Anda di halaman 1dari 36

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung

Radiologi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Anuntaloko Parigi merupakan salah
satu Rumah Sakit yang berada di Kabupaten Parigi Moutong, untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Parigi Moutong,
perlu diadakan peningkatan sarana dan prasarana Rumah Sakit, baik
yang yang berhubungan langsung dengan masyarakat, maupun sarana
dan prasarana penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan
masyarakat,

namun

tetap

mempunyai

peranan

penting

dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


Dalam hal ini RSUD Anuntaloko melakukan upaya tersebut dengan
melakukan Pembangunan Gedung Radiologi Rumah Sakit.
CV. TITARA MARANTAM selaku konsultan yang di tunjuk dan
mendapatkan kepercayaan sebagai Penyedia jasa konsultansi untuk
pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Radiologi Rumah
Sakit Anuntaloko Parigi berdasarkan Nomor Kontrak : 02.84/SPKPerenc.RAD/RSUD-II/2014, tanggal 20 Februari 2014.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan Gambaran
tentang Perencanaan Gedung sesuai dengan estetika bangunan yang
ada.
Sedangkan Tujuan adalah untuk mendapatkan hasil perencanaan
berupa Drawing Engenering Detail dan Rencana Anggaran Biaya
terhadap Bangunan Radiologi RSUD Anuntaloko Parigi.
1.3 Lingkup Pekerjaan
Secara umum tugas konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan
perencanaan adalah memberikan layanan jasa konsultansi di bidang
perencanaan pekerjaan konstruksi serta arsitektur bangunan. Dalam
hal ini konsultan berfungsi untuk membantu Pemimpin Proyek untuk
1

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

mendapatkan kualitas bangunan yang sesuai dengan target yang


diharapkan.
Untuk tercapainya dengan baik tugas dan fungsi konsultan
perencana, pengetahuan dan pemahaman terhadap masalah-masalah
yang mendasari pekerjaan yang direncanakan serta lingkup pekerjaan
yang menjadi tugas dan kewajibannya merupakan syarat penting.
Disamping

itu, penyediaan tenaga-tenaga profesional dan peralatan

dengan kuantitas dan kualitas yang memadai.


Dengan berpedoman pada petunjuk sesuai dokumen panitia KAK,
secara

garis

besar

tahapan

kegiatan

perencanaan

yang

akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut :


1.3.1

Pengumpulan Data

Tahapan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini adalah sebagai


berikut :
1. Menyusun program dan alokasi tenaga untuk melaksanakan
pekerjaan.
2. Mengumpulkan data lapangan

yang meliputi luas lahan, arah

angin, penempatan garis sempadan, struktur dan komposisi lahan,


kondisi jaringan utilitas seperti jaringan listrik, air bersih serta halhal lain yang berkaitan.
3. Memahami

informasi

yang

berkaitan

dengan

pekerjaan

perencanaan termasuk pula besarnya dana yang tersedia, sumber


dana, target yang diharapkan oleh pemberi tugas dan hal-hal lain
yang dianggap perlu.
4. Mengumpulkan

dan

menginventarisasi

data

tentang

bahan-

bahan/material, tenaga dan peralatan yang akan digunakan dalam


pelaksanakan pembangunan,
peroleh

di

pasaran

harga/upah, kemudahan dalam

maupun

kualitas

dan

kuantitas

bahan/tenaga/peralatan yang bersangkutan.


2

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

5. Menghimpun
Rencana

data

dan

tata Ruang

mempelajari

Daerah

kesesuaiannya

serta mengadakan

dengan

pendekatan

dengan instansi terkait tentang kemungkinan dan syarat-syarat


penerbitan Surat Izin Mendirikan Bangunan.
6. Mencari data tentang besarnya biaya-biaya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembangunan seperti biaya penyambungan listrik, air
bersih dan biaya-biaya lain seperti retribusi bahan dan sebagainya.
7. Mempelajari isi dan maksud peraturan-peraturan/administrasi yang
berlaku

dan

standar-standar

teknis

yang

dijadikan

sebagai

dasar/pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan.


1.3.2

Analisis Data Pra Rencana

Pemanfaatan waktu diusahakan semaksimal mungkin

dengan

tidak menunggu selesainya pengumpulan data seluruhnya, sepanjang


pengolahan data yang telah diperoleh tidak saling menunjang dengan
data lain yang belum terkumpul. Kegiatan-kegiatan dalam tahapan ini
adalah sebagai berikut :

1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh


2. Membuat perhitungan dan analisis kebutuhan serta luasan ruang
yang disesuaikan dengan fungsi, Hubungan Ruang masing-masing
bangunan dan merumuskan bentuk arsitektur.

3. Membuat

gambar

pra-rencana

secara

keseluruhan

terhadap

bangunan yang kemudian dikonsultasikan dengan pemberi kerja dan


mengadakan perubahan/perbaikan sesuai hasil konsultasi.
1.3.3

Rencana Anggaran Biaya, Spesifikasi Teknis, Bill Of

Quantity dan Penggambaran


Sambil mengadakan perubahan-perubahan/perbaikan sesuai hasil
konsultasi dengan pemberi kerja, data/gambar pra-rencana yang telah
disetujui akan dikembangkan, dengan tahapan kegiatan antara lain :
3

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

1. Membuat rencana lengkap berupa rencana arsitektur, rencana


struktur, penjelasan-penjelasan rencana, perhitungan-perhitungan
struktur,

sistem cahaya, plumbing dan complementary yang

diperlukan.

2. Membuat

estimasi

biaya

dengan

membuat

perhitungan-

perhitungan untuk mencapai kesesuaian antara syarat-syarat


teknik yang berlaku dan besarnya dana yang tersedia.

3. Berkonsultasi

dengan

instansi

terkait

tentang

struktur

dan

konstruksi bangunan yang direncanakan.

4. Mengadakan perubahan/perbaikan terhadap rencana dan biaya


sesuai saran/petunjuk oleh pejabat instansi terkait.

5. Menyusun Rencana Kerja dan Syarat-Syarat pekerjaan yang akan


dijadikan pedoman dalam pelelangan dan pelaksanaan konstruksi
oleh pemborong.

6. Membuat/menyiapkan gambar-gambar termasuk gambar-gambar


detail, Bill of Quantity yang selanjutnya akan diperiksa oleh
pemberi tugas guna mendapatkan pengesahan.
1.3.4

Penggandaan Dokumen dan Penyerahan laporan

Penggandaan dokumen adalah berupa gambar-gambar, rencana


kerja dan syarat-syarat serta bill of quantity yang telah disetujui.
Hasil pekerjaan perencanaan diserahkan kepada Pemberi Tugas
dan dibuatkan Berita Acara serah Terima Dokumen Pelelangan.
1.3.5

Penjelasan Pekerjaan

Pada kegiatan dalam rangka pelelangan pekerjaan konstruksi,


konsultan perencana turut serta memberikan penjelasan-penjelasan
pekerjaan fisik serta membuat berita acara penjelasan pekerjaan serta
memperhatikan

jika

ada

gambar-gambar

perubahan

pada

saat

penjelasan pekerjaan.
4

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

BAB II
GAMBARAN UMUM PERENCANAAN
2.1

Gambaran umum lokasi

2.1 Letak geografis

Lokasi Pembangunan Gedung Instalasi Radiologi RSUD Anuntaloko


Parigi secara administrasi berada di Kecamatan Parigi, Kabupeten
Parigi Moutong,
2.1.2 Keadaan topografi.
Lokasi rencana pembangunan terletak di dalam Lingkungan RSUD
Anuntaloko Parigi Kab. Parigi Moutong.
2.1.3 Struktur tanah dan geologi.
Kondisi tanah pada lokasi cukup baik dan mempunyai kontur yang
cukup rata.
2.2 Ketersediaan material
Dalam proses Pembangunan Gedung Instalasi Radiologi RSUD
Anuntaloko Parigi memerlukan ketersediaan material bahan bangunan
yang memadai, serta standar yang dipergunakan adalah standar yang
telah ditentukan oleh perencana. Material yang dipergunakan sebagai
5

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

bahan bangunan dapat dikelompokan atas material

fabrikasi dan

material alami.
2.2.1 Material Fabrikasi.
Material fabrikasi adalah material bahan bangunan hasil olahan
pabrik , material tersebut berupa : semen , aneka ragam , cat ,
penutup atap , paku , kaca , baja tulangan , Rangka Baja, kunci alat
penggantung dan lain sebagainya, sebagian material bisa didapat
dengan mudah di Parigi.
2.2.2 Material alami
Material alami adalah material yang dapat diperoleh langsung dari
alam ataupun melalui sedikit sentuhan pengelolahan.

Berdasarkan

lokasi pengambilan material, dapat disimpulkan dan dikelompokan atas


bebrapa bagian antara lain:
1)

Material pasir pasang dan batu kali / batu gunung

2)

Kayu

3)

Batu bata

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

BAB III
KERANGKA TEORITIS
3.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik, maka
terlebih dahulu dibuat metode pelaksanaan, sehingga hasil yang
didapat lebih optimal atau sesuai dengan sasaran dan tujuan

yang

diinginkan. Berdasarkan pemahaman terhadap kerangka acuan kerja


(KAK) dan buku petunjuk pelaksanaan, maka garis besar kegiatan
pekerjaan dapat diuraikan sebagai berikut :
3.1.1

Pekerjaan Persiapan

Pada

dasarnya

pekerjaan

persiapan

bertujuan

untuk

memperlancar dan mempermudah kelancaran kegiatan pekerjaan,


terutama survey lapangan. Kegiatan ini menyangkut mobilisasi personil
dan peralatan, pengumpulan data sekunder. Laporan pekerjaan ini
diwujudkan dalam bentuk Laporan Pendahuluan, yang telah berisikan
hal-hal yang menyangkut pengenalan lokasi dan rencana kerja
lapangan, sebagaimana tersurat pada buku laporan ini.
a.

Mobilisasi Personil dan peralatan


Mobilisasi personil dan peralatan dilakukan setelah konsultan

ditunjuk untuk menangani pekerjaan. Hal hal yang dilakukan dalam


kegiatan ini adalah :
-

Pembentukan tim lapangan secara terkoordinasi.

Rencana kerja dibuat dan dibahas secara detail agar seluruh


personil dapat menghayati tugasnya. Dalam hal ini petunjuk
dan pengarahan dari pengawas lapangan tetap menjadi
pertimbangan.

Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dan dikalibrasi


untuk memeriksa kelayakannya

b.

Pengumpulan dan review data


7

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Ketersediaan data akan sangat membantu kelancaran pekerjaan


selanjutnya. Data ini akan direview oleh tenaga ahli konsultan,
sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih terperinci tentang lokasi
survey. Data yang telah tersedia dan telah diperoleh berupa :
-

Data quarry material yang terdekat ke lokasi pekerjaan

Harga material utama di tempat pengambilan dan yang


terdekat ke lokasi pekerjaan.

Jaringan utilitas yang terdekat ke lokasi pekerjaan.

Kondisi geoteknis, topografi dan hidrologi lokasi pekerjaan.

Dokumen-dokumen

legalitas

seperti

surat

tugas,

surat

pengantar dan lain-lain.


3.1.2

Pekerjaan Studio

Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun suatu laporan yang


sistematis dan sesuai dengan standar penyusunan laporan (sesuai
Pertunjuk Pelaksanaan). Lingkup kerja meliputi pengolahan data
berupa perhitungan, penggambaran, analisis data sampai dihasilkan
draft final.
Pada tahap ini berdasarkan data-data yang didapat, maka masingmasing tenaga ahli melakukan perhitungan dan analisis ( metode
mengacu standar ). Sehingga menghasilkan produk berupa gambargambat berikut :
-

Gambar Site Plan lokasi bangunan

Gambar Denah dan Tampak

Gambar Potongan dan Detail

Gambar Jaringan Utilitas (Air Bersih dan Listrik).

3.1.3

Penyusunan Laporan Akhir (Final Report)

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Pada tahap ini laporan dan gambar-gambar akhir (Draft Final)


direvisi dengan mengikuti saran saran dan masukanmasukan dari
pihak pemberi tugas.

Laporan akhir tersebut berupa :


a.

Spesifikasi Teknis

b. Rencana Anggaran Biaya / Bill Of Quantity


c.

Gambar Kerja

Personalia
Pada
melibatkan

pelaksanaan
tenaga

perencanaan,

sesuai

konsultan

kualifikasi/keahlian.

perencana

Penugasan

akan

tenaga

konsultan ini akan menurut jadwal dan rencana kerja. Sebagai salah
satu persyaratan utama, maka dalam kegiatan perencanaan juga akan
ditunjang oleh fasilitas/peralatan sesuai dengan jenis pekerjaan akan
dilaksanakan.
Personil yang akan ditugaskan dan telah bertugas diuraikan sebagai
berikut :
a.

Team Leader / Sipil


Kegiatan perencanaan dipimpin oleh Team Leader (Ketua Tim) yang

juga merupakan seorang Ahli Sipil yang telah berpengalaman dalam


bidang perencanaan Bangunan Gedung dan Perencanaan Struktur
serta mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala
permasalahannya. Tugas dan tanggung jawabnya meliputi antara lain :
-

Pengaturan

personil

yang

akan

dilibatkan

dalam

pekerjaan

perencanaan sesuai Kerangka Acuan Tugas.


-

Menyiapkan petunjuk teknis setiap kegiatan pekerjaan berupa


pengambilan data, pengolahan maupun penyajian akhir.

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Meneliti dan merekomendasikan bahan-bahan yang akan dipakai


untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Akan mewakili perusahaan dalam berhubungan dengan Pemberi


Tugas dalam hal pertanggung jawaban pelaksanaan kontrak secara
keseluruhan.

Menjamin bahwa kualifikasi dan

rasa tanggung jawab personil

yang akan bertugas sesuai dengan yang diharapkan..


-

Mengadakan penyelidikan tentang kondisi struktur tanah lokasi


pembangunan

Mengadakan perhitungan analisis struktur bangunan gedung yang


direncanakan.

Bertanggung jawab atas hasil

perhitungan dan perencanaan

struktur serta hal-hal lain yang terkait


b. Draftman
Draftman atau juru gambar yang ditugaskan adalah tenaga yang
telah berpengalaman, menguasai dan mampu serta teliti dalam
penggambaran bangunan gedung, dengan tugas dan tanggung jawab
sebagai beikut :
-

Membuat gambar-gambar teknik untuk keperluan perencanaan.

Dapat melaksanakan pekerjaan dengan cepat dan teliti.

c.

Surveyor
Juru ukur atau surveyor yang ditugaskan adalah tenaga yang telah

berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran, termasuk


didalamnya

pengetahuan

terhadap

penggunaan

alat

ukur,

cara

perhitungan, membuat data ukur serta membuat gambar-gambar hasil


pengukuran. Tugas surveyor ini antara lain :
-

Menentukan bentuk / site tempat bangunan akan dikerjakan.

Menentukan luasan areal untuk lokasi tapak / site.


10

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Membuat gambar denah dan peta lokasi hasil pengukuran.

3.2 Struktur Organisasi Pekerjaan Perencanaan


Struktur organisasi pelaksanan pekerjaan perencanaan berdasarkan
fungsi dan penugasan masing-masing personil adalah sebagai berikut :

PENGGUNA
JASA
TEAM LEADER
OPERATOR
COMP./
STAF ADMN

SURVEYOR

JURU
GAMBAR

11

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

3.3 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


No.

Kegiatan

1.
2.
3.
4.
5.

Survey Lapangan
Gambar Pra Rencana
Gambar Rencana
Perhitungan Volume & RAB
Pelaporan
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Akhir
- Spesifikasi Teknis
- Penggandaan Gambar/Laporan

Minggu

I
3

II
4

III
5

IV
6

Keterangan
V
7

VI
8

12

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

BAB IV
HASIL RANCANGAN
4.1 Rincian Kegiatan Penanganan Pekerjaan
Lingkup Kegiatan Perencanaan Pembangunan Gedung Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Anuntaloko Parigi adalah sebagai berikut:
1.

Persiapan

2.

Pengumpulan data

3.

Analisis data

4.

Perumusan Rencana

4.1.1

Persiapan

Hal-hal yang akan konsultan lakukan pada tahap persiapan ini adalah:
a.

Membuat program kerja (pola pikir) kegiatan secara keseluruhan;

b. Memantapkan program kerja (pola pikir), selaras dengan tujuan


dan sasaran studi;
c.

Menetapkan metode survey;

d. Menggali sumber-sumber data yang berpeluang didatangi;


e.

Melakukan studi literatur atas studi-studi terdahulu dan terkait


dengan wilayah studi;

f.

Menyusun daftar sumber data, serta jenis data yang diharapkan


tersedia (survey checklist);

g. Menyusun format pendataan untuk pelaksanaan survey data


sekunder;
h. Menyiapkan peralatan survey;
i.

Menyusun jadwal kerja.

4.1.2

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam bentuk pengumpulan data primer


dan data sekunder, baik dari instansi-instansi pemerintah, maupun dari
kunjungan langsung ke lokasi perencanaan.

13

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

4.1.3 Analisis Data


Sesuai dengan ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Gedung
Radiologi

ini

akan

diawali

dengan

pemahaman

wilayah

pengembangan. Pemahaman ini dilakukan dengan pendeskripsian zona


awal wilayah yang dilakukan agar dapat digunakan untuk menemukan
dan mengenali potensi dan masalah.
Setelah segenap data yang dibutuhkan diperoleh dan distrukturkan
melalui tahapan kompilasi data, selanjutnya akan dilakukan pekerjaan
penganalisisan.
4.1.4

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Tahapan

pelaksanaan

pekerjaan

Perencanaan

Pembangunan

Gedung Laundry ini adalah:


1. Penyusunan Laporan Pendahuluan, yang berisikan kajian awal
pemahaman Kerangka Acuan. Laporan ini secara umum mencakup:
a.

Struktur organisasi Tim Kerja dan Pelaksanaan kegiatan yang


dilakukan dan pembahasan-pembahasan.

b. Metodologi yang digunakan dalam perencanaan


c.

Jadwal kerja, termasuk jadwal pelaksanaan kegiatan yang


dilakukan dan pembahasan-pernbahasan.

2. Draft Laporan Akhir, laporan ini

memuat Gambar Rencana,

Engineer Estimate, Spesifikasi Teknis dan daftar kuantiti (BOQ).


3. Laporan Akhir ( Final Report ), laporan ini memuat perbaikan dari
laporan

terdahulu

(Draft

Laporan

Akhir)

setelah

dilakukan

pembahasan/diskusi dan disetujui oleh pihak terkait.


4.2 PERSYARATAN ARSITEKTUR
a.

Persyaratan Keserasian dengan Lingkungan

Bangunan

Radiologi

harus

serasi

dengan

lingkungannya.

Penempatan massa bangunan arsitektur berorientasi terhadap arah


sinar matahari dan iklim setempat. Bangunan khususnya lantai
dasar harus memperlihatkan sebagai bangunan yang ramah
kepada publik dengan memperlihatkan kejelasan arah jalan masuk,
14

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

keterbukaan (mengundang untuk masuk), serta elemen-elemen


dan material yang mempermudah untuk berorientasi menuju
maupun di dalam bangunan.

Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan memperhatikan


bentuk dan karakteristik arsitektur lingkungan yang ada di
sekitarnya, atau yang mampu sebagai pedoman arsitektur atau
panutan bagi lingkungannya.

Setiap bangunan gedung yang didirikan berdampingan dengan


bangunan yang dilestarikan, harus serasi dengan bangunan yang
dilestarikan tersebut.

Bentuk

bangunan

mempertimbangkan

gedung
terciptanya

harus
ruang

dirancang
luar

dengan

bangunan

yang

nyaman dan serasi terhadap lingkungannya.

Bentuk

bangunan

gedung

sesuai

kondisi

daerahnya

harus

dirancang dengan mempertimbangkan kestabilan struktur dan


ketahanannya terhadap gempa.

Bentuk denah bangunan gedung sedapat mungkin simetris dan


sederhana, guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh
gempa.

Syarat-syarat lebih lanjut mengenai tinggi/tingkat dan segala


sesuatunya ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
rencana

tata

ruang,

dan/atau

rencana

tata

bangunan

dan

lingkungan yang ditetapkan untuk daerah/lokasi tersebut.


b. Persyaratan Ekspresi dan Wujud Arsitektur
Setiap arsitektur bangunan Radiologi memiliki kebebasan dalam
berekspresi dan menentukan wujud arsitekturnya. Kriteria-kriteria
dasar yang harus dipenuhi dalam ekspresi bangunan Radiologi adalah
sebagai berikut:

Wujud arsitektur mencerminkan fungsi bangunan Radiologi sebagai


bangunan pusat informasi

yang

modern dan mencerminkan

teknologi bangunan terkini.

Fasade bangunan harus cukup transparan terutama di lantai dasar,


untuk memberikan citra keterbukaan era informasi sekaligus
15

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

memperlihatkan kegiatan pameran indoor dan outdoor kepada


publik.

Ekspresi kekinian bangunan tidak boleh mengabaikan kaidahkaidah dasar Arsitektur Tropis, namun tidak menutup kreatifitas
dan inovasi disain dalam mewujudkan Arsitektur Tropis yang
modern.

Kearifan lokal harus dihargai, dan penggunaan elemen-elemen


yang mengandung identitas lokal harus merupakan bagian yang
menyatu dengan arsitektur bangunan Radiologi. Dalam konteks
bangunan

dengan

ekspresi

modern,

kearifan

lokal

dapat

diwujudkan melalui penggunaan ornamen di dalam lansekap, artwork (benda seni), maupun elemen interior. Kreatifitas dan inovasi
disain sangat dianjurkan dalam mewujudkan kearifan lokal pada
bangunan Radiologi.

c. Persyaratan Bahan Bangunan


Bahan bangunan yang digunakan diupayakan secara mayoritas
merupakan bahan bangunan setempat dan produksi dalam negeri,
termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari sistem fabrikasi
komponen bangunan. Kriteria utama adalah durabilitas (keawetan)
bahan bangunan sebagai material bangunan publik, serta penampilan
16

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

yang sesuai dengan fungsi dan ekspresi yang diinginkan. Beberapa


contoh bahan bangunan yang dapat digunakan adalah:

Bahan penutup dinding fasade bangunan: marmer, batu alam,


beton pracetak, dan panel GRC.

Bahan penutup lantai: ubin PC, teraso, marmer, batu alam, granit
tile, keramik, parket, vynil, maupun karpet, yang disesuaikan
dengan fungsi dan klasifikasi ruang.

Bahan dinding pengisi: batu bata, celcon atau hebel, papan kayu
dengan tingkat kekuatan dan keawetan tinggi, kaca dengan rangka
kayu atau aluminium, panel gypsum/GRC dan/atau panel aluminium
dengan rangka hollow besi, disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi
ruang.
Bahan kerangka langit-langit: rangka kayu minimum kelas kuat II di
anti rayap, atau rangka hollow besi.
Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum,
GRC atau sejenis.
Bahan penutup atap: genteng beton, genteng keramik, sirap, dak
beton dengan lapisan kedap air, atau bondek cor, dan sejenis,
disesuaikan dengan fungsi dan ekspresi bangunan.
Bahan kusen dan daun pintu/jendela: kayu minimum kelas kuat II,
atau kaca dengan kosen aluminium.
4.2.1

PERSYARATAN TATA RUANG DALAM

Beberapa kriteria dalam menata ruang dalam bangunan Radiologi


adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan Teknis

Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/


jendela diusahakan sedapat mungkin pada sumbu-sumbu denah
bangunan mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa.

Ruangan di dalam bangunan harus memiliki tinggi yang cukup


untuk fungsifungsi yang sesuai.

Ketinggian langit-langit minimum di lantai dasar adalah 3,50 meter,


mengingat lantai dasar mewadahi kegiatan pelayanan publik.
17

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Sedangkan ketinggian langit-langit minimum untuk ruang-ruang


lainnya adalah 2,80 meter dihitung dari permukaan lantai.
b. Efisiensi Flow Bangunan
Yang termasuk dalam efisiensi flow bangunan adalah persyaratan
kenyamanan ruang gerak dalam bangunan yang sesuai dengan fungsi
bangunan

sebagai

sebuah

Pusat

Informasi

yang

memberikan

pelayanan kepada masyarakat, tata ruang dalam bangunan Radiologi


harus sederhana, jelas dan memberikan kemudahan orientasi bagi
pengunjung yang akan memakai sarana dan fasilitas publik di dalam
bangunan.
c. Persyaratan Ergonomis Ruangan

Tata ruang dalam bangunan harus dapat memberikan suasana


yang tepat dan sesuai dengan fungsi ruangan

Tata letak perabotan (meja kerja, kursi, rak buku, dsb) harus
terintegrasi dengan kenyamanan ruang gerak secara ergonomis
sesuai dengan fungsi ruangan.

d. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara dalam Ruang


Persyaratan
mempertimbangkan

kenyamanan
temperatur

termal
dan

dalam

kelembaban

ruang

harus

udara.

Untuk

mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara yang ideal


didalam ruangan, dapat dilakukan dengan alat penkondisian udara
yang mempertimbangkan:

fungsi bangunan gedung/ruang, jumlah pengguna, letak geografis,


orientasi

bangunan,

volume

ruang,

jenis

peralatan,

dan

penggunaan bahan bangunan;

kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan

prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan

Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus mengikuti:

SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubung bangunan pada


bangunan gedung, atau edisi terbaru;

SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada


bangunan gedung, atau edisi terbaru;
18

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada bangunan gedung,


atau edisi terbaru;

SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan


pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis.

e. Persyaratan Hubungan Ke, Dari dan di Dalam Bangunan


Radiologi

Persyaratan Kemudahan Hubungan Horizontal dalam Bangunan


Radiologi
1. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung
meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman bagi semua orang, termasuk penyandang
cacat dan lansia.
2. Bangunan Radiologi harus memenuhi persyaratan kemudahan
hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor
yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung
tersebut.
3. Jumlah,

ukuran,

dan

jenis

pintu,

dalam

suatu

ruangan

dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan


jumlah pengguna ruang.
4. Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
5. Ukuran

koridor

sebagai

akses

horizontal

antarruang

dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan


jumlah pengguna.

Persyaratan

Kemudahan

Hubungan

Vertikal

dalam

Bangunan

menyediakan

sarana

hubungan

Radiologi
1. Bangunan

Radiologi

harus

vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya


fungsi bangunan gedung tersebut berupa tersedianya tangga
dengan disain dan ukuran sesuai standar yang berlaku
19

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

2. Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal tangga


harus berdasarkan fungsi bangunan gedung, luas bangunan, dan
jumlah pengguna ruang, serta keselamatan pengguna bangunan
gedung.
f.

Persyaratan

Kelengkapan

Prasarana

dan

Sarana

Pemanfaatan Bangunan Gedung


Guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan gedung
untuk beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan gedung untuk
kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan
sarana pemanfaatan bangunan gedung, meliputi: ruang ibadah, ruang
ganti, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tepat sampah, serta fasilitas
komunikasi

dan

informasi.

Penyediaan

prasarana

dan

sarana

disesuaikan dengan fungsi dan luas bangunan gedung, serta jumlah


pengguna bangunan gedung
Persyaratan

kelengkapan

prasarana

dan

sarana

pemanfaatan

bangunan gedung harus mengikuti:


1. SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
2. SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana
jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan sistem transportasi
vertikal dalam gedung (lif), atau edisi terbaru;
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
4.2.2 PERSYARATAN LANSEKAP
Keseimbangan,

keserasian

dan

keselarasan

dengan

lingkungan

bangunan Radiologi adalah perlakuan terhadap lingkungan di sekitar


bangunan Radiologi yang menjadi pertimbangan penyelenggaraan
bangunan, baik dari segi sosial, budaya, maupun dari segi ekosistem.
20

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

a. Persyaratan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP)


1. Ruang

Terbuka

Hijau

yang

berhubungan

langsung

dengan

bangunan Radiologi dan terletak di dalam persil yang sama disebut


Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP).
2. RTHP berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan
air, sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatan dan
maupun sebagai ruang amenity.
3. Setiap

perencanaan

bangunan

Radiologi

yang

baru

harus

memperhatikan potensi unsur-unsur alami yang ada dalam tapak


seperti

danau,

sungai,

pohon-pohon

menahun,

tanah

dan

permukaan tanah.
4. Dalam hal terdapat makro lansekap yang dominan seperti laut,
sungai

besar,

gunung

dan

sebagainya,

orientasi

tata

letak

bangunan mempertimbangkan potensi arsitektural lansekap yang


ada.
5. Ketinggian maksimum/minimum lantai dasar bangunan dari muka
jalan

ditentukan

untuk

pengendalian

keselamatan

bangunan

seperti dari bahaya banjir.


6. Ruang terbuka hijau pekarangan sebanyak mungkin diperuntukkan
bagi penghijauan/penanaman di atas tanah.
b. Persyaratan Ruang Sempadan Bangunan
Pemanfaatan

Ruang

Sempadan

Depan

Bangunan

harus

mengindahkan keserasian lansekap pada ruas jalan yang terkait sesuai


dengan ketentuan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada.
Keserasian tersebut antara lain mencakup pagar dan gerbang, vegetasi
besar/pohon, bangunan penunjang seperti pos jaga, tiang bendera, bak
sampah dan papan nama bangunan.

4.3 PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN

21

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Persyaratan

struktur

bangunan

gedung

Radiologi

meliputi

persyaratan struktur bangunan gedung, pembebanan pada bangunan


gedung, struktur atas bangunan gedung, struktur bawah bangunan
gedung, dan keandalan bangunan gedung
4.3.1 STRUKTUR BANGUNAN

Setiap

bangunan

gedung

Radiologi,

strukturnya

harus

direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam


memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.

Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruhpengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin
bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap
maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa,
angin, pengaruh korosi, jamur, dan serangga perusak.

Dalam perencanaan struktur bangunan gedung terhadap pengaruh


gempa, semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari
sub struktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan
memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya.

Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara detail


sehingga

pada

kondisi

pembebanan

maksimum

yang

direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya masih


dapat

memungkinkan

pengguna

bangunan

gedung

menyelamatkan diri.

Perencanaan

dan

pelaksanaan

perawatan

struktur

bangunan

gedung seperti halnya penambahan struktur dan/atau penggantian


struktur,

harus

mempertimbangkan

persyaratan

keselamatan

struktur sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.


4.3.2 PEMBEBANAN PADA BANGUNAN GEDUNG

Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur


terhadap

beban-beban

yang

mungkin

bekerja

selama

umur
22

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

kelayanan struktur, termasuk beban tetap, beban sementara


(angin, gempa) dan beban khusus.

Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban


harus mengikuti:
1. SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru; dan
2. SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk
rumah dan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,

atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau


pedoman teknis.
4.4.3 STRUKTUR ATAS BANGUNAN GEDUNG
a. Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti:
1. SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding
bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
2. SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan
blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung,
atau edisi terbaru;
4. SNI 03-3976-1995 atau

edisi terbaru; Tata cara

pengadukan

pengecoran beton.
5. SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal, atau edisi terbaru; dan
6. SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton
ringan dengan agregat ringan, atau edisi terbaru.
Tata cara pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung
mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan
yang meliputi struktur, bahan, keawetan, kualitas, pencampuran,
pengecoran,

pencetakan,

sampai

pada

tahap

pelindungan

dan

pelaksanaan.
23

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan bahan secara


lengkap tercantum dalam SNI 03-3449-2002 meliputi proses pengujian,
pemilihan bahan (semen, agregat, air, baja tulangan, dan bahan
tambahan), sampai pada tahap penyimpanan. Adapun prinsip dasar
yang harus diperhatikan dalam membangun gedung Radiologi dengan
ketinggian maksimal 2 lantai adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan dan Penggunaan Bahan

Air
Air berfungsi sebagai pencampur bahan-bahan beton. Air yang

telah bercampur dengan semen akan mengalami persenyawaan yang


berfungsi

sebagai

perekat

antar

senyawa.

Berikut

ini

adalah

persyaratan yang harus diperhatikan dalam pemilihan penggunaan air


pada campuran beton menurut SNI 03-3449-2002 :
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali,
garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan
terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada
beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air
bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung
ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang
sama.
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji morta
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum
harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan
90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang
dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur,
yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan
24

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus


dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109 ).

Baja
Persyaratan baja tulangan yang akan digunakan adalah sebagai

berikut: Baja tulangan harus bebas dari lipatan, retakan, karat, sisik,
serpihan, dan lapisan-lapisan yang dapat mengurangi daya lekat.
o

Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur)harus digunakan baja


tulangan doform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang
tidak boleh lebih dari 70% diameter nominalnya, dan tinggi
siripnya tidak boleh kurang dari 5% diameter nominalnya.

Tulangan dengan 12mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk


tulangan dengan > 16mm memakai BJTD (deform) bentuk ulir.

Kualitas dan diameter nominal baja tulangan yang digunakan harus


dibuktikan

dengan

sertifikat

pengujian

laboratorium,

yang

prinsipnya nilai kuat-leleh dan berat per meter panjang bahan


tulangan yang dimaksud.
o

Diameter

nominal

baja

tulangan

(baik

deform/BJTD)

yang

digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut yang


ditentukan dengan rumus :

d = diameter nominal (mm)


B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (Kg/mm)
o

Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini


sebagai berikut :

2. Pekerjaan Kolom
25

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari


penyetelan tulangan sampai pada tahap pengecoran dan finishing.
Pada tahap penyetelan tulangan, tulangan yang akan dipasang
disesuaikan dengan jenis tulangan berdasarkan spesifikasi teknis dan
gambar kerja yang ada, baik itu jenis dimensi dan jumlah tulangannya.
Hal yang diperhatikan dalam proses penulangan kolom antara lain :

Pembuatan begel diperhitungkan selimut beton (beton decking) 2,5


cm. Pemasangan begel harus siku dengan tulangan pokok, diikat
bendrat dengan kuat. Jarak tulangan begel yang diikat dengan
tulangan kolom, 10 cm pada bagian tumpuan sepanjang L, dan
sisanya jarak begel 15 cm.

Penempatan kait begel selang-seling, tidak boleh satu sisi/segaris.

Tulangan pokok jumlah, posisi, dan diameternya sesuai dengan


gambar. Kedudukan tulangan harus vertikal, sambunganya tidak
boleh satu tempat (disalang-seling). Tulangan pokok satu dengan
lainnya harus berjarak minimal sama dengan diameternya. Pada
ujung tulangan harus diberi kait 90.

b. Konstruksi Baja
Prinsip

dasar

penggunaan

konstruksi

baja

membutuhkan

perhitungan yang spesifik dan akurat tergantung bentang dan luasan


bangunan. Oleh karena itu, tidak ada standar baku ukuran yang dapat
menjadi sebuah patokan untuk bangunan gedung Radiologi ini.
Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti:
a) SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk
gedung, atau edisi terbaru;
b) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam
perencanaan konstruksi baja;
c)

Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja; dan

d) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan


Konstruksi.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
26

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

4.4.4

STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG

Pondasi Langsung

a) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa


sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap
dengan

daya

berfungsinya

dukung
bangunan

tanah

yang

tidak

cukup

mengalami

kuat

dan

penurunan

selama
yang

melampaui batas.
b) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan
tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal
dengan parameter tanah yang lain.
c)

Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari


rencana dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh
perencana ahli yang memiiki sertifikasi sesuai.

d) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi


beton bertulang.
4.4.5

KEANDALAN SRTRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

Keselamatan Struktur

a) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus


dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan ketentuan dalam Pedoman/Petunjuk Teknis Tata Cara
Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
b) Perbaikan
dilakukan

atau

perkuatan

sesuai

struktur

rekomendasi

hasil

bangunan

harus

pemeriksaan

segera

keandalan

bangunan gedung, sehingga bangunan gedung selalu memenuhi


persyaratan keselamatan struktur.
c)

Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara


berkala sesuai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau
didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.

Persyaratan Bahan
27

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

a) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua


persyaratan

keamanan,

termasuk

keselamatan

terhadap

lingkungan dan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis


(SNI) yang terkait.
b) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses
sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud.
c)

Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki


sistem

hubungan

yang

baik

dan

mampu

mengembangkan

kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan


terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan. Dalam
hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
4.4 PERSYARATAN UTILITAS BANGUNAN
Persyaratan utilitas bangunan Radiologi meliputi persyaratan sistem
penghawaan, pencahayaan, komunikasi dalam bangunan, kemampuan
bangunan terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan, dan sanitasi.

4.4.1

PERSYARATAN SISTEM PENGHAWAAN

Setiap bangunan Radiologi harus dapat menjadi contoh yang


memperlihatkan

kinerja

ventilasi

alami

beserta

ventilasi

mekanik/buatan yang menyesuaikan dengan iklim setempat.

Bangunan harus memiliki bukaan permanen dan/ atau kisi-kisi yang


dapat dibuka dan ditutup untuk kepentingan ventilasi alami yang
dapat dikendalikan.

Sistem cross ventilasi yang memadai, dan/ atau jarak lantai ke


ceiling yang cukup tinggi digunakan terutama pada ruangan
Pameran Indoor, Hall, Tangga, dan Toilet.

Penggunaan sistem penghawaan alami merupakan salah satu


upaya konservasi energi dengan mengurangi beban energi yang
28

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

digunakan untuk menyalakan ventilasi buatan (AC) pada kondisi


sehari-hari apabila memungkinkan. Ruang pameran indoor, ruang
kerja dan ruang rapat, harus dapat digunakan dengan penghawaan
alami maupun buatan.

Bangunan Radiologi harus dapat memberikan contoh perancangan


system penghawaan yang sehat pada ruang-ruang toilet, terutama
toilet publik.

Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan


ventilasi mekanis yang memerlukan perlindungan dari udara luar
dan pencemaran.

Ruang-ruang yang harus menggunakaan pengkondisian udara


buatan adalah perpustakaan, e-library, ruang server & IT, dan
audio visual.

Persyaratan

teknis

sistem

ventilasi,

kebutuhan

ventilasi,

harus

mengikuti:
1) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada
bangunan gedung;
2) SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3) Standar

tentang

tata

cara

perencanaan,

pemasangan,

dan

perencanaan,

pemasangan,

dan

pemeliharaan sistem ventilasi;


4) Standar

tentang

tata

cara

pemeliharaan sistem ventilasi mekanis.


Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

4.4.2 PERSYARATAN SISTEM PENCAHAYAAN


Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem
pencahayaan harus mempunyai pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.

29

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Bangunan Radiologi sebagai bangunan pelayanan umum harus


mempunyai bukaan yang memadai untuk pencahayaan alami.

Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi


bangunan RADIOLOGI dan fungsi masing-masing ruang di dalam
bangunan gedung.

Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat


iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan
gedung dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi
yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek
silau atau pantulan.

Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat


harus dipasang pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu,
serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.

Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk


pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual,
dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah
dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.

Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di


dalam bangunan maupun di luar bangunan gedung.

Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:


1) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan
alami pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3) SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

4.4.3 PERSYARATAN SANITASI


30

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

a. Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung

Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem
distribusi, dan penampungannya.

Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan


dan/atau

sumber

air

lainnya

yang

memenuhi

persyaratan

kesehatan sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung


harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan


sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.

Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelaikan


fungsi bangunan gedung.

Persyaratan plambing dalam bangunan gedung harus mengikuti:


a) Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun

2005 tentang

Pengembangan

sistem Air Minum dan

Permenkes 907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti


Pedoman Plambing;
b) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru.
c)

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,


atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis.

b. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/Kotor

Sistem

pembuangan

air

limbah

dan/atau

air

kotor

harus

direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan


tingkat bahayanya.

Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam


bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.

Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus


diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:


a) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
31

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

b) SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan


sistem resapan, atau edisi terbaru;
c)

SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau,


atau edisi terbaru;

d) Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem


pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung
mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
c. Persyaratan Penyaluran Air Hujan

Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang


dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah,
permeabilitas

tanah,

dan

ketersediaan

jaringan

drainase

lingkungan/kota.

Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi


dengan sistem penyaluran air hujan.

Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam


tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum
dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan


yang berlaku.

Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan
cara lain yangdibenarkan oleh instansi yang berwenang.

Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah


terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.

Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:


a) SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
b) SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru;
32

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

c)

SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan


pekarangan, atau edisi terbaru;

d) Standar

tentang

tata

cara

perencanaan,

pemasangan,

dan

pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung;


Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
4.4.4

PERSYARATAN KENYAMANAN

a. Persyaratan Kenyamanan Pandangan

Untuk

mendapatkan

kenyamanan

pandangan

(visual)

harus

mempertimbangkan kenyamanan pandangan dari dalam bangunan


ke luar dan dari luar bangunan ke ruang-ruang tertentu dalam
bangunan gedung.

Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke luar


harus mempertimbangkan :
a) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruangdalam

dan

luar

bangunan,

dan

rancangan

bentuk

luar

luar

bangunan

gedung

dan

bangunan;
b) pemanfaatan

potensi

ruang

penyediaan RTH;

Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam bangunan


harus mempertimbangkan:
a) rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar bangunan, dan
rancangan bentuk luar bangunan gedung;
b) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan
ada di sekitarnya; dan
c)

pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar,


melalui pemakaian horizontal dan/atau vertical blind, dan
penggunaan elemen sunscreen.

Untuk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung


harus dipenuhi persyaratan teknis, yaitu Standar kenyamanan
pandangan (visual) pada bangunan gedung.
33

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,


atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
b. Persyaratan Kenyamanan terhadap Tingkat Getaran dan
Kebisingan

Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan


tingkat getaran yang tidak menimbulkan gangguan bagi kesehatan
dan

kenyamanan

seseorang

dalam

melakukan

kegiatannya.

Getaran dapat berupa getaran kejut, getaran mekanik atau seismik


baik yang berasal dari dalam bangunan maupun dari luar
bangunan.

Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan


getaran pada bangunan gedung harus mengikuti persyaratan
teknis, yaitu Standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap
getaran pada bangunan gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,

atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau


pedoman teknis.

Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat


kebisingan yang tidak menimbulkan gangguan pendengaran,
kesehatan, dan kenyamanan bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.

Untuk kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan gedung


harus dipenuhi standar tata cara perencanaan

kenyamanan

terhadap kebisingan pada bangunan gedung.


Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.

34

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

BAB V
PENUTUP
Dari apa yang telah kami uraikan pada penjelasan diatas, kami
menyimpulkan

bahwa

lokasi

yang

disediakan

untuk

Pekerjaan

Perencanaan Pembangunan Gedung Radiologi RSUD Anuntaloko Parigi,


layak digunakan untuk pembangunan tersebut dengan alasan sebagai
berikut :

1.

Kondisi topografi yang relatif datar.

2.

Tersedianya jaringan utilitas

3.

Tersedianya material utama untuk pekerjaan konstruksi

4.

Aksesibilitas dari dan menuju ke lokasi bangunan relatif


mudah

Dengan metode yang akan diterapkan sebagaimana uraian di atas,


kami dapat menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan kepada kami
sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemberi tugas sebagaimana
tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
35

Laporan Akhir : Perencanaan Pembangunan Gedung


Radiologi

Demikian Laporan Pendahuluan Ini dibuat sebagai langkah awal bagi


kami

CV.

TITARA

MARANTAM.

Dalam

menyelesaikan

Pekerjaan

Perencanaan Pembangunan Gedung Radiologi RSUD Anuntaloko Parigi.

36

Anda mungkin juga menyukai