uv-Vis
Dikalibrasi
Larutan sampel
-
spektrofotometer Uv-Vis
Di catat absorbansinya
Hasil
3.
Hasil
4.
5.
Sampel 6
Dianalisis dengan NMR
Hasil
E.
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hasil pengamatan sifat fisik dan preparasi sampel
No.
Percobaan
Hasil Pengamatan
Tidak larut
Tidak larut
5.
F. ANALISIS DATA
1. Spektrofotometer UV-Vis
Dari spektrum UV diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat serapan pada
panjang gelombang diatas 200 nm. Hal ini menunjukkan tidak adanya ikatan
rangkap terkonjugasi (*) dan tidak adanya atom yang memiliki pasangan
elektron bebas (n*).
2.
Spektrofotometri IR
C-
C-
Daerah spektrum
(bilangan gelombang) cm-1
3000-2700
1500 - 1400
Ring C C
3. Spektrofotometri GS-MS
M+1
M+2
BM
C4H4O2
4,47
0,48
84,0211
C4H8N2
5,21
0,11
84,0688
C5H8O
5,57
0,33
84,0575
C6H12
6,68
0,19
84,0939
4. Spektrofotometer NMR
Puncak
Singlet
Sikloheksana
Dengan pola fragmentasi sebagai berikut:
G.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan struktur senyawa organik dari
suatu sampel menggunakan alat instrumen, yaitu spektrofotometer UV-Vis, GC-MS,
FTIR, dan NMR.
Tahap awal praktikum ini ialah proses persiapan sampel. Sampel 6 ini memiliki
bau menyengat, berbentuk cair dan berwarna bening. Sampel yang belum diketahui
struktur maupun senyawanya diambil secara kualitatif, yang kemudian dilarutkan
dengan tiga pelarut yang berbeda. Pelarut yang digunakan adalah metanol, DCM
(Diklorometana) dan n-heksana. Tujuan pelarutan ini ialah untuk mengetahui sifat
kelarutan dari sampel. Setelah sampel dicampurkan oleh ketiga pelarut yang berbeda,
dapat kita lihat bahwa sampel larut dalam pelarut n-heksana. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sampel larut dalam pelarut nonpolar. Sesuai prinsip like dissolve like dimana
senyawa polar akan larut dengan senyawa polar begitupun sebaliknya, senyawa yang
nonpolar akan larut dengan senyawa nonpolar, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel
bersifat nonpolar.
Selanjutnya, analisis pertama dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas
sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan
cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit
terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sinar ultraviolet berada pada panjang
gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400800 nm. Prinsip kerja oleh spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan cahaya oleh
molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis
(tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri yang
dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila mana
absorpsi itu terjadi, tergantung pada kekuatan elektron tersebut terikat dalam molekul.
Berdasarkan hasil spektrum UV yang didapatkan memperlihatkan bahwa tidak terdapat
serapan pada panjang gelombang diatas 200 nm. Hal ini menunjukkan tidak adanya
ikatan rangkap terkonjugasi.
Analisis kedua dilakukan menggunakan FTIR. Spektroskopi inframerah sangat
berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum
yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai
dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional menyerap
sinar inframerah pada frekuensi yang unik. Spektra inframerah menunjukkan serapan
yang dihubungkan dengan sistem vibrasi yang berinteraksi di dalam molekul. Sistem
vibrasi setiap molekul mempunyai karakteristik yang unik sehingga pada spektrum juga
memberikan pita-pita serapan yang karakteristik. Letak pita dalam spektrum inframerah
disajikan sebagai bilangan gelombang dengan satuan cm-1. Hal ini dikarenakan bilangan
gelombang secara langsung berbanding lurus dengan energi vibrasi. Prinsip kerja
spektrofotometer inframerah adalah fotometri. Sinar dari sumber sinar inframerah
merupakan kombinasi dari panjang gelombang yang berbeda-beda. Sinar yang melalui
interferometer akan difokuskan pada tempat sampel. Sinar yang ditransmisikan oleh
sampel difokuskan ke detektor. Perubahan intensitas sinar menghasilkan suatu
gelombang interferens. Gelombang ini diubah menjadi sinyal oleh detektor, diperkuat
oleh penguat, lalu diubah menjadi sinyal digital.
Sampel yang digunakan berbentuk cairan sehingga persiapan sampel paling
sederhana. Preparasi sampel dalam sampel cair ini dilakukan dengan langkah yang
berbeda dari sampel padat yaitu dengan menginjeksikan sampel cair ke dalam sel FTIR.
Sebelum sampel cair disuntikan atau diinjeksi kedalam window (sel sampel), terlebih
dahulu suntikannya (pengijenksi) dibersihkan atau dicuci menggunakan sampel yang
akan dianalisis sehingga zat pengotornya tidak ada dan yang akan teranalisis pada FTIR
adalah benar-benar sampel cair tanpa adanya campuran dari zat lain. Sampel cair
ditempatkan sebagai film yang tipis diantara dua lapis KBr dalam sel KBr yang
transparan terhadap inframerah. KBr merupakan senyawa garam yang tidak
mengintervensi adsorbansi gelombang infrared oleh senyawa yang diidentifikasi.
Sehingga walaupun menyatu dengan sampel, KBr tidak akan terdeteksi dalam spektrum
FTIR tetapi hanya untuk untuk kalibrasi. Berdasarkan spektrum yang diperoleh
didapatkan data sebagai berikut: pada panjang gelombang 3000-2700 cm-1 menunjukkan
adanya regang C-H untuk CH3, CH2, CH, dan CHO. Pada panjang gelombang 15001400 cm-1 menunjukkan adanya ring C-C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
memiliki struktur siklik.
Analisis ketiga dilakukan dengan menggunakan instrumen GC-MS. GCMS
merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis
senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa
analit. Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan
prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponenkomponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu
senyawa dalam fase gas. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan
berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang
muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan
magnetik seragam.
Prinsip kerja GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul
sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa cairan atu gas langsung diinjeksikan
ke dalam injektor, jika sampel berbentuk padatan maka harus dilarutkan pada pelarut
yang dapat diuapkan. Aliran gas yang mengalir akan membawa sampel yang teruapkan
untuk masuk ke dalam kolom. Komponen-komponen yang ada pada sampel akan
dipisahkan berdasarkann partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam
(kolom). Hasilnya adalah berupa molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada
spektrofotometer massa sehingga molekul gas itu akan mengalami fragmentasi yang
berupa ion-ion positif. Ion akan memiliki rasio yang spesifik antara massa dan
muatannya. Fragmen tertentu difokuskan menuju celah detektor oleh empat
elektromagnet yang diprogram oleh komputer. Berdasarkan spektrum, didapatkan data
fragmen-fragmen sebagai berikut: m/z =84, 69, 56, 55, 41, 27 dengan berat molekul 84
gr/mol. Didapatkan pula data M+1 = 6,67 dan M+2 = 0,20. Berdasarkan data yang
diperoleh dan dicocokkan dengan tabel kelimpahan isotop yang ada, kemungkinan
senyawa dengan Mr 84 ialah
Rumus molekul
M+1
M+2
BM
C4H4O2
4,47
0,48
84,0211
C4H8N2
5,21
0,11
84,0688
C5H8O
5,57
0,33
84,0575
C6H12
6,68
0,19
84,0939
Struktur sikloheksana
Pada spectrum GC-MS kita juga mengetahui fragmen-fragmen yang terjadi, sehingga
kita dapat menduga pola fragmentasi yang terjadi sebagai berikut:
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
menentukan struktur senyawa organik dari suatu sampel yang tidak diketahui struktur
maupun rumus molekulnya dapat menggunakan alat instrumen, yaitu spektrofotometer
UV-Vis, GC-MS, FTIR, dan H-NMR. Berdasarkan data UV-Vis yang didapatkan
menunjukkan tidak adanya serapan pada panjang gelombang 200 nm, sehingga dapat
dikatakan tidak terdapatnya ikatan rangkap terkonjugasi dalam struktur sampel.
Berdasarkan data FTIR menunjukkan adanya regang C-H, untuk CH3, CH2, CH, dan
CHO pada daerah spectrum 3000-2700 cm-1 dan adanya ring C C pada daerah spectrum
1500-1400 cm-1. Hal tersebut menunjukkan adanya struktur siklik pada sampel.
Berdasarkan data GC-MS didapatkan berat molekul sebesar 84 gr/mol dengan m/z =84,
69, 56, 55, 41, 27. Dan berdasarkan spectrum H-NMR menunjukkan 1 puncak singlet
yang menunjukkan proton H yang identik pada strukturnya. Sehingga dari keseluruhan
spectrum dapat disimpulkan senyawa pada sampel adalah sikloheksana.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiani, Selamat, dkk. 2014. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas dalam Minyak Hasil
Penggorengan Berulang dengan Metode Titrasi Asam Basa dan Spektrofotometer
Fourier Infra Red (FTIR). Kalimantan Selatan: Universitas Lambung Mangkurat.
Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Erlangga.
Kardono, L. Broto dan Utaja. 2014. Program Komputer untuk Membantu Penentuan
Struktur Kimia Bioaktif Berdasar Data NMR. Riau: Pusat Pengembangan
Perangkat Nuklir Batan.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrument. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Krishna, Murali G., dkk. 2013. A Critical Review on Fundamental and Phramaceutical
Analysis of FT-IR Spectroscopy. Vijayawada: International Journal of Pharmacy.
Nadhirah, dkk. 2015. Analisis Kandungan Kafein dalam Kopi Sumatra dan Kopi Flores
dengan Variasi Siklus Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Samarinda:
Jurnal Kimia Mulawarman.
Sardjoko. 1994. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti. Yogyakarta: Liberty.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2007. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.
Sumarno. 2001. Kromatografi Teori Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press.
Takeuchi, Yoshito. 2006. Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanami Shoten Publisher.
Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.