PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
2.
3.
Ruang luar yang digunakan oleh penduduk kota sehari-hari, contohnya untuk kegiatan jalan-jalan, melepas lelah, duduk dengan
santai. Bisa juga digunakan untuk kampanye, upacara-upacara resmi tau kadang-kadang tempat perdagangan. Frederick Gibbert
4.
(Dalam Kartika,2006:3).
Ian C Laurie
a. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, seperti hutan, taman, perairan dan sebagainya.
b. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia, misalnya cagar alam (hutan, laut, daerah budaya
c.
5.
dan bersejarah.
Ruang terbuka untuk kesempatan kesejahteraan dan kenyamanan, antara lain untuk melindungi kualitas air tanah, untuk
beminat menanamkan modalnya. Karena keberadaan pasar yang sebagian besar terdiri dari masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga
tidak dapat diandalkan untuk pengembalian modalnya.
Fungsi ruang publik dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Menyediakan cahaya da sirkulasi udara ke dalam bangungan terutama pada bangunan tinggi di pusat kota.
Menghadirka kesan perspektif dan vista pad pemandangan kota (urban scene), terutama pada kawasan yang padat di pusat
c.
d.
e.
f.
kota.
Menyediakan area rekreasi dengan bentuk ativitas yang spesifik.
Melindungi fungsi ekologis kawasan.
Memberikan bentu Solid Void kawasan kota.
Sebagai area cadangan bagi penggunaan dimasa mendatang (cadangan area pengembangan).
Perkembangan perekonomian kota yang semakin meningkat banyak investor yang mengincar ruang-ruang publik kota sebagai
tempat bisnis, karena langsung dinilai beberapa pihak bahwa pemanfaatan ruang-ruang publik kota tersebut tidak banyak
memberikan kontribusi yang berarti, sehingga banyak yang bersikeras untuk merubah funsi ekonomi yang lebih menguntungkan.
Dimasa mendatang pada setiap program yang akan merubah fungsi ruang publik dengan fungsi lain harus melalui proses yang
melibatkan pendapat atau aspirasi masyarakat kota. Sehingga tidak menimbulkan kerawanan sosial yang berdampak pada suasana
kota.
Siapapun tanpa membedakan anak, dewasa, atau orang tua, kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, bos atau bawahan
dapat memanfaatkan ruang publik kota untuk segala macam kegiatan baik individual atau berkelompok. Kebebasan bagi masyarakat untuk
melakukan kegiatan itulah yang kadang-kadang perlu pengendalian, perlu pengaturan fungsi ruang, sirkulasi lalulintas dan parkir kendaraan
bermotor, penempatan pedagang kaki lima dan sebagainya sehingga pengertian democratic tidak diartikan sebagai kebebasan yang
menyimpang dari harapan.
Secara langsung dari segi finansial fungsi ruang publik tidaklah memberi kontribusi besar, akan tetapi dia merupakan salah satu
pendukung kegiatan dalam perancangan kota yang harmonis dipertimbangkan karena secara tidak langsung sangat mendorong
perkembangan kawasan tersebut seperti alun-alun Wonosobo.
Penataan gunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya serta memperhatikan keterpaduandengan sumberdaya manusia dan
Skala pelayanan taman ini adalah tingkat nasional, lokasinya adalah dipusat kota seperti jakarta yang berpengaruh terhadap
kegiatan nasional.
Contoh:Monas.
b. Taman Pusat Kota (Downtown Park)
Taman ini berada di kawasan pusat kota, berbentuk lapangan hijau yang dikelilingi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan
kota dengan pola tradisional atau dapat pula dengan desain pengembangan baru.
c. Taman Lingkungan (Neighborhood Park)
Ruang terbuka yang dikembangkan di lingkungan perumahan untuk kegiatan umum seperti bermain anak-anak, olah raga
dan bersantai bagi masyarakat disekitarnya (taman kompleks perumahan)
d. Taman Kecil (Mini Park)
Taman kecil yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan, termasuk air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana
taman tersebut, seperti taman di pojok lingkungan/setback bangunan).
2.5.2
2.5.3
pengelolaannya dilakukan oleh pemilik kantor atau pemimpin kantor tersebut secara mandiri.
Peringatan (Memorial)
Ruang publik yang digunakan untuk memperingati memori kejadian penting bagi umat manusia atau kalangan masyarakat
tertentu ditingkat lokal atau nasional.
2.5.4
Pasar (Markets)
Ruang terbuka atau ruas jalan yang digunakan untuk pasar hasil pertanian atau pasar loak. Biasanya bersifat temporer dan
berlokasi di ruang yang tersedia, seperti jalan, plasa atau lapangan parkir.
2.5.5
Jalan (Streets)
a. Pedestrian Sisi Jalan (Pedestrian Sidewalk)
Bagian ruang publik kota yang banyak dilalui orang yang sedang berjalan kaki menyusuri jalan yang satu yang berhubungan
dengan jalan yang lain.
b. Mal Pedestrian (Pedestrian Mall)
Suatu jalan yang ditutup untuk kendaraan bermotor, dan diperuntukan khusus bagi pejalan kaki. Fasilitas tersebut biasanya
dilengkapi dengan asesori kota seperti pagar, tanaman dan berlokasi dijalan utama pusat kota.
c. Mal Transit (Transit Mall)
Pengembangan pencapaian transit untuk kendaraan umum pada penggal jalan tertentu yang telah dikembangkan sebagai
pedestrian area.
d. Jalur Lambat (Traffic Restricted Streets)
Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka dan diolah dengan desain pedestrian agar lalu lintas kendaraan terpaksa
berjalan lamban, disamping dihiasi dengan tanaman sepanjang jalan tersebut.
e. Gang Kecil Kota (Twolf Trail)
Gang kecil ini merupakan bagian dari jaringan jalan yang menghubungkan ke berbagai elemen kota satu dengan lainnya
yang sangat kompak dan terintegrasi. Ruang publik ini direncanakan dan dikemas untuk mengenal lingkungan.
10
2.5.7
2.5.8
2.5.9
gardu pemandangan, area bermain, tempat duduk dan faslilitas estetis lain.
Jalan hijau dan jalan Taman ( Greenways and Parkways)
Merupakan jalan pedestrian yang menghubungkan antar tempat rekreasi dan ruang terbuka.
Atrium/Pasar Dalam Ruang (Atrium/Indoor Market Place)
a. Atrium
Ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai atrium, berperan sebagai pengikat ruang-ruang disekitarnya yang
sering digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan pedestrian area. Pengelolaan ditangani oleh pemilik gedung tau
pengembang (Investor).
b. Pusat Perbelanjaan di Pusat Kota (Market Place/Downtown Shoping Center)
Biasanya memanfaatkan bangunan tua yang kemudian direhabilitasi ruang luar atau ruang dalamnya sebagai ruang
komersial, kadang juga dipakai untuk festival pasar dan dikelola sendiri oleh pemilik gedung tersebut.
2.5.10
2.5.11
Waterfont
Ruang ini bisa berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, danau, atau dermaga. Ruang terbuka ini berada disepanjang rute
aliran air di dalam kota yang dikembangkan sebagai taman untuk waterfront.
11
b.
12
c.
Contoh: Area berkumpulnya warga kota untuk berekreasi dan komunikasi sosial.
13
d.
e.
14
Kebutuhan
manusia
dalam
menjalankan
kehidupannya
melakukan
mesin
memerlukan
seperti
sebagainya.
jalan
15
b.
Berbentuk cluster, yaitu ruang terbuka ini mempunyai batas-batas disekelilingnya, seperti plasa,
square, lapangan, bundaran dan lain-lain. Ruang terbuka dengan bentuk cluster ini, membentuk kantong-kantong yang berfungsi
sebagai ruang-ruang akumulasi aktifitas kegiatan masyarakat kota.
Contoh: Campidoglio, Roma: Dirancang oleh Michelangelo Buonarotti, tahun 1544. Hal ini menunjukan pemikiran estetika
berkembang pesat pada zaman itu melalui pemikiran tipuan mata untuk kesan perspektif. Bentuk cluster terjadi dari open
space yang terjadi dari dinding bangunan yang melingkupinya.
16
BAB III
TINJAUAN LOKASI KAWASAN JL. KARTINI - JL. BETENGSARI YANG BERPOTENSI
SEBAGAI PUSAT KULINER
KABUPATEN WONOSOBO
3.1 Ruang Publik
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu bagian dari Propinsi Jawa Tengah yang terletak di lereng beberapa gunung dan
pegunungan. Wilayah Wonosobo terletak di lereng Gunung Sindoro, Sumbing, Prahu, Bismo, dan di lereng pegunungan Telomoyo,
Tampomas, serta Songgoriti. Sedang posisi Wonosobo sendiri berada antara 7 11 dan 7 04 Lintang Selatan, 109 43 dan 110 04 Bujur
Timur. Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah dan 520 Km dari ibu kota negara (Jakarta) dengan
ketinggian berkisar antara 270 meter sampai dengan 2.250 meter di atas permukaan
Kabupaten Wonosobo adalah 984,68 Km persegi Kota Wonosobo yang terletak pada
17
18
Kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari merupakan tempat terbuka yang ada di Kabupaten Wonosobo, yang memiliki potensi cukup
besar tidak hanya tempat pemerintahan, kegiatan belajar, sarana olah raga dan pedestrian yang digunakan PKL. Kawasan Jl. Kartini - Jl.
Betengsari Kabupaten Wonosobo ini memiliki tempat yang strategis karena terletak di pusat kota. Namun dengan kondisi Jl. Betengsari
sebagai jalan alternatif sehingga intensitas kendaraan yang melalui jalan tersebut sedikit maka perlu diadakan penataan ulang dan di Jl.
Kartini ada PKL dan parkir kendaraan yang semrawut.
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
19
3.4.2
20
Kebutuhan terhadap kesan perspektif dan vista diperlukan terutama di kawasan padat seperti Jalan Kartini sampai
Betengsari untuk menikmati suasana kota yang asri dengan ruang public yang tersedia. Dalam hal ini yaitu kawasan Jalan kartini
sampai jalan Betengsari.
3.4.3
21
3.4.4
Kebutuhan
keseimbangan ekosistem (fungsi ekologis)
Menambah atau membuat Ruang Terbuka Hijau kota seperti taman-taman di kawasan sekitar Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari
akan membantu memulihkan keseimbangan alam di pusat kota karena adanya polusi udara. Kondisi saat ini vegetasi di Jalan Jl.
Kartini - Jl. Betengsari sudah mencukupi untuk menaungi para pejalan kaki/penikmat public space. Saluran kota sudah terkendali.
3.4.5
penghubung
Kebutuhan
Jalan
tempat lain
22
Jl. Kartini merupakan jalan utama di kota wonosobo, sedangkan untuk Jl. Betengsari merupakan jalan alternative yang tidak
begitu sibuk.
Kota
NO
1.
Kriteria Tipologi
Taman Umum
Tipologi
Ruang
Publik
Potensial Baik
Ya
Tidak
Lapangan
3.
4.
Peringatan
Pasar
Jalan
23
6.
Tempat Bermain
Taman
Alun-alun
Di jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari terdapat 2 tempat lapang
(Alun-alun, taman kartini) yang luas yang bisa digunakan untuk
7.
Ruang Komunitas
tempat bermain.
Alun-alun dan taman kartini sebagai publik space bisa di
Wonosobo.
terdapat jalan hijau disepanjang jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari.
9.
center dan juga tidak adanya tempat yang digunakan untuk pameran
10.
Kartini - Jl. Betengsari karena 100 persen dari jalan ini merupakan
11.
Waterfront
24
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Koridor Jl. Kartini - Jl. Betengsari mendukung untuk orang berjalan kaki untuk menikmati suasana pusat kota yang nyaman
dengan publik space di luar jam kerja dan hari libur. Jl. Kartini merupakan jalan utama yang sibuk pada jam kerja, serta adanya PKL
dan parkir yang tidak teratur di depan taman kartini sehingga membuat pemandangan menjadi kurang nyaman untuk menikmati
suasana taman. sedangkan untuk Jl. Betengsari merupakan jalan alternative yang tidak begitu sibuk dan ada beberapa aktivitas kantor
Pemerintahan pada jam 08.00 Wib 15.00 Wib, Karena alasan tersebut Jalan Jl. Betengsari berpotensi sebagai Pusat Kuliner pada
jam 15.00 Wib sampai 22.00 Wib serta didukung penataan tempat parkir yang ada di depan Gereja Kristen Indonesia dan taman
kartini.
4.2
Saran
Sebagai seorang Mahasiswa Teknik Arsitektur, kita harus tahu dan paham atas segala sesuatunya yang berkaitan dengan Bidang
Arsitektur. Saran saya dalam mempelajari Arsitektur Kota yaitu:
1. Mampu menerapkan dan menyelaraskan suatu bangunan dengan kondisi saat ini.
2. Mampu menerapkan dalam penggunaan bahan-bahan bangunan/material untuk arsitektur modern dipadukan dengan nilai-nilai
3.
4.
5.
6.
lokal.
Mampu mendesain bangunan/ruang public yang berarsitektur modern tanpa menkesampingkan nilai-nilai lokal.
Demi kenyamanan masyarakat atau pengunjung maka di sepanjang Jl. Kartini perlu disediakan tempat Parkir.
Bagi pedagang kaki lima perlu menaati peraturan untuk berdagang pada jam 15.00 Wib 22.00 Wib.
Perlu penambahan penerangan di Jl. Betengsari dan tempat sampah yang cukup serta kebersihan lingkungan yang tetap dijaga.
Daftar Pustaka
25
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bappeda Wonosobo
Cooper Hewitt, 1979, The Smithsonian institision National Museum of Design: Urban Open Space, New York, Rizzoli.
Darmawan Edy, 2005, Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibbert Frederick, 1959, Civic Space, Praeger, New York.
Guedes Pedro, 1979, Encyclopedia of Architecture Technology, New York, Mc. Graw-Hill Book Company.
Hakim Rustam, 1987, Unsur perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Jakarta, Bina Aksara.
Harvey S Perloff, 1969, The Quality Of The Environment Essays on New Resources in Urban Age.
Http://it.wikipedia.org/wiki/Campidoglio
Kartika Sri Ratna, 2006, Kawasan Jalan Pandanaran Yang Berpotensi Sebagai City Walk dan Ruang Terbuka Kota, Semarang, Universitas
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Negeri Semarang.
Krier Rob, 1979, Urban Space, New York, Rizzoli International Publication Inc.
Laurie Michael, An Introduction of Towns and Cities.
Mahasiswa ITB, 1991, Teori Perancanngan Urban, Bandung.
Markus Zahnd, 1999, Perancangan Kota Secara Terpadu, Kanisius, Yogyakarta.
Paul Spreiregen D,1979, The Architecture of Town and City, New York, Mc. Graw-Hill Book Company.
Pudjo Koesworo, 2002, Kota, Laboratorium Arsitektur Perkotaan, Semarang.
Http://wonosobocommunity.blogspot.com/2010/03/peta-wonosobo.html
Http://google.com/image
26