Penerapan Shojinka Pada Perencanaan Tenaga Kerja Dalam Kerja Berkelompok
Penerapan Shojinka Pada Perencanaan Tenaga Kerja Dalam Kerja Berkelompok
ABSTRAK
Pelaksanaan tugas atau pekerjaan terkadang dilaksanakan dalam kerja
berkelompok. Banyaknya orang yang dibutuhkan tiap tugas juga tidak seragam.
Kebutuhan tenaga kerja perlu direncanakan dan dikendalikan dengan baik. Penerapan
Shojinka memungkinkan untuk mengatur jumlah tenaga kerja secara fleksibel. Teknik
Shojinka mempergunakan alat bantu peta kelompok kerja dan keseimbangan lintasan,
untuk mengelompokkan tugas yang juga memperhatikan kebutuhan tenaga kerja pada
tiap tugasnya. Setiap stasiun kerja akan berisi satu atau lebih tenaga kerja dengan
pembagian kerja yang digambarkan dalam peta kelompok kerja. Keseimbangan lintasan
mempertimbangkan kendala bahwa waktu siklus di semua stasiun kerja harus lebih cepat
daripada waktu siklus yang diperlukan untuk memenuhi permintaan. Teknik Shojinka
dengan peta kelompok kerja dan keseimbangan lintasan dipergunakan untuk
mengestimasikan jumlah stasiun kerja yang diperlukan dan kebutuhan tenaga kerja di
masing-masing stasiun kerja..
Kata kunci Kebutuhan tenaga kerja, Kerja berkelompok, Teknik shojinka, Peta
kelompok kerja, Keseimbangan Lintasan.
I. PENDAHULUAN
Pekerjaan atau tugas adalah bagian dari
serangkaian proses bisnis atau aktivitas bisnis
dari organisasi untuk mencapai visi dan
misinya.
Setiap
anggota
organisasi
berkewajiban untuk melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya. Terkadang saat
pelaksanaan tugas harus dikerjakan secara
kerjasama
berkelompok,
karena
tidak
memungkinkan untuk dilakukan oleh hanya
satu orang saja. Dan banyaknya orang yang
dibutuhkan untuk tiap tugas juga tidak
seragam. Sehingga pada saat tertentu, beberapa
orang harus bekerjasama untuk mengerjakan
satu tugas, namun setelah selesai mereka akan
terpecah untuk mengerjakan tugas lain yang
menjadi tanggung jawab masing-masing.
Teknik Shojinka merupakan salah satu
teknik yang dikembangkan dalam sistem
produksi Toyota. Istilah (Shojinka)
terbentuk dari tiga kata berbahasa Jepang
(Sennott et al. 2006), yaitu tersusun dari katakata (sho yang bermakna variasi),
(jin yang bermakna manusia atau pekerja)
dan (ka yang bermakna rumah atau
stasiun kerja). Teknik Shojinka adalah suatu
teknik pengaturan jumlah tenaga kerja yang
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-1
Rahman
Studi
Literatur
Penerapan Algoritma
Selesai
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-2
TCL
TCL
C
D
W HE
(1)
Keterangan :
TCL : Waktu siklus lini (jam/unit)
C : Kapasitas jam kerja satu bulan (jam)
D : Permintaan dalam satu bulan (unit)
W : Hari kerja dalam satu bulan (hari)
H : Jam kerja dalam satu hari (jam/hari)
E : Efisiensi tenaga kerja (%)
4. Penentuan prioritas operasi. Menghitung
jam-orang
setiap
operasi
dengan
menggunakan
persamaan
(2).
Mengurutkan prioritas operasi berdasarkan
kebutuhan
orangnya
lalu
waktu
operasinya.
TMO M TO
(2)
Keterangan:
TMO : Waktu jam-orang dari operasi (jamorang)
M : Kebutuhan orang di operasi (orang)
TO : Waktu operasi (jam)
5. Pengelompokan stasiun kerja. Memilih
operasi sesuai urutan prioritas, selanjutnya
menggabungkan dengan operasi-operasi
lain yang berdekatan dengan batasan
waktu siklus stasiun kerja tidak melebihi
waktu siklus lini (persamaan (3)).
Pengelompokkan stasiun kerja memadukan
metode analisa keseimbangan lini dan
gang process chart. Gang process chart
dipergunakan untuk mengatur penugasan
tenaga kerja dalam stasiun kerjanya.
Dalam satu stasiun kerja memungkinkan
beberapa operasi terlaksana secara paralel
atau overlapping oleh orang yang berbeda.
Persamaan (4) menunjukkan waktu siklus
stasiun kerja lebih kecil dibandingkan total
waktu operasi dari operasi-operasi dalam
stasiun kerja tersebut. Persamaan (4) juga
menunjukkan bahwa total waktu jam-orang
dalam stasiun kerja tersebut dibagi dengan
banyaknya tenaga kerjanya lebih kecil
daripada waktu siklus stasiun kerja
TCS TCL
(3)
Station
MO
TCS
Station
(4)
Keterangan :
TCL : Waktu siklus lini (jam/unit)
TCS : Waktu siklus stasiun kerja (jam/unit)
TMO : Waktu jam-orang dari operasi (jamorang)
TO : Waktu operasi (jam)
n : Banyaknya tenaga kerja di stasiun
kerja (orang)
6. Analisa.
Langkah
terakhir
untuk
menganalisa
pengelompokan
operasi
dalam stasiun kerja. Menganalisa waktu
siklus masing-masing stasiun kerja
dibandingkan waktu siklus lini, yang
ditunjukkan persamaan (5). Menganalisa
efisiensi stasiun kerja, seperti pada
persamaan (6), serta efisiensi tenaga kerja,
seperti pada persamaan (7). Menghitung
jumlah kebutuhan tenaga kerja berdasarkan
total banyaknya tenaga kerja di stasiun
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-3
Rahman
TCS TCL
Station
(5)
Operasi
Waktu
(menit)
O15
Pred.
Succ.
Operator
(orang)
O13,
O14
(6)
Station
Keterangan:
TCL : Waktu siklus lini (jam/unit)
TCS : Waktu siklus stasiun kerja (jam/unit)
TO : Waktu operasi (jam)
S : Efisiensi stasiun kerja (%)
M : Efisiensi tenaga kerja (%)
n : Banyaknya tenaga kerja di stasiun
kerja (orang)
N : Kebutuhan tenaga kerja di seluruh
lini (orang)
B. Pengumpulan Data
Data
yang
dikumpulkan
untuk
merencanakan kebutuhan tenaga kerja dalam
kerja berkelompok meliputi : tingkat
permintaan; hubungan antar operasi atau
urutan operasi; waktu operasi; dan kebutuhan
tenaga kerja tiap operasi.
Permintaan produk sebesar 500 unit yang
harus diproduksi dalam 20 hari kerja, dengan 8
jam kerja setiap harinya. Data-data operasi
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data-data Operasi Lini Produksi
Waktu
Operator
Operasi
Pred.
Succ.
(menit)
(orang)
O1
3
O3, O4
1
O2
5
O,3
1
O3
5
O1, O2 O5
1
O5, O6,
O4
7
O1
3
O7
O5
9
O3, O4 O8
2
O6
3
O4
O9
1
O7
3
O4
O9
3
O8
6
O5
O10
1
O9
5
O6, O7 O10
1
O10
7
O8, O9 O11
2
O11
11
O10
O12
1
O13,
O12
4
O11
1
O14
O13
7
O12
O15
1
O14
5
O12
O15
1
O1
O4
O6
O13
O9
O7
O2
O5
O3
O10
O8
O11
O12
O15
O14
W HE
D
20 8 90%
500
0,288 jam
TCL
TCL
TCL
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-4
M1
M2
M4
M5
M6
O7 (3)
O9 (5)
idle
O11 (11)
M3
O10 (7)
O4 (7)
idle
O6 (3)
O5 (9)
O8 (6)
Waktu
produktif
Waktu
menganggur
Waktu siklus
stasiun kerja
16 menit
16 menit
16 menit
0 menit
0 menit
0 menit
16 menit
16 menit
16 menit
Operasi
O7
O10
14
O15
O11
11
11
O13
O2
O3
O9
O14
O12
O1
Waktu
produktif
Waktu
menganggur
Waktu siklus
stasiun kerja
15 menit
10 menit
14 menit
0 menit
5 menit
1 menit
15 menit
15 menit
15 menit
Operasi
O15
O13
O2
O3
O14
O12
O1
stasiun kerja 3
M7
M8
O12 (4)
O13 (7)
O14 (5)
idle
O15 (2)
Waktu
produktif
Waktu
menganggur
Waktu siklus
stasiun kerja
11 menit
9 menit
0 menit
2 menit
11 menit
11 menit
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-5
Rahman
Operasi
A (4)
O1, O2, O3
13
81,25
B (1)
16
100
O3
C (2)
15
93,75
O1
D (3)
11
68,75
M9
Tenaga
Kerja
O3 (5)
Waktu
produktif
Waktu
menganggur
Waktu siklus
stasiun kerja
13 menit
0 menit
13 menit
O13
O9
O7
O3
Waktu
Efisiensi
Siklus
(%)
(menit)
Operasi
O2 (5)
O2
Stasiun
Kerja
O1 (3)
O4
O2
stasiun kerja 4
O1
O5
O10
O8
O11
O12
O15
O14
Operasi
Waktu
Efisiensi
Produktif
(%)
(menit)
M1 (B) O4, O5
16
100
M2 (B) O4, O5
16
100
16
100
15
93,75
10
62,50
14
87,50
11
68,75
56,25
13
81,25
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-6
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-7
Rahman
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 7 November 2015, Universitas Brawijaya Malang
C-14-8