Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

A. DEFINISI
Menurut Setyawan (2008) hemodialisis ialah suatu teknologi modern sebagai terapi pengganti
untuk mengekskresikan air, sisa metabolisme dan zat racun (seperti ureum, kreatinin, asam urat,
dll) dari peredaran darah manusia melalui membran semi permeable. Membrane ini berfungsi
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses osmosis,
difusi, & ultrafiltrasi.
Menurut Nursalam (20010) Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh kumpulan zat
sisa metabolisme tubuh. Hemodialisis digunakan untuk pasien dengan tahap akhir gagal ginjal
atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat.
B. TUJUAN
1. Mengeluarkan urea, kreatinin dan asam urat.
2. Mengeluarkan cairan tubuh yang berebih.
3. Mempertahankan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan kadar elektrolit tubuh.
5. Memperbaiki kualitas kesehatan pasien.
C. PROSES HEMODIALISIS
1. Persiapan alat
a Mesin hemodialisa
b Air Water Treatment (RO) sekali HD butuh 120 L
c Cairan bicnat 20 L
d Cairan asetat 15 L
e Dializer
f Arterial Venouse Blood Line (AVBL), terdiri dari arterial blood line (ABL)/inlet/warna
merah & nenouse blood line (VBL)/outlet/warna biru.
g Nacl 0,9% 1000 cc
h Heparin
i Infus set makro
j Spuit 20 cc
k Spuit 5 cc
l Spuit 1 cc
m Sarung tangan
n Alcohol 70%
o Bethadine cair
p Kassa steril
q Set HD (bengkok, kom bethadine (2) & arteri klem)
r Duk bolong (1 2 bh)
s Timbangan BB & pengukur TB
t Tensimeter
u Stetoskope
v Gelas ukur
2. Persiapan klien
a Timbang berat badan pasien sebelum tindakan.
b Atur posisi sesuai kenyamanan pasien & mempermudah saat tindakan HD
c Ukur TTV pasien sebelum mulai.

3. Pelaksanaan
a Persiapan mesin:
1) Cek ketersediaan air RO apakah jumlah memadai, minimal 70% dari penampung untuk
dilakukan tindakan HD.
2) Nyalakan tombol on/off pada mesin, kemudian lakukan proses rinse dengan water
selama 10 mnt.
3) Masukkan selang dialisat ke dalam jerigen bicnat untuk list warna biru & jerigen asetat
untuk list warna merah.
4) Hidupkan mesin dengan posisi normal untuk proses preparation (PREP).
b Menyiapkan sirkulasi
1) Buka set AVBL kemudian untuk ABL pasang ke bagian pump mesin & VBL ke bagian
sensor buble.
2) Tempatkan dialiser pada tempatnya dan posisi inset (tanda merah) diatas dan posisi
outset (tanda biru) dibawah
3) Hubungkan ujung selang merah dari arteri blood line dengan ujung inset dari dialiser
4) Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung outset adri dialiser dan tempatkan
buble trap di holder dengan posisi tengah, kemudian ujung selang diletakkan pada gelas
ukur (perhatikan tehnik steril).
5) Pasang Nacl 0,9% 1000 cc dengan makro set kemudian hubungkan ke selang arteri.
6) Buka klem NaCl 0,9%, isi selang arteri sampai keujung selang lalu klem.
7) Klem selang untuk heparin.
8) Memutarkan letak dialiser dengan posisi inset dibawah dan ouset diatas, tujuannya
agar dialiser bebas dari udara.
9) Jalankan pompa darah (QB) dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian
naikkan secara bertahap.
10) Isi buble trap bagian inlet dengan NaCl 0,9% sampai batas yang ditentukan.
11) Untuk mengeluarkan udara dalam dialyzer pijat perlahan selang dengan klem/tangan
untuk mendorong lebih cepat.
12) Setelah cairan digelas ukur 200 cc, maka buble trap bagian outlet di isi sesuai batas
yang ditentukan.
13) Setelah cairan di gelas ukur 300 cc, matikan QB & klem selang outlet.
14) Sambungkan ujung biru (UBL) dengan ujung merah (ABL) dengan menggunakan
konektor.
15) Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana inset diatas dan outset
dibawah.
16) Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 12 menit siap untuk
dihubungkan dengan pasien (soaking), untuk menghangatkan dialyzer & minimal
kecepatan QB 225 ml/mnt.
c. Melakukan insersi, tergantung dengan pasien:
1) Akses pembuluh darah langsung
2) Melalui double lumen
3) Melalui simino
4) Melalui graft cimino.
d. Proses HD
1) Menyambungkan selang inlet & outlet dari mesin & dari pasien.

2) Menentukan UFG (berapa cairan yang akan ditarik) & waktu HD. Missal: UFG: 2 liter
dalam 4 jam.
3) Setelah itu putar QB mulai 100 150
4) Tekan UF untu mulai proses HD.
5) Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
a) Proses Difusi adalah berpindahnya bahan terlarut karena adanya perbedaan kadar
dalam darah dengan dialisat. Semakian tinggi perbedaan maka semakin banyak
bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
b) Proses Ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan bahan terlarut yang disebabkan
perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah & dialisat.
c) Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan
osmolaritas darah dan dialisat
4. Indikasi dan Kontra indikasi HEMODIALISIS
1) Indikasi
ensefalopati uremik
Perikarditis
Asidosis
Gagal jantung
Hiperkalemia
GFR < 15 ml/mnt, dll.
Kontra
indikasi
akses vaskuler sulit, hemodinamik tidak stabil dan gangguan kekentalan darah. penyakit
alzheimer, dan enselofati (PERNEFRI, 2003).
Akses pada sirkulasi darah pasien :
1) Kateter subklavikula dan femoralis
Akses segera ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis darurat dicapai
melalui kateterisasi subklavia untuk pemakaian sementara. Kateter femoralis dapat
dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis untuk pemakaian segera dan sementara.
2) Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan (biasanya dilakukan pada
lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau menyambung (anastomosis) pembuluh
arteri dengan vena secara side-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh
darah). Jarum ditusukkan ke dalam pembuluih darah agar cukup banyak aliran darah
yang akan mengalir melalui dialiser.
Segmen-arteri fistula digunakan untuk aliran darah arteri dan segmen-vena fistula
digunakan untuk memasukkan kembali (reinfus) darah yang sudah dialysis.
3) Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialysis, sebuah
tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena pasien
sendiri.
Terdapat 2 (dua) tipe dasar dialyzer yaitu :

a) Parallel plate dialyzer


Darah mengalir melalui lapisan-lapisan membran, dan cairan dialysis dapat mengalir
dalam arah yang sama, seperti darah, atau dengan arah berlawanan.
b) Hollow fiber atau Capillary dialyzer
Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil dan cairan dialysis
membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialysis berlawanan dengan arah aliran darah.
Satu system dialysis terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk
cairan dialysis. Bila system ini bekerja, darah mengalir dari penderita melalui tabung
plastic (jalur arteri), melalui dialyzer hollow fiber dan kembali ke penderita melalui jalur
vena. Dialisat kemudian dimasukkan ke dalam dialyzer, dimana cairan akan mengalir
diluar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Komposisi cairan dialysis diatur
sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifkan
agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal.
unsur-unsur yang umum terdiri dari Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl, asetat dan glukosa. Urea,
kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam cairan
dialysis karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam cairan dialysis. Natrium asetat yang
lebih tinggi konsentrasinya dalam cairan dialysis akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan
penambahan asetat adalah untuk mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat
dimetabolisme menjadi bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah (200 mg/100
ml) ditambahkan untuk mencegah difusi glukosa yang dapat menyebabkan kehilangan
kalori. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infuse lambat
untuk mencegah pembekuan. Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan
hemodialisa adalah tiga kali seminggu, dengan setiap kali hemodialisa 3 sampai 5 jam.
5. FREKUENSI HEMODIALISIS
sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 2 - 3 x/mgg, setiap HD berlangsung
4 jam.
Program dialisis dikatakan berhasil, jika :
a. Pasien mencapai BB kering.
b. Pasien makan dengan diit normal

Anda mungkin juga menyukai