Juni 2016
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH:
NAMA
STAMBUK
: N 111 13 058
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sehat
Arti kesehatan secara harfiah adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi fisik seseorang yaitu orang dikatakan sehat apabila terbebas dari
serangan penyakit atau sebaliknya dikatakan sakit apabila kondisi fisiknya
tidak baik akibat penyakit menular atau penyakit tidak menular.Kondisi ini
dinamakan konsep sehat-sakit. Sejak tahun 1948 WHOtelah mendefinisikan
yang dimaksud sehat sebagai berikut :Health is a state of physical, mental
and social well being and not merely the absence of disease or
infirmity.Dikatakan bahwa sehat itu adalah keadaan fisik, mental dan sosial
yang baik, tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.Menurut
pengertian tersebut definisi sehat mempunyai makna yang sempurna dan
lengkap. Misalnya seseorang yang mengalami sakit lalu ada bekas luka parut,
menurut pengertian WHO belum termasuk kriteria sehat (Suyono, 2010)
Di Indonesia kriteria sehat ini ditetapkan melalui Undang-undang Nomor
1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan dan telah diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 23Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 1 ayat 1 yang
bunyinya : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Suyono, 2010)
bakteri dll.
Lingkungan Sosial
2.2.2
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini beredoman pada Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure yang ke VIII.Berikut ini adalah tabel
tentang klasifikasi hipertensi.
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial
atau idiopatik. Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktorial
yang masing-masing akan saling berinteraksi mengganggu
homeostasis secara bersama, sehingga tekanan darah baik sistolik
tekanan
menyebabkan
hipertensi
intracranial).Kehamilan
sekunder
(Davis,
juga
dapat
2004).Kejadian
Kejadian
hipertensi
khususnya
hipertensi
primer
sangat
(overweight).
Stress
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jonas
(2000) dilaporkan bahwa seseorang yang mengalami depresi
berisiko 1,78 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan
yang tidak mengalami depresi. Seseorang yang berada dalam
kondisi stress telah terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf
simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus
pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis
ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah.
Konsumsi Zat Berbahaya
Konsumsi zat berbahaya adalah faktor lain yang mempengaruhi
kejadian hipertensi dan dapat dimodifikasi. Konsumsi zat
berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol berlebih, dan
obat-obatan terlarang.Penggunaan substansi ini secara terusmenerus dapat membuat tekanan darah cenderung tinggi.
Nikotin yang dihisap melalui rokok dapat meningkatkan denyut
jantung dan menyebabkan vasokonstriksi perifer, yang akan
meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu yang
2.2.4
2.2.5
Tatalaksana Hipertensi
a. Non-Farmakologis
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya
hidup. (Depkes RI, 2013)
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi
Penurunan berat badan
Rekomendasi
Rerata penurunan TDS
Jaga berat badan ideal (BMI : 5 20 mmHg/10kg
sayuran, 8 - 14 mmHg
b. Farmakologis
4 mmHg
BAB III
LAPORAN KASUS
: Tn. Muamin
: 56 Tahun
: Pria
: Desa Baiya, Pantoloan, Palu
: Kaili
: Islam
: Petani
: 27 April 2016, Kunjungan rumah petugas UPTD
Pantoloan
3.2 Anamnesis
-
Keluhan Utama
Sakit kepala, tegang pada belakang leher
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien meneluhkan sakit kepala sejak 1 minggu terakhir.Sakit kepala terutama
dirasakan pada seluruh bagian kepala. Pasien juga mengeluhkan leher tegang
sejak 1 minggu, nyeri uluhati sejak 3 hari terakhir,
Pasien
Meninggal
Hipertensi
Riwayat Pribadi
Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Pasien tinggal
pernah mau pergi ke Puskesmas maupun Pustu tanpa alasan yang jelas.
Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari air gunung yang
dialirkan kerumah menggunakan pipa, dan untuk minum pasien minum
air mentah karena menurut pasien tidak biasa minum air masak.
Pasien merupakan seorang petani dan peternak kambing.
Pasien kurang bergerak dan tidak pernah berolahraga.
Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk yang beraneka ragam. Riwayat
sering makan makanan bersantan
: Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
-
Denyut nadi
TD
RR
Suhu
Status Generalis
Kepala
-
Ekspresi wajah
Bentuk dan ukuran
Rambut
Edema
Malar rash
: normal
: normal
: normal
: (-)
: (-)
Simetris
Exophtalmus
Ptosis
Strabismus
Edema palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Kornea
Lensa
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: anemis (-/-), hiperemis (-/-)
: ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)
: isokor, bulat, refleks (+/+)
: normal
: normal, katarak (-/-)
Bentuk
Lubang telinga
Nyeri tekan
Pendengaran
: normal
: normal, secret (-/-)
: (-)
: normal
Mata
Telinga
Hidung
-
Mulut
-
Simetris
Bibir
Gusi
Lidah
Mukosa
: sianosis (-)
: hiperemis (-), perdarahan (-)
: glositis (-), atrofi papil lidah (-)
: kering
Leher
-
Simetris
Kaku kuduk
: (-)
Scrofuloderma
: (-)
Pembesaran KGB
: (-)
Trakea
: di tengah
JVP
: normal
Pembesaran otot sternokleidomastoideus
Pembesaran tiroid
: (-)
: (-)
Thoraks
Cor
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Pulmo
-
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi
-
pernapasan 20 x/menit.
Palpasi
: pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba
Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Inguinal-genital-anus
Ekstremitas atas
-
Akral hangat
Kulit
Deformitas
Sendi
Edema
Sianosis
Kekuatan
: (+/+)
: normal
: (-/-)
: dalam batas normal
: (-/-)
: (-/-)
: normal
Ektremitas bawah
-
Akral hangat
Kulit
Deformitas
Sendi
Edema
Sianosis
Kekuatan
: (+/+)
: normal
: (-/-)
: dalam batas normal
: (-/-)
: (-/-)
: normal
Captopril 2 x 25 mg
Ranitidin 3x1 tab
3.7 Prognosis
Dubia
3.8 Konseling
Konseling yang diberikan pada pasien ini adalah tentang pola hidup sehat
untuk mencegah dan mengontrol hipertensi, seperti :
-
Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam
maksimal 5 g sehari.
Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur
Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas
Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengn hipertensi grade II. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan di Puskesmas
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang
mulai dirasakan sejak 1 minggu yang lalu.Sakit kepala terutama dirasakan di
bagian belakang kepala. Nyeri uluhati sejak3 hari yang lalu.Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan tekanan darah pasien adalah 170/100 mmHg. Berdasarkan
klasifikasi menurut JNC VII, pasien ini digolongkan pada hipertensi grade II.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan pemberian terapi
farmakologis dengan menggunakan obat antihipertensi yaitu captopril 2 x 25 mg
sehari. Selain terapi farmakologis, diberikan juga terapi non farmakologis dengan
pemberian konseling tentang diet untuk pasien hipertensi, gaya hidup aktif,
komplikasi hipertensi, dan menganjurkan pasien kontrol rutin di puskesmas.
Menurut teori H.L. Blum terdapat empat faktor yang mendasari munculnya
suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain : faktor biologi, faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Mengacu pada teori tersebut,
kejadian hipertensi pada pasien ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor biologi
Faktor biologi pada pasien ini adalah terdapat riwayat hipertensi dalam
keluarga yakni ketiga saudara pasien. Selain itu, terdapat faktor yang lain yaitu
usia pasien 56 tahun.
2. Faktor lingkungan
GENETIK
Jarang berolahraga
HIPERTENSI
LINGKUNGAN
PERILAKU
Sering mengkonsumsi santan
Tidak mau berobat ke Puskesmas
PELAYANAN KESEHATAN
Terdapat 1 orang programmer dan beberapa kader yang mengurusi masalah PTM
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hipertensi masih merupakan masalah yang dominan dan masuk dalam 10
besar penyakit di Puskesmas Pantoloan
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
pasien, yaitu : faktor genetik, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.
3. Kesimpulan terkait hipertensi pada pasien ini adalah menderita hipertensi.
5.2 Saran
1. Perlu disusun suatu program yang efektif dan berbasis masyarakat untuk
mengelola penyakit hipertensi.
2. Melakukan kerjasama lintas program dengan program gizi maupun
promkes dalam mengelola penyakit hipertensi.
3. Pemberian penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
RI.
(2010).
Rencana
Operasional
Promosi
Kesehatan
dalam
Pedoman
Tatalaksana
Penyakit
Kardiovaskular
di
Lingkungan.
Available
in
http://e-