Anda di halaman 1dari 10

ASKEP SC (bab 1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan indikator yang sangat penting untuk pencapaian
derajat kesehatan masyarakat yang menyeluruh dan optimal. Salah satu indikator utama
derajat kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu
adalah jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah
persalinan per 100.000 persalinan. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan
terhadap pencapaian target MDGs-5, yaitu penurunan 75 % rasio kematian maternal. Di
negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% 0,7 %,
sedangkan di negara negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % 0,1 %.
(Adriaansz. G. 2006).
Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat
persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di
negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan
dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara negara-negara
ASEAN lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jika dibandingkan AKI Singapura adalah 6 per
100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan
AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Philipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 33 per 100.000 per
kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan pada tahun 2010/2011 dari data SDKI terjadi penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) yaitu 112 per 100 ribu kelahiran dan masih jauh dari target Millenium
Development Goals 103 per 100 ribu kelahiran. Pada tahun 2010, kasus kematian ibu di
provinsi Jawa Barat 794 kasus dan bayi 4.987 kasus. Pada tahun 2011 meningkat menjadi
837 kasus angka kematian ibu dan 5.201 kasus kematian bayi. Menurut Depkes pada tahun
2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan
terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama
5%, dan abortus 5%.
Persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya power yaitu kekuatan his dan
daya mengejan, passage (jalan lahir), passenger, psikis dan penolong. Kekuatan his yang ada
pada ibu tidak selalu menghasilkan his yang adekuat, tetapi dapat juga timbul kelainan his.
Kelainan his dapat berupa his yang terlampau kuat yang disebut tetania uteri atau his yang
lebih lemah, singkat dan jarang yang disebut dengan inersia uteri.
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yg dimulai dari daerah
fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut di dapat
dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus tersebut. His yang baik dan ideal meliputi
kontraksi stimulan dan simetris di seluruh uterus, kekuatan dominan di daerah fundus,
terdapat periode relaksasi di antara 2 periode kontraksi, terdapat retraksi otot-otot corpus
uteri setiap sesudah his, servix uteri yang banyak mengandung kolagen & kurang
mengandung serabut otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot corpus uteri.
Diagnosis pada inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti
terhadap persalinan. Inersia uteri

dapat menyebabkan persalinan berlangsung lama dan

menimbulkan bahaya baik terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan penilaian yang
seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian
dan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.

Penatalaksanaan pada inersia uteri diantaranya adalah dengan memecahkan ketuban


dan lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin serta evaluasi kemajuan persalinan
dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his adekuat, jika tidak ada kemajuan maka
dilakukan sectio caesarea, sedangkan jika ada kemajuan maka dilanjutkan infus oksitosin dan
evaluasi setiap 2 jam.
Pemberian oksitosin pada panggul sempit dan pada adanya regangan segmen bawah
uterus dinilai sangat berbahaya. Demikian pula pemberian oksitosin jangan diberikan pada
grande multipara dan kepada penderita yang telah pernah mengalami sectio caesarea atau
miomektomi, karena memudahkan terjadinya ruptur uteri. (Seto Martohoesodo, Hanny
Sumampauw, YBP-SP, 2002)
Ruptur uteri atau robekan rahim merupakan peristiwa yang amat membahayakan baik
untuk ibu maupun untuk janin. Ruptur uteri dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma
dan dapat terjadi pada uterus yang utuh atau yang sudah mengalami cacat rahim (pasca
miomektomi atau pasca sectio caesarea) serta dapat terjadi pada ibu yang sedang inpartu
(awal persalinan) atau belum inpartu (akhir kehamilan).
Kejadian ruptur uteri yang berhubungan dengan cacat rahim adalah sekitar 40% dimana
ruptur uteri yang berkaitan dengan low segmen caesarean section ( insisi tranversal ) adalah
kurang dari 1% dan pada classical caesarean section ( insisi longitudinal ) berkisar antar 4%
7%.
Dahulu pada tahun 1916, Cragin EB dalam New York Medical Journal melontarkan
satu kalimat kutipan yang terkenal saat itu, Once a cesarean, always a cesarean. Kutipan
itu dilatarbelakangi metode bedah cesarean yang saat itu menggunakan insisi vertikal
(klasik). Insisi klasik menyebabkan risiko tinggi terjadinya ruptur uteri bila wanita tersebut
hendak melahirkan spontan pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, gravida aterm
riwayat sectio caesarea dengan inersia uteri sangat beresiko tinggi terjadinya ruptur uteri bila
melahirkan secara spontan terlebih dengan riwayat sectio caesarea dengan insisi longitudinal
(classical caesarean section) yang lebih beresiko dibanding sectio caesarea dengan insisi

tranversal (low segmen caesarean section). Dengan demikian, sectio caesarea merupakan
alternatif terbaik dalam kasus tersebut.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus (Sarwono , 2005). Istilah sectio caesarea berasal dari kata latin
caedere yang artinya memotong, pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex
Regia) dan emperiors Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya
janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim. Ada
beberapa istilah dalam sectio caesarea diantaranya adalah sectio caesarea primer (efektif )
yaitu dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesarea,
tidak diharapkan lagi kelahiran biasa misalnya pada panggul sempit. Sectio caesarea
sekunder yaitu dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan) bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan
sectio caesarea. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) yaitu ibu pada kehamilan
yang lalu mengalami sectio caesarea (previous caesarean section) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang (Rustam Mochtar, 1987: 117).
Dr. Pisake Lumbiganon dkk. Dari khon kaen University, Thailand, menyatakan bahwa
angka Sectio Caesarea secara keseluruhan adalah 27,3% dan angka persalinan vaginal
operatif 3,2%. Indikasi tersering Sectio Caesarea adalah riwayat Sectio Caesarea, disproporsi
sefalopelvik, fetal distress, dan presentasi abnormal. China menunjukan angka Sectio
Caesarea tertinggi yaitu 46,2% dan mempunyai tindakan operasi tanpa indikasi terbesar yaitu
11,7%. Negara kedua tertinggi untuk Sectio Caesarea tanpa indikasi adalah Vietnam dengan
angka 1%. (Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, 2010)
Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut survei nasional tahun 2007
adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Di
Indonesia angka persalinan dengan sectio caesarea mengalami peningkatan dari 5% menjadi

20% dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35.7% 55.3% ibu melahirkan dengan proses Sectio Caesarea.(Indiarti, 2007).
Berdasarkan data dari rekam medik RSUD Sumedang dari tanggal 1 Januari 2013
sampai dengan 31 Mei 2013 didapatkan data bahwa jumlah angka persalinan secara sectio
caesarea sebanyak 388 jiwa sedangkan partus spontan sebanyak 720 jiwa. Dari data tersebut
dapat disimpulkan angka persalinan dengan sectio caesarea masih tinggi dimana jumlahnya
sekitar 50% dari jumlah persalinan spontan.
Adapun beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui sectio caesarea, yaitu
adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan sectio caesarea dengan frekuensi di
atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah,
cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus,
serta infeksi akibat luka operasi. Pada sectio caesarea yang direncanakan angka
komplikasinya kurang lebih 4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio caesarea
emergency) berangka kurang lebih 19%. Setiap tindakan sectio caesarea memiliki tingkat
kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin
pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera
pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat
ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan
dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus.
Dalam hal ini peran perawat sebagai pelaksana, pendidik, pengelola dan peneliti sangat
diharapkan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan
keperawatan itu sendiri berfokus pada penyelamatan ibu dan janin, karena gravida dengan
inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadap
ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi (Buku Obstetri Fisiologi, UNPAD,
1983). Sedangkan kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC diantaranya
adalah infeksi, perdarahan, komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya

jaringan parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya. (Wiknjosastro, 2002),
Asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik bagi ibu
maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005). Penting bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan observasi pada status kesadaran ibu, status respiratorik,
tekanan darah, nadi dan suhu tubuh, selain itu observasi perdarahan dan pelaksanaan teknik
aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dinilai sangat penting. Mengingat begitu luasnya
permasalahan pada ibu dengan inersia uteri dan riwayat sectio caesarea serta dilakukannya
tindakan sectio caesarea, peran perawat sangat dibutuhkan dalam asuhan keperawatan yang
berfokus pada tindakan preventif, promotif, dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam
suatu karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. K G4P2A1 Dengan
Pre dan Post Operasi Sectio Caesarea Atas Indikasi Inersia Uteri dan Riwayat Sectio
Caesarea di Ruang Dahlia RSUD Sumedang pada Tanggal 10 Juni s.d 14 Juni 2013
B.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.

Tujuan Umum
Memberikan gambaran yang nyata dalam melakukan asuhan keperawatan secara

langsung dan komprehensif kepada Ny. K G4P2A1 dengan pre dan post sectio caesarea (SC)
atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio caesarea (SC) di Ruang Dahalia RSUD
Sumedang melalui asuhan yang bersifat komprehensif yang meliputi aspek biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual berdasarkan ilmu keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.
2.

Tujuan Khusus

a.

Mampu memberikan gambaran mengenai pengkajian dan analisa data untuk menetapkan
diagnosa keperawatan pada klien dengan pre dan post sectio caesarea atas indikasi inersia

b.

uteri dan riwayat sectio caesarea.


Mampu memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang diperoleh dengan cara
menentukan prioritas masalah keperawatan pada klien dengan pre dan post sectio caesarea

c.

atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio caesarea.


Mampu memberikan gambaran mengenai perencanaan keperawatan pada klien dengan pre

d.

dan post sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio caesarea.
Mampu memberikan gambaran mengenai pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien

e.

dengan pre dan post sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio caesarea.
Mampu memberikan gambaran mengenai evaluasi dan hasil tindakan keperawatan pada
klien dengan pre dan post sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio

f.

caesarea.
Mampu memberikan gambaran mengenai pendokumentasian proses keperawatan yang
dilakukan pada klien dengan pre dan post sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan

riwayat sectio caesarea.


C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan pre dan post operasi sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio
caesarea secara langsung dan komprehensif, yang meliputi aspek biologi, psikologi, sosial,
dan spiritual melalui pendekatan proses asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Mendapatkan gambaran tentang keberhasilan pendidikan mahasiswa dalam mengaplikasikan
hasil pembelajaran di akademik dan praktek di lapangan sehingga diharapkan dapat menjadi
bahan kajian, penelitian, dan perbandingan antara tinjauan teori dan kenyataan yang ada pada
pasien di lapangan untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran dan sebagai bahan
masukan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan pre dan post
operasi sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio caesarea.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Mendapatkan sumber informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
pre dan post operasi sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat sectio caesarea.
4. Bagi Profesi
Bagi profesi keperawatan diharapkan karya tulis ini dapat memberi gambaran dalam usaha
menggambarkan peran dan fungsi keperawatan secara menyeluruh dan menekankan
pentingnya suatu proses keperawatan komprehensif untuk meningkatkan derajat kesehatan.
5. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat tentang perawatan pre dan post sectio caesarea.
D. Metodologi
Dalam penyususnan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif
dengan pendekatan studi kasus yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama
menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif yang digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dan situasi yang dihadapi sekarang.
(Notoatmodjo, 2002 : 138).
E.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini dianataranya
sebagai berikut :

1. Study Kasus
a. Wawancara
Wawancara merupakan pembicaraan terarah yang umumnya diselenggarakan pada
pertemuan tatap muka baik dengan klien maupun keluarga klien dengan tujuan untuk
mengungkapkan dan memperoleh data subjektif yang akurat dan dapat dipercaya. Wawancara
ini dapat dilakukan antara perawat dengan keluarga klien (allo anamnesa) dan klien dengan
petugas kesehatan (auto anamnesa).
b. Observasi
Observasi adalah pemeriksaan untuk mengumpulkan data melalui inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi dan dilakukan secara menyeluruh memandang klien sebagai makhluk
yang holistik dengan tujuan untuk mengetahui atau memastikan batas dimensi angka, irama,
kualitas atau ukuran tertentu.
c. Dokumenter

Study dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat
catatan medik dan status pasien baik sekarang maupun yang telah lalu, dengan tujuan untuk
memperoleh data objektif yang lengkap.
2. Study Kepustakaan
Study kepustakaan merupakan bahan penunjang dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
yang berasal dari buku buku yang berhubungan dengan kasus yang dibahas yaitu pre dan
post sectio caesarea atas indikasi inersia uteri dan riwayat SC, sehingga dapat diperoleh
keterangan dan dasar-dasar teori mengenai pengertian yang bersifat definitif dalam
hubungannya dengan kasus yang diambil.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus, metodologi, teknik pengumpulan data, manfaat penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori terdiri dari konsep dasar dan konsep asuhan keperawatan. Konsep dasar
meliputi konsep intrapartum, konsep inersia uteri, konsep sectio caesarea, serta konsep Post
Partum dengan Sectio Caesarea. Konsep asuhan keperawatan pada pre dan post sectio
caesarea yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Tinjauan kasus merupakan dokumentasi asuhan keperawatan pada klien yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pembahasan
berisi adakah kesesuaian atau kesenjangan antara pelaksanaan asuhan keperawatan di
lapangan dengan teori yang ada.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Merupakan inti dari hasil pembahasan serta rekomendasi berdasarkan kesimpulan yang
dirumuskan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai