Anda di halaman 1dari 21

INTERAKSI OBAT

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup. Senyawa ini biasanya disebut obat dan lebih
menekankan

pengetahuan

yang

mendasari

manfaat

dan

resiko

penggunaan obat. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan


farmasi yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan
dan menyediakan obat. Tanpa pengetahuan farmakologi yang baik,
seorang farmasis dapat memberikan masalah kepada pasien karena tidak
ada obat yang aman secara murni. Hanya dengan penggunaan yang
cermat obat akan bermanfaat tanpa efek samping tidak diinginkan yang
tidak mengganggu.
Program farmakokinetik banyak dirancang untuk mengolah data
konsentrasi obat yang diperoleh dari sampel darah menjadi parameter
farmakokinetik secara otomatis pada rute pemberian intravena dengan
pemodelan satu dan dua kompertemen terbuka. Untuk memberikan efek
biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi dengan reseptor
atau tempat aksi. Sebelum mencapai reseptor, obat terlebih dahulu harus
melalui proses farmakokinetik. Obat yang diberikan dengan rute intravena
dapat memberikan efek yang sangat cepat karena obat langsung masuk
ke dalam pembuluh darah. Obat yang diberikan bersamaan biasanya

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

dapat saling berinteraksi atau saling mempengaruhi efek obat yang satu
dengan yang lainnya. Hal inilah yang melatarbelakangi praktikum tersebut.
B. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan
mengetahui interaksi obat theofilin dan diazepam.
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan efek
interaksi obat teofilin dan diazepam.
D. Prinsip Percobaan
Penentuan interaksi obat antara theofilin dan diazepam yang
diberikan secara oral terhadap hewan coba tikus (Rattus novegitus)
berdasarkan perhitungan dengan melihat serapan sampel pada spektro
uv-vis.

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan
eksresi. Dalam arti sempit, farmakokinetik khususnya mempelajari
perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya dalam
darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Shargel, 2012).
Secara singkat dapat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu
obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi
lebih atau kurang aktif (Harkness, 1989)
Pemberian obat melalui mulut disebut per oral atau per os
merupakan cara pemberian yang paling banyak dilakukan. Keuntungan
cara per os adalah murah, mudah, enak dan menyenangkan serta paling
aman karena lebih mudah ditolong. Pertolongan yang diberikan ketika
keracuanan akut timbul adalah dengan merangsang muntah, bilas
lambung, pemberian penawar dan pemberian pencahar untuk mengurangi
penyerapan. Pertolongan demikian dapat dilakuka, karenaa penyerapan
obat per os memerlukan waktu yang relative lama. Kerugiannya adalah
tidak mungkin diberikan jika penderita tidak sadar, muntah-muntah,
sebagian obat memberikan rasa mual dan nyeri lambung atau dirusak
oleh asam lambung. Selain itu, isi lambung juga mempengaruhi

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

keteraturan atau kecepatan penyerapan obat. Adakalanya cara per oral


juga digunakan pada obat yang berefek lokal pada saluran cerna seperti
laksan (pencahar), digestan, antacid non-sistemik dan sebagainya.
(Yahya, 1993)
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang
bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau system fisiologik yang
sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa
ada perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya.
Interaksi farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain
yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena klasifikasi obat
adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya
kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat
dihindari sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat. Contoh
interaksi obat pada reseptor yang bersifat antagonistik misalnya: interaksi
antara - bloker dengan agonis-2 pada penderita asma; interaksi antara
penghambat reseptor dopamine (haloperidol, metoclo-pramid) dengan
levodopa pada pasien parkinson (Gitawati, 2008).
Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompabilitas farmasetik
bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, miasalnya
terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible) yang
selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh interkasi
karbenisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

dextrose 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl


fisiologik terjadi presipitasi (Gitawati, 2008).
Interaksi dalm proses farmakokinetik yaitu absorpsi, distribusi,
metabolism

dan

eksresi

(ADME)

dapat

meningkatkan

ataupun

menurunkan kadar plasma obat. interaksi obat secara farmakokinetik yang


terjadi pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk
obat lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi, disebabkan karena
adanya

perbedaan

sifat

fisikokimia,

yang

menghasilkan

sifat

farmakokinetik yang berbeda. Contohnya interaksi farmakokinetik oleh


simetidin tidak dimiliki oleh H2-bloker lainnya ; interaksi oleh terfenadin,
aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif lainnya (Gitawati,
2008).
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat)
yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi
menjadi dua jenis (Neal, 2006):
a. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh
b. Farmakokinetik yaitu bagaiman tubuh mempengaruhi obat dengan
berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi).
B. Uraian Obat
1. 1 Teofilin (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
: THEOHPHYLLINUM
Nama Lain
: Teofilin, teofilina
Pemerian
: Serbuk hablur putih, tidak berbau, pahit.
Kelarutan
: Larut dalam lebih kurang 180 bagian air, lebih
mudah larut dalam air panas, larut dalam kurang
lebih 120 etanol (95%).

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat.


C. Uraian Hewan Coba

Tikus (Rattus norvegicus)


1. Klasifikasi hewan (Malole, 1989)
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

:Rodentia

Subordo

: Ondontoceti

Familia

: Muridae

Genus

: Rattus

Spesies

: Rattus norvegicus

2. Data Biologis
Lama hidup

: 2-3 tahun, bisa 4 tahun

Lama bunting

: 20-22 hari

Umur disapih

: 21 hari

Umur dewasa

: 40-60 hari

Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina)


Siklus kelamin

: Poliestrus

Siklus estrus

: 4-5 hari

Lama estrus

: 9-20 jam

Perkawinan

: Pada waktu estrus

Jumlah anak

: rata-rata 9-20 anak

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini ialah aluminium foil,
tabung ependorf, gunting, spoit, kanula, dan spektrofotometer.
b. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah air, obat
teofilin, obat diazepam, kapas, betadin dan tissue.
B. Cara Kerja
a. Pembuatan bahan praktikum
Pembuatan NaCMC 1 %
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Disiapkan Disiapkan alat dan bahan


Ditimbang 0,5 gram Na.CMC
Dipanaskan 50 mL aquadest.
Dimasukkan 0,5 gram Na.CMC ke lumpang.
Ditambahkan 40 mL aquadest yang telah dipanaskan.
Digerus hingga Na.CMCnya larut. Dimasukkan ke gelas

kimia.
7.
Dicukupkan volumenya hingga 50 ml dengan aquadest yang
telah dipanaskan lalu dihomogenkan.
Pembuatan teofilin
1.
2.
3.
4.

Ditimbang teofilin
Dilarutkan dalam larutan Na-CMC
Dimasukkan kedalam labu ukur
Dihomogenkan

Pembutan Diazepam
1. Ditimbang Diazepam
2. Dilarutkan dalam larutan Na-CMC
3. Dimasukkan kedalam labu ukur
4. Dihomogenkan
b. Penyimpanan hewan uji
1. Disiapkan hewan coba (tikus)
2. Dipilih tikus yang sehat (bulunya putih dan bersih)

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

3. Ditimbang masing masing tikus.


4. Dipuaskan minimal 8 jam sebelum dilakukan perlakuan.
5. Dicukur bulu pada ekor tikus agar memudahkan pengambilan
darah.
c. Perlakuan percobaan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan hewan coba
tikus (Rattus norvegicus).
2. Diambil darah sebanyak 0,5 ml (ditempatkan pada tabung
3.
4.
5.
6.

eppendorf).
Disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm
Diinduksi Teofilin dan Diazepam secara oral
Diamkan selama 60 menit
Kemudian diambil darahnya 0,5 ml setiap 60 menit yaitu pada

menit ke 0, 60, dan 120.


7. Disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepaatan 10000 rpm
8. Dihitung absorbansinya pada speektrofotometer
9. Dicatat datanya dan dihitung parameter farmakokinetiknya.

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Data Kurva Baku
C (ppm)

Absorban

0,219

0,342

0,425

10

0,524

12

0,635

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

B. Pembahasan
Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai
dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Untuk menghasilkan efek,
suatu obat harus terdapat dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu
bekerja. Untuk mencapai tempat kerja suatu obat harus melewati berbagai
membran sel tubuh.
Pada praktikum ini digunakan obat theofilin dan diazepam yang
diberikan secara oral. Seperti yang diketahui bahwa theofilin merupakan
salahsatu contoh obat asma dan diazepam merupakan obat golongan
benzodiazepin Efek obat asma dapat berkurang. Obat asma digunakan
untuk membuka jalan udara di paru-paru dan untuk mempermudah
pernapasan penderita asma, sedangkan benzodiazepin melemaskan otot
sehingga otot tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya asma tidak
sembuh sempurna. Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi
memiliki ikatan dengan protein plasma yang kuat. Sehingga pada pasien
dengan konsentrasi protein plasma yang rendah, seperti pada cirrhosis
hepatis, akan meningkatkan efek samping dari diazepam
Parameter farmakokinetik untuk obat yang diberikan secara oral
akan ditentukan nilai tetapan laju eliminasi, tetapan

laju absorbsi, waktu

paruh, tmaks, konsentrasi maksimal obat dalam plasma, volume distribusi,


dan AUC. Tetapan laju eliminasi merupakan kecepatan eliminasi obat
setelah masuk ke dalam tubuh. Tetapan laju absorbsi ialah kecepatan

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

absorbsi obat setelah masuk kedalam tubuh. T maks adalah waktu dimana
obat mencapai kadar puncak dalam plasma atau waktu dimana obat
mencapai konsentrasi maksimum dalam plasma. CPmaks adalah kadar
puncak atau kadar maksiumum obat dalam plasma. AUC atau area
dibawah kurva adalah area yang menunjukkan jumlah obat yang
terabsorbsi menuju area sistemik. Waktu paruh (t 1/2) adalah waktu dimana
obat meluruh setengah dari konsetrasi awal. Volume distribusi adalah
volume darah atau plasma yang dapat mendistribusikan zat aktif.
Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan hewan coba tikus
kemudian dipuasakn 8-12 jam agar lambung kosong sehingga tidak akan
ada interaksi obat antara obat dan makanan dari tikus.kemudian diberikan
obat theophyllin dan diazepam secara oral dan pada menit 0, 60 dan 120.
diambil darah tikus. Kemudian sampel darah disentrifugasi dan diambil
larutan jernihnya lalu diukur absorbansinya pada spektro uv-vis.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh waktu paruh yaitu 1,564 jam,
tetapan laju eliminasi

yaitu 0,443 jam -1, volume distribusi yaitu

183,059 mL , tetapan laju absorbsi yaitu 0,915 jam -1, Cpmaks yaitu 7,034

g jam/ mL, Tmaks yaitu 1,635 jam, dan persen AUC ekstrapolasi 0,086
%. Karena persen AUC lebih kecil dari 20% maka data tersebut
dinyatakan valid

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
`

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh waktu paruh yaitu 1,564

jam, tetapan laju eliminasi yaitu 0,443 jam -1, volume distribusi yaitu
183,059 mL , tetapan laju absorbsi yaitu 0,915 jam -1, Cpmaks yaitu 7,034

g jam/ mL, Tmaks yaitu 1,635 jam, dan persen AUC ekstrapolasi 0,086
%. Karena persen AUC lebih kecil dari 20% maka data tersebut
dinyatakan valid
B Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati lagi dalam pemberian obat
pada hewan coba.

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Harkness, Richard. 1989. Interaksi Obat. Penerbit ITB : Bandung.
Gitawati, Retno. 2008. Jurnal Interaksi obat dan beberapa implikasinya.
Media Litbang Kesehata Volume XVIII.
Shargel leon, dkk., 2012, Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan
Edisi kelima, AUP:Surabaya
Neal.MJ. 2006. At a glance farmakologi Medis Edisi kelima. Erlangga
Medical Series : Jakarta.
Yahya L, Mulkan & Rizali H., (1993), PENGANTAR FARMAKOLOGI,
Pustaka Widyasarana: Medan

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

LAMPIRAN
Perhitungan
Data Kurva Baku
C (ppm)

Absorban

0,219

0,342

0,425

10

0,524

12

0,635

Hasil regresi
a = 0,023
b = 0,050
r = 0,998
Dosis obat yaitu 300 mg
Dosis obat =

300 mg
60 kg

Dosis tikus =

37
x5
6

D. maks tikus =

= 5 mg/KgBB

mg/KgBB = 30,833 mg/KgBB

30,833
x 200
1000

= 6,166 mg = 6166 g

Data Kurva Sampel


t (jam)

Absorban

0,215

NURNANINGSIH
15020130107

Cp
3,84

ANDI MIFTAHULJANNAH

Log cp

INTERAKSI OBAT

0,312

0,475

0,515

0,389

0,213

0,13

0,101

5,78
9,04
9,84
7,32
3,8

0,579

2,14

0,330

1,56

0,193

Rumus yang digunakanuntuk mencari nilai cp


Cp =

Absorbana
b

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai Log Cp


Log cp = nilaicp yang telah dilogkan
Hasil regresi
Orde 0 (t vs cp)

Orde 1 (t vs logcp)

a = 10,34

a = 1,718

b = -1,12

b = -0,193

r = -0,9633718038

r = -0,9862568949

Data ini mengikuti orde 1


a. Ke = -(b(2,3))
= -(-0,193 x 2,3)
= 0,443 jam-1
b. t1/2 =

0,693
ke

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

0,693
0,443

= 1,564 jam
c. Ka
T

Cp lama

Log Cp baru

Cp baru

Cp diff

Log Cp diff

3,84

1,525

33,496

29,656

1,472

5,78

1,332

21,478

15,698

1,195

9,04

1,139

13,772

4,732

0,675

1. Cp lama

: Didapatkan dari data awal

2. Log Cpbaru :Didapatkan dari persamaan penururnan rumus


y

=a+bx

Log cp0

= log Cp0 +

y1

= 1,718 + (-0,193) x 1 = 1,525 g/mL

y2

= 1,718 + (-0,193) x 2 = 1,332 g/mL

y3

= 1,718 + (-0,193) x 3 = 1,139 g/mL

3. Cpbaru

k
)
2,3 t

: Didapatkan dari log Cpbaru yang telah di antilog

Menit 1

: antilog 1,525 = 33,496 g/mL

Menit 2

: antilog 1,332 = 21,478 g/mL

Menit 3

: antilog 1,139 = 13,772 g/mL

4. Cp diff

: Didapatkan dari hasil pengurangan Cpbaru Cp


lama

Menit 1

: 33,496 3,84 = 29,656 g/mL

Menit 2

: 21,478 5,78 = 15,698 g/mL

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

Menit 3
5. Log Cp diff

: 13,772 9,04 = 4,732 g/mL


: Didapatkan dar iCp diff yang di log

6. Untuk mencari nilai absorbansi (ka) pada orde 1 yaitu dengan cara
regeresi t vs log Cp diff.
7. Untuk mencari nilai absorbansi (ka) pada orde 0 yaitu dengan cara
regresi t vsCp diff
Absorbansi (t vs log Cp diff)

Eliminasi (dari regresi orde 1

awal)
a = 1,911

a = 1,718

b = -0,398

b = -0,193

r = -0,9848576865

r = -0,9862568949

Ka = -(b(2,3))
= -(-0,398 x 2,3)
= 0,915jam-1
d. tmaks =

2,3 log(ka/ ke)


kake

2,3 log(0,915/0,443)
0,9150,443

2,3 log2,065
0,472

2,3 x 0,314
0,472

= 1,635 jam

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

e. Vd

F x Do x ka
antilog a( kake)

0,8 x 6166 x 0,915


ant ilog 1,718(0,9150,443)

4513,512
24,656

= 183,059 mL
Nilai a yang digunakan yaitu diambil dari nilai a pada regresi awal
f. Cpmaks

= [A.e-Ke.tmaks] [B.e-ka.tmaks]
= [52,239.e-0,724] [81,470.e-1,496]
= [52,239.0,484] [81,470.0,224]
= 25,283 18,249
= 7,034 g/mL

g. AUC
tn

1. [ AUC ]tn1 =

Menit 1 dan 2

Cpn+Cpn1
2
[ AUC ]tntn1

[ AUC ]21

(tn - tn-1)

Cpn+Cpn1
2

5,78+ 3,84
2

(tn - tn-1)

(2 1)

= 4,81 g jam/mL
Menit 2 dan 3

[ AUC ]tntn1

[ AUC ]2 =

NURNANINGSIH
15020130107

Cpn+Cpn1
2
9,04+5,78
2

(tn - tn-1)

(3-2)

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

= 7,41g jam/mL
Menit 3 dan 4

[ AUC ]tntn1

[ AUC ]43 =

Cpn+Cpn1
2
9,84+9,04
2

(tn - tn-1)

(4 - 3)

= 9,44g jam/mL
Menit 4 dan 5

[ AUC ]tntn1

[ AUC ]4 =

Cpn+Cpn1
2
7,32+ 9,84
2

(tn - tn-1)

(5 - 4)

= 8,58 g jam/mL
Menit 5 dan 6

tn

[ AUC ]tn1

[ AUC ]5

Cpn+Cpn1
2

3,8+ 7,32
2

(tn tn-1)

(6 5)

= 5,56 g jam/mL
Menit 6 dan 7

[ AUC ]tntn1

[ AUC ]76

Cpn+Cpn1
2

2,14 +3,8
2

(tn tn-1)

(7 6)

= 2,97 g jam/mL
Menit 7 dan 8

tn

[ AUC ]tn1

[ AUC ]7

NURNANINGSIH
15020130107

Cpn+Cpn1
2

1,56+ 2,14
2

(tn tn-1)

(8 7)

ANDI MIFTAHULJANNAH

INTERAKSI OBAT

= 1,85 g jam/mL
AUC = 4,81 + 7,41 + 9,44 + 8,58 + 5,56 + 2,97 + 1,85
= 40,62 g jam/mL
t

2. [ AUC ]tn

CPn
Ke

1,56
0,443

= 3,521 g jam/mL

Nilai Cpn diambil dari data paling terakhir


t
3. [ AUC ]t 0

F . Do
Vd . Ke

0,8 x 6166
183,059 x 0,443

4932,8
81,095

= 60,827 g jam/mL
4. % AUC ekstrapolasi =

[ AUC ]ttn
AUC

x 100%

3,521
x 100
40,62

= 0,086 %
Data ini valid karena seperti yang kita ketahui bahwa data yang
valid itu 20%, sedangkan hasil yang kita dapatkan yaitu 0,086%.

NURNANINGSIH
15020130107

ANDI MIFTAHULJANNAH

Anda mungkin juga menyukai

  • Perhitungan Bahan Alam
    Perhitungan Bahan Alam
    Dokumen4 halaman
    Perhitungan Bahan Alam
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • Makalah Vitamin
    Makalah Vitamin
    Dokumen12 halaman
    Makalah Vitamin
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • ANTIMIKROBA
    ANTIMIKROBA
    Dokumen18 halaman
    ANTIMIKROBA
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • Tonisitas
    Tonisitas
    Dokumen23 halaman
    Tonisitas
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fartok
    Makalah Fartok
    Dokumen9 halaman
    Makalah Fartok
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • Fenomena Distribusi
    Fenomena Distribusi
    Dokumen23 halaman
    Fenomena Distribusi
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • BJ Dan Kerapatan
    BJ Dan Kerapatan
    Dokumen30 halaman
    BJ Dan Kerapatan
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • TONISITAS-OSMOSIS
    TONISITAS-OSMOSIS
    Dokumen23 halaman
    TONISITAS-OSMOSIS
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Io
    Laporan Io
    Dokumen21 halaman
    Laporan Io
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • HASIL DISKUSI
    HASIL DISKUSI
    Dokumen9 halaman
    HASIL DISKUSI
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • Protein dan Albumin
    Protein dan Albumin
    Dokumen19 halaman
    Protein dan Albumin
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat
  • TP 2 Pengawet
    TP 2 Pengawet
    Dokumen6 halaman
    TP 2 Pengawet
    Nurnaningsih Ncih
    Belum ada peringkat