ILMU BEDAH
UNIVERSITAS HANGTUAH-RSAL DR.RAMELAN SURABAYA
Nama
NIM
: 2008.04.0.0005
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. Iswahyudi
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kiriman IV no. 44A Waru Sidoarjo
MRS
: 5 November 2013
Tanggal Pemeriksaan : 5 November 2013
II.
Anamnesa
1. Anamnesa Khusus
a) Keluhan Utama
- Nyeri perut kanan bawah
b) Keluhan Tambahan
- Sumer- sumer
- Mual
- Muntah
- Nafsu makan menurun
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign : Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78x/menit regular
RR
: 20x/menit
Suhu
: 37,7 C axiller
KEPALA
- Konjungtiva anemis
- Sklera ikterik
- Cyanosis
- Dyspneu
(-)
(-)
(-)
(-)
LEHER
-
THORAX
Cor : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: cembung simetris
: Bising usus (+) normal
: tympani
: Supel, nyeri tekan (+) kanan bawah, defens muscular (-)
H/L/R tidak teraba
EXTREMITAS
Akral hangat pada keempat ekstremitas
+
Status Lokalis :
Regio Abdomen Kuadran Kanan Bawah
Inspeksi : Tidak tampak massa dan edema, tidak ada sikatriks
Palpasi : Nyeri tekan Mc.Burney (+), tidak teraba massa
Pemeriksaan lain :
-
IV.
V.
RESUME
1) Laki-laki, 22 tahun, nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu sebelum ke
Poli Bedah Umum dan makin memberat dalam 2 hari SMRS, sumersumer (+), mual (+), muntah (+), nafsu makan menurun, BAB dan BAK
normal.
2) Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Status Generalis :
KeadaanUmum
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78x/menit regular
RR
: 20x/menit
Suhu
: 37,7 C axiller
ABDOMEN
Status Lokalis :
Regio Abdomen Kuadran Kanan Bawah
: 12500/mm
VI.
DIAGNOSA KERJA
Appendicitis akut
VII.
DIAGNOSA BANDING
- Gastroenteritis
- Batu ureter kanan
VIII.
PENATALAKSANAAN
a. Planning Diagnosa
- Foto polos abdomen
- USG abdomen
b. Planning Terapi
- Cito Appendictomy
Persiapan operasi :
-
Puasa sementara
Infus Ringer Laktat 500 cc
Antibiotik Profilaksis (Inj Ceftriaxone 2x1 gr , Inj Metronidazole 3x500 mg)
Anti nyeri (Inj Ketorolac 1% 2x1 ampul)
Anti mual (Inj Ranitidine 2x1 ampul)
Informed consent
Laporan Operasi :
-
Follow up
06 November 2013
S :Nyeri pada luka bekas operasi, kentut (+),
O : Status Generalis :
KeadaanUmum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 72x/menit regular
RR
: 24x/menit
Suhu
: 36,5 C axiller
6
KEPALA
- Konjungtiva anemis
- Sklera ikterik
- Cyanosis
- Dyspneu
(-)
(-)
(-)
(-)
LEHER
-
THORAX
Cor : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
EXTREMITAS
Akral hangat pada keempat ekstremitas
+
Status Lokalis :
Regio Abdomen Kuadran Kanan Bawah :
Inspeksi : oedema (-), luka tertutup kasa putih, rembesan darah (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada daerah sekitar operasi
Planning Monitoring :
-
07 November 2013
S : nyeri luka bekas operasi berkurang,
O : Status Generalis :
Keadaan Umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign : Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 70 x/menit regular
RR
: 24x/menit
Suhu
: 36,2 C axiller
KEPALA
- Konjungtiva anemis
- Skleraikterik
- Cyanosis
- Dyspneu
(-)
(-)
(-)
(-)
LEHER
8
THORAX
Cor : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
EXTREMITAS
Akral hangat pada keempat ekstremitas
+
+
+
+
Odema pada keempat ekstremitas
Status Lokalis :
Regio Abdomen Kuadran Kanan Bawah :
Inspeksi : oedema (-), luka tertutup kasa putih, rembesan darah (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada daerah sekitar operasi
A : Post Op Appendictomy hari ke-2
P : Planning therapy :
-
Diet lunak
9
PEMBAHASAN
I.
Appendiks Vermiformis
A. Anatomi
Apendiks vermiformis merupakan organ berbentuk tabung dengan lumen
sempit dan vermian (berbentuk seperti cacing) yang timbul dari dinding
posteromedial caecum, 2 cm di bawah ileum terminalis dan difiksasi pada ileum
terminalis oleh mesoapendiks yang mengandung pembuluh darah apendikular.
Apendiks berasal dari midgut dan pertama kali tampak pada perkembangan
embriologi minggu ke delapan sebagai penonjolan bagian terminal dari caecum.
Pada perkembangan antenatal dan postnatal, laju perkembangan caecum lebih
cepat daripada apendiks menyebabkan apendiks bergeser ke arah medial dari
katup iliosekal pada kuadran kanan bawah abdomen (1).
Panjang apendiks bervariasi antara 2 cm hingga 20 cm dengan panjang ratarata 9 cm pada dewasa, diameter bagian luar apendiks bervariasi antara 3 mm
hinnga 8 mm, dan diameter lumen bervariasi antara 1 mm hingga 3 mm. Basis
10
apendiks terletak pada pertemuan 3 taenia koli pada bagian inferior caecum, hal ini
membantu untuk mengidentifikasi apendiks saat operasi. Pada 65% kasus,
apendiks terletak intraperitoneal yang memungkinkan apendiks bergerak dan ruang
geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Letak ujung
apendiks dapat bervariasi, dapat terletak pada retrocecal (tetapi tetap dalam kavum
peritoneum), subcaecal, pelvis, preileal, postileal, dan retroperitoneal (1).
11
C. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis (3,4).
Apendiks mengandung jaringan limfoid yang tampak pada 2 minggu setelah
kelahiran. Jumlah folikel mencapai puncaknya pada usia 12-20 tahun (dapat
mencapai 200 folikel), menetap selama dekade berikutnya, dan akan berkurang
sesuai pengan pertambahan usia.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid
tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna, termasuk apendiks, ialah IgA.
Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak memengaruhi system imun tubuh karena
jumlah jaringan limfoid di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di
saluran cerna dan di seluruh tubuh (3).
II.
Appendicitis Akut
A. Definisi
Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks vermiformis yang pada umumnya
disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix (3).
B. Epidemiologi
12
apendisitis yang memungkinkan invasi bakteri. Area dengan aliran darah yang
terendah akan mengalami infark. Distensi, invasi bakteri, gangguan aliran darah,
dan infark akan menyebabkan terjadinya gangren dan perforasi apendisitis.
Perforasi apendiks dapat terjadi kurang lebih 48 jam setelah onset gejala.
Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya
pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di
dalamnya, dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikuler akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara
lambat (3,4) .
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi
membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Suatu
saat, organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami
eksaserbasi akut (3).
E. Gejala Klinis
a) Sering kali nyeri perut di region epigastrium atau region umbilical, setelah
beberapa jam, biasanya sekitar 6-8 jam, nyeri berpindah dan menetap ke region
kanan bawah.
b) Mual muntah.
c) Suhu badan dapat sub febril sampai 38,3C. Suhu yang lebih tinggi harus
diwaspadai terjadi appendicitis perforasi, abses apendiks atau penyebab yang
lain (2).
F. Diagnosis
a. Pemeriksaan klinis
Didapatkan gejala-gejala rangsangan peritoneum (2):
1. Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah terutama di daerah Mc Burney
14
Terutama
berguna
15
pada
wanita
usia
produktif
untuk
16
G. Penatalaksanaan
Prinsip terapi adalah apendektomi baik secara terbuka maupun
laparoskopik dengan persiapan prabedah sebagai berikut (2) :
1. Persiapan prabedah
a. Pemberian cairan infuse garam fisiologis
b. Pemberian antibiotic profilaksis sefalosporin generasi ke-2, 30
menit sebelum operasi dan satu kali pasca bedah. Antibiotik
diteruskan bila terdapat apendisitis gangrenous atau perforasi.
2. Pasca bedah
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Drake, Richard L., et al. 2007. Grays Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier Inc.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo . ed IV. 2010. Surabaya
Sjamsuhidajat R., dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong Edisi 3.
4.
18
19