SOCIAL & ECONOMIC MAPPING SISI MADURA DAN SISI SURABAYA DALAM
MENDUKUNG TATA RUANG SURAMADU
M.Andri Hakim.A
Abstract
The view of the Madura as the isolated area and low investment attractiveness, to be
turned toward the post-development of Suramadu Bridge. Madura become potential
and suitable for investment area. Therefore, land use on the side of Surabaya and
Madura must be controlled or defined as "high control zone". The development of a
less controlled area, in the long run will cause many problems. This research is aimed
to provide an overview of the socio-economic aspects of cultural aspects of Madura
Island & City of Surabaya is expected to affect the compilation of spatial Suramadu.
This research uses descriptive method with qualitative approaches .The sustainable
aspects that may affect the optimum use of Suramadu Bridge has been identified and
the short term program has also formulated. The seven aspects representing
sustainable development of Suramadu Bridge among other the spatial planning status,
access & transportation, migration of population, impact of new technology ,production
& market, Socio culture, public services, administration & institutional.
It is recommended that this research finding could be the important input of Social and
Economic factor for the preparation of BPPWS Master Plan & Suramadu Spacial
Planning.
Keywords : Suramadu Bridge, Sustainable Development, Spatial Plannin, Social
Economic Mapping
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pandangan tentang Pulau Madura sebagai kawasan yang relatif tertinggal dan
mempunyai daya tarik investasi yang rendah dibandingkan kab/kota lain di sekitar Kota
Surabaya, menjadi berbalik arah ketika Jembatan Suramadu diresmikan. Madura
menjadi sangat potensial dan cocok dijadikan daerah investasi yang menjanjikan.
Begitu juga Kota Surabaya yang sudah terlalu padat dengan berbagai aktivitas maka
dengan pasca operasionalisasi jembatan Suramadu, aktivitas sosial ekonomi dapat
dialihkan ke wilayah Madura.
Oleh karena itu, peruntukan lahan perlu dikendalikan secara ketat atau
ditetapkan sebagai high control zone, kondisi tersebut diupayakan melalui
penataan disekitar area kaki jembatan Suramadu agar tidak terjadi adanya squater.
Rencana pengembangan kawasan industri, fair ground, dan permukiman bagi
karyawan industri serta pelabuhan (peti kemas) harus diikuti dengan pengembangan
soft management. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat
yang berorientasi pada aspek sosial dan ekonomi adalah salah satu Soft management
yang perlu dikembangkan. Selain itu, pengembangan kawasan, tentunya tidak hanya
terpusat disekitar jembatan Suramadu saja, tetapi harus terintegrasi dengan
pengembangan wilayah lainnya di Pulau Madura.
Soft Management tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat
lokal tidak hanya sebagai penonton saja, tetapi benar benar menerima manfaat
pembangunan. Oleh karenanya, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
kebijakan sosial ekonomi kepada para pihak berkepentingan misalnya terhadap
Halaman 1
Jurnal
penyesuaian RTRW dan penyusunan Master Plan prasarana dan sarana kawasan
Suramadu.
Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran aspek sosial dan ekonomi sisi Madura dan Surabaya
dalam mendukung tata ruang Suramadu untuk kesejahteraan masyarakat
Tujuan
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran tentang aspek aspek
sosial ekonomi Pulau Madura & Kota Surabaya yang diperkirakan dapat mendukung
penyusunan tata ruang Suramadu
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metoda deskriptif hasil identifikasi,
kategorisasi, interpretasi, dan penarikan kesimpulan 1 . Adapun data untuk analisis
dikumpulkan melalui 1) Studi Pustaka/Literatur; 2) Indepth Interview (Wawancara
Mendalam); 3) Pengamatan (Observation) ; 4) Focus Group Discussion (FGD. Lokus
pengambilan data pada penelitian ini adalah :
Sisi Madura yaitu kabupaten Bangkalan, Sampang , Pamekasan dan Sumenep
Sisi Surabaya yaitu Kota Surabaya, difokuskan pada kecamatan Bulak dan
Kenjeran
Kajian Pustaka
Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan melalui keterkaitan yang tepat
antara alam, aspek sosio-ekonomis dan kultur (budaya). Sustainable development
bukanlah suatu harmoni yang tetap dan statis, namun merupakan suatu proses
perubahan dimana, eksploitasi sumber alam, arah investasi, orientasi perkembangan
teknologi, perubahan kelembagaan konsisten dengan kebutuhan pada saat ini dan
masa datang. Demikian pula perkembangan penduduk perlu diperhatikan dalam
mencapai keberlanjutan pembangunan, dan karenanya jumlah dan perkembangan
penduduk haruslah dalam kesimbangan dengan perubahan produksi ekosistem2.
Adapun, aspek aspek yang perlu dikaji meliputi 7 (tujuh) aspek pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek aspek (i) fisik khusunya akses dan transportasi, (ii) Ekonomi,
khususnya produksi dan pemasaran, (iii) penduduk, khusunya migrasi dan
keterkaitannya, (iv) teknologi dan dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat, (v)
Sosial budaya, (vi) pelayanan sosial. Jasa / publik, dan (vii) Administrasi, Politik, dan
Kelembagaan3
Pola Keterkaitan faktor internal dan eksternal
Dalam pembangunan jembatan Suramadu hendaknya tidak hanya diarahkan
untuk kepentingan negara dalam mengembangkan devisa dan pengembangan industri
1
Luthfi Mutaali, Materi Workshop Optimalisasi Pemanfaatan Jembatan Suramadu, Hotel Elmi,
Surabaya, 19 Oktober 2009
Halaman 2
Jurnal
berbasis teknologi tinggi (hightech industries), namun juga perlu mencari keterkaitan
dengan perekonomian rakyat lokal, untuk dapat melibatkan peran serta masyarakat
lokal secara optimal.
Oleh karena itu perlu dicari pola-pola keterkaitan antara faktor internal
(domestic/local entity) dan eksternal (national/macro entity) untuk mencegah terjadinya
friksi kepentingan diantara kedua faktor tersebut. Pertumbuhan wilayah akan dimulai
dari titik-titik tertentu dimana terdapat industri pendorong (propulsive industries)
dengan intensitas tinggi sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth), yang akan
menyebarkan pertumbuhan ke wilayah sekitarnya melalui mekanisme spread effect
atau trickle down effect. Keterkaitan (linkages), baik keterkaitan kedepan (forward
linkages) maupun ke belakang (backward linkages).
HASIL & PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Kajian Sisi Surabaya
Surabaya merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah
Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya
Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder, dan
tersier df kota ini sangat mendukung untuk semakin memperkokoh sebutan Surabaya
sebagai kota perdagangan dan ekonomi. Surabaya merupakan kota multi etnis yang
kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab,
dan Eropa.
Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali,
Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme
budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat
Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Mayoritas masyarakat
bekerja sebagai pegawai dan pedagang. Di pusat kota banyak dijumpai pusat
perdagangan dan perkantoran4.
Kecamatan Kenjeran dan Bulak merupakan kecamatan di wilayah Surabaya Utara
yang termasuk dalam Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS). Kecamatan
Kenjeran memiliki kepadatan penduduk yang relatif sangat tinggi dibandingkan dengan
Kecamatan Bulak (Lihat Tabel 1). Kecamatan Bulak memiliki banyak potensi sosial
ekonomi, seperti THP Kenjeran, Kenjeran Baru, Sentra Kerajinan, Sentra penjualan
hasil laut, dan potensi wisata lain yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dalam
konteks pengembangan wilayah, potensi sosial, ekonomi yang ada di Kecamatan
Kenjeran dan Bulak harus dimanfaatkan sebagai esensi pengembangan wilayah.
Tabel 1. Profil Kecamatan Kenjeran dan Bulak (2007)
No
Uraian
Kenjeran
Bulak
1
2
3
http://www.surabaya.go.id
Halaman 3
Jurnal
Uraian
1
2
3
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
792,30
835.101
13
2.093,45
1.003.035
27
1.054
479
http://www.bangkalankab.go.id
Halaman 4
Jurnal
Indonesia (ALKI) II, yang dapat dilalui oleh kapal-kapal asing untuk menyeberangi
kepulauan di Indonesia6
Rambu-Rambu Penataan Ruang Wilayah Madura & Kota Surabaya
Beroperasinya Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) membawa dampak
bagi struktur tata ruang pembangunan Jawa Timur. Kini Pulau Madura tidak lagi
terpisah, namun sudah menjadi bagian strategis pembangunan Surabaya Metropolitan.
Oleh karena itu, konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo
(Peraturan Pemerintah-No.26 Tahun 2008) yang menempatkan kota Bangkalan
sebagai salah satu pusat kegiatannya, perlu dikaji ulang dengan mempertimbangkan
potensi kota kota lain di Pulau Madura sebagai pusat kegiatan
Sementara itu, penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan (Undang-Undang No.26 Tahun
2007). Dalam kerangka pengembangan Gerbangkertasusila, jembatan Suramadu
berperan dalam melancarkan arus barang dan jasa, memicu pertumbuhan ekonomi
Madura, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan mendekatkan interaksi budaya Jawa
dengan Madura (Djoko Kirmanto, 2009). Peningkatan kesejahteraan rakyat Madura
adalah tujuan akhir dari pembangunan tersebut.
Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut diperlukan rambu rambu
pembangunan yang dituangkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Rencana tersebut memang belum selesai, namun fungsi fungsi kawasan perkotaan di
Pulau Madura sudah dirumuskan oleh Pemda setempat (Tabel-3).
Tabel 3. Rencana Fungsi Wilayah Suramadu & Pulau Madura
No
Perkotaan/wilayah
Kota Surabaya
3
4
Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Sampang
5
Kabupaten Sumenep
http://www.sumenep.go.id
Halaman 5
Jurnal
b.
c.
Halaman 6
Jurnal
d.
3
4
Kebutuhan
Akses &
Transportasi
Peningkatan
Jaringan
Jalan
Realisasi
Pelabuhan
Peti Kemas
Terminal
Induk Tipe A
Revitalisasi
Jalan KA
Bangkalan
Sampang
Jalan Lintas
Utara
Jalan Lintas
Utara
Kecamatan
Tanjung
Bumi
Kecamatan
Bangkalan
Revitalisasi
Pamekasan
Jalan Lintas
Utara
Sumenep
Kota
Surabaya
Jalan Lintas
Utara
Kecamatan
Bulak,
Menuju
Pantai
THR
Kecamatan
Pasean
Revitalisasi
Revitalisasi
Revitalisasi
Sumber : Hasil FGD dengan BPPWS, Pemkot Surabaya & Renstra Kabupaten
Aspek Ekonomi (Produksi Dan Pemasaran)
a. Sektor Pertanian & Perkebunan ( Penyangga Industrialisasi di Madura)
Sektor pertanian di kabupaten Sampang, menempati urutan pertama dalam hal
kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 51,75 %, sedangkan
di Kabupaten Bangkalan juga memberikan kontribusi sebesar 32,09%. Demikian
pula halnya dengan di kabupaten Pamekasan dan Sumenep. Ini berarti bahwa
sektor pertanian cukup potensial untuk dikembangkan terutama untuk komoditas
kelapa dan jambu mente, karena terdapat hampir di semua wilayah Madura
(Tabel 3)
Tabel 3. Komoditas Potensial Sektor Pertanian & Perkebunan
Pulau Madura 2007
No
1
Komoditas
Potensial
Tanaman Pangan
(padi, jagung, ubi
kayu, ubi jalar,
kacang
tanah,
kedelai,
kacang
hijau,
sayursayuran,
buahbuahan)
Kelapa
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
Kecamatan
Burneh,
Socah,
Blega,
Modung,
Arosbaya
dan
Kwanyar
Semua
Kecamatan
Semua
Kecamatan
Semua
Kecamatan
Semua
Kecamatan
Kecamatan
Omben,
Tambelangan
& Banyuates.
Kecamatan
Pakong,
Palengaan,
Pagantenan,
Pasean
Kecamatan
Batangbatang,
Halaman 7
Jurnal
Kapuk Randu
Kecamatan Galis
dan Tanah Merah
Tembakau
Jambu Mente
Kecamatan
Tanjung
Bumi,
Geger dan Kokop
Cabe Jamu
Kecamatan
Tanjung Bumi dan
Kokop
Kecamatan
Ketapang,
Banyuates,
dan
Sokobanah.
Kecamatan
Sokobanah
Kecamatan
Banyuates,
Robatal,
Karang
Penang,
Ketapang dan
Sokobanah.
Semua
Kecamatan
Kecamatan
Pakong,
Pasean,
Waru
Semua
Kecamatan
Kecamatan
Dasuk
Kecamatan
Larangan,
Kadur, Batu
Marmar
Kecamatan
Gayam, Bluto,
Pragaan
Kabupaten
1
2
Pamekasan
Sumenep
Thn 2007
31.367
19.421
Thn 2007
10.357
11.653
Halaman 8
Jurnal
b.
Halaman 9
Jurnal
Tabel 5. Sentra Industri Kerajinan dan Industri rumah sisi Madura dan
Sisi Surabaya
No
Sentra
Industri
Kerajinan &
Industri
Rumah
Kerajinan
Batik
Industri
Garam
Rakyat
Sentra
Ranjang
Palek
&
Mebel
Kerajinan
Kerang
Petis Ikan
4
5
Industri
Kerupuk
Industri
Genteng
Kerajinan
Topeng
Bangkalan
Kecamatan
Tanjung
Bumi
Sampang
Kecamatan
Sampang,
Jrengkik
Kecamatan
Sampang,
Camplong,
Torjun,
Pangarengan,
Jrengik dan
Sreseh
Kecamatan
Sampang
Kecamatan
kwanyar
Kecamatan
Camplong
Kecamatan
Sampang,
Camplong,
Ketapang
Kecamatan
Kwanyar,
Kamal
Kecamatan
Karang
Penang
Pamekasan
Sumenep
Kecamatan
Propo,
Pagentenan,
Pamekasan
Pademawu,
Galis,
Kecamatan
Bluto
Kota
Surabaya
Kali Anget
Kecamatan
Pamekasan,
Galis,
Larangan
Kecamatan
Galis,
Pademawu,
Tlanakan,
Pasean
Kecamatan
Pasongsong
an,
Ambunten,
Dasuk, Batu
Putih,
Batangbatang,
Dungkek,
Kecamatan
Pamekasan,
Tlanakan,
Kadur
Kecamatan
Palengaan
Kecamatan
Bulak
Kecamatan
Bulak
Kecamatan
Bulak
Kecamatan
Dasuk
Aspek Penduduk
Manfaat langsung dari Jembatan Suramadu adalah meningkatnya kelancaran arus
lalu lintas atau angkutan barang dan orang. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas
berarti menghemat waktu dan biaya. Manfaat selanjutnya adalah merangsang
tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat langsung lainnya yang dapat
diperhitungkan adalah nilai penerimaan dari tarif tol yang diberlakukan. Transportasi
barang dan orang yang semakin meningkat, akan meningkatkan penerimaan dari tarif
tol.
Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder adalah multiplier effect dari
Jembatan Suramadu. Ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh
sekunder (secondary effect), antara lain:
Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang
dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian,
berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan
meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur
Halaman 10
Jurnal
50000
40000
Penumpang
30000
Roda 2
Roda 4
20000
10000
0
Th.2004
Th.2005
Th.2006
Th.2007
Th.2008
Th.2009
Periode
Sumber : diolah dari PT Indonesia Ferry (Persero Surabaya) & Kompas 17 November
2009
Berdasarkan pada Grafik 1.Volume penyebrangan Ujung-Kamal Tahun 20042009, terlihat sejak Tahun 2004 telah terjadi penurunan penumpang kapal Fery hingga
di resmikannya jembatan Suramadu. Ini berarti bahwa transportasi penyebrangan Fery
tidak meningkatkan mobilitas orang dan barang, sehingga jembatan Suramadu sangat
dibutuhkan untuk menggairahkan mobilitas orang dan barang dari dan ke pulau
Madura.
Di sisi lain, sejak diresmikanny jembatan Suramadu, mobilitas orang dan
barang yang melintasi jembatan Suramadu cukup tinggi (lihat Grafik 2). Rata-Rata
orang yang ke dan dari Pulau Madura terus mengalami peningkatan sejak bulan Juni
2009. Ini mengindikasikan bahwa meningkatnya mobilitas penduduk akan merangsang
naiknya permintaan barang dan jasa di sebuah wilayah. Selanjutnya akan merangsang
meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian,
industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
Grafik 2. Volume pengguna Jembatan Suramadu periode Juni Oktober 2009
Volume Pengguna Jembatan Suramadu
Periode Juni - Oktober 2009
160,000
140,000
120,000
100,000
Penumpang
80,000
Roda 2
Roda 4
60,000
40,000
20,000
0
Juni'09
Juli'09
Augt'09
Sept'09
Okt'09
Periode
Halaman 11
Jurnal
Sumber : Diolah dari PT Jasa Marga, dengan asumsi 1 Mobil dan Motor ditumpangi
oleh 2 orang
Aspek Teknologi
Kebutuhan air di Madura kedepan, merupakan hal yang sangat penting untuk
diantisipasi mulai dari sekarang. Hal ini dikarenakan Madura direncanakan menjadi
daerah industri sehingga membutuhkan pasokan air bersih yang besar. Kebutuhan air
baku seluruh Madura diperkirakan mencapai 10.000 ltr/dtk, dan setengahnya untuk
industri sedangkan sisanya untuk kebutuhan air masyarakat. Sementara itu,
karakteristik Pulau Madura, khusunya KKJS adalah sebagai berikut:
KKJS suhunya sangat panas, dan jauh dari sumber air serta tanahnya
gersang sehinggahanya sedikit tanaman yang dibudidayakan
Potensi air tanah dalam termasuk kecil. Dari 7 sumur P2AT di daerah
irigasi Bangkalan, hanya 4 yang berfungsi, karena selain debitnya kecil,
banyak yang rusak akibat pemeliharaan yang minim dan pengrusakan
oleh warga
Masyarakat Madura
Masyarakat Surabaya
Dominasi
ethnic
Madura homogen
Memiliki
perekonomian
baik
akses
lebih
Halaman 12
Jurnal
Keterdidikan
lemah
Peran
pemuka
masyarakat
sebagai
panutan lebih kental
(paternalistik)
Peran
pemuka
masyarakat sudah tidak
terlalu dominan
masih
Keterdidikan
tinggi
lebih
Halaman 13
Jurnal
Potensi
Wisata
Wisata
Alam
Wisata
Budaya
Wisata
Sejarah/Re
ligi
Wisata
Buatan
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Pantai siring
kemuning
(kecamatan
Tanjung
Bumi);
Pantai
Rongkang
(Kec.Kwany
ar); Pantai
Sampilangan
(Kec.bangkal
an)
Pantai
Camplong
(Kec.Camplong)
; Air Terjun
Toroan
(Kec.Ketapang);
Hutan Kera
Nepa
(Kec.Banyuates)
; Gua Lebar
(Kec.Sampang);
Goa Macan
(Kec.Sokobanah
); Goa Kelelawar
(Kec.Sokobanah
)
Karapan Sapi,
Sapi Sonok
Pantai Talang
Siring
(Kec.Galis) ; Api
tak kunjung
Padam
(Kec.Tlanakan);
Pantai Batu
Kerbuy
(Kec.Pasean);
Pantai Jumiang
(Kec.
Pademawu);
Lembah Sembir
(Kec.Batumarm
ar)
Makam Sayyid
Ustman Bin Ali
Bin Abdillah AlHabsyi
(Kec.Sokobanah
)
Pesarean
Batuampar
(Kec.Proppo)
Vihara
Alokitesvara
(Kec.Galis)
Sumber Otto
(Kec.Camplong)
; Waduk
Klampis
(Kec.Kedungdun
g); Waduk Nipah
(Kec.Banyuates)
Monumen Are'
Lancor (Kec.
Pamekasan),
Kolam Renang
Tirta Besuki
(Kec.Pamekasa
n)
Kesenian
Salabadan
(semua
kecamatan),
Karapan
Sapi (Kec.
Bangkalan)
Bukit Geger
(Kecamatan
Geger);
Makam Ratu
Ebhu
(Kec.Arosbo
yo);
Pasarean
M.Cholil
(Kec.Bangka
lan); Makam
Aer Mata
(Aros Baya)
Museum
Purbakala
(Kec.Bangka
lan)
Sumenep
Kota
Surabaya
Karapan
Sapi;Sapi
Sonok;
(Kec.Pamekasa
n)Upacara Petik
Laut
Taman
Hiburan
Pantai
Kenjeran
(Kec. Bulak)
Guna mensinergikan dan meningkatkan potensi sosial budaya sisi Madura dan
sisi Surabaya, diperlukan solusi antara lain :
Halaman 14
Jurnal
b.
Halaman 15
Jurnal
b.
Halaman 16
Jurnal
dalam
1. Kewenangan.
Meskipun pembentukan lembaga BPPWS berdasarkan Perpres no 27 tahun
2008, batasan dan operasionalisasi kewenangan sebaiknya dibahas dengan
pemda terkait. Hasilnya ditulis dalam suatu berita acara atau memorandum of
understanding. Masalah Ijin investasi, penerimaan daerah dari pengusahaan
jalan tol, pelabuhan peti kemas adalah beberapa aspek kewenangan yang
memerlukan kejelasan operasionalisasinya.
2. Struktur kepengurusan di BPPWS,
BPPS adalah lembaga independent dan professional. Oleh karena itu
rekruitmen SDM harus dilakukan secara professional dan transparan.
Integritas, kompetensi, dan interpreunership adalah beberapa kriteria yang
perlu masuk dalam proses seleksi. Sistem manajemen mutu (SMM) harus
menjadi
instrument
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
pengendalian proses proses kerja BPPS untuk menjamin profesionalismenya.
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
1. Potensi pariwisata, budaya dan industri rakyat Madura dapat dijadikan potensi
andalan Pulau Madura untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain
itu sektor pertanian dan perkebunan perlu ditingkatkan sebagai penyangga
industrialisasi kedepan, khususnya penggalakan tanaman tembakau sebagai
tanaman idola masyarakat.
2. Masyarakat Madura membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan merealisasikan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mempersiapkan dan
menyongsong industrialisasi kedepan, sehingga masyarakat Madura tidak
hanya menjadi penonton dalam pembangunan.
3. Pengembangan potensi pariwisata dan industri rakyat di kawasan pesisir sisi
Surabaya tepatnya di kecamatan Bulak dan Kenjeran dapat dilakukan dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan yang tinggal bersinggungan
dengan jembatan Suramadu yaitu dengan pembangunan sentra industri hasil
laut, peningkatan sarana penangkapan ikan dan penataan lingkungan nelayan
sebagai wisata kuliner.
Saran
1. Diperlukan langkah koordinasi antara pemerintah kota/daerah dengan BPPWS
(Badan Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya Madura), dalam hal
Halaman 17
Jurnal
merumuskan skenario kebijakan Sosial Ekonomi, Teknis & Tata Ruang yang
berpihak kepada semua
2. Selain kebutuhan air baku, pasokan listrik perlu diperhatikan untuk memenuhi
kebutuhan industrialisasi di Madura.
3. Potensi pariwisata, budaya Madura dan industri rakyat sebagai Daerah Tujuan
Wisata (DTW) perlu dikembangkan dengan membangun sarana dan prasarana
yang mencukupi seperti peningkatan jalan akses, penginapan yang memadai
dan dibutuhkan sentuhan investor dalam hal pengelolaannya.
4. Perlu percepatan pembangunan infrastruktur jalan akses di kota Surabaya
menuju jembatan Suramadu seperti percepatan Middle East Ring Road, dan
penataan kawasan permukiman di kawasan kaki jembatan Suramadu.
Halaman 18
Jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab. Solichin, 2002. Masa Depan Otonomi Daerah : Kajian Sosial, Ekonomi
dan Politik untuk Menciptakan Sinergi dalam Pembangunan Daerah, Penerbit
SIC, Surabaya
Adi,
Pembangunan
Jakarta: PT RajaGrafindo
Halaman 19