Anda di halaman 1dari 19

Jurnal

SOCIAL & ECONOMIC MAPPING SISI MADURA DAN SISI SURABAYA DALAM
MENDUKUNG TATA RUANG SURAMADU
M.Andri Hakim.A
Abstract
The view of the Madura as the isolated area and low investment attractiveness, to be
turned toward the post-development of Suramadu Bridge. Madura become potential
and suitable for investment area. Therefore, land use on the side of Surabaya and
Madura must be controlled or defined as "high control zone". The development of a
less controlled area, in the long run will cause many problems. This research is aimed
to provide an overview of the socio-economic aspects of cultural aspects of Madura
Island & City of Surabaya is expected to affect the compilation of spatial Suramadu.
This research uses descriptive method with qualitative approaches .The sustainable
aspects that may affect the optimum use of Suramadu Bridge has been identified and
the short term program has also formulated. The seven aspects representing
sustainable development of Suramadu Bridge among other the spatial planning status,
access & transportation, migration of population, impact of new technology ,production
& market, Socio culture, public services, administration & institutional.
It is recommended that this research finding could be the important input of Social and
Economic factor for the preparation of BPPWS Master Plan & Suramadu Spacial
Planning.
Keywords : Suramadu Bridge, Sustainable Development, Spatial Plannin, Social
Economic Mapping
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pandangan tentang Pulau Madura sebagai kawasan yang relatif tertinggal dan
mempunyai daya tarik investasi yang rendah dibandingkan kab/kota lain di sekitar Kota
Surabaya, menjadi berbalik arah ketika Jembatan Suramadu diresmikan. Madura
menjadi sangat potensial dan cocok dijadikan daerah investasi yang menjanjikan.
Begitu juga Kota Surabaya yang sudah terlalu padat dengan berbagai aktivitas maka
dengan pasca operasionalisasi jembatan Suramadu, aktivitas sosial ekonomi dapat
dialihkan ke wilayah Madura.
Oleh karena itu, peruntukan lahan perlu dikendalikan secara ketat atau
ditetapkan sebagai high control zone, kondisi tersebut diupayakan melalui
penataan disekitar area kaki jembatan Suramadu agar tidak terjadi adanya squater.
Rencana pengembangan kawasan industri, fair ground, dan permukiman bagi
karyawan industri serta pelabuhan (peti kemas) harus diikuti dengan pengembangan
soft management. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat
yang berorientasi pada aspek sosial dan ekonomi adalah salah satu Soft management
yang perlu dikembangkan. Selain itu, pengembangan kawasan, tentunya tidak hanya
terpusat disekitar jembatan Suramadu saja, tetapi harus terintegrasi dengan
pengembangan wilayah lainnya di Pulau Madura.
Soft Management tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat
lokal tidak hanya sebagai penonton saja, tetapi benar benar menerima manfaat
pembangunan. Oleh karenanya, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
kebijakan sosial ekonomi kepada para pihak berkepentingan misalnya terhadap

Halaman 1

Jurnal

penyesuaian RTRW dan penyusunan Master Plan prasarana dan sarana kawasan
Suramadu.
Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran aspek sosial dan ekonomi sisi Madura dan Surabaya
dalam mendukung tata ruang Suramadu untuk kesejahteraan masyarakat
Tujuan
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran tentang aspek aspek
sosial ekonomi Pulau Madura & Kota Surabaya yang diperkirakan dapat mendukung
penyusunan tata ruang Suramadu
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metoda deskriptif hasil identifikasi,
kategorisasi, interpretasi, dan penarikan kesimpulan 1 . Adapun data untuk analisis
dikumpulkan melalui 1) Studi Pustaka/Literatur; 2) Indepth Interview (Wawancara
Mendalam); 3) Pengamatan (Observation) ; 4) Focus Group Discussion (FGD. Lokus
pengambilan data pada penelitian ini adalah :
Sisi Madura yaitu kabupaten Bangkalan, Sampang , Pamekasan dan Sumenep
Sisi Surabaya yaitu Kota Surabaya, difokuskan pada kecamatan Bulak dan
Kenjeran
Kajian Pustaka
Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan melalui keterkaitan yang tepat
antara alam, aspek sosio-ekonomis dan kultur (budaya). Sustainable development
bukanlah suatu harmoni yang tetap dan statis, namun merupakan suatu proses
perubahan dimana, eksploitasi sumber alam, arah investasi, orientasi perkembangan
teknologi, perubahan kelembagaan konsisten dengan kebutuhan pada saat ini dan
masa datang. Demikian pula perkembangan penduduk perlu diperhatikan dalam
mencapai keberlanjutan pembangunan, dan karenanya jumlah dan perkembangan
penduduk haruslah dalam kesimbangan dengan perubahan produksi ekosistem2.
Adapun, aspek aspek yang perlu dikaji meliputi 7 (tujuh) aspek pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek aspek (i) fisik khusunya akses dan transportasi, (ii) Ekonomi,
khususnya produksi dan pemasaran, (iii) penduduk, khusunya migrasi dan
keterkaitannya, (iv) teknologi dan dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat, (v)
Sosial budaya, (vi) pelayanan sosial. Jasa / publik, dan (vii) Administrasi, Politik, dan
Kelembagaan3
Pola Keterkaitan faktor internal dan eksternal
Dalam pembangunan jembatan Suramadu hendaknya tidak hanya diarahkan
untuk kepentingan negara dalam mengembangkan devisa dan pengembangan industri
1

Neuman, W.Lawrence, 2000

Djajadiningrat dalam Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan

Luthfi Mutaali, Materi Workshop Optimalisasi Pemanfaatan Jembatan Suramadu, Hotel Elmi,
Surabaya, 19 Oktober 2009

Halaman 2

Jurnal

berbasis teknologi tinggi (hightech industries), namun juga perlu mencari keterkaitan
dengan perekonomian rakyat lokal, untuk dapat melibatkan peran serta masyarakat
lokal secara optimal.
Oleh karena itu perlu dicari pola-pola keterkaitan antara faktor internal
(domestic/local entity) dan eksternal (national/macro entity) untuk mencegah terjadinya
friksi kepentingan diantara kedua faktor tersebut. Pertumbuhan wilayah akan dimulai
dari titik-titik tertentu dimana terdapat industri pendorong (propulsive industries)
dengan intensitas tinggi sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth), yang akan
menyebarkan pertumbuhan ke wilayah sekitarnya melalui mekanisme spread effect
atau trickle down effect. Keterkaitan (linkages), baik keterkaitan kedepan (forward
linkages) maupun ke belakang (backward linkages).
HASIL & PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Kajian Sisi Surabaya
Surabaya merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah
Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya
Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder, dan
tersier df kota ini sangat mendukung untuk semakin memperkokoh sebutan Surabaya
sebagai kota perdagangan dan ekonomi. Surabaya merupakan kota multi etnis yang
kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab,
dan Eropa.
Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali,
Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme
budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat
Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Mayoritas masyarakat
bekerja sebagai pegawai dan pedagang. Di pusat kota banyak dijumpai pusat
perdagangan dan perkantoran4.
Kecamatan Kenjeran dan Bulak merupakan kecamatan di wilayah Surabaya Utara
yang termasuk dalam Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS). Kecamatan
Kenjeran memiliki kepadatan penduduk yang relatif sangat tinggi dibandingkan dengan
Kecamatan Bulak (Lihat Tabel 1). Kecamatan Bulak memiliki banyak potensi sosial
ekonomi, seperti THP Kenjeran, Kenjeran Baru, Sentra Kerajinan, Sentra penjualan
hasil laut, dan potensi wisata lain yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dalam
konteks pengembangan wilayah, potensi sosial, ekonomi yang ada di Kecamatan
Kenjeran dan Bulak harus dimanfaatkan sebagai esensi pengembangan wilayah.
Tabel 1. Profil Kecamatan Kenjeran dan Bulak (2007)
No

Uraian

Kenjeran

Bulak

1
2
3

Luas Wilayah (Km2)


7,72
5,62
Penduduk (jiwa)
122.612
15.377
Jumlah Kelurahan
4
5
Kepadatan Penduduk
4
15.882
2.745
rata rata (Jiwa/Km)
Sumber : diolah dari Kecamatan Dalam Angka 2007

http://www.surabaya.go.id

Halaman 3

Jurnal

Gambaran Umum Wilayah Kajian Sisi Madura


Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur. Tanah di
Madura kurang subur sebagai lahan pertanian. Adanya keterbatasan tersebut telah
mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan serta emigrasi jangka panjang. Sampai
saat ini, banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura, dan penduduk
Madura termasuk peserta program transmigrasi terbanyak.
Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) dengan Jagung dan
singkong sebagai tanaman budi daya utama tersebar di banyak lahan kecil. Tanaman
budi daya yang paling komersial di Madura adalah tembakau. Tanah di pulau Madura
membantu menjadikan sebagai produsen penting tembakau bagi industri kretek
domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan
pengekspor utama garam. Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu: Bangkalan,
Sampang , Pamekasan dan Sumenep (Tabel-1)
Tabel 2. Profil Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep (2007)
No

Uraian

1
2
3

Bangkalan

Sampang

Luas Wilayah (Km2)


1.260,16
1.233,30
Penduduk (jiwa)
926.559
810.952
Jumlah Kecamatan
18
14
Kepadatan Penduduk
4
735
657
rata rata (Jiwa/Km)
Sumber : diolah dari Kabupaten Dalam Angka 2007

Pamekasan

Sumenep

792,30
835.101
13

2.093,45
1.003.035
27

1.054

479

Kabupaten Bangkalan menjadi pintu gerbang untuk berbagai kegiatan terutama


lintas barang dan jasa yang menghubungkan Jawa dan Madura. Bangkalan menjadi
bagian wilayah pulau Madura yang masuk dalam pengembangan kota Surabaya. Kota
Bangkalan menjadi kutub pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur yang berperan
penting dalam mendukung perkembangan sektor industri, perdagangan, pertanian,
dan pariwisata. Letaknya yang strategis yaitu berada diujung barat Pulau Madura dan
berseberangan dengan Kota Surabaya, Kota pusat pemerintahan dan bisnis di Jawa
Timur5.
Di Kabupaten Sampang dan Pamekasan terdapat berbagai potensi sumber
daya alam seperti pertanian, perikanan, peternakan, industri, dan pertambangan yang
dapat menunjang sektor perdagangan dan jasa. Penduduknya cenderung
terkonsentrasi pada daerah perkotaan karena daerah tersebut merupakan pusat
aktivitas dan tempat tinggal.
Kabupaten Sumenep yang secara geografis berada diujung Timur Pulau
Madura adalah Wilayah yang unik, karena selain memiliki daratan, juga memiliki 126
pulau. Luas Kabupaten Sumenep adalah 2.093.457573 Km2, terdiri dari luas daratan
1.146,927065 Km2 (54,79%) dan luas kepulauan 946.530508 Km2 (45,21%). Luas
wilayah perairan Kabupaten Sumenep 50.000 Km2 (Hasil Sinkronisasi luas
Kabupaten Sumenep Tahun 2002). Gugus pulau paling utara adalah Pulau Karamian
yang terletak di Kecamatan Masalembu dengan jarak 151 Mil laut dari Pelabuhan
Kalianget, dan pulau yang paling Timur adalah Plilau Sakala dengan jarak 165 MiI
laut dari Pelabuhan Kalianget. Kabupaten Sumenep memiliki potensi alam dan berada
di posisi strategis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena memiliki
keragaman jenis fauna laut dan sumberdaya migas yang cukup besar. Selain itu,
wilayah kabupaten ini secara langsung berhadapan dengan Alur Laut Kepulauan

http://www.bangkalankab.go.id

Halaman 4

Jurnal

Indonesia (ALKI) II, yang dapat dilalui oleh kapal-kapal asing untuk menyeberangi
kepulauan di Indonesia6
Rambu-Rambu Penataan Ruang Wilayah Madura & Kota Surabaya
Beroperasinya Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) membawa dampak
bagi struktur tata ruang pembangunan Jawa Timur. Kini Pulau Madura tidak lagi
terpisah, namun sudah menjadi bagian strategis pembangunan Surabaya Metropolitan.
Oleh karena itu, konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo
(Peraturan Pemerintah-No.26 Tahun 2008) yang menempatkan kota Bangkalan
sebagai salah satu pusat kegiatannya, perlu dikaji ulang dengan mempertimbangkan
potensi kota kota lain di Pulau Madura sebagai pusat kegiatan
Sementara itu, penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan (Undang-Undang No.26 Tahun
2007). Dalam kerangka pengembangan Gerbangkertasusila, jembatan Suramadu
berperan dalam melancarkan arus barang dan jasa, memicu pertumbuhan ekonomi
Madura, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan mendekatkan interaksi budaya Jawa
dengan Madura (Djoko Kirmanto, 2009). Peningkatan kesejahteraan rakyat Madura
adalah tujuan akhir dari pembangunan tersebut.
Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut diperlukan rambu rambu
pembangunan yang dituangkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Rencana tersebut memang belum selesai, namun fungsi fungsi kawasan perkotaan di
Pulau Madura sudah dirumuskan oleh Pemda setempat (Tabel-3).
Tabel 3. Rencana Fungsi Wilayah Suramadu & Pulau Madura
No

Perkotaan/wilayah

SWP Gerbangkertosusila Plus


1

Kota Surabaya

Bangkalan (Bagian SWP


Gerbangkertosusilo Plus)

3
4

Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Sampang

5
Kabupaten Sumenep

Rencana fungsi wilayah


Kawasan Pertanian tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan,
kesehatan, pariwisata, transportasi, industri
Pusat Pelayanan, perdagangan, jasa, industri,
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi,
prasarana wisata
Industri, pertanian, perikanan, peternakan,
perdagangan, jasa, dan pariwisata, kesehatan
Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, perikanan,
Pendidikan, kesehatan dan pariwisata.
Pusat pemerintahan, perdagangan ,pendidikan,
kesehatan, pertanian, perikanan dan penggaraman
Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan,
pendidikan, kesehatan dan pariwisata

Sumber : Bappeda Prop. Jatim 2008


Pembagian wilayah menjadi beberapa bagian wilayah kota/kabupaten (BWK)
dengan fungsi fungsi yang berbeda dimaksudkan untuk memudahkan pengisian dan
pemanfaatan ruang ruang wilayah didalamnya. Artinya, jenis maupun besaran
infrastruktur yang perlu dibangun, dapat dirancang berdasarkan penetapan fungsi
fungsi ruang yang ditetapkan. Penetapan ukuran atau besaran infrastuktur
mempertimbangkan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya produksi yang
6

http://www.sumenep.go.id

Halaman 5

Jurnal

perlu didistribusikan didalam maupun keluar Pulau Madura. Eksplorasi sumberdaya


produksi yang berlebihan sehingga melampaui daya dukung lingkungannya, akan
menimbulkan kerusakan lingkungan yang berujung pada bencana dan kesengsaraan.
Pengembangan wilayah yang terlalu luas beserta penyediaan infrastruktur yang
berlebihan, sehingga melampaui daya tampung lingkungan, juga akan merusak
lingkungan dan berujung pada bencana serta kesengsaraan.
Aspek Fisik (Akses dan Transportasi)
Semakin mudahnya akses dan transportasi ke Pulau Madura akan meningkatkan
investasi pengusaha besar dan investor asing, karena Investasi di Madura relatif sama,
bahkan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan Surabaya. Harga tanah di Madura
masih relatif lebih murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan
kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan,
Sidoarjo maupun Mojokerto. Untuk itu dukungan infrastruktur yang tepat ukuran sangat
dibutuhkan untuk pengembangan Madura ke depan. Atas dasar hal tersebut,
perubahan perubahan strategis yang perlu dirancang secara seksama adalah sebagai
berikut:
a.

Peningkatan Jaringan Jalan Nasional, Propinsi dan Kabupaten.


Jaringan jalan yang ada di Madura dibedakan atas Jalan Nasional, Jalan
Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Poros Desa, dan Jalan Desa. Kualitas jalan ini
perlu ditingkatkan seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi, pasca
pembangunan Jembatan Suramadu. Untuk Kecamatan Bulak, akses jalan
menuju THP Kenjeran, Kenjeran Baru, Sentra Kerajinan, Sentra penjualan hasil
laut perlu dilakukan pelebaran jalan.

b.

Realisasi Pelabuhan peti kemas.


Dengan telah direncanakannya pelabuhan Tanjung Bumi di Kabupaten
Bangkalan, serta Pelabuhan Pasean di Kabupaten Pamekasan, maka
diharapkan wilayah utara pulau Madura dapat mengalami percepatan
pertumbuhan pasca dioperasionalkan jembatan Suramdu. Pelabuhan Tanjung
Bumi by nature memiliki karakteristik alami dan cocok dijadikan pelabuhan,
karena pada keadaan air surut kedalamannya masih mencapai 20 meter.
Dengan kedalaman seperti itu, Tanjung Bumi dapat dilabuhi kapal supertanker
berukuran raksasa.
Berdasarkan hasil FGD dengan Kepala BBWS tentang realisasi pelabuhan peti
Kemas di pelabuhan Tanjung Bumi, maka alokasi lahan KKJS yang semula untuk
sisi Surabaya seluas 600 Ha, maka mengingat padatnya penduduk di Kecamatan
Kenjeran, alokasi lahan KKJS di sisi Surabaya cukup 200 Ha saja, sedangkan
sisanya dapat diperuntukkan untuk menambah areal Pelabuhan peti kemas di
sisi utara Madura.

c.

Pembangunan Terminal induk tipe A


Bupati Bangkalan telah menggagas pembangunan terminal (tipe A) di sekitar
jalan akses Suramadu di Dusun Tangkel, Kecamatan Burneh. Adanya terminal
tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah Mobil Penumpang Umum (MPU)
yang melintasi jembatan Suramadu. Keberadaan terminal induk di sekitar jalan
akses Suramadu dapat menjadi solusi penurunan pendapatan jasa peron di
sekitar Kamal, dan peningkatan PAD dari sektor non formal lainnya.

Halaman 6

Jurnal

d.

Revitalisasi Jalan Kereta Api.


Konservasi jalan Kereta Api yang sudal lama tidak dipergunakan, menjadi salah
satu rencana strategis dari kabupaten di Pulau Madura. Hal ini dikarenakan
angkutan kereta api memiliki prospek yang bagus sebagai angkutan massal antar
wilayah, antar potensi ekonomi, maupun antar angkutan barang khususnya jarak
jauh. Selain itu, pengembangan trayek angkutaan umum massal (komuter dan
bus metro) kedepan dapat melayani kebutuhan pertumbuhan ekonomi secara
terpola
dalam
kerangka
pengembangan
kota
metropolitan
GERBANGKERTASUSILA / GERMAKERTOSUSILA/ GERDUKERTOSUSILA
Tabel 5. Kebutuhan Akses dan Transportasi sisi Madura dan sisi Surabaya
No

3
4

Kebutuhan
Akses &
Transportasi
Peningkatan
Jaringan
Jalan

Realisasi
Pelabuhan
Peti Kemas
Terminal
Induk Tipe A
Revitalisasi
Jalan KA

Bangkalan

Sampang

Jalan Lintas
Utara

Jalan Lintas
Utara

Kecamatan
Tanjung
Bumi
Kecamatan
Bangkalan
Revitalisasi

Pamekasan

Jalan Lintas
Utara

Sumenep

Kota
Surabaya

Jalan Lintas
Utara

Kecamatan
Bulak,
Menuju
Pantai
THR

Kecamatan
Pasean

Revitalisasi

Revitalisasi

Revitalisasi

Sumber : Hasil FGD dengan BPPWS, Pemkot Surabaya & Renstra Kabupaten
Aspek Ekonomi (Produksi Dan Pemasaran)
a. Sektor Pertanian & Perkebunan ( Penyangga Industrialisasi di Madura)
Sektor pertanian di kabupaten Sampang, menempati urutan pertama dalam hal
kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 51,75 %, sedangkan
di Kabupaten Bangkalan juga memberikan kontribusi sebesar 32,09%. Demikian
pula halnya dengan di kabupaten Pamekasan dan Sumenep. Ini berarti bahwa
sektor pertanian cukup potensial untuk dikembangkan terutama untuk komoditas
kelapa dan jambu mente, karena terdapat hampir di semua wilayah Madura
(Tabel 3)
Tabel 3. Komoditas Potensial Sektor Pertanian & Perkebunan
Pulau Madura 2007
No
1

Komoditas
Potensial
Tanaman Pangan
(padi, jagung, ubi
kayu, ubi jalar,
kacang
tanah,
kedelai,
kacang
hijau,
sayursayuran,
buahbuahan)
Kelapa

Bangkalan

Sampang

Pamekasan

Sumenep

Kecamatan
Burneh,
Socah,
Blega,
Modung,
Arosbaya
dan
Kwanyar

Semua
Kecamatan

Semua
Kecamatan

Semua
Kecamatan

Semua
Kecamatan

Kecamatan
Omben,
Tambelangan
& Banyuates.

Kecamatan
Pakong,
Palengaan,
Pagantenan,
Pasean

Kecamatan
Batangbatang,

Halaman 7

Jurnal

Kapuk Randu

Kecamatan Galis
dan Tanah Merah

Tembakau

Jambu Mente

Kecamatan
Tanjung
Bumi,
Geger dan Kokop

Cabe Jamu

Kecamatan
Tanjung Bumi dan
Kokop

Kecamatan
Ketapang,
Banyuates,
dan
Sokobanah.
Kecamatan
Sokobanah
Kecamatan
Banyuates,
Robatal,
Karang
Penang,
Ketapang dan
Sokobanah.

Semua
Kecamatan
Kecamatan
Pakong,
Pasean,
Waru

Semua
Kecamatan
Kecamatan
Dasuk

Kecamatan
Larangan,
Kadur, Batu
Marmar

Kecamatan
Gayam, Bluto,
Pragaan

Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten & dari


berbagai Sumber
Di Madura, tanaman tembakau merupakan tanaman idola masyarakat dan petani
Madura. Tanaman tembakau memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan
ditunjang dengan kondisi alam yang relatif kering. Hampir seluruh masyarakat
kabupaten Pamekasan dan Sumenep memprioritaskan tanam tembakau sebagai
mata pencarian utama di musim kemarau maupun daerah kering. Komoditas
tanaman tembakau sebagian besar dipasarkan pada pasar regional, nasional
maupun internasional Khususnya pada pabrik rokok (Gudang garam, Sampurna,
Djarum, dan lain-lain). Untuk tanaman tembakau di Pamekasan, tembakau
Pamekasan memiliki citra rasa tersendiri dan biasanya digunakan sebagai bahan
campuran dari tembakau yang ada di tempat lain. Namun, luas areal tembakau
maupun hasil panennya di kedua kabupaten tersebut mengalami penurunan
selama tiga tahun terakhir (Tabel-4).
Tabel 4. Areal dan Produksi Tembakau di Kabupaten Pamekasan &
Sumenep
No

Kabupaten

1
2

Pamekasan
Sumenep

Luas Areal Tembakau (Ha)


Thn 2004
34.565
21.411

Thn 2007
31.367
19.421

Hasil Produksi/Panen (Ton)


Thn 2004
18.174
13.985

Thn 2007
10.357
11.653

Sumber : Bappeda Pamekasan dan Sampang 2007


Namun, terdapat hal yang cukup unik mengenai tembakau di Madura dan
berpotensi meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap peluang profitnya.
Tembakau Campalok adalah tembakau spesial yang dikenal memiliki aroma
yang khas sehingga harganya yang sangat tinggi. Jika kisaran harga tembakau
biasa harga rata-ratanya Rp. 30 ribu, maka harga tembakau Campalok ini bisa
mencapai Rp. 650 s/d 750 ribu per kilonya. Selain itu, jenis tembakau camplok
hanya tumbuh di daerah perbatasan antara Pamekasan dan Sumenep. Selain
tembakau Campalok, masih ada tiga lagi jenis tembakau yang kualitanya sama
yaitu Salakah, Kepoden, Treburi. Tembakau tembakau tersebut memiliki potensi
untuk dikembangluaskan dan dapat dijadikan ikon pengembangan dan semangat
para petani yang ada di Sumenep maupun Pamekasan. Mempertimbangkan hal
tersebut, maka dalam rangka menjada ketahanan pangan, meningkatkan

Halaman 8

Jurnal

kepercayaan dan kesejahteraan petani tembakau di Pulau Madura, diperlukan


upaya upaya berikut ini:

Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil petanian.


Pertanian tanaman semusim seperti tembakau harus sesuai dengan kondisi
lahan dan karakteristik lahan tersebut serta sistem irigasinya. Hal ini
diperlukan agar kualitas panen, khususnya komoditas unggulan dapat
terjaga.

Menambah luas areal intensifikasi tanaman pangan.


Penurunan luas lahan pertaniaan seharusnya tidak mempengaruhi hasil
panen, apabila diikuti dengan peningkatan areal intensifikasi tanaman
pangan. Peningkatan areal intensifikasi, tentunya perlu diikuti dengan
peningkatan unsur unsur terkait misalnya peningkatan (i) kegiatan balai balai
latihan kerja (BLK), (ii) sekolah sekolah kejuruan, (iii) penyuluhan dan
pelatihan dll.

Pengaturan Pola tanam Pertanian.


Peningkatan fungsi pos-pos informasi pasar, diperlukan untuk meningkatkan
pengaturan ndan pengendalian pola tanam dan mencegak budaya latah
menanam. Saat ini, masyarakat cenderung latah melakukan penanaman
sesuai trend tanaman pertanian saat ini. Petani Sampang dan Sumenep,
yang berlomba lomba menanam tembakau adalah contoh kelatahan tersebut
karena lahannya tidak cocok untuk ditanami tembakau. Hal tersebut berakibat
pada kualitas hasil panen dan berlebihnya produksi sehingga harga jualnya
rendah.

Sentra Pemasaran & Pengembangan Komoditi Potensi.


Sentra-sentra pengembangan kegiatan dari suatu komoditi potensial,
diperlukan untuk menjaga kualitas produksi dan juga memacu perkembangan
wilayah. Sentra sentra tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan sistem pengelolaan yang masih sangat tradisonal dan
meningkatkan efisiensinya.

Peningkatan Modal Petani.


Modal awal diperlukan petani untuk menyiapkan lahan, menyediakan bibit
unggul, membasmi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Modal yang
cukup dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas hasil produksi
meskipun luas lahannya tidak berubah. Peningkatan produksi dan
pendapatan diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani untuk berusaha
dalam memperbaiki sistem budidaya dan pola usaha yang dilakukan.

b.

Sektor Industri Kerajinan & Industri Rumah


Sektor Industri kerajinan dan Industri Rumah (Home Industri) dinilai sebagai
sektor yang berpotensi menambah PDRB baik di sisi Madura maupun di sisi
Surabaya. Industri kerajinan dan rumah tangga tersebut yang tersebar di seluruh
kabupaten Madura & Kota Surabaya. Sentra-sentra industri kerajinan dan industri
rumah ini merupakan cikal bakal pengembangan kegiatan dari suatu komoditi
potensial, oleh karena itu, diperlukan sebuah perencanaan wilayah ke depan
untuk menjaga kualitas produksi dan juga memacu perkembangan wilayah.
Sentra sentra tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk masyarakat baik di sisi Madura maupun di sisi
Surabaya ( Tabel 5)

Halaman 9

Jurnal

Tabel 5. Sentra Industri Kerajinan dan Industri rumah sisi Madura dan
Sisi Surabaya
No

Sentra
Industri
Kerajinan &
Industri
Rumah
Kerajinan
Batik

Industri
Garam
Rakyat

Sentra
Ranjang
Palek
&
Mebel
Kerajinan
Kerang
Petis Ikan

4
5

Industri
Kerupuk

Industri
Genteng

Kerajinan
Topeng

Bangkalan

Kecamatan
Tanjung
Bumi

Sampang

Kecamatan
Sampang,
Jrengkik
Kecamatan
Sampang,
Camplong,
Torjun,
Pangarengan,
Jrengik dan
Sreseh
Kecamatan
Sampang

Kecamatan
kwanyar

Kecamatan
Camplong
Kecamatan
Sampang,
Camplong,
Ketapang

Kecamatan
Kwanyar,
Kamal
Kecamatan
Karang
Penang

Pamekasan

Sumenep

Kecamatan
Propo,
Pagentenan,
Pamekasan
Pademawu,
Galis,

Kecamatan
Bluto

Kota
Surabaya

Kali Anget

Kecamatan
Pamekasan,
Galis,
Larangan

Kecamatan
Galis,
Pademawu,
Tlanakan,
Pasean

Kecamatan
Pasongsong
an,
Ambunten,
Dasuk, Batu
Putih,
Batangbatang,
Dungkek,

Kecamatan
Pamekasan,
Tlanakan,
Kadur
Kecamatan
Palengaan

Kecamatan
Bulak
Kecamatan
Bulak

Kecamatan
Bulak

Kecamatan
Dasuk

Aspek Penduduk
Manfaat langsung dari Jembatan Suramadu adalah meningkatnya kelancaran arus
lalu lintas atau angkutan barang dan orang. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas
berarti menghemat waktu dan biaya. Manfaat selanjutnya adalah merangsang
tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat langsung lainnya yang dapat
diperhitungkan adalah nilai penerimaan dari tarif tol yang diberlakukan. Transportasi
barang dan orang yang semakin meningkat, akan meningkatkan penerimaan dari tarif
tol.
Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder adalah multiplier effect dari
Jembatan Suramadu. Ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh
sekunder (secondary effect), antara lain:
Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang
dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian,
berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan
meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur

Halaman 10

Jurnal

Meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat.

Grafik 1. Volume Penyebrangan Ujung-Kamal Tahun 2004-2009


Volume Penyebrangan Ujung-Kamal Periode 2004-2009
60000

Volume Rata-Rata Per Hari

50000

40000
Penumpang
30000

Roda 2
Roda 4

20000

10000

0
Th.2004

Th.2005

Th.2006

Th.2007

Th.2008

Th.2009

Periode

Sumber : diolah dari PT Indonesia Ferry (Persero Surabaya) & Kompas 17 November
2009
Berdasarkan pada Grafik 1.Volume penyebrangan Ujung-Kamal Tahun 20042009, terlihat sejak Tahun 2004 telah terjadi penurunan penumpang kapal Fery hingga
di resmikannya jembatan Suramadu. Ini berarti bahwa transportasi penyebrangan Fery
tidak meningkatkan mobilitas orang dan barang, sehingga jembatan Suramadu sangat
dibutuhkan untuk menggairahkan mobilitas orang dan barang dari dan ke pulau
Madura.
Di sisi lain, sejak diresmikanny jembatan Suramadu, mobilitas orang dan
barang yang melintasi jembatan Suramadu cukup tinggi (lihat Grafik 2). Rata-Rata
orang yang ke dan dari Pulau Madura terus mengalami peningkatan sejak bulan Juni
2009. Ini mengindikasikan bahwa meningkatnya mobilitas penduduk akan merangsang
naiknya permintaan barang dan jasa di sebuah wilayah. Selanjutnya akan merangsang
meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian,
industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
Grafik 2. Volume pengguna Jembatan Suramadu periode Juni Oktober 2009
Volume Pengguna Jembatan Suramadu
Periode Juni - Oktober 2009
160,000

Volume Rata-Rata Per Hari

140,000
120,000
100,000
Penumpang
80,000

Roda 2
Roda 4

60,000
40,000
20,000
0
Juni'09

Juli'09

Augt'09

Sept'09

Okt'09

Periode

Halaman 11

Jurnal

Sumber : Diolah dari PT Jasa Marga, dengan asumsi 1 Mobil dan Motor ditumpangi
oleh 2 orang

Aspek Teknologi
Kebutuhan air di Madura kedepan, merupakan hal yang sangat penting untuk
diantisipasi mulai dari sekarang. Hal ini dikarenakan Madura direncanakan menjadi
daerah industri sehingga membutuhkan pasokan air bersih yang besar. Kebutuhan air
baku seluruh Madura diperkirakan mencapai 10.000 ltr/dtk, dan setengahnya untuk
industri sedangkan sisanya untuk kebutuhan air masyarakat. Sementara itu,
karakteristik Pulau Madura, khusunya KKJS adalah sebagai berikut:

hanya sedikit sungai-sungai di Madura yang dialiri air sepanjang tahun

Lokasi KKJS jauh dari sungai

KKJS suhunya sangat panas, dan jauh dari sumber air serta tanahnya
gersang sehinggahanya sedikit tanaman yang dibudidayakan

Potensi air tanah dalam termasuk kecil. Dari 7 sumur P2AT di daerah
irigasi Bangkalan, hanya 4 yang berfungsi, karena selain debitnya kecil,
banyak yang rusak akibat pemeliharaan yang minim dan pengrusakan
oleh warga

Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan sentuhan teknologi seperti pemanfaatan


air laut untuk air baku air industri, menjadi alternatif yang perlu dipertimbangkan.
Kelangsungan penyediaan air baku, menjadi pertimbangan utama pemilihan sistem.
Biaya investasi dan O&P menjadi pertimbangan kedua. Diperlukan studi kelayakan
untuk keperluan ini.
Aspek Sosial Budaya
a. Dualisme Sosio Kultural Masyarakat .
Dalam merencanakan pemanfaatan ruang (KKJS) sebaiknya perlu melihat sosio
kultural masyarakat. Pembangunan Jembatan Suramadu bukan saja
menghubungkan kedua pulau Jawa dan Madura, namun juga menghubungkan dua
kultur masyarakat. Kultur masyarakat di sisi Madura ternyata sangat berbeda
dengan kultur masyarakat di sisi Surabaya (Tabel 4). Perbedaan Sosio Kultural
tersebut sangat berpengaruh terhadap karakteristik ruang sosial baik di sisi Madura
maupun di sisi Surabaya, oleh karenanya hal ini perlu dipertimbangkan dalam
menyusun pemanfaatan ruang spasial baik di sisi Madura maupun di sisi Surabaya
Tabel 4. Dualisme Sosio Kultural Masyarakat Surabaya dan Madura
No

Masyarakat Madura

Masyarakat Surabaya

Dominasi
ethnic
Madura homogen

Dominasi ethnic Jawa


heterogen

Dominasi ethnic Jawa


heterogen

Memiliki
perekonomian
baik

Pola hidup pedesaan,


pertanian & Nelayan

Pola hidup perkotaan,


Buruh & nelayan

akses
lebih

Halaman 12

Jurnal

Keterdidikan
lemah

Lebih memegang teguh


nilai-nilai tradisionil

Lebih terbuka terhadap


budaya baru

Peran
pemuka
masyarakat
sebagai
panutan lebih kental
(paternalistik)

Peran
pemuka
masyarakat sudah tidak
terlalu dominan

masih

Keterdidikan
tinggi

lebih

b. Pengembangan Obyek Wisata di sisi Madura dan Surabaya


Hingga saat ini, obyek-obyek wisata di Pulau Madura & Kota Surabaya belum
dikembangkan secara maksimal karena obyek wisata belum termasuk skala
prioritas. Pariwisata di Madura, terbagi atas wisata alam, dan wisata buatan
serta wisata sejarah dan budaya. Ada kesan obyek wisata di Kabupaten
Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep dikelola apa adanya.
Pengembangan pariwisata yang belum maksimal tersebut antara lain disebabkan
hal hal sebagai berikut:
Persepsi masyarakat tentang kedekatan industri pariwisata dengan
kemaksiatan masih belum terhapus, sehingga belum mendapat cukup
dukungan dari tokoh masyarakat. Akibatnya, pariwisata terkesan berjalan
sendiri tanpa panduan. Objek wisata Api tak Kunjung Padam di daerah
Pamekasan yang hanya dimanfaatkan untuk membakar jagung, adalah
contoh konkrit kurangnya perhatian terhadap objek wisata.
Infrastruktur jalan nasional, propinsi dan kabupaten belum mendukung sektor
pariwisata. Akses jalan terutama ke pantai utara di kabupaten Pamekasan
dan Sampang belum memadai. Sebagai contoh pantai Camplong, pantai
Nipah, air terjun Toroan memiliki potensi wisata pantai. Sayangnya dari
sejumlah potensi pantai tersebut, hanya Pantai Camplong yang dikelola
dengan baik. Sedangkan air terjun Toroan di Ketapang dan Pantai Nipah
masih dibiarkan tetap perawan. Padahal kedua objek itu juga mempunyai
daya tarik tersendiri. Air terjun Toroan yang mengucurkan air langsung ke
pantai Laut Jawa masih dibiarkan apa adanya. Sedangkan Pantai Nipah yang
berhutan pantai dan dihuni sekawanan kera masih dibiarkan apa adanya.
Padahal objek ini bisa dijadikan tontonan bagi setiap wisatawan yang
berkunjung kesana.
Pengembangan pariwisata di empat (4) kabupaten, dikembangkan sendirisendiri sesuai kemampuan dan kewenangan otonomi daerah. Hal ini yang
menyebabkan tidak tersinerginya obyek daerah tujuan wisata satu dengan
yang lainnya. Selain objek-objek wisata berpanorama alam pantai,
sebenarnya Madura juga memiliki objek wisata sejarah, budaya dan alam.
Inventarisasi potensi Wisata di sisi Madura dan Surabaya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Halaman 13

Jurnal

Tabel 4. Potensi Wisata sisi Madura dan Surabaya


No

Potensi
Wisata
Wisata
Alam

Wisata
Budaya

Wisata
Sejarah/Re
ligi

Wisata
Buatan

Bangkalan

Sampang

Pamekasan

Pantai siring
kemuning
(kecamatan
Tanjung
Bumi);
Pantai
Rongkang
(Kec.Kwany
ar); Pantai
Sampilangan
(Kec.bangkal
an)

Pantai
Camplong
(Kec.Camplong)
; Air Terjun
Toroan
(Kec.Ketapang);
Hutan Kera
Nepa
(Kec.Banyuates)
; Gua Lebar
(Kec.Sampang);
Goa Macan
(Kec.Sokobanah
); Goa Kelelawar
(Kec.Sokobanah
)
Karapan Sapi,
Sapi Sonok

Pantai Talang
Siring
(Kec.Galis) ; Api
tak kunjung
Padam
(Kec.Tlanakan);
Pantai Batu
Kerbuy
(Kec.Pasean);
Pantai Jumiang
(Kec.
Pademawu);
Lembah Sembir
(Kec.Batumarm
ar)

Makam Sayyid
Ustman Bin Ali
Bin Abdillah AlHabsyi
(Kec.Sokobanah
)

Pesarean
Batuampar
(Kec.Proppo)
Vihara
Alokitesvara
(Kec.Galis)

Sumber Otto
(Kec.Camplong)
; Waduk
Klampis
(Kec.Kedungdun
g); Waduk Nipah
(Kec.Banyuates)

Monumen Are'
Lancor (Kec.
Pamekasan),
Kolam Renang
Tirta Besuki
(Kec.Pamekasa
n)

Kesenian
Salabadan
(semua
kecamatan),
Karapan
Sapi (Kec.
Bangkalan)
Bukit Geger
(Kecamatan
Geger);
Makam Ratu
Ebhu
(Kec.Arosbo
yo);
Pasarean
M.Cholil
(Kec.Bangka
lan); Makam
Aer Mata
(Aros Baya)
Museum
Purbakala
(Kec.Bangka
lan)

Sumenep

Kota
Surabaya

Karapan
Sapi;Sapi
Sonok;
(Kec.Pamekasa
n)Upacara Petik
Laut

Taman
Hiburan
Pantai
Kenjeran
(Kec. Bulak)

Guna mensinergikan dan meningkatkan potensi sosial budaya sisi Madura dan
sisi Surabaya, diperlukan solusi antara lain :

Memberikan jaminan hukum dan kenyamanan usaha bagi investor di


bidang pariwisata, termasuk mengurangi persepsi kekhawatiran bahwa
pariwisata berdekatan dengan maksiat.

Meningkatkan infrastruktur jalan serta fasilitas obyek tujuan wisata (tempat


istirahat/penginapan, restorasi, sarana bermain anak-anak, dll) sebagai
solusi konkrit untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi
masyarakat.

MoU 4 (Empat) kabupaten di Madura yang ada tentang pengembangan


pariwisata terpadu, melalui pembinaan dan pengembangan pariwisata di
tingkat Propinsi Jawa Timur.

Halaman 14

Jurnal

Aspek Pelayanan Sosial, Jasa/Publik


a.

Kebutuhan Masyarakat Madura terhadap BLK , SMK dan SMA Unggulan


(Antisipasi terhadap Industrialisasi)
Upaya antisipasi terhadap perubahan pola pikir, perilaku masyarakat terutama
sisi Madura agar dapat mendukung aktivitas ekonomi, layak diperlukan agar
masyarakat Madura tetap menjadi tuan rumah seiring perkembangan ekonomi.
Dengan direncanakannya Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) sisi
Madura sebagai area Industri, dibarengi dengan rencana Pelabuhan peti kemas
di bagian utara Madura, memerlukan tenaga kerja terampil siap kerja.
Upaya-upaya peningkatan kapasitas SDM perlu segera direalisasi. Kemitraan
antara pondok pesantren dengan Balai Latihan Kerja / Sekolah Unggulan /
Universitas harus segera diaplikasikan. Santri Pondok Pesantren di Madura perlu
dibekali dengan kemampuan siap kerja (Keahlian, keterampilan, dll). Pondok
Pesantren Plus perlu diperbanyak guna peningkatan kapasitas SDM ke depan.
Sebagai contoh, pada tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Bangkalan telah
merencanakan dana alokasi untuk pendidikan dengan total APBD untuk
anggaran pendidikan sebesar Rp. 54,2 Milyar. Selain itu Pemerintah Provinsi
Jawa Timur telah memberikan tambahan dana pendidikan sebesar Rp. 5,5
Milyar. Namun dana tersebut tidak hanya diperuntukkan untuk pembangunan
BLK, SMK dan SMU Unggulan saja melainkan untuk seluruh strata pendidikan
mulai dari SD, SMP dan SMA di seluruh Bangkalan.
Upaya pembangunan BLK & SMK yang mencukupi merupakan solusi konkrit
untuk mengejar kebutuhan industrialisasi di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu
dan meningkatkan kualitas SDM di Madura. Diperlukan alokasi ruang wilayah
dan dana pembangunan untuk BLK & SMK yang cukup, untuk mengejar
ketersediaan fasilitas BLK dan SMK di Pulau Madura khususnya di Kawasan
Kaki Jembatan Suramadu.

b.

Sinergitas Konsep Tata Ruang.


Madura memiliki sumber daya, seperti tanaman pangan, peternakan, perikanan,
pertambangan golongan C, minyak dan gas bumi, serta kawasan wisata. Namun,
besarnya potensi tersebut belum membuat wilayah Madura berkembang pesat.
Konsep tata ruang masing-masing Kabupaten Sampang, Pamekasan dan
Sumenep, hingga saat ini belum terintegrasi dalam satu kesatuan, yaitu Pulau
Madura. Bahkan ada sebagian berpendapat, jika tataruang disatukan, Pulau
Madura bisa menjadi propinsi tersendiri. Namun, upaya untuk menyatukan tata
ruang menjadi satu kesatuan harus segera direalisasi.
Mensinergikan penataan ruang kawasan metropolitan Gerbangkertosusilo,
memang tidak mudah. Diperlukan anggaran, waktu dan kebersamaan. Salah
satu solusi konkritnya, adalah pemberian batuan teknis dari Direktorat Jenderal
Tata Ruang Departemen Pekerjaan Umum untuk mensinergikan penataan ruang
tersebut.

Aspek Administrasi, Politik, dan Kelembagaan


a.

Sosialisasi Konsep Gerbangkertasusila/Germakertasusila/Gerdukertasusila


Pengembangan kawasan metropolitan di sisi Madura yang sebelumnya hanya
terbatas untuk Kabupaten Bangkalan, kini diperluas ke seluruh Pulau Madura.
Pentingnya Jembatan Suramadu untuk memacu pengembangan kawasan

Halaman 15

Jurnal

strategis nasional (KSN) telah dinyatakan pada peresmian pengoperasiannya.


Pada awalnya, KSN tersebut terdiri dari 7 (tujuh) daerah yaitu Kabupaten Gresik,
Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya,
Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. Pasca terwujudnya Jembatan
Suramadu, Pemprov Jatim memandang perlu untuk memperluas kawasan
tersebut menjadi Germakertasusila/Gerdukertasusila.
Namun, berdasar hasil survey di Kabupaten Sampang, Pamekasan dan
Sumenep, masyarakat termasuk pejabat di pemerintah kabupaten, belum semua
memahami konsep kawasan metropolitan Gerbangkertasusila/ Germakertasusila/
Gerdukertasusila tersebut. Ada kekhawatiran dan ketidakrelaan jika nanti
pengembangan Madura hanya di Bangkalan saja.
Oleh karena itu yang perlu diperhatikan antara lain:

b.

Sinergikan konsep Renstra ke empat kabupaten yang ada kedalam satu


tujuan yaitu untuk kemajuan masyarakat di Pulau Madura.
Mengkomunikasikan
secara
terus
menerus
tentang
konsep
Gerbangkertasusila/ Germakertasusila/Gerdukertasusila.
Ada solusi konkrit terkait dengan kemudahan investasi yang langsung
dapat dinikmati oleh masyarakat Madura.

Sosialisasi Peran BPPWS


Berdasarkan Peraturan Presiden No.27 Tahun 2008, tugas BPPWS (Badan
Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura) yang perlu dipahami oleh
para pihak yang berkepentingan (Stakeholder) adalah sebagai berikut:
1) menyusun rencana induk dan rencana kegiatan pengembangan sarana
dan prasarana serta kegiatan pengembangan wilayah Suramadu;
2) melaksanakan pengusahaan (i) Jembatan Tol Suramadu dan (ii) Jalan
Tol Lingkar Timur (Simpang Juanda - Tanjung Perak) melalui kerja
sama dengan badan usaha pemenang pelelangan pengusahaan
jembatan tol dan jalan tol dimaksud;, dan (iii) pelabuhan petikemas di
Pulau Madura;
3) membangun dan mengelola:
a) wilayah kaki Jembatan Surabaya - Madura, yang meliputi (i) wilayah
di sisi Surabaya + 600 Ha (enam ratus hektar); dan (ii) wilayah di
sisi Madura + 600 Ha (enam ratus hektar).
b) kawasan khusus di Pulau Madura seluas + 600 Ha (enam ratus
hektar) dalam satu kesatuan dengan wilayah pelabuhan petikemas
dengan perumahan dan industri termasuk jalan aksesnya.
4) menerima dan melaksanakan pelimpahan sebagian wewenang dari
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
5) menyelenggarakan pelayanan satu atap untuk urusan perizinan di
wilayah Suramadu;
6) melakukan fasilitasi dan stimulasi percepatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat Jawa Timur, antara lain dalam:
a) pembangunan jalan akses menuju Jembatan Tol Suramadu, baik
di wilayah sisi Surabaya maupun di wilayah sisi Madura;
b) pembangunan jalan pantai utara Madura (Bangkalan - Sumenep);
c) pembangunan jalan lintas selatan Madura (Bangkalan Sumenep);

Halaman 16

Jurnal

d) pembangunan jalan penghubung pantai utara Madura dengan


lintas selatan Madura;
e) pembangunan
infrastruktur
perhubungan
antarwilayah
kepulauan;
f) pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka (i)
industrialisasi di Pulau Madura; dan (ii) penyediaan infrastruktur air
baku, air minum, sanitasi, energi, dan telekomunikasi di wilayah
Suramadu.
Tersirat dalam tugas tersebut adalah bahwa BPPS diharapkan dapat menjadi
penengah dalam menyelesaikan berbagai kepentingan yang berbeda untuk
mengoptimalisasikan pemanfaatan jembatan Suramadu.
Namun, ada dua hal penting yang perlu segera diperhatikan
merealisasikan tugas tugas tersebut yaitu:

dalam

1. Kewenangan.
Meskipun pembentukan lembaga BPPWS berdasarkan Perpres no 27 tahun
2008, batasan dan operasionalisasi kewenangan sebaiknya dibahas dengan
pemda terkait. Hasilnya ditulis dalam suatu berita acara atau memorandum of
understanding. Masalah Ijin investasi, penerimaan daerah dari pengusahaan
jalan tol, pelabuhan peti kemas adalah beberapa aspek kewenangan yang
memerlukan kejelasan operasionalisasinya.
2. Struktur kepengurusan di BPPWS,
BPPS adalah lembaga independent dan professional. Oleh karena itu
rekruitmen SDM harus dilakukan secara professional dan transparan.
Integritas, kompetensi, dan interpreunership adalah beberapa kriteria yang
perlu masuk dalam proses seleksi. Sistem manajemen mutu (SMM) harus
menjadi
instrument
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
pengendalian proses proses kerja BPPS untuk menjamin profesionalismenya.
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
1. Potensi pariwisata, budaya dan industri rakyat Madura dapat dijadikan potensi
andalan Pulau Madura untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain
itu sektor pertanian dan perkebunan perlu ditingkatkan sebagai penyangga
industrialisasi kedepan, khususnya penggalakan tanaman tembakau sebagai
tanaman idola masyarakat.
2. Masyarakat Madura membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan merealisasikan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mempersiapkan dan
menyongsong industrialisasi kedepan, sehingga masyarakat Madura tidak
hanya menjadi penonton dalam pembangunan.
3. Pengembangan potensi pariwisata dan industri rakyat di kawasan pesisir sisi
Surabaya tepatnya di kecamatan Bulak dan Kenjeran dapat dilakukan dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan yang tinggal bersinggungan
dengan jembatan Suramadu yaitu dengan pembangunan sentra industri hasil
laut, peningkatan sarana penangkapan ikan dan penataan lingkungan nelayan
sebagai wisata kuliner.
Saran
1. Diperlukan langkah koordinasi antara pemerintah kota/daerah dengan BPPWS
(Badan Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya Madura), dalam hal

Halaman 17

Jurnal

merumuskan skenario kebijakan Sosial Ekonomi, Teknis & Tata Ruang yang
berpihak kepada semua
2. Selain kebutuhan air baku, pasokan listrik perlu diperhatikan untuk memenuhi
kebutuhan industrialisasi di Madura.
3. Potensi pariwisata, budaya Madura dan industri rakyat sebagai Daerah Tujuan
Wisata (DTW) perlu dikembangkan dengan membangun sarana dan prasarana
yang mencukupi seperti peningkatan jalan akses, penginapan yang memadai
dan dibutuhkan sentuhan investor dalam hal pengelolaannya.
4. Perlu percepatan pembangunan infrastruktur jalan akses di kota Surabaya
menuju jembatan Suramadu seperti percepatan Middle East Ring Road, dan
penataan kawasan permukiman di kawasan kaki jembatan Suramadu.

Halaman 18

Jurnal

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab. Solichin, 2002. Masa Depan Otonomi Daerah : Kajian Sosial, Ekonomi
dan Politik untuk Menciptakan Sinergi dalam Pembangunan Daerah, Penerbit
SIC, Surabaya
Adi,

Rukminto Isbandi. 2002. Pemikiran-pemikiran dalam


Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Pembangunan

Anonymous. 2000. Hasil Sensus Penduduk 2000 : Karakteritik Kabupaten Bangkalan


Anonymous. 2001. Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2001
Propinsi Jawa Timur Surabaya
Anonymous. 2004. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bangkalan 2004,
Bappeda dan BPS Bangkalan
Anonymous. 2007. Jawa Timur Dalam Angka. BPS Propinsi Jawa Timur.
Anonymous. 2007, Kabupaten Bangkalan Dalam Angka, Jawa Timur
Anonymous. 2007, Kabupaten Pamekasan Dalam Angka, Jawa Timur
Anonymous. 2007, Kabupaten Sampang Dalam Angka, Jawa Timur
Anonymous. 2007, Kabupaten Sumenep Dalam Angka, Jawa Timur
Bappeda Pamekasan, 2007 Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Kabupaten
Pamekasan, 2007
Bappeda Kabupaten Sampang, Profil Daerah Sampang, 2009
Balitbang Departemen Dalam Negeri dan Otonomi daerah, 2000, Metode Penelitian
Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan), Jakarta
Burgess, Robert G, 1984. In The Filed: An Introduction to Field Research, London:
George Allen & Unwin Publisher Ltd.
Erny Susanti Hendarso, 2005, Metode Penelitian, Jakarta, 2005
Ife, Jim, 1996. Community Development: Creating Community Alternatives Vision,
Analysis and Practice. Longman.
Neuman, W.Lawrence. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative
Approach 4th Edition. Boston : Allym an Bacon, 2000
Soekanto, Soejono. 1982.
Persada.

Sosiologi Suatu Pengantar.

Jakarta: PT RajaGrafindo

Tjokrowinoto, Moeljarto 2001, Pembangunan dilema dan tantangan, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta, 2001

Halaman 19

Anda mungkin juga menyukai