Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan suatu daerah atau kota pasti membawa dampak di berbagai bidang fisik maupun non fisik. Pembangunan di
Kabupaten Wonosobo pada umumnya dan kawasan pada khususnya didominasi oleh pembangunan di bidang ekonomi dan jasa membawa
berbagai pengaruh dan permasalahan.
Demikian dengan Jl. Kartini - Jl. Betengsari dikelilingi oleh adanya kegiatan pemerintah seperti Kantor pemadam kebakaran, Kantor
agama , Bank BRI, Bank Jateng, KPPT, Sekolah SMP N 1 Wonosobo dan taman. Jl. Kartini - Jl. Betengsari terdapat beberapa pedagang kaki
lima yang mengganggu pejalan kaki dan juga berada dekat dengan Alun-alun wonosobo sebagai tempat berkumpulnya masyarakat
wonosobo untuk berinteraksi sosial. Ramainya alun-alun membuat munculnya pedagang kaki lima di sekitar alun-alun yang mengakibatkan
kurang indahnya kawasan alun-alun wonosobo. Untuk itu perlu diadakan penataan pedagang kaki lima di sekitar alun-alun agar suasana
alun-alun wonosobo sebagai ruang publik kota pada umumnya tetap terjaga.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup Pembahasan dititik beratkan pada aspek fungsional Jl. Kartini - Jl. Betengsari sebagai pusat kuliner kota wonosobo
dan penataan pedagang kaki lima di Jl. Kartini - Jl. Betengsari.

Arsitektur Kota | 2015

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari kajian ini mengemukakan dasar-dasar pemikiran terciptanya pusat kuliner yang bisa menampung pedagang kaki lima
yang ada di sekitar alun-alun Kabupaten Wonosobo.

1.4 Sasaran Pembahasan


Sasaran dari kajian kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari Kabupaten Wonosobo adalah memperbaiki Potensi dan nilai aset kawasan
serta menciptakan pusat kuliner.

1.5 Perumusan Masalah


Bagaimana menjadikan Jl. Kartini - Jl. Betengsari di Kabupaten Wonosobo sebagai Pusat Kuliner yang aman dan nyaman,
tempat para warga masyarakat melakukan wisata kuliner dengan melihat permasalahan-permasalahan yang ada:
a. Keberadaan pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian, tampak kurang teratur.
b. Parkir yang tidak tertata rapi disekitar Jl. Betengsari mengakibatkan kesemrawutan.
c. Hal ini dapat dijadikan pedoman untuk membuat usulan-usulan (Design Guidelines) yang menentukan kualitas fisik lingkungan
Jl. Kartini - Jl. Betengsari.

BAB II
KAJIAN TEORI

Arsitektur Kota | 2015

2.1 Ruang Publik


2.1.1 Terminologi
Ruang publik atau dapat juga disebut dengan istilah Civic Space yang mempunyai arti suatu ruang luar yang dapat digunakan
sebagai aktifitas penduduk kota sehari-hari.
Ruang publik juga dapat diartikan sebagai ruang kota atau Urban Open Space, dimana terbentuk karena adanya banguna dan
ruang dalam satu kesatuan yang saling mendukung. Ruang publik dapat terjadi dengan membatasi alam sebagai wadah untuk
beraktifitas penduduk sehari-hari.
Ruang publik yang merupakan alun-alun dilengkapi dengan elemen-elemen yang dapat mendukung keberadaannya, misalnya
bangku-bangku, pohon-pohon peneduh, jalur untuk pedestrian, dan lain-lain.
2.1.2 Pengertian Ruang Publik Menurut Beberapa Tokoh
1. Spreiregen Urban Design: The Architecture of Town and City
Urban Space sebagaiman ruang didalam arsitektur, dapat berdiri sendiri, tidak berhubungan dengan ruang didekatnya, atau
mungkin dihubungkan dengan ruang lain yang dapat dinikmati dengan bergerak dari ruang satu ke ruang lainnya. Urban Space
direncankanan dengan maksud untuk memperlihatkatkan linkage yang menonjolkan sebuah bangunan di dalam ruang,

2.

menunjukan arah sirkulasi utama.


Spreiregen (Dalam Kartika,2006:3).
Rustam Hakim 1987
Bentuk dasar dari ruang terbuka di luar bangunan, dapat digunakan oleh publik, dan memberi kesempatan untuk bermacammacam kegiatan. Contohnya jalan, pedestrian, taman, plaza, makam, lapangan terbang, lapangan olah raga dan lain-lain. Rustam
Hakim (Dalam Kartika,2006:3).

3.

Frederick Gibbert Civic Space,Hard Space

Arsitektur Kota | 2015

Ruang luar yang digunakan oleh penduduk kota sehari-hari, contohnya untuk kegiatan jalan-jalan, melepas lelah, duduk dengan
santai. Bisa juga digunakan untuk kampanye, upacara-upacara resmi tau kadang-kadang tempat perdagangan. Frederick Gibbert
4.

(Dalam Kartika,2006:3).
Ian C Laurie
a. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, seperti hutan, taman, perairan dan sebagainya.
b. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia, misalnya cagar alam (hutan, laut, daerah budaya
c.

5.

dan bersejarah.
Ruang terbuka untuk kesempatan kesejahteraan dan kenyamanan, antara lain untuk melindungi kualitas air tanah, untuk

pengaturan (air, sampah), untuk rekreasi (taman) dan sebagainya.


Ian C Laurie (Dalam Kartika,2006:3).
Roger Trancik Finding Lost Space
Urban space terbagi menjadi dua hard space dan soft space. Hard space adalaha sesuatu secara prinsip yang dibatasi oleh
dinding arsitektural dan biasanya sebagai tempat bersama untuk kegiatan sosial. Sedangkan soft space segala sesuatu yang
didominir oleh lingkungan alam. Pada setting kota, soft space berbentuk taman (park) dan kebun (garden umum serta jalur hijau
greenways) yang dapat memberikan kesempatan untuk berekreasi tertutup pada semua sisi sehingga perhatian kita terpusat pada
ruang pada sesuatu yang ada dan pada suatu jalan penutupan hanya pada dua sisi, tetapi harus cukup untuk mengarahkan
perhatian kita terhadapnya sebagai urban adalah merupakan bentuk dari urban open space yang umumnya menunjukan daerah
hijau seperti bersifat inrormal atau alamiah.
Roger Trancik (Dalam Kartika,2006:3).

2.2 Fungsi Ruang Publik


Ruang publik dapat menciptakan karakter kota, dan pada umumnya memiliki fungsi interaksisosial bagi masyarakat, kegiatan
ekonomi rakyat dan tempat apresiasi budaya. Secara langsung nilai komersial yang ditawarkan tidak begitu menjanjikan bagi investor yang

Arsitektur Kota | 2015

beminat menanamkan modalnya. Karena keberadaan pasar yang sebagian besar terdiri dari masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga
tidak dapat diandalkan untuk pengembalian modalnya.
Fungsi ruang publik dapat diuraikan sebagai berikut:
a.

b.

Sebagai Pusat Interaksi dan Komunikasi


Acara tersebut baik diadakan secara formal (upacara bendera, sholat ied, dan lain-lain) maupun informal (pertemuan individu,
kelompok, demo mahasiswa dan lain-lain).
Sebagai Ruang Terbuka
Yang menampung koridor-koridor jalan menuju kearah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur
kota, sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan

c.
d.
e.

pindah ke arah tujuan lain.


Sebagai Tempat Kegiatan PKL (Pedagang Kaki Lima)
Mereka yang menjajakan aneka makanan dan minuman, bahkan pakaian, souvenir dan jasa entertaimen seperti sulap,tarian, dan
sebagainya terutama pada malam hari.
Sebagai Paru-paru Kota
Penduduk yang semakin padat, sehingga masyarakat banyak yang memanfaatkan sebagai tempat olah raga, bermain, dan santai
bersama keluarga atau sahabat.
2.2.1 Fungsi Ruang Publik Menurut Harvey S. Perloff The Quality Of The Environment: Essays on New Resources in Urban
Age
a.
b.

Menyediakan cahaya da sirkulasi udara ke dalam bangungan terutama pada bangunan tinggi di pusat kota.
Menghadirka kesan perspektif dan vista pad pemandangan kota (urban scene), terutama pada kawasan yang padat di pusat

c.
d.
e.
f.

kota.
Menyediakan area rekreasi dengan bentuk ativitas yang spesifik.
Melindungi fungsi ekologis kawasan.
Memberikan bentu Solid Void kawasan kota.
Sebagai area cadangan bagi penggunaan dimasa mendatang (cadangan area pengembangan).

Arsitektur Kota | 2015

2.2.2 Fungsi Ruang Publik Menurut Rustam Hakim


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Tempat bermain, olah raga.


Tempat bersantai.
Tempat komunikasi sosial.
Tempat peralihan, menunggu.
Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar.
Sebagai saran penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain.
Sebagai pembatas jarak diantara massa bangunan.
Fungsi ekologis.
Contoh:
Pengaturan udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir, pemelihara ekosistem, penguat arsitektur.

Perkembangan perekonomian kota yang semakin meningkat banyak investor yang mengincar ruang-ruang publik kota sebagai
tempat bisnis, karena langsung dinilai beberapa pihak bahwa pemanfaatan ruang-ruang publik kota tersebut tidak banyak
memberikan kontribusi yang berarti, sehingga banyak yang bersikeras untuk merubah funsi ekonomi yang lebih menguntungkan.
Dimasa mendatang pada setiap program yang akan merubah fungsi ruang publik dengan fungsi lain harus melalui proses yang
melibatkan pendapat atau aspirasi masyarakat kota. Sehingga tidak menimbulkan kerawanan sosial yang berdampak pada suasana
kota.

2.3 Ruang Publik Milik Rakyat


Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial-ekonomi-etnik,
tingkat pendidikan, perbedaan umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan. Kriteria ruang publik secara esensial ada tiga
yaitu:
a. Dapat memberi makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual maupun kelompok (meaningful).
b. Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan yang ada pad ruang publik tersebur (responsive).
c. Dapat menerima berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi (democratic).

Arsitektur Kota | 2015

Siapapun tanpa membedakan anak, dewasa, atau orang tua, kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, bos atau bawahan
dapat memanfaatkan ruang publik kota untuk segala macam kegiatan baik individual atau berkelompok. Kebebasan bagi masyarakat untuk
melakukan kegiatan itulah yang kadang-kadang perlu pengendalian, perlu pengaturan fungsi ruang, sirkulasi lalulintas dan parkir kendaraan
bermotor, penempatan pedagang kaki lima dan sebagainya sehingga pengertian democratic tidak diartikan sebagai kebebasan yang
menyimpang dari harapan.
Secara langsung dari segi finansial fungsi ruang publik tidaklah memberi kontribusi besar, akan tetapi dia merupakan salah satu
pendukung kegiatan dalam perancangan kota yang harmonis dipertimbangkan karena secara tidak langsung sangat mendorong
perkembangan kawasan tersebut seperti alun-alun Wonosobo.

2.4 Ruang Publik dalam Konteks Tata Ruang Kota


Pada prinsipnya tujuan tata ruang berdasarkan Undang-undang RI No. 22 Tahun 1992 adalah untuk memanfaatkan ruang kota yang
berwawasan lingkungan, berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional, disamping mengatur pemanfaatan ruang kawasan
lindung dan budidaya. Sehingga akan tercapai pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk:
a. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera.
b. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.
c. Meningkatkan sumberdaya alam dan buatan secara berhasil, tepat, untuk meningkatkan sumberdaya manusia.
d. Mewujudkan perlindungan funsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.
e. Mewujudkan keseimbangan, kepentingan, kesejahteraan, dan keamanan.
Kalau dilihat dari segi hirarki tata ruang kota dibedakan menjadi tiga, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RUTRWN), Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi (RUTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RUTRWK). Kemudian dari substansi Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota yang meliputi:

Pengelolaan kawasan lindung budidaya.


Pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan tertentu.
Sistem kegiatan pembangunan dan sistem pemukiman pedesaan dan perkotaan.
Sistem prasaran transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan dan prasarana pengelolaan lingkungan.
Arsitektur Kota | 2015

Penataan gunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya serta memperhatikan keterpaduandengan sumberdaya manusia dan

sumber daya buatan.


Selanjutnya rencana tersebut akan digunakan untuk:
Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang kota.
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah kota dan antar sektor.
Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah atau masyarakat kota di wilayah tersebut.
Penyusunan rencana rinci tata ruang ditingkat kota.
Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruangbagi kegiatan pembangunan.
Dari uraian diatas perancangan ruang publik secara teknis belum diatur dalam Undang undang Nomor 24 Tahun 1992. Akan tetapi
dalam penyusunan perencanaan rencana rinci yang lebih detail harus mengacu pad rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang sudah ada.
Dengan demikian Peraturan Daerah tentang RUTRK masih perlu ditindak lanjuti dengan rencana-rencana rinci, karena hal-hal yan bersifat
detailseperti ruang publik kota masih belum tersentuh sehingga belum ada landasan hukum yang bisa dipakai untuk mengaturnya.

2.5 Tipologi Ruang Publik


Dari perkembangan sejarah ruang publik kota terdapat pemahan yang lebih luas tentang bentuk variasi dan karakternya. Ruang
publik ini berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan bersama, baik yang bersifat sosial, ekonomi maupun
budaya. Sikap dan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap tipologi ruang publik kota
yang direncanakan. Asesori ruang juga disediakan semakin berkembang, baik kualitas desain, bahan, dan perawatannya. Tipologi ruang
publik ini memiliki banyak variasi yang kadang memiliki pebedaan tipis sehingga seolah-olah memberi pengertian yang tumpang tindih
(overlapping). Menurut Stephen Carr 1992 (Dalam Kartika 2006,8) tipologi ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter sebagai
berikut.
2.5.1

Taman Umum (Public Park)


a. Taman Nasional (National Park)

Arsitektur Kota | 2015

Skala pelayanan taman ini adalah tingkat nasional, lokasinya adalah dipusat kota seperti jakarta yang berpengaruh terhadap
kegiatan nasional.
Contoh:Monas.
b. Taman Pusat Kota (Downtown Park)
Taman ini berada di kawasan pusat kota, berbentuk lapangan hijau yang dikelilingi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan
kota dengan pola tradisional atau dapat pula dengan desain pengembangan baru.
c. Taman Lingkungan (Neighborhood Park)
Ruang terbuka yang dikembangkan di lingkungan perumahan untuk kegiatan umum seperti bermain anak-anak, olah raga
dan bersantai bagi masyarakat disekitarnya (taman kompleks perumahan)
d. Taman Kecil (Mini Park)
Taman kecil yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan, termasuk air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana
taman tersebut, seperti taman di pojok lingkungan/setback bangunan).

2.5.2

Taman Lapangan dan Plasa (Squares and Plazas)


a. Lapangan Pusat Kota (Central Square)
Ruang publik ini sebagai bagian pengembangan sejarah yang beralokasi di pusat kota dan sering digunakan untuk kegiatankegiatan formal seperti upacara peringatan hari nasional.
b. Plasa Pengikat (Corporate Plaza)
Palsa ini merupakan pengikat dari bangunan-bangunan komersial atau perkantoran, berlokasi di pusat kota dan

2.5.3

pengelolaannya dilakukan oleh pemilik kantor atau pemimpin kantor tersebut secara mandiri.
Peringatan (Memorial)
Ruang publik yang digunakan untuk memperingati memori kejadian penting bagi umat manusia atau kalangan masyarakat
tertentu ditingkat lokal atau nasional.

2.5.4

Pasar (Markets)

Arsitektur Kota | 2015

Ruang terbuka atau ruas jalan yang digunakan untuk pasar hasil pertanian atau pasar loak. Biasanya bersifat temporer dan
berlokasi di ruang yang tersedia, seperti jalan, plasa atau lapangan parkir.
2.5.5

Jalan (Streets)
a. Pedestrian Sisi Jalan (Pedestrian Sidewalk)
Bagian ruang publik kota yang banyak dilalui orang yang sedang berjalan kaki menyusuri jalan yang satu yang berhubungan
dengan jalan yang lain.
b. Mal Pedestrian (Pedestrian Mall)
Suatu jalan yang ditutup untuk kendaraan bermotor, dan diperuntukan khusus bagi pejalan kaki. Fasilitas tersebut biasanya
dilengkapi dengan asesori kota seperti pagar, tanaman dan berlokasi dijalan utama pusat kota.
c. Mal Transit (Transit Mall)
Pengembangan pencapaian transit untuk kendaraan umum pada penggal jalan tertentu yang telah dikembangkan sebagai
pedestrian area.
d. Jalur Lambat (Traffic Restricted Streets)
Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka dan diolah dengan desain pedestrian agar lalu lintas kendaraan terpaksa
berjalan lamban, disamping dihiasi dengan tanaman sepanjang jalan tersebut.
e. Gang Kecil Kota (Twolf Trail)
Gang kecil ini merupakan bagian dari jaringan jalan yang menghubungkan ke berbagai elemen kota satu dengan lainnya
yang sangat kompak dan terintegrasi. Ruang publik ini direncanakan dan dikemas untuk mengenal lingkungan.

2.5.6 Tempat Bermain (Playground)


a. Tempat Bermain (Palyground)
Ruang publik ini berlokasi di lingkungan perumahan, dilengkapi peralatan tradisional seperti papan luncur, bandulan, dan
fasilitas tempat duduk untuk dewasa, disamping dilengkapi dengan alat permainan untuk kegiatan petualangan.
b. Halaman Sekolah (Schoolyard)
Ruang publik halaman sekolah yang dilengkapi fasilitas untuk pendidikan lingkungan atau ruang untuk melakukan
komunikasi.

Arsitektur Kota | 2015

10

2.5.7

Ruang Komunitas (Comunity Open Space)


Taman masyarakat (Community Garden), adalah ruang-ruang kosong di lingkungan perumahan yang didesain dan
dikembangkan serta dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Ruang ini dilengkapi dengan faslilitas penataan taman termasuk

2.5.8
2.5.9

gardu pemandangan, area bermain, tempat duduk dan faslilitas estetis lain.
Jalan hijau dan jalan Taman ( Greenways and Parkways)
Merupakan jalan pedestrian yang menghubungkan antar tempat rekreasi dan ruang terbuka.
Atrium/Pasar Dalam Ruang (Atrium/Indoor Market Place)
a. Atrium
Ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai atrium, berperan sebagai pengikat ruang-ruang disekitarnya yang
sering digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan pedestrian area. Pengelolaan ditangani oleh pemilik gedung tau
pengembang (Investor).
b. Pusat Perbelanjaan di Pusat Kota (Market Place/Downtown Shoping Center)
Biasanya memanfaatkan bangunan tua yang kemudian direhabilitasi ruang luar atau ruang dalamnya sebagai ruang
komersial, kadang juga dipakai untuk festival pasar dan dikelola sendiri oleh pemilik gedung tersebut.

2.5.10

Ruang di Lingkungan Rumah (Found/Neighborhood Space)


Ruang terbuka yang mudah dicapai dari rumah, seperti sisa kapling di sudut jalan atau tanah kosong yang belum
dimanfaatkan dapat dipakai sebagai tempat bermain bagi anak-anak atau tempat komunikasi bagi orang dewasa atau orang tua.

2.5.11

Waterfont
Ruang ini bisa berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, danau, atau dermaga. Ruang terbuka ini berada disepanjang rute
aliran air di dalam kota yang dikembangkan sebagai taman untuk waterfront.

Arsitektur Kota | 2015

11

2.6 Kebutuhan Open Urban Space


Adanya fungsi ruang terbuka ini disebabkan kebutuhan para warga kota. Kebutuhan warga kot pada ruang terbuka kota ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang menunjang segala aktivitas warga kotaseperti contoh dibawah ini:
a. Kebutuhan cahaya matahari dan sirkulasi udara
Kota yang padat dengan bangunan yang tinggi menjulang merupaka ciri wajah kota yang modern. Bangunan yang tinggi
cenderung lebih dominan menerima cahaya matahari dan sirkulasi udara. Sedangkan bangunan yang lebih rendah cahaya matahari
maupun sirkulasi udara masih kurang baik. Hal tersebut merupakan adanya konflik diantara para warga kota. Oleh karena itu untuk
menjebatani konflik antara para warga diperlukan ruang terbuka kota. Adanya ruang terbuka kota ini memungkinkan semua bangunan
yang memerlukan cahaya matahari dan sirkulasi udara akan sama-sam mendapatkannya.
Contoh: Ruang terbuka yang luas dikelilingi oleh
bangunan pencakar langit, masing-masing
bangunan mendapatkan cahaya matahari
dan sirkulasi udara

Gambar 2.1: Central Park, New York City


Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2013

b.

Kebutuhan kesan perspektif dan vista pada pemandangan kota


Kebutuhan terhadap kesan perspektif dan vista ini diperlukan terutama di kawasan padat di pusat kota dan menikmati bangunan
arsitektur yang mempunyai nilai arsitektur. Tinggi yang dikonversikan manusia dalam memandang wajah kota memerlukan jarak
pandang, sehingga dapat menikmati pemandangan kota tersebut.
Contoh: Bangunan ini berdampingan dengan bangunan yang
dikonservasikan Ruang Terbuka Kota sebagai tempat
untuk berpijak dalam memandang pemandangan kota.
Arsitektur Kota | 2015

12

Gambar 2.2: John Hancock Tower, Boston


,Massachusetts

c.

Kebutuhan rekreasi dan komunikasi sosial


Pusat kota merupakan akumulasi berbagai kegiatan, tampak sibuk ketika pada hari-hari kerja. Kesibukan para pekerja ini perlu
tempat rekreasi ketika waktu istirahat maupun pada hari-hari libur. Rekreasi dapat memulihkan keletihan mental atau beban pikiran
selama bekerja. Manfaat rekreasi juga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Tempat rekreasi merupakan tempat berkumpulnya para
warga kota, sehingga bertemunya para warga kota ini terjadi komunikasi sosial.

Contoh: Area berkumpulnya warga kota untuk berekreasi dan komunikasi sosial.

Gambar 2.3: Rockefeller Plaza, New York City


Sumber: Data Sekunder peneliti, 2013

Arsitektur Kota | 2015

13

d.

Kebutuhan keseimbangan ekosistem (Fungsi ekologi)


Lahan kota yang terbatas cenderung ditutupi oleh bangunan atau perkerasan. Di daerah komersial yang mempunyai nilai tanah
tinggi dalam penggunaan tanahnya menekan faktor efesiensi, sehingga tidak ada tanah tersisa. Kemudian timbul permasalahan, yaitu
resapan air hujan semakin langka, maka timbul banjir dan tumbuh-tumbuhan berkurang, sehingga polusi udara meningkat. Akibatnya
keseimbangan kota membutuhkan ruang terbuka yang dapat menyerap air hujan dan ditumbuhi oleh tanaman yang rindang.
Contoh: Ruang terbuka kota dengan tanaman yang rindang dan padang rumput merupakan pengendali ketidakstabilan ekosistem.

Gambar 2.4: Central Park, New York City


Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2013

e.

Kebutuhan penghubung suatu tempat dengan tempat yang lain

Arsitektur Kota | 2015

14

Kebutuhan

manusia

dalam

menjalankan

kehidupannya

melakukan

pergerakan, baik pergerakan dirinya maupun pergerakan menggunakan

mesin

(motor,mobil dan lain-lain). Dalam melakukan pergerakan ini manusia

memerlukan

sarana berupa ruang terbuka,

seperti

umum, pedestrian, dan lain


Contoh:

sebagainya.

jalan

Gambar 2.5 A walk down Las Ramblas, Barcelona


Sumber: Data Sekunder Peneliti,2013

2.7 Bentuk Ruang Terbuka


Penafsiran tentang bentuk ruang terbuka oleh para ahli diterjemahkan kedalam berbagai sudut tinjau, diantara ruang terbuka ditinjau
dari sudut aktifitas dan fungsinya. Beberapa teori bentuk ruang terbuka yang dikemukakan oleh para ahli, menurut Rob Krier dalam
bukunya Urban Space 1979 (Kartika 2006,17), mengklasifikasikan menjadi dua jenis:
a. Berbentuk memanjang, yaitu ruang terbuka umumnya hanya mempunyai batas-batas disisi-sisinya, seperti jalan, sungai, pedestrian dan
lain-lain.
Contoh: New York Streets membentuk dinding sepanjang jalan menimbulkan kesan ruang yang menerus. Ruang terbuka
terdefinisikan oleh bentuk menerus jalan dan elemen-elemen dinding bangunan disepanjang jalan New York Streets.

Arsitektur Kota | 2015

15

Gambar 2.6: A New York Streets


Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2013

b.

Berbentuk cluster, yaitu ruang terbuka ini mempunyai batas-batas disekelilingnya, seperti plasa,

square, lapangan, bundaran dan lain-lain. Ruang terbuka dengan bentuk cluster ini, membentuk kantong-kantong yang berfungsi
sebagai ruang-ruang akumulasi aktifitas kegiatan masyarakat kota.
Contoh: Campidoglio, Roma: Dirancang oleh Michelangelo Buonarotti, tahun 1544. Hal ini menunjukan pemikiran estetika
berkembang pesat pada zaman itu melalui pemikiran tipuan mata untuk kesan perspektif. Bentuk cluster terjadi dari open
space yang terjadi dari dinding bangunan yang melingkupinya.

Arsitektur Kota | 2015

16

Gambar 2.7: Campidoglio, Roma


Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2013

BAB III
TINJAUAN LOKASI KAWASAN JL. KARTINI - JL. BETENGSARI YANG BERPOTENSI
SEBAGAI PUSAT KULINER
KABUPATEN WONOSOBO
3.1 Ruang Publik
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu bagian dari Propinsi Jawa Tengah yang terletak di lereng beberapa gunung dan
pegunungan. Wilayah Wonosobo terletak di lereng Gunung Sindoro, Sumbing, Prahu, Bismo, dan di lereng pegunungan Telomoyo,
Tampomas, serta Songgoriti. Sedang posisi Wonosobo sendiri berada antara 7 11 dan 7 04 Lintang Selatan, 109 43 dan 110 04 Bujur
Timur. Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah dan 520 Km dari ibu kota negara (Jakarta) dengan
ketinggian berkisar antara 270 meter sampai dengan 2.250 meter di atas permukaan

laut. Luas wilayah

Kabupaten Wonosobo adalah 984,68 Km persegi Kota Wonosobo yang terletak pada

ketinggian 700 meter

dari permukaan laut.


Arsitektur Kota | 2015

17

Gambar 3.1: Peta Letak Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

Gambar 3.2: Peta Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2015

Sumber: Data Sekunder Peneliti, 2015

3.2 Latar Belakang


Kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari yang masih belum terlihat jelas akan ciri khasnya, karena Jl. Betengsari merupakan jalan
alternative dari Jl. Bismo ke Jl. Pemuda , sedikit terlihat kemungkinan akan lebih pesat perkembangannya. Sebagai kawasan pusat kota.
Permasalahan tata ruang khususnya ruang terbuka kota tidak dapat dipisahkan dengan kawasan sekitarnya yang juga mendukung potensi
Jalan Jl. Betengsari sebagai pusat kuliner kota. Kawasan pendukung jalan Jl. Betengsari yaitu Jl. Kartini dan kawasan public space alun-alun
wonosobo.
Jalur pedestrian ways pada kawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari mempunyai ukuran 1,3 meter, cukup sebagai area pejalan
kaki. Jalur pedestrian ways ini menghubungkan antara jalan Bismo dan Jalan pemuda (barat alun-alun). Jl. Kartini - Jl. Betengsari juga
berada dekat dengan Alun-alun wonosobo sebagai tempat berkumpulnya masyarakat wonosobo untuk berinteraksi social (public space).
Ramainya alun-alun membuat munculnya pedagang kaki lima di sekitar Jl. Kartini yang mengakibatkan kurang indahnya kawasan alun-alun
wonosobo. Pusat kuliner di kawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari sangat mendukung pengembangan kawasan pemerintahan Kabupaten
Wonosobo.
3.3 TINJAUAN LOKASI KAWASAN Jl. Kartini - Jl. Betengsari KABUPATEN WONOSOBO

Arsitektur Kota | 2015

18

Kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari merupakan tempat terbuka yang ada di Kabupaten Wonosobo, yang memiliki potensi cukup
besar tidak hanya tempat pemerintahan, kegiatan belajar, sarana olah raga dan pedestrian yang digunakan PKL. Kawasan Jl. Kartini - Jl.
Betengsari Kabupaten Wonosobo ini memiliki tempat yang strategis karena terletak di pusat kota. Namun dengan kondisi Jl. Betengsari
sebagai jalan alternatif sehingga intensitas kendaraan yang melalui jalan tersebut sedikit maka perlu diadakan penataan ulang dan di Jl.
Kartini ada PKL dan parkir kendaraan yang semrawut.
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Bank Jawa Tengah


Allure Foodcort
TELKOM
Bank BRI
Gereja
Alun-alun Wonosobo
Taman Kartini
Taman Tugu
Kantor KUA Wonosobo
Pemadam Kebakaran
KPPT Wonosobo
SMP 1 Wonosobo
Rumah Warga
Rumah Dinas

Gambar 3.3: Peta Letak Jalan. Kartini - Jalan Betengsari,bupaten


Wonosobo, Jawa Tengah
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Elemen hard space tersebut juga sangat


berpotensi mendukung kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari sebagai Pusat Jajanan Kuliner pada sore - malam hari. Uraian diatas merupakan
gambaran umum dari sebagian potensi yang ada di kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari. Lebih jelasnya, akan diuraikan dan dianalisa secara
singkat menurut teori-teori, tipologi, bentuk/kota pola dari urban planning yang ada dan dibandingkan dengan negara-negara maju yang
telah memanfaatkan jalan sebagai Pusat Kuliner kota yang nyaman.

Arsitektur Kota | 2015

19

3.4 Menurut Fungsi Sebagai Pusat Kuliner Kota


Wisata Kuliner mempunyai fungsi dan kebutuhan sebagai berikut:
3.4.1 Sebagai penyedia akan kebutuhan cahaya dan sirkulasi udara kedalam bangunan terutama pada bangunan tinggi di
pusat kota.
Kawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari Kabupaten Wonosobo merupakan area dengan bangunan-bangunan,
pendidikan ,kantor pemerintahan dan taman. Terdapat Tvtron di pertigaan Jl. Kartini (persimpangan Jl. A. Yani dan Jl. Kartini).
Ketinggian bangunan rata-rata rendah dan di dukung oleh tanaman yang rindang di sepanjang jalan, sehingga bangunan bisa
menerima cahaya matahari dan sirkulasi udara secara baik. Dengan begitu area pejalan kaki merasa nyaman.

3.4.2

Gambar 3.4: Koridor Jalan Betengsari, wonosobo

Gambar 3.5: Koridor Jalan Betengsari, Wonosobo

Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Kebutuhan kesan perspektif dan vista pada pemandangan kota


Arsitektur Kota | 2015

20

Kebutuhan terhadap kesan perspektif dan vista diperlukan terutama di kawasan padat seperti Jalan Kartini sampai
Betengsari untuk menikmati suasana kota yang asri dengan ruang public yang tersedia. Dalam hal ini yaitu kawasan Jalan kartini
sampai jalan Betengsari.

Gambar 3.6: Perempatan Jl. Kartini Betengsari, Wonosobo.


Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Gambar 3.9: PKL & Parkir di Jl. Kartini


Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

3.4.3

Gambar 3.7: Perempatan Jl. Kartini Betengsari, Wonosobo.


Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Gambar 3.10: View Taman Kartini dari


alun-alun tertutup PKL & Parkir.
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Gambar 3.8: PKL di pedestrian Jl.


Kartini
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Gambar 3.11: Landmark Wonosobo asri


Dari alun-alun tertutup PKL
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Kebutuhan rekreasi dan komunikasi sosial (Ruang Publik)


Kawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari sebagai bagian pusat kota merupakan akumulasi dari berbagai kegiatan, tampak sibuk
ketika hari-hari kerja. Kesibukan kerja memerlukan tempat rekreasi yang tidak jauh dari tempat kerja. Dengan menertibkan
keberadaan PKL di kawasan Jl. Kartini - Jl. Betengsari, memberinya Public space yang tertata rapi dan nyaman sesuai pada
fungsinya. Alun-alun, Taman Kartini sebagai tempat rekreasi dan berkumpul para warga kota sehingga terjadi komunikasi sosial.

Arsitektur Kota | 2015

21

Gambar 3.12: TV Tron di Jl. Kertini,


Wonosobo

Gambar 3.13: Public Space Alun-alun,


Wonosobo

Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Sumber: www.google.com, 2015

Gambar 3.15: Allure Foodcourt & Futsal


Wonosobo
Sumber: Data Primer Peneliti, 2013

3.4.4

Gambar 3.14: Taman Kartini di Jl.


Betengsari, Wonosobo
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Gambar 3.16: Taman Kartini,


Wonosobo
Sumber: www.google.com, 2015

Kebutuhan
keseimbangan ekosistem (fungsi ekologis)
Menambah atau membuat Ruang Terbuka Hijau kota seperti taman-taman di kawasan sekitar Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari

akan membantu memulihkan keseimbangan alam di pusat kota karena adanya polusi udara. Kondisi saat ini vegetasi di Jalan Jl.
Kartini - Jl. Betengsari sudah mencukupi untuk menaungi para pejalan kaki/penikmat public space. Saluran kota sudah terkendali.

Gambar 3.17: pohon di jalan Wonosobo


Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

3.4.5
penghubung

Gambar 3.18: Vegetasi di Alun-alun,


Wonosobo
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Kebutuhan

Jalan

suatu tempat dengan

tempat lain

Arsitektur Kota | 2015

22

Jl. Kartini merupakan jalan utama di kota wonosobo, sedangkan untuk Jl. Betengsari merupakan jalan alternative yang tidak
begitu sibuk.

3.5 Tabel Analisa Menurut

Gambar 3.19: Perempatan Jl.


Betengsari, Jl. Kartini & Jl. Pemuda,
Wonosobo

Gambar 3.20: Jalan Kampung di Jl.


Betengsari, Wonosobo
Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Sumber: Data Primer Peneliti, 2015

Kota
NO
1.

Kriteria Tipologi
Taman Umum

Tipologi

Ruang

Publik

Potensial Baik
Ya
Tidak

Elemen yang Berpotensi


Dikawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari terdapat taman

kartini & Alun-alun.


2.

Lapangan

Lapangan Futsal Allure dan public space


Alun-alun sebagai Lapangan di korridor
itu.

3.
4.

Peringatan

Dikawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari tidak terdapat

Pasar

Monumen atau tempat peringatan hari kemerdekaan.


Dikawasan Jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari tidak terdapat pasar

tradisional tetapi terdapat banyak pedagang kaki lima yang


5.

Jalan

menjajakan makanannya di sekitar jalan.


Sudah terdapat pedestrian disisi jalan, namun keberadaanya

Arsitektur Kota | 2015

23

Pedestrian sisi jalan


Gang Jalan

masih dirasa kurang nyaman karena banyak penghalang seperti


PKL. Terdapat jalan gang di Jl. Betengsari yang berpotensi
sebagai tempat singgahnya gerobak PKL.

6.

Tempat Bermain

Taman
Alun-alun
Di jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari terdapat 2 tempat lapang
(Alun-alun, taman kartini) yang luas yang bisa digunakan untuk
7.

Ruang Komunitas

tempat bermain.
Alun-alun dan taman kartini sebagai publik space bisa di

gunakan untuk ruang bagi komunitas-komunitas yang ada di


8.

Jalan Hijau dan Jalan Taman

Wonosobo.
terdapat jalan hijau disepanjang jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari.

9.

Atrium/pasar di dalam ruang

Di jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari Tidak terdapat pasar/shopping

center dan juga tidak adanya tempat yang digunakan untuk pameran
10.

Ruang di Lingkungan Rumah

didalam ruang terbuka.


Tidak terdapat ruang di lingkungan rumah di sepanjang jalan Jl.

Kartini - Jl. Betengsari karena 100 persen dari jalan ini merupakan
11.

Waterfront

kawasan pemerintahan, Jasa, pendidikan, dan publik space.


Dikoridor jalan Jl. Kartini - Jl. Betengsari tidak terdapat waterfront
TOTAL

Arsitektur Kota | 2015

24

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Koridor Jl. Kartini - Jl. Betengsari mendukung untuk orang berjalan kaki untuk menikmati suasana pusat kota yang nyaman
dengan publik space di luar jam kerja dan hari libur. Jl. Kartini merupakan jalan utama yang sibuk pada jam kerja, serta adanya PKL
dan parkir yang tidak teratur di depan taman kartini sehingga membuat pemandangan menjadi kurang nyaman untuk menikmati
suasana taman. sedangkan untuk Jl. Betengsari merupakan jalan alternative yang tidak begitu sibuk dan ada beberapa aktivitas kantor
Pemerintahan pada jam 08.00 Wib 15.00 Wib, Karena alasan tersebut Jalan Jl. Betengsari berpotensi sebagai Pusat Kuliner pada
jam 15.00 Wib sampai 22.00 Wib serta didukung penataan tempat parkir yang ada di depan Gereja Kristen Indonesia dan taman
kartini.

4.2

Saran
Sebagai seorang Mahasiswa Teknik Arsitektur, kita harus tahu dan paham atas segala sesuatunya yang berkaitan dengan Bidang
Arsitektur. Saran saya dalam mempelajari Arsitektur Kota yaitu:
1. Mampu menerapkan dan menyelaraskan suatu bangunan dengan kondisi saat ini.
2. Mampu menerapkan dalam penggunaan bahan-bahan bangunan/material untuk arsitektur modern dipadukan dengan nilai-nilai
3.
4.
5.
6.

lokal.
Mampu mendesain bangunan/ruang public yang berarsitektur modern tanpa menkesampingkan nilai-nilai lokal.
Demi kenyamanan masyarakat atau pengunjung maka di sepanjang Jl. Kartini perlu disediakan tempat Parkir.
Bagi pedagang kaki lima perlu menaati peraturan untuk berdagang pada jam 15.00 Wib 22.00 Wib.
Perlu penambahan penerangan di Jl. Betengsari dan tempat sampah yang cukup serta kebersihan lingkungan yang tetap dijaga.

Daftar Pustaka

Arsitektur Kota | 2015

25

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bappeda Wonosobo
Cooper Hewitt, 1979, The Smithsonian institision National Museum of Design: Urban Open Space, New York, Rizzoli.
Darmawan Edy, 2005, Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibbert Frederick, 1959, Civic Space, Praeger, New York.
Guedes Pedro, 1979, Encyclopedia of Architecture Technology, New York, Mc. Graw-Hill Book Company.
Hakim Rustam, 1987, Unsur perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Jakarta, Bina Aksara.
Harvey S Perloff, 1969, The Quality Of The Environment Essays on New Resources in Urban Age.
Http://it.wikipedia.org/wiki/Campidoglio
Kartika Sri Ratna, 2006, Kawasan Jalan Pandanaran Yang Berpotensi Sebagai City Walk dan Ruang Terbuka Kota, Semarang, Universitas

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Negeri Semarang.
Krier Rob, 1979, Urban Space, New York, Rizzoli International Publication Inc.
Laurie Michael, An Introduction of Towns and Cities.
Mahasiswa ITB, 1991, Teori Perancanngan Urban, Bandung.
Markus Zahnd, 1999, Perancangan Kota Secara Terpadu, Kanisius, Yogyakarta.
Paul Spreiregen D,1979, The Architecture of Town and City, New York, Mc. Graw-Hill Book Company.
Pudjo Koesworo, 2002, Kota, Laboratorium Arsitektur Perkotaan, Semarang.
Http://wonosobocommunity.blogspot.com/2010/03/peta-wonosobo.html
Http://google.com/image

Arsitektur Kota | 2015

26

Anda mungkin juga menyukai