STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama
: Ny. R
Umur
: 31 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
Suku
: Menikah
: Sunda
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 21 Juni 2016
B. ANAMNESIS
Telah dilakukan Autoanamnesa pada tanggal 21 Juni 2016
Keluhan utama:
Benjolan di payudara kiri sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik RSUD Sekarwangi dengan keluhan terdapat benjolan di
payudara sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu. benjolan hanya ada satu. Awalnya benjolan
berukuran kecil, namun semakin hari benjolan dirasakan semakin membesar.tetapi tidak ada
keluhan nyeri. Pasien menyangkal adanya benjolan di tempat lain. Tidak ada perubahan dalam
nafsu makan pasien dan tidak ada penurunan berat badan. keluhan lain seperti batuk, sesak nafas,
nyeri dada, demam disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaraan
: Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah
: 140/100 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,8 C,
RR
: 20x/mnt
Antropometri :
-
BB
: 45 kg
2
TB
: 155 cm
BMI
: 18,73
Status Gizi
: Normoweight
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
:Normonasi,
deviasi
septum
(-),
sekret
(-/-),
darah
serumen
(+/+),
darah
(-/-),
Pembesaran
:Bibir
kering
(-),
lidah
kotor
(-),
stomatitis
(-),
faring hiperemis (-), tonsil membesar (-), gigi goyang (-), gigi palsu (-)
Leher
Jantung
Pulmo
Abdomen
Punggung
Ektremitas sup : Akral: hangat, Sianosis (-/-), CRT < 2 (-/-), edema (-/-)
Ektremitas inf : Akral: hanga, ,Sianosis (-/-) , CRT < 2 (-/-), edema (-/-)
Status Lokalis
- Inspeksi :
o Tidak tampak kelainan pada inspeksi
- Palpasi :
o Teraba benjolan pada payudara kiri.
o Bentuk bulat
o Ukuran 2 x 1 cm
o Jumlah benjolan sebanyak 1 benjolan
o Konsistensi kenyal, permukaan rata, tidak berbenjol
o Mobile, tidak terfiksir.
o Nyeri tekan (-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
13,1 Gr%
13-16 Gr%
Lekosit
8.600
4.000-11.000
Trombosit
274.000
150.000-400.000
Hematokrit
41%
40-45%
Ureum
18
10-50 mg/dL
Creatinin
0,7
0,6-1,1 mg/dL
SGOT
12
<25 U/L
SGPT
13
<29 U/L
Waktu Perdarahan
1-3 menit
Waktu Pembekuan
3-7 menit
GDS
78
<180 mg/Dl
Natrium
136
135-155 mmol/L
Kalium
3.9
3,6-5,5 mmol/L
EKG
Tidak ditemukan ada kelainan
Ro Thoraks
Tidak ditemukan ada kelainan
E. DIAGNOSIS KERJA
: Composmentis
TD : 131/78 mmHg
N : 91 x/menit
R : 19 x/menit
S : 36,5C
Look externally
: Normoweight
Evaluate
: 3-3-2
Malapati
: Grade 1
Obstuction
: Tidak ada
Neck Mobility
: Normal
Gigi goyang (-), gigi ompong (-), Gigi palsu (-), Gigi Patah (-)
Operasi dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2016 pukul 10:20 s/d 10.45 WIB.
Penatalaksanaan anestesi pukul 10:20 WIB
Premedikasi
Ondancentron 4mg/2 ml
Intraoperatif
Dilakukan Anestesi umum
Posisi : Terlentang
Menggunakan ETT no.6,5
Anestesi dengan :
induksi: i.v
Maintenance : O2 2L, N2O 2L dan sevofluran 2%
Cairan yang diberikan : RL
Obat Anestesi
Propofol ( Dosis 2-2,5 mg/kgBB)
Dosis pemberian : 84-105 mg
Dosis yang diberikan : 100 mg
Fentanyl ( Dosis 1-3 g/kgbb)
Dosis pemberian : 42-126 g
Dosis yang diberikan 100 g
Noveron (Rocuronium bromida) (Dosis 0,6-1,2 mg/kgbb)
Dosis pemberian : 25 50,4 mg
Dosis yang diberikan : 30 mg
Penghitungan Cairan
6
Tekanan darah
131/78 mmHg
122/69 mmHg
102/57 mmHg
107/59 mmHg
103/57 mmHg
122/70 mmHg
Nadi
91
91
84
83
79
70
Saturasi
99%
98%
99%
99%
99%
99%
ALDRETTE SCORE
WK
RR
SCORE
C
KS
11:0
Mera
Nafas
110/80
Sadar
Gerak
baik,
penu
anggota
muda
(2)
adekua
mmHg
(2)
h
(2)
tubuh
(2)
dan
10
tangis
kuat.
(2)
Kesadaran
: Delirium
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Pernapasan
: 17 x/menit
Sat.O2 99 % dengan O22 Lpm via oral
BAB II
PEMBAHASAN
ANESTESI UMUM
Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Anestesi memungkinkan
pasien untuk mentoleransi prosedur bedah yang akan menimbulkan sakit yang tak tertahankan,
mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak
menyenangkan.
2.
3.
4.
5.
6.
Pasien dengan riwayat keracunan atau alergi terhadap obat anestesi lokal.
7.
Relatif :
Hipertensi berat/tak terkontrol (diastolic >110), DM tak terkontrol, infeksi akut,
sepsis,
GNA
Faktor-faktor yang mempengaruhi anestesi umum:
Faktor respirasi
Pada setiap inspirasi sejumlah zat anestesika akan masuk ke dalam paru-paru
(alveolus). Dalam alveolus akan dicapai suatu tekanan parsial tertentu. Kemudian zat
anestesika akan berdifusi melalui membrane alveolus. Epitel alveolus bukan
penghambat disfusi zat anestesika, sehingga tekanan parsial dalam alveolus sama
dengan tekanan parsial dalam arteri pulmonarsi. Hal- hal yang mempengaruhi hal
tersebut adalah:
10
Faktor sirkulasi
Terdiri dari sirkulasi arterial dan sirkulasi vena
Factor-faktor yang mempengaruhi:
1. Perubahan tekanan parsial zat anestesika yang jenuh dalam alveolus dan darah
vena. Dalam sirkulasi, sebagian zat anestesika diserap jaringan dan sebagian
kembali melalui vena.
2. Koefisien partisi darah/ gas yaitu rasio konsentrasi zat anestesika dalam darah
terhadap konsentrasi dalam gas setelah keduanya dalam keadaan seimbang.
3. Aliran darah, yaitu aliran darah paru dan curah jantung. Makin banyak aliran
darah yang melalui paru makin banyak zat anestesika yang diambil dari alveolus,
konsentrasi alveolus turun sehingga induksi lambat dan makin lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkat anesthesia yang adekuat.
Faktor jaringan
1. Perbedaan tekanan parsial obat anestesika antara darah arteri dan jaringan.
2. Koefisien partisi jaringan/darah: kira-kira 1,0 untuk sebagian besar zat anestesika,
kecuali halotan.
3. Aliran darah terdapat dalam 4 kelompok jaringan:
a) Jaringan kaya pembuluh darah (JKPD) : otak, jantung, hepar, ginjal.
Organ-organ ini menerima 70-75% curah jantung hingga tekanan parsial
11
zat anestesika ini meninggi dengan cepat dalam organ-organ ini. Otak
menerima 14% curah jantung.
b) Kelompok intermediate : otot skelet dan kulit.
c) Lemak : jaringan lemak
d) Jaringan sedikit pembuluh darah (JSPD) : relative tidak ada aliran darah :
ligament dan tendon.
Anamnesis
bedah, sehingga dapat dirancang anestesia berikutnya dengan lebih baik. Beberapa
penelitit menganjurkan obat yang kiranya menimbulkan masalah dimasa lampau
sebaiknya jangan digunakan ulang, misalnya halotan jangan digunakan ulang dalam
waktu tiga bulan, suksinilkolin yang menimbulkan apnoe berkepanjangan juga jangan
diulang. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya
-
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting
untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher
pendek dan kaku juga akan menyulitkan laringoskopi intubasi.
Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua system organ tubuh
pasien.
-
Pemeriksaan laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan
penyakit yang sedang dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada
usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan foto thoraks.
-
Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar
pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada operasi sito penundaan yang tidak perlu
harus dihindari.
-
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang adalah
yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik
ini bukan alat prakiraan resiko anestesia, karena dampaksamping anestesia tidak
dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.
13
Kelas I
Kelas II
Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas
rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V
Masukan oral
14
II.
INDUKSI ANASTESI
16
Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar,
sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan. Induksi dapat
dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuscular atau rectal. Setelah pasien tidur
akibat induksi anestesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesia sampai
tindakan pembedahan selesai.
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan STATICS:
S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringo-
Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
Lampu harus cukup terang.
T : Tube
Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan >
5 tahun dengan balon (cuffed).
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring
(naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak
sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
T : Tape
I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah
dibengkokan
untuk
pemandu
supaya
pipa
trakea
mudah
dimasukkan.
C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S : Suction penyedot lender, ludah danlain-lainnya.
Induksi intravena
o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena dikerjakan dengan
hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan terkendali. Obat induksi bolus disuntikan
dalam kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernapasan
pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan selalu diberikan oksigen.
Dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
17
dosis
dan
kecepatan
suntikan
tiopental
akan
Ketamin (ketalar)
Kurang
digemari
karena
sering
menimbulkan
takikardia,
Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg. ketamin dikemas
dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml = 10mg), 5% (1 ml = 50 mg),
10% ( 1ml = 100 mg).
Induksi inhalasi
o N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida)
berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya
1,5 kali berat udara. Pemberian harus disertai O2 minimal 25%. Bersifat
anastetik lemah, analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk
mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang
digunakan sendirian, tapi dikombinasi dengan salah satu cairan anastetik lain
seperti halotan.
o Halotan (fluotan)
Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan anestesinya
cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan analgesi semprot lidokain 4%
atau 10% sekitar faring laring.
19
20
hanya
menghalangi
asetilkolin
menempatinya,
sehingga
III.
Cegukan (hiccup)
IV.
23
Mengantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan
standar polivinil-klorida. Pipa trakea dapat dimasukan melalui mulut (orotracheal
tube) atau melalui hidung (nasotracheal tube).
F. Laringoskopi dan intubasi
Fungsi laring ialah mencegah bedan asing masuk paru. Laringoskop merupakan
alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat
memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal dua
macam laringoskop:
1. Bilah, daun (blade) lurus (Macintosh) untuk bayi-anak-dewasa
2. Bilah lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar-dewasa.
Klasifikasi tampakan faring pada saat membuka mulut terbuka maksimal dan
lidah dijulurkan maksimal menurut Mallapati dibagi menjadi 4 gradasi.
Gradasi
1
2
3
4
Pilar faring
+
-
Uvula
+
+
-
Palatum Molle
+
+
+
-
b. Aspirasi
c. Gangguan fonasi
d. Edema glottis-subglotis
e. Infeksi laring, faring, trakea
Ekstubasi
1. Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika:
a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
b. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi
2. Ekstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi sudah ringan dengan catatan tak
akan terjadi spasme laring.
3. Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan cairan
lainnya.
26
FIBROADENOMA MAMMAE
A. Definisi
Fibroadenoma adalah kelainan berupa tumor jinak pada payudara yang sering pada
wanita muda dan muncul sebagai benjolan pada payudara. Kebanyakan wanita pada usia
dibawah 30 tahun. Awalnya fibroadenoma muncul sebagai hasil dari proliferasi yang tidak
normal pada payudara yang disebabkan oleh fluktuasi hormonal. Fibroadenoma berhubungan
dengan peningkatan resiko dari kanker payudara, terutama ketika terdapat perubahan
fibrokistik, atau riwayat keluarga dengan kanker payudara.
Tumor ini biasanya terdiri dari komponen stroma dan jaringan epitel. Meskipun
fibroadenoma merupakan tumor jinak, tetapi ini bisa berhubungan dengan peningkatan resiko
dari kanker payudara yang invasif. Perubahan morfologi yang didapatkan pada fibroadenoma
adalah hialinisasi, kalsifikasi, osifikasi dan timbulnya giant cells multinucleated yang bersifat
reaktif. Pertumbuhan dari fibroadenoma di stimulasi oleh beberapa faktor yaitu estrogen,
progesteron, kehamilan, dan laktasi, sering timbul sebagai massa yang dapat di raba dengan
ukuran sampai 3 cm dan mungkin akan berubah dan mengecil pada saat menopaus
B. Epidemiologi
Fibroadenoma pada wanita dapat mengenai pada berbagai usia, tetapi puncak insiden
yaitu pada usia dua atau tiga dekade pada masa kehidupan. Fibroadenoma dilaporkan terjadi
pada 7%-13% pada wanita remaja pada pertengahan usia 20 tahun dimana ditemukan saat
pemeriksaan klinis. Prevalensi fibroadenoma pada kelompok usia ini pada populasi umum
dilaporkan 2,2% dan menurun pada usia yang lebih tua.
27
Innervasi payudara
28
Nervus yang menginervasi payudara adalah cabang anterior dan lateral cutaneus
dari n. Intercostal IV-VI. Cabang ini melalui fascia pectoralis profunda yang
membungkus m. Pectoralis major dari kulit. Cabang ini membawa serabut saraf sensoris
pada kulit dari payudara dan serabut saraf simpatis untuk pembuluh darah serta otot polos
yang menutupi kulit dan papilla mammae.
ke
nodus
axillaris
(pectoral,
humeral,
subscapula,
central
dan
apikal). Sebagian dari sisanya khususnya regio medial mammae mengalirkan ke nodus
parasternalis
profunda
hingga
dinding
thorax
anterior
dan
berhubungan
dengan arteri Thoracica interna. Pembuluh limfe dari regio inferior mammae mengalirkan
ke nodus limfe abdominal (nodus phrenicus inferior).
Pembuluh limfe dari Nodus axillaris mengalirkan limfe ke nodus infraclavivula
serta supraclavicula dan membentuknya menjadi trunkus subclavia limfatikus. Pembuluh
limfe dari nodus parasternalis akan masuk ke trunkus bronchomediastinal.
E. Manifestasi Klinis
Kejadian Fibroadenoma paling sering terdeteksi ketika melakukan pemeriksaan
kesehatan atau check up. Biasanya penderita datang dengan keluhan adanya benjolan
pada payudara dengan ciri khas massa yang soliter 1-2 cm . Walaupun massa tersebut
dapat berlokasi di seluruh bagian payudara namun lebih sering bertempat di payudara kiri
bagian kuadran superolateral. Massa Fibroadenoma biasanya licin, bergerak, tidak lunak,
tidak nyeri dan konsistensinya elastis. Selain itu, ditemukan bahwa lesi fibroadenoma
berkembang dengan cepat dan kadang kadang mencapai ukuran yang sangat besar yang
dipengaruhi oleh stimulasi hormonal. Tumor ini tidak menginfiltrasi jaringan sekitar.
Fibroadenoma merupakan kelainan pada perkembangan payudara. Beberapa
bentuk
lain
daripada
fibroadenoma
yaitu: Giant
fibroadenoma,juvenile
fibroadenoma, fibroadenoma pada masa kehamilan dan masa laktasi, dan fibroadenoma
multiple. Giant
fibroadenoma didefinisikan
sebagai
fibroadenoma
yang
ukuran
diameternya lebih dari 5 cm, dan atau fibroadenoma yang beratnya lebih dari 500
g. Juvenile fibroadenoma merupakan giant fibroadenoma yang terjadi pada wanita muda
atau remaja. Dari semua kasus fibroadenoma, terdapat 0,5%-4% yang ditemukan
sebagai juvenile fibroadenoma.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran USG
Ultrasonografi merupakan media yang sangat bermanfaat untuk pemeriksaan
tumor benigna payudara khususnya untuk membedakan massa solid atau kista.
Keuntungan pemeriksaan Ultrasonografi ialah:
30
dengan
mammografi.
Gambarannya
pada
mammografi
dan
Wanita < 28 tahun dengan benjolan yang jelas pada payudara harus dievaluasi
dengan Ultrasonografi karena lesi tersebut mungkin merupakan fibroadenoma.
2. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik yang
dapat digunakan secara rutin pada pemeriksaan payudara. Mammografi
menggunakan radiasi ionisasi dengan radiograf dengan dua posisi yakni
Mediolateral Obliq (MLO) dan Cranio Caudal (CC).
Mammografi digunakan sebagai modalitas diagnostik untuk mengetahui
payudara yang sehat atau sebagai skrining untuk indentifikasi adanya kelainan
pada payudara. Selain itu, mammografi juga dapat membedakan lesi benigna dan
maligna dengan observasi mikrokalsifikasi.
Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenal secara
dini keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mammografi dan
ultrasonografi dipakai bersama sama dalam prosedur diagnostik, maka akan
diperoleh nilai ketepatan diagnostik sebesar 97%. Apabila kedua teknik tersebut
31
32
Untuk wanita yang dideteksi fibroadenoma pada usia >35 tahun, dan telah
dilakukan semua modalitas diagnostik (misalnya mammografi) yang menunjang
diagnosis maka harus dilakukan follow up 6-12 bulan. hal ini karena tumor
benigna dapat mengalami perubahan dan dapat menghindari operasi. namun, jika
tidak ada perubahan, maka harus diterapi eksisi.
34
DAFTAR PUSTAKA
1996;128-48.
2. LAtirf S.A, dkk., Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Ke 4. Jakarta, Balai Penerbit : FKUI.
2009.
3. Miller RD. Anesthesia. 5th ed Churchill Livingstone Philadelphia 2000; 228-72
4. Brain AIJ, Verghese C, Strube PJ. The LMA Proseal an Laryngeal Mask with an
Oesophangeal Vent. BJA 2000 ; 85: 650-4.
5. Shi A, Li S, Xu N, Nie G, Li X, Zhang T, et al. Clinical Features and Prognosis of a Unilateral
Fibroadenoma of the Breast in a 16-month-Old Female. Japanese Journal of Clinical
Oncology. 2010.
35