F09ssu PDF
F09ssu PDF
Oleh :
SIGIT SUSILO
F14104035
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SIGIT SUSILO
F14104035
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SIGIT SUSILO
F14104035
Dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1985
di Purworejo
Tangggal lulus : .........................
Menyetujui,
Bogor, Januari 2009
Dosen Pembimbing Akademik
RIWAYAT HIDUP
1985.
Penulis
dilahirkan
dari
pasangan
Sigit Susilo. F14104035. Rancangan dan Uji Kinerja Alat Distilasi Etanol dengan
Metode Rektifikasi. Dibawah bimbingan: Leopold Oscar Nelwan. 2009
RINGKASAN
dirancang dari bahan steanless steel dengan diameter luar 7.62 cm, tebal 0.1 cm,
dan tinggi 100 cm.
Tangki pemasukan berfungsi untuk memasukkan bahan umpan yang akan
didistilasi. Bahan tangki pemasukan terbuat dari gelas ukur berskala dua liter.
Kondensor dirancang dari bahan stainless steel dengan ukuran diameter 5
cm, panjang 30 cm. Pipa didalam terdiri dari empat pipa kecil dengan ukuran
diameter 0.5 cm, panjang 30 cm. Pipa didalam kondensor terdiri dari 4 pipa
bertujuan untuk memperluas kontak uap etanol dengan air sehingga proses
kondensasi dapat berlangsung sempurna.
Hasil distilasi ditampung dalam pipa penampung distilat yang dirancang
dari pipa stainless steel dengan diameter 5 cm dan panjang 10 cm. Pada pipa
penampung ini dibuat dua percabangan yang berfungsi sebagai pembagi hasil.
Percabangan pertama berfungsi sebagai saluran refluks sedangkan percabangan
lainnya sebagai hasil atas distilasi.
Perubahan suhu steam (Ts) terhadap waktu pada ketiga metode adalah
konstan setelah katup dibuka, sedangkan perubahan suhu kondensat steam (Tsc)
cenderung fluktuatif tetapi pada akhir pengujian menjadi konstan ketika seluruh
uap steam yang keluar berupa uap panas. Perubahan suhu kolom bawah (T b)
cenderung meningkat pada metode batch dengan semakin menurunnya
konsentrasi dalam kolom bawah sedangkan metode kontinyu suhu T b konstan.
Perubahan suhu di menara kolom tray (Tm) pada metode bacth menurun pada
akhir pengujian karena etanol dalam sampel telah habis, sedangkan pada metode
kontinyu suhu Tm konstan. Suhu air yang keluar dari kondensor (T co) lebih besar
dari pada suhu air yang masuk ke dalam kondensor (Tci) karena adanya pindah
panas dari uap etanol ke air sehingga terjadi kondensasi.
Pengujian dengan metode refluks menghasilkan distilat dengan
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan distilasi tanpa refluks yaitu pada
metode KR.10 sebesar 94.84% dan metode BR.30 sebesar 97.6%.
Kebutuhan energi untuk pemurnian etanol pada ketiga metode dengan
menggunakan sampel etanol 10% dan 30% berbeda-beda. Pemurnian etanol
dengan metode pertama yaitu BTR.10 dan BTR.30 membutuhkan energi sebesar
2043.509 kJ dan 2417.206 kJ untuk memurnikan satu liter etanol. Metode kedua
yaitu BR.10 dan BR.30 membutuhkan energi sebesar 2307.406 kJ dan 5186.549
kJ. Sedangkan metode KR.10 dan KR.30 membutuhkan energi sebesar 7532.46 kJ
dan 6956.37 kJ.
Metode BR membutuhkan energi yang besar dibandingkan dengan metode
BTR. Metode BR membutuhkan waktu 180 menit dan 450 menit, sedangkan
metode BTR membutuhkan waktu 135 menit dan 165 menit.
Energi yang terpakai per ml volume etanol setara etanol murni pada
metode BTR.10, BR.10, dan KR.10 masing-masing adalah 48.96 kJ/ml, 106.33
kJ/ml, dan 37.29 kJ/ml, sedangkan pengujian dengan metode BTR.30, BR.30, dan
KR.30 masing-masing adalah 16.91 kJ/ml, 23.21 kJ/ml, dan 21.18 kJ/ml.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul Rancangan dan Uji Kenerja Alat Distilasi Etanol dengan
Metode Rektifikasi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak yang bersifat materiil, bimbingan maupun semangat. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, kakak-kakakku tercinta dan segenap keluarga yang telah
memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis.
2. Dr. Leopold Oscar Nelwan, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan
penelitian dan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian atas biaya penelitian yang
digunakan dalam kegiatan penelitian ini.
4. Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr Dan Dr. Ir. Rokhani
Hasbullah, M.Si yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi
penguji pada ujian akhir penulis.
5. Kepada seluruh staf Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian yang
telah memberikan bantuan peminjaman alat untuk pengujian.
6. Bapak Parma selaku teknisi bengkel METANIUM yang telah membantu
dalam pembuatan alat pengering.
7. Mbak Rani, mbak Oni, mbak Meta selaku staf BRDST-BPPT Puspiptek,
Sepong yang talah membantu dalam pengujian konsentrasi etanol.
8. Budi Septiawan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini dari
awal hingga akhir penyusunan skripsi.
9. Rekanrekan di asrama PPSDMS-NF regional V Bogor atas dukungan dan
inspirasi selama penelitian.
10. Rekan-rekan di WAKASIBA warid, kani, abah atas semangat dan
kebersamaan selama penyusunan skripsi.
Bogor,
Januari 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
vi
I.
II.
PENDAHULUAN ...........................................................................
A.
B.
Tujuan Penelitian......................................................................
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
A.
Etanol.......................................................................................
B.
Mutu Etanol..........................................
C.
Bioetanol...................................................................................
D.
Azeotrop...................................................................................
E.
Distilasi......................................... 10
1. Teori Dasar Distilasi........................................................... 11
2. Proses Distilasi................................................................... 12
3. Distilasi Kontinyu dengan Refluks (Rektifikasi)..............
13
4. Rasio Refluks...................................................................... 14
III.
F.
Pindah Panas............................................................................ 15
G.
16
B.
C.
Prosedur Penelitian................................................................. 20
D.
Rancangan Fungsional............................................................ 22
E.
Rancangan Struktural............................................................. 22
F.
G.
iii
38
V.
53
57
D.
E.
Kesimpulan ............................................................................. 66
B.
Saran ........................................................................................ 66
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis................... 3
Tabel 2. Syarat mutu etanol berdasarkan Standar Nasional Indonesia................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Constant Boiling Mixture.................................................................
33
33
............................. 41
Gambar 18. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BTR.30 ................. 42
Gambar 19. Penambahan volume distilat metode BTR.30 .............................. 43
Gambar 20. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BR.10 ..................... 44
Gambar 21. Penambahan volume distilat metode BR.10 ................................. 45
Gambar 22. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BR.30 .................... 46
Gambar 23. Penambahan volume distilat metode BR.30 ..............................
47
Gambar 24. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode KR.10 ..................... 48
Gambar 25. Penambahan volume distilat pada metode KR.10 ......................... 50
Gambar 26. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode KR.30 ................... 51
Gambar 27. Perubahan volume distilat pada metode KR.30 ............................. 52
Gambar 28. Perbandingan perubahan suhu Ts sampel etanol 10%..................... 53
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman.
Lampiran 1. Data pengujian metode BTR.10 ..................................................... 72
Lampiran 2. Data pengujian metode BTR.30 ..................................................... 73
Lampiran 3. Plot data pengujian BTR.10 dan BTR.30 ke diagram titik didih
etanol-air ........................................................................................ 74
Lampiran 4. Data pengujian metode BR.10 ....................................................... 75
Lampiran 5. Data pengujian metode BR.30 ....................................................... 76
Lampiran 6. Plot data pengujian BR.10 dan BR.30 ke diagram titik didih
etanol-air ........................................................................................ 78
Lampiran 7. Data pengujian metode KR.10 ....................................................... 79
Lampiran 8. Data pengujian metode KR.30 ....................................................... 80
Lampiran 9. Plot data pengujian KR.10 dan KR.30 ke diagram titik didih
etanol-air ........................................................................................ 81
Lampiran 10. Tabel densitas etanol pada suhu dan konsentrasi berbeda ........... 82
Lampiran 11. Contoh perhitungan konsentrasi etanol......................................... 86
Lampiran 12. Perhitungan pipa tembaga. 87
Lampiran 13. Analisis rancangan distilator ... 88
Lampiran 14. Perhitungan rancangan kondensor 96
Lampiran 15. Komponen distilator etanol .. 99
Lampiran 16. Gambar tampak samping .. 100
Lampiran 17. Gambar kolom bawah .. 101
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyediaan energi di masa depan merupakan permasalahan yang
senantiasa menjadi perhatian semua bangsa karena kesejahteraan manusia
dalam kehidupan modern sangat terkait dengan jumlah dan mutu energi yang
dimanfaatkan. Penyediaan energi merupakan faktor yang sangat penting dalam
mendorong pembangunan terutama bagi negara sedang berkembang seperti
Indonesia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan
energi
terus meningkat,
terutama
pembangunan di
sektor industri,
alkohol dengan cara distilasi biasa. Oleh karena itu, untuk mendapatkan fuel
grade ethanol dilaksanakan pemurnian lebih lanjut dengan cara azeotropic
distilation (Nurdyastuti, 2008).
Pengembangan alat distilasi etanol sangat penting dalam industri
bioetanol. Produk bioetanol hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah
yaitu 8-10% alkohol. Oleh karena itu, untuk mendapatkan mutu bioetanol
yang tinggi diperlukan proses pemurnian lebih lanjut dengan jalan distilasi
bertingkat. Metode distilasi kontinyu dengan refluks (rektifikasi) merupakan
salah satu metode distilasi yang cukup efisien diterapkan dalam skala industri.
Metode ini menggunakan sejumlah stage yang disusun secara cascade
sehingga akan meningkatkan proses pemisahan. Metode rektifikasi memiliki
beberapa keuntungan yaitu 1). kapasitas operasi lebih besar, 2) biaya lebih
murah, 3). laju distilasi konstan, dan 4). hasil distilasi memiliki tingkat
konsentrasi lebih tinggi.
Distilasi sistem batch umumnya digunakan dalam skala laboratorium
dimana kapasitas yang digunakan relatif kecil dibandingkan sistem kontinyu.
Laju distilasi dengan metode batch akan semakin menurun dengan semakin
lamanya proses distilasi. Selain itu, perubahan suhu etanol didalam kolom
distilasi akan semakin meningkat dengan semakin menurunnya konsentrasi
etanol didalam bahan sampel. Sedangkan distilasi sistem kontinyu umumnya
digunakan dalam skala industru dimana kapasitas relatif lebih besar. Prinsip
distilasi kontinyu yaitu dengan mengalirkan bahan masuk dan bahan keluar
secara kontinyu. Laju distilasi dan suhu pada kolom distilasi akan tetap karena
aliran bahan umpan, produk atas dan bawah dialirkan secara kontinyu.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan merancang alat distilasi etanol dengan metode
rektifikasi dan menguji kinerja alat pada beberapa metode pengoperasian dan
konsentrasi awal etanol.
A. Etanol
Etanol adalah salah satu senyawa alkohol dengan rumus kimia
C2H5OH yang berupa cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
memiliki bau yang sangat halus, dan rasa yang pedas. Secara umum etanol
dibagi menjadi dua jenis yaitu etanol absolut dan etanol teknis (etanol 95
persen (v/v)). Sifat-sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis dapat
dilihat pada Tabel 1. Etanol juga memiliki sifat dapat bereaksi dengan logam
membentuk etoksida, dapat diesterifikasi dengan asam organik maupun
anorganik menjadi ester, dapat bereaksi dengan gugus karbonil aldehida dan
keton membentuk asetal serta dapat dioksidasi menjadi asetaldehida dan asam
asetat dengan bantuan katalis (Kirk dan Othmer, 1985).
Tabel 1. Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis *)
Parameter
Etanol absolut
Etanol teknis
-112,4
78,4
Spesific gravity
0,7851
1,3633
1,3651
0,0122
0,0141
Tegangan permukaan(dyne/cm)
22,3
22,8
Panas spesifik
0,581
0,618
24,9
204
1,35 x 10-9
adalah hasil samping industri gula yang terdiri dari 35-40 persen sukrosa dan
15-20 persen gula invert (Kent, 1992).
Proses pembuatan etanol dengan menggunakan tetes tebu lebih
sederhana karena hanya mencakup proses fermentasi dan distilasi. Selama
proses fermentasi, yeast (khamir) akan mengubah glukosa hasil hidrolisis
menjadi etanol dan CO2 serta senyawa ikatan lain seperti aldehida, amil
alkohol, butil alkohol, dan propil alkohol. Senyawa ikatan tersebut harus
dipisahkan dari etanol sampai pada batas-batas tertentu untuk mencapai
tingkat mutu yang baik (Saraswati, 1985). Senyawa ikatan tersebut dapat
berupa asam organik, aldehida, ester, dan alkohol tingkat tinggi (minyak fusel)
(Paturau, 1982).
B. Mutu Etanol
Etanol dikategorikan dalam dua kelompok utama. Pertama, etanol 9596% v/v, disebut etanol berhidrat, yang dibagi dalam tiga grade : (1)
technical/raw sprit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritus, minuman,
desinfektan, dan pelarut; (2) industrial grade, digunakan untuk bahan baku
industri dan pelarut; (3) potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi.
Kedua, etanol > 99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan
lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di
laboratorium analisis. Etanol ini disebut fuel grade ethanol (FGE) atau
anhydrous ethanol (etanol anhidrat) atau etanol kering, yaitu etanol yang
bebas air atau hanya mengandung air minimal (Prihandana et al, 2007).
Tjokroadikoesoemo (1986) menyatakan bahwa berdasarkan jenis dan
manfaatnya, etanol digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : (1) etanol
prima, (2) etanol teknis, dan (3) etanol absolut. Etanol prima adalah etanol
mutu tinggi dengan kadar 96-96,5% (v/v), disebut juga etanol murni dengan
kadar minyak fusel yang sangan rendah (di bawah 10 mg/l). Etanol ini
biasanya digunakan untuk minuman keras mutu tinggi, industri farmasi, dan
industri kosmetik. Etanol teknis adalah etanol dengan kadar 92 - 94% (v/v)
dan memiliki kadar minyak fusel antara 15-30 mg/l. Etanol teknis ini
digunakan dalam industri untuk bahan bakar, bahan pelarut organik, bahan
baku spiritus, dan bahan antara produk lain. Etanol absolut adalah etanol
dengan kadar yang sangat tinggi (lebih dari 96,5% (v/v)) dan digunakan untuk
pembuatan obat-obatan, bahan pelarut, dan bahan antara produksi senyawa
lain.
Paturau et al. (1982) menggolongkan mutu etanol menjadi 4 golongan
yaitu : (1) etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolut.
Etanol industri adalah etanol dengan kadar 96,5GL biasanya digunakan untuk
industri dan tujuan lain seperti sebagai pelarut, bahan bakar, serta untuk bahan
baku produksi senyawa kimia lain. Etanol industri biasanya didenaturasi oleh
0,5-1% piridin kasar dan biasanya diwarnai dengan metil violet supaya mudah
dikenali. Spiritus adalah etanol industri asli yang telah didenaturasi dan
diwarnai dengan kadar 88GL. Spiritus digunakan untuk bahan bakar
pemanasan dan penerangan. Etanol murni adalah suatu jenis etanol dengan
kadar 96,0-96,5GL yang digunakan terutama untuk industri farmasi dan
kosmetik serta untuk minuman beralkohol sedangkan etanol absolut adalah
etanol dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 99,7-99,8GL.
Mutu etanol sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasinya (kadar
etanol dan senyawa ikatan yang terlarut didalamnya). Parameter mutu yang
menentukan mutu etanol bedasarkan SNI diantaranya adalah kadar etanol,
kadar asam, kadar minyak fusel, kadar aldehida, uji barbet, warna, kejernihan,
dan bau (SNI, 1994).
Kadar etanol merupakan perbandingan antara jumlah etanol dengan
jumlah total larutan dan dinyatakan dalam (b/b) atau (v/v). Selain itu juga
kadar etanol dinyatakan dengan ukuran derajat Gay Lussac (GL) (Paturau,
1982).
Kadar asam larutan etanol didasarkan pada kadar asam asetat
(komponen utama asam) walaupun sebenarnya dalam proses fermentasi etanol
ini tidak hanya asam asetat yang dibentuk, tetapi juga asam organik lain
seperti asam sulfinat (Prave et al, 1987). Asam asetat disebut juga dengan
asam etanoat yang merupakan gugus dari asam karboksilat dengan rumus
kimia CH3COOH (Russel, 1992). Semakin rendah kadar asam asetat dalam
larutan etanol maka semakin baik mutu etanol yang dihasilkan karena
konsentrasi etanol semakin tinggi. SNI menetapkan bahwa kadar asam (asam
asetat) larutan etanol prima super maksimal 15 mg/l.
Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil dengan satu gugus alkil dan satu hidrogen yang terikat pada karbon
karbonil serta memiliki rumus umum R-COH (Russel, 1992). SNI menetapkan
bahwa kadar aldehida (asetaldehida) untuk etanol prima super maksimal 4
mg/l.
Uji kualitatif untuk mengetahui ada/tidaknya senyawa ikatan etanol
yang mudah dioksidasi oleh KMnO4 (diantaranya adalah asetaldehida) adalah
uji barbet. SNI menetapkan bahwa uji barbet untuk etanol bermutu prima
super minimal 20 menit. Secara lengkap persyaratan mutu berdasarkan SNI
06-3565-1994 dapat dilihat pada Tabel 2.
Kualitas
Prima Super
Prima I
Prima II
min 95 % (v/v)
min 20 menit
min 8 menit
Minyak fusel
maks 4 mg/l
maks 15 mg/l
Aldehida(sebagai asetaldehida)
maks 4 mg/l
maks 15 mg/l
maks 15 mg/l
maks 30 mg/l
maks 60 mg/l
maks 50 mg/l
maks 50 mg/l
maks 50 mg/l
Kadar etanol
Logam berat
Keasaman (sebagai asam
asetat)
Sisa penguapan
Metanol
C. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi
gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.
Bioetanol dibuat dengan bahan baku bahan bergula seperti tebu, nira aren,
bahan berpati seperti jagung, dan ubi-ubian, bahan berserat yang berupa
limbah pertanian masih dalam taraf pengembangan di negara maju
Hutrindo (2006) menyatakan bahwa bioetanol merupakan senyawa
pengganti bensin yang terbentuk melalui proses fermentasi. Gasohol yang
merupakan campuran 10 persen bioetanol dengan bensin menunjukkan
karakteristik yang hampir sama dengan bensin pertamax. Bahkan hasil uji
coba gasohol pada kendaraan bermesin bensin menunjukkan kualitas emisi gas
hasil pembakarannya menjadi 30-40 persen lebih baik. Namun bioetanol
hanya memiliki dua-pertiga energi bensin, karena itu penggunaan bioetanol
murni pada kendaraan bermesin bensin akan menimbulkan masalah. Hal ini
dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi komposisi
bahan bakar.
Alkohol merupakan bahan bakar yang bersih, hasil pembakaran
menghasilkan CO2 dan H2O. Penambahan bahan yang mengandung oksigen
pada sistem bahan bakar akan mengurangi emisi gas CO yang sangat beracun
dari sisa pembakaran. Aditif MTBE pada mulanya dipergunakan untuk
meningkatkan nilai oktan, namun saat ini dilarang dipergunakan. MTBE dapat
dideteksi dan menyebabkan pencemaran pada air tanah sehingga alkohol
merupakan alternatif yang menarik untuk mengurangi emisi gas CO.
Penggunaan alkohol murni dibanding dengan bensin secara umum akan
mengurangi kadar CO2 hingga 13% karena merupakan hasil dari pertanian.
Seperti
diketahui
produk
pertanian
memerlukan
gas
CO2
untuk
D. Azeotrop
Hidayat (2007) menyatakan bahwa azeotrop merupakan campuran dua
atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
dapat berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan
fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut
dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 1 berikut :
Salah satu
E. Distilasi
Istilah distilasi sederhana umumnya berkaitan dengan pemisahan suatu
campuran yang terdiri dari dua atau lebih cairan melalui pemanasan.
Pemanasan dimaksudkan untuk menguapkan komponen-komponen yang lebih
mudah menguap (titik didih lebih rendah) dan kemudian uap yang diperoleh
dikondensasi kembali menjadi cair dan kemudian ditampung dalam suatu
bejana penerima (Cook dan Cullen, 1986).
10
terjadi
keseimbangan
larutan-larutan,
dengan
komponen-
11
2. Proses Distilasi
Menurut Brown (1984) dalam prakteknya ada berbagai macam
proses distilasi. Hal ini disebabkan oleh keadaan-keadaan tertentu untuk
pemisahan komponen dalam suatu campuran seperti perbedaan titik didih
antar komponen yang cukup besar atau kecil dan tingkat kamurnian yang
diinginkan terhadap produk yang dihasilkan.
Proses-proses distilasi yaitu proses distilasi normal, proses distilasi
bertingkat dan proses distilasi vakum. Proses distilasi normal yaitu suatu
proses distilasi dengan menggunakan tekanan atmosfer. Pada proses ini
titik didih campuran cukup besar perbedaannya, sehingga proses
pemisahannya mudah dikerjakan. Sebagai contoh yaitu campuran benzen
dan toluen. Benzene pada tekanan 760 mmHg, titik didihnya 176.2C,
sedangkan toluen pada tekanan 760 mmHg, titik didihnya adalah 231.1C.
Proses penyulingan juga temasuk dalam kelompok proses distilasi normal.
Proses distilasi bertingkat yaitu suatu proses distilasi dengan letak
pengambilan hasil bertingkat-tingkat atau setelah didistilasi, hasilnya
didistilasi lebih lanjut untuk memperoleh konsentrasi yang lebih baik.
Proses ini banyak dipakai dalam bidang minyak bumi, juga pada proses
12
piringan-piringan
pada
seksi
pelucutan
(stripping)
yang
dilambangkan dengan m.
13
4. Rasio Refluks
Rasio refluks didefinisikan sebagai rasio antara jumlah mol uap
yang diubah menjadi cairan yang dikembalikan ke dalam kolom
fraksionasi dengan jumlah mol cairan yang dikumpulkan sebagai distilat
dalam waktu tertentu. Rasio refluks seharusnya divariasikan sesuai dengan
tingkat kesulitan pemisahan fraksionasi. Operasi pemisahan berefisiensi
tinggi memerlukan rasio refluks yang tinggi (Furniss et al. 1984).
Menurut Earle (1969), kolom distilasi berfungsi sebagai tempat
cairan mendidih dan menguap dan dari tahap di atas terjadi pengembunan
di dalam keseimbangan kadua aliran cairan mendidih dan uap yang
diperoleh. Keseimbangan massa dapat dibuat untuk keseluruhan kolom.
Oleh karena itu, kolom distilasi yang umumnya dijumpai di dalam industri
pangan dan kondisi operasinya agak rumit, hal ini disebabkan
dimasukkannya umpan dan kembalinya cairan mendidih dan uap ke dalam
kolom.
Menurut Cook dan Cullen (1987), rasio refluks adalah jumlah liter
(kg) cairan yang ditampung dalam wadah penampung. Umumnya semakin
tinggi nilai rasio refluks maka semakin besar efisiensi proses pemisahan.
Ada dua macam rasio refluks yang biasa digunakan. Yang pertama adalah
rasio refluks terhadap hasil-atas, dan yang kedua adalah rasio refluks
terhadap uap (aliran uap komponen). Kedua rasio ini menunjukkan
kuantitas yang terdapat pada bagian rektifikasi. Persamaan-persamaan
rasio refluks adalah :
dimana: RD
...............................................................
(1)
= + ................................................................
(2)
RV
: Liquid
: Distilate
14
F. Pindah Panas
Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan
secara spontan dari satu bahan ke bahan lain yang lebih dingin (Earle, 1969).
Kecepatan pindah panas tergantung pada perbedaan suhu antara kedua bahan,
semakin besar perbedaan suhu antara kedua bahan, maka semakin besar
kecepatan pindah panas antara kedua bahan tersebut. Perbedaan suhu antara
sumber panas dan penerima panas merupakan gaya tarik dalam pindah panas.
Peningkatan perbedan suhu akan meningkatkan gaya tarik sehingga
meningkatkan kecepatan pindah panas.
Perpindahan panas dapat melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi,
dan radiasi. Konduksi adalah transfer energi dari partikel yang memiliki energi
lebih besar ke partikel yang berenergi lebih kecil yang merupakan interaksi
antara partikel-partikel (Cengel, 2003). Konduksi dapat terjadi pada benda
padat, cair, dan gas. Contoh konduksi adalah pindah panas melalui dinding
padat pada ruangan pendinginan.
Konveksi adalah cara pindah panas dengan pergerakan sekelompok
molekul di dalam bahan cair (Earle, 1969). Kumpulan molekul tersebut
mungkin bergerak akibat perubahan kerapatan atau akibat pergerakan bahan
cair. Contoh pindah panas secara konveksi adalah proses pemanasan air
didalam kuali tertutup tanpa pengadukan, perubahan kerapatan menyebabkan
pindah panas dengan konveksi alamiah. Apabila dengan pengadukan, maka
pindah panas terjadi secara paksa.
Radiasi adalah perpindahan energi panas dengan gelombang
elektromagnit, yang memindahkan energi panas dari satu bahan ke bahan lain
dengan cara yang sama dengan dengan cara memindahkan energi cahaya
dengan gelombang cahaya elektromaknit (Earle, 1969). Perpindahan panas
secara radiasi merupakan gejala rambatan gelombang elektromagnetik. Karena
hal tersebut, maka perpindahan energi panas secara radiasi tidak memerlukan
zat perantara dan merambat secepat cahaya ( Kamil dan Pawito, 1983).
15
1 2
....................................................................................
(3)
...........................................................................................
(4)
ln
( 2)
1
dimana : Q cond,cyl
T1
T2
Rcyl
r1
r2
16
= ,1 + ,1 + ,2 + ,3 + ,2 ............................
1
1 1
dimana : h1
ln
(2 /1 )
2 1
ln
(3 /2 )
2 2
ln
(4 /3 )
2 3
1
2 4
.......................
(5)
(6)
h2
A1
A4
17
.....................................................................................
(7)
......................................................................................
(8)
18
Bahan Pengujian
: - Etanol 70%
- Aquades
2. Alat
Peralatan yang digunakan selama melakukan penelitian ini terdiri dari :
a
Mesin las
Peralatan bengkel
Komputer
19
Software autocad
Termometer
C Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu rancang bangun alat
distilasi etanol dan pengujian alat distilasi yang telah dibuat. Diagram alir
prosedur penelitian ini meliputi : identifikasi masalah, analisis perancangan,
pembuatan alat, uji kinerja dan analisis data.
Mulai
Identifikasi Masalah
Analisis Perancangan
Pembuatan Alat
Pengujian Kinerja
Modifikasi
Tidak
Alat Beroperasi
Ya
Laporan
Selesai
1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul pada penggunaan
alat distilasi etanol untuk dilakukan perbaikan atau perancangan desain
baru sesuai dengan permasalahan yang ditemui.
2. Analisis Perancangan
Analisis perancangan digunakan untuk menentukan kebutuhan
komponen-komponen yang digunakan untuk membuat alat distilasi etanol.
Analisis ini terdiri dari analisis fungsional dan analisis struktural yang
dilengkapi dengan analisis teknik. Dalam analisis fungsional dilakukan
penentuan komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat alat
distilasi etanol dengan metode rektifikasi. Sedangkan analisis struktural
menentukan bentuk dan komponen-komponen yang sesuai dengan
besarnya kebutuhan bahan yang digunakan.
3. Pembuatan Alat Distilasi Etanol
Pembuatan
alat
distilasi
dilakukan
di
Bengkel
Metanium,
21
D. Rancangan Fungsional
Bagian Alat
Steam Boiler
Fungsi
Sumber panas pada alat distilasi yaitu dengan
mentransfer uap panas melalui koil pemanas
Koil Pemanas
Memanaskan
bahan
etanol
yang
akan
Kolom Bawah
Kolom Tray
Kondensor
Penukar
panas
dimana
sistem
kerjanya
Penampung distilat
Menampung
distilat
etanol
yang
sudah
dimurnikan
E. Rancangan Struktural
Alat distilasi ini terdiri dari enam komponen penting yaitu : steam
boiler, kolom bawah, kolom tray, kondensor, pipa pendingin, dan tangki
penampung distilat. Kapasitas alat distilasi etanol yang di rancang adalah tiga
liter bahan etanol.
Struktur alat distilasi meliputi :
1. Steam Boiler
Steam boiler berfungsi untuk memanaskan air hingga menghasilkan
uap panas dan selanjutnya mengalirkannya ke dalam kolom bawah melalui
pipa spiral yang berfungsi sebagai koil pemanas. Sumber pemanas steam
22
boiler adalah kompor listrik atau kompor gas yang diletakkan dibawah
tangki steam.
2. Koil Pemanas
Koil pemanas berfungsi memanaskan bahan etanol yang akan didistilasi
sehingga bahan etanol-air dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan titik
didih. Koil pemanas terbuat dari pipa tembaga dengan panjang 300 cm,
diameter 6.5 cm dan tebal 1 cm.
3. Kolom Bawah
Kolom bawah terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter luar
15.24 cm, tebal 0.5 cm, tinggi 20 cm. Kolom bawah berfungsi sebagai
tempat memanaskan etanol yang akan didistilasi.
4. Kolom Tray
Kolom tray terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter luar 7.62
cm, tebal 0.2 cm serta panjang 100 cm. Kolom tray dilengkapi dengan
piringan yang terbuat dari bahan plat stainless steel dengan ketebalan 0.2
cm yang disertai lubang-lubang kecil. Kolom tray berfungsi sebagai
pemurni etanol dengan menggunakan sistem tray yang dipasang secara
bertingkat-tingkat.
5. Kondensor
Kondensor terbuat dari bahan pipa stainless steel dengan diameter luar
5 cm, tebal 0,2 cm dan panjang 30 cm. Kondensor berfungsi sebagai
penukar panas yaitu dengan menyerap panas dari uap etanol ke air yang
melewati kondensor sehinggi terjadi proses kondensasi.
6. Tangki Penampung Distilat
Tangki ini berfungsi untuk menampung bahan etanol hasil distilasi.
Pada tangki ini dibagi menjadi dua saluran yaitu saluran refluks dan
saluran hasil atas (top product). Pembagi aliran etanol dalam tangki
penampung distilat yaitu dengan menggunakan katup.
23
F. Uji Kinerja
Pengujian kinerja alat distilasi ini adalah untuk mengetahui tingkat
efisiensi alat berdasarkan tujuan penelitian. Parameter yang digunakan dalam
pengujian alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi adalah :
1. Konsentrasi Etanol
Dalam pengujian alat digunakan bahan etanol 70% yang terdapat
dipasaran. Sebelum dilakukan distilasi, bahan etanol ini diencerken dengan
menambahkan aquades hingga diperoleh konsentrasi etanol 10% dan 30%.
Penentuan konsentrasi awal bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat
efisiensi dari alat ini untuk memurnikan bahan etanol.
2. Suhu
Suhu dalam proses distilasi sangat menentukan tingkat keberhasilan
dalam proses pemurnian bahan. Titik didih etanol adalah 78.5C
sedangkan titik didih air yaitu pada 100C. Dalam proses distilasi, suhu
kolom bawah harus dijaga agar tetap konstan yaitu pada titik didihnya
sehingga air dalam campuran etanol tidak ikut menguap.
3. Laju Distilasi
Laju distilasi digunakan untuk mengetahui kecepatan proses distilasi
yang terjadi. Cara perhitungannya adalah dengan membagi banyaknya
etanol hasil distilasi dibagi dengan lamanya proses distilasi.
G. Metode Pengujian
Pengujian data terdiri dari tiga metode yaitu metode sistem batch tanpa
refluks (BTR), metode batch dengan refluks (BR) dan metode kontinyu
dengan refluks (KR). Dari setiap metode pengujian menggunakan sampel
etanol yang berbeda yaitu etanol dengan konsentrasi 10% dan etanol 30%.
24
ini
25
NO
1.
BR
KR
2.
3.
kemudian
steam kemudian
steam kemudian
steam
dipanaskan
dengan dipanaskan
dengan dipanaskan
dengan
menggunakan
menggunakan
menggunakan kompor
hingga plate)
mencapai 110C
hingga 125C.
mencapai 110C
mencapai
110C, mencapai
125C,
5.
110C, mencapai
secara perlahan-lahan
secara perlahan-lahan.
6.
diatur
dengan (R)
diatur
dengan
pipa refluks.
menit yaitu suhu pada steam boiler (Ts), suhu air kondensat steam
boiler (Tsc), suhu kolom bawah (Tb), suhu menara kolom tray (Tm),
suhu air masuk kondensor (Tci), dan suhu air keluar kondensor (Tco).
8.
9.
distilat
sudah Jika
distilat
26
menghasilkan
proses distilasi telah proses distilasi telah distilat dan suhu pada
selesai.
selesai.
kolom
bawah
(Tb)
maka
distilasi
proses
kontinyu
dimulai.
Etanol
10.
sampel
sebanyak
liter
dimasukkan ke dalam
tangki pemasukan.
Laju aliran pada feed
tank (F), refluks (R),
11.
dengan
membuka
masing-
masing katup.
12.
13.
etanol
sampel
dalam
tangki
pemasukan
sudah
habis
proses
maka
distilasi
kontinyu
telah selesai.
14.
15.
16.
Produk atas (top product) dan produk bawah (bottom product) dicek
kadar alkoholnya dengan menggunakan alkoholmeter dan piknometer.
Volume air dalam steam boiler yang terpakai dihitung yaitu dengan
persamaan Vterpakai = Vawal Vakhir.
Setelah diketahui volume air yang terpakai, selanjutnya menghitung
jumlah energi yang digunakan selama proses distilasi.
27
2)
3)
4)
6)
28
aq
...................................................................................(10)
dimana : Vpic
7)
maq
aq
8)
............................................................................... (12)
.............................................................................. (13)
dimana : aq
spl
maq
mspl
29
Vaq
Vspl
dimana
(15)
30
VI.
3
3
7
2
1
7
Gambar 6. Rancangan alat distilasi etanol
Keterangan:
1.
Kompor gas
2.
Tabung steam
3.
Kolom tray
4.
Penampung distilat
5.
Kondensor
6.
7.
31
32
kolom bawah dengan melewatkan uap panas dari steam sedangkan piringan
berlubang berfungsi sebagai tray seksi stripping.
33
34
Kondensor
berfungsi
sebagai
penukar
panas
yang
akan
35
37
38
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
Waktu (menit)
puncak
menara.
Selanjutnya
aliran
uap
etanol
akan
40
volume (ml)
Distilat
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
Waktu (menit)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa laju distilasi pada awal
pengujian sangat cepat yaitu 1.4 ml/menit kemudian terjadi penurunan
sampai akhirnya laju distilasi berhenti. Laju distilasi berhenti pada menit
ke-135. Pada menit ini proses distilasi juga dihentikan karena uap etanol
yang dipisahkan sudah habis dan tidak ada uap yang mengalir sampai
kolom kondensor. Volume distilat yang dihasilkan dari pemurnian ini
adalah 47 ml selama 135 menit.
Pada pengujian kedua dengan metode yang sama yaitu distilasi
sistem batch tanpa refluk tetapi dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
etanol 30%. Berikut ini grafik perubahan suhu terhadap waktu pada titiktitik alat distilasi yang diamati.
41
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0
15
30
45
60
75
90
Waktu (menit)
produk atas (etanol) dan produk bawah (air) yang masing-masing memiliki
konsentrasi tinggi. Konsentrasi alkohol pada produk bawah semakin lama
akan semakin menurun karena terdistilasinya komponen yang lebih volatil.
Suhu Tci dan Tco adalah suhu air yang masuk dan keluar dari
kondensor dimana Tco lebih besar dari pada Tci. Perbedaan ini terjadi
karena adanya pindah panas dari uap etanol ke air yang melewati pipa
kondensor sehingga terjadi proses kondensasi.
Penambahan volume distilat pada metode sistem batch tanpa
refluks dengan sampel etanol 30% dapat dilihat seperti pada grafik
dibawah ini.
Distilat
300
Volume (ml)
250
200
150
100
50
0
0
15
30
45
60
75
90
Waktu (menit)
43
140
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
44
suhu Tm menjadi 65C dan tetap pada suhu tersebut sampai proses distilasi
dihentikan.
Metode batch dengan refluks mempengaruhi suhu pada Tm. Sistem
refluks menyebabkan suhu di menara kolom tray menjadi stabil yaitu pada
suhu 65C. Etanol yang mengalir ke dalam kolom tray diperlukan untuk
berinterkasi dengan uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tidak akan
ada rekifikasi yang berlangsung pada seksi rektifikasi dan konsentrasi
hasil atas tidak akan lebih besar dari konsentrasi uap yang mengalir naik
dari piring umpan. Campuran etanol-air adalah bahan azeotrop, sehingga
pemurnian dengan sistem ini hanya dapat memurnikan etanol sampai titik
azeotropnya.
Suhu Tci dan Tco adalah suhu air yang masuk dan keluar dari
kondensor. Didalam kondensor terjadi perpindahan panas dari uap etanol
ke air yang mengalir sehingga uap etanol terkondensasi. Suhu Tco lebih
besar dari pada suhu Tci. Ketika air mengalir keluar dari kondensor terjadi
perpindahan panas dari etanol ke air. Suhu air keluar lebih tinggi dari pada
suhu air masuk. Air dalam kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap
etanol sehingga proses kondensasi dapat berlangsung sempurna.
Hasil distilasi dari penelitian ini adalah etanol murni. Grafik
penambahan volume distilat pada pengujian metode batch dengan refluks
pada sampel etanol 10% adalah sebagi berikut:
Distilat
30
Volume (ml)
25
20
15
10
5
0
0
15
30
45
60
75
90
Waktu (menit)
45
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa laju distilasi pada metode ini
mengalami penurunan hingga berhenti. Hal ini disebabkan sistem distilasi metode
batch bahan yang didistilasi dimasukkan dalam kolom dan dipanaskan terus
menerus sampai etanol hampir seluruhnya menguap. Volume distilat pada
pengujian ini adalah 24.5 ml dengan waktu operasi 180 menit. Distilat mulai
mengalir pada menit ke-90. Pada awal-awal pengujian, laju distilasi sangat cepat
kemudian laju distilasi turun sampai akhirnya berhenti pada menit ke-165.
Pengujian metode distilasi sistem batch dengan refluks pada sampel etanol
30% didapatkan grafik sebagai berikut:
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
46
energi steam yang dialirkan melalui pipa spiral didalam kolom bawah
tidak dimanfaatkan untuk memanaskan etanol.
Kenaikan suhu Tb terjadi sangat cepat pada 45 menit pertama. Pada
menit berikutnya kenaikan mulai konstan dengan kenaikan rata-rata
0.63C. Pada menit ke-405, suhu Tb mencapai 94C dan tidak terjadi
kenaikan lagi sampai menit ke 450. Suhu awal Tm adalah 28C kenaikan
suhu dimulai pada menit ke-75 yaitu 29C dan pada menit ke 90 terjadi
kenaikan yang besar menjadi 64C. Pada menit ke 105 dan seterusnya
suhu Tm stabil yaitu pada suhu 65C. Pengujian dengan metode refluks
menyebabkan suhu Tm stabil.
Suhu Tci dan Tco memiliki kenaikan suhu yang hampir sama
dimana suhu Tco lebih besar dari pada suhu Tci. Pada menit ke-390 suhu
Tci lebih besar dari pada suhu Tco. Berdasarkan teori perpindahan panas,
suhu Tco lebih besar dari pada suhu Tci karena ketika air melewati
kondensor, air akan menyerap panas dari etanol sehingga terjadi
kondensasi. Tetapi pada pengujian ini didapatkan suhu T ci lebih besar dari
pada suhu Tco. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi adalah : (1)
Kesalahan membaca alat ukur/termometer, (2) Termometer kontak dengan
suhu lingkungan sehingga tingkat keakurasian berkurang.
Grafik penambahan volume distilat pada pengujian kedua dengan
sampel etanol 30% seperti pada gambar dibawah ini.
Distilat
250
Volume (ml)
200
150
100
50
0
0
30
60
90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
47
Suhu (C)
140
120
100
80
60
40
20
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
49
Volume (ml)
200
150
100
50
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
berikutnya laju distilasi relatif sama yaitu laju distilasi rata-rata 0.75
ml/menit. Pengujian ini membutuhkan waktu 240 menit dengan jumlah
distilat 213 ml.
Pada awal pengujian laju distilasi sangat cepat karena metode yang
digunakan masih menggunakan metode batch. Setelah sistem kontinyu
berjalan maka penambahan volume menjadi tetap. Pada akhir pengujian
terjadi penurunan volume distilat. Hal ini disebabkan jumlah etanol di
dalam tangki pemasukan telah habis dan berlaku sistem distilasi batch.
Pengujian metode ketiga dengan konsentrasi etanol 30%. Sebelum
metode kontinyu dijalankan, proses distilasi diawali dengan metode batch
dengan bahan umpan etanol 10% sebanyak 1 liter kemudian dilanjutkan
sisem kontinyu dengan sampel etanol 30%. Berikut ini grafik perubahan
suhu terhadap waktu pada metode KR.30 pada titik-titik distilator yang
diamati.
50
140
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
51
350
Volume (ml)
300
250
200
150
100
50
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
Dari grafik diatas diketahui bahwa hasil distilat dimulai pada menit
ke-45. Kemudian secara bertahap volume distilat meningkat hingga
akhirnya terjadi penurunan pada menit ke-165. Setelah itu, mulai terjadi
kenaikan volume distilat kembali dengan dengan laju distilasi yang cukup
besar yaitu mencapai 3.2 ml/menit. Setelah itu, laju distilasi masih
menurun hingga proses distilasi selesai. Seharusnya dengan metode
kontinyu laju distilasi relatif tetap, tetapi karena ada kerusakan pada tangki
pemasukan sehingga mempengaruhi proses distilasi. Kerusakan yang
52
terjadi adalah berhentinya aliran umpan masuk karena katup pada pipa
tangki pemasukan tersumbat. Karena tidak ada umpan etanol yang masuk
maka produk atas juga tidak bertambah. Setelah diperbaiki dengan F = 15
ml/menit, volume distilat kembali bertambah. Jumlah distilat yang
dihasilkan dari pengujian ini adalah sebanyak 355 ml.
Suhu (C)
KR. Metode KR
53
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
Suhu (C)
120
100
80
60
40
20
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
54
Suhu (C)
15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
55
pemanas dan suhu awal dari steam. Kompor gas sebagai sumber pemanas
mempengaruhi kecepatan kenaikan suhu pada Tm.
Perbandingan volume distilasi pada tiga metode pengujian dengan
sampel etanol 10% seperti dibawah ini.
Distilat metode BTR.10
200
150
100
50
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240
Waktu (menit)
56
140
130
Suhu (C)
120
110
100
90
80
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
100
Suhu (C)
80
60
40
20
0
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
58
pemanasan yang lebih cepat dibandingkan dengan metode BTR dan BR.
Hal ini disebabkan suhu Tb awal pada metode KR.30 lebih besar yaitu
57C.
Perbandingan suhu Tm yaitu suhu pada menara kolom tray dengan
metode yang berbeda didapatkan grafik seperti dibawah ini.
80
Suhu (C)
70
60
50
40
30
20
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
59
400
350
Suhu (C)
300
250
200
150
100
50
0
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
Waktu (menit)
60
Kemurnian (% v/v)
BTR
100
98
96
94
92
90
88
86
84
BR
KR
97.6
94.84
92.5
88.77
92.5
88.58
10%
30%
Dari grafik diatas diketahui bahwa setiap metode distilasi yang digunakan
menghasilkan distilat dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi distilat
mulai dari 88.58% sampai konsentrasi tertinggi 97.6% yaitu diatas batas
azeotrop. Distilasi biasa hanya mampu memurnikan campuran etanol-air
sampai batas azeotropnya. Distilat dengan konsentrasi melebihi batas azeotrop
kemungkinan terjadi kesalahan dalam pengukuran konsentrasinya. Kesalahan
ini dapat disebabkan oleh batas error pada piknometer. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat dapat menggunakan metode kromotografi gas.
Metode BTR.10 didapatkan distilat dengan konsentrasi 88.77% sedangkan
metode BR.10 didapatkan distilat dengan konsentrasi 88.58% artinya
konsentrasi distilat dengan metode batch dengan refluks dihasilkan etanol
dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan metode batch tanpa
refluks meskipun perbedaannya tidak terlalu nyata. Secara teori konsentrasi
distilat pada distilasi dengan refluks memiliki tingkat konsentrasi lebih tinggi
dibandingkan dengan sistem distilasi tanpa refluks karena adanya pemurnian
pada seksi enriching.
61
peningkatan
konsentrasi
distilat.
Karena
etanol
yang
62
kadar alkohol pada produk atas dan produk bawah adalah untuk mengetahui
tingkat efisiensi pada alat distilasi yang telah dirancang.
Berikut ini data konsentrasi produk bawah pada metode batch tanpa
refluks dan dengan refluks.
Kemurnian (% v/v)
BTR
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
BR
KR
8.09
6.47
6.47
4.61
2
10%
30%
Gambar 39. Konsentrasi produk bawah (bottom product) pada distilasi etanol
Kadar alkohol produk bawah pada metode BTR dengan sampel etanol
10% dan 30% adalah 4.61% dan 6.47%, sedangkan metode BR didapatkan
produk bawah dengan konsentrasi 6.47% dan 8.09%. Pengukuran konsentrasi
produk bawah distilasi metode KR yaitu dengan menggunakan alkoholmeter
sehingga diperoleh data konsentrasi distilat yang kurang akurat. Konsentrasi
pada metode KR.10 dan KR.30 masing-masing adalah 2%. Meskipun
demikian, data tersebut mampu mewakili data konsentrasi produk bawah.
Hasil konsentrasi pada pengujian dengan metode KR menghasilkan
produk bawah dengan konsentrasi paling kecil. Hal ini disebabkan panas yang
tersedia paling besar sehingga mampu memisahkan etanol dan air dalam
etanol sampel hampir seluruhnya. Dua pengujian yang lain yaitu metode BTR
dan BR masih memiliki produk bawah dengan konsentrasi cukup besar.
Kebutuhan panas untuk memurnikan etanol-air sehingga diperoleh produk
bawah yang hampir murni tergantung pada titik didih produk bawah yaitu air.
Suhu kolom bawah seharusnya mendekati titik didih air yaitu 100C agar
63
kandungan etanol seluruhnya menguap dan hanya air yang terkandung dalam
kolom bawah. Pada pengujian sistem batch suhu Tb hanya mampu mencapai
suhu 95C sedangkan sistem kontinyu lebih tinggi yaitu mencapai 97C
sehingga sistem kontiyu memiliki produk bawah dengan konsentrasi alkohol
paling rendah.
Diagram titik didih etanol-air adalah diagram yang menunjukkan suhu titik
didih campuran etanol-air pada tingkat konsentrasi yang berbeda. Diagram
titik didih etanol-air seperti ditunjukkan pada gambar 3. Data-data hasil
pengujian diplotkan pada diagram ini kemudian dibandingkan titik didih
etanol dengan konsentrasi produk atas dan produk bawah hasil pengujian.
Hasil data pengujian yaitu data suhu pada kolom bawah dan suhu pada
puncak menara kolom tray diplotkan ke diagram titik didih etanol-air seperti
pada lampiran 3, 6, dan 9. Metode batch memiliki komposisi dan suhu
distilasi yang selalu berubah seiring dengan terdistilasinya komponen yang
lebih volatil (mudah menguap). Berdasarkan diagram kesetimbangan titik
didih etanol-air, etanol 10% memiliki titik didih 93C sedangkan titik didih
etanol 30% adalah 85.8C. Suhu kolom bawah pada metode BTR dan BR
terjadi kenaikan dengan semakin kecilnya kadar etanol yang didistilasi.
Suhu Tb tertinggi pada setiap metode akan menggambarkan tingkat
konsentrasi etanol pada produk bawah. Sebagai contoh pada metode BTR.10
suhu Tb tertinggi adalah 96C dengan konsentrasi produk bawah 4.61%.
Pengujian dengan metode batch baik tanpa refluks maupun dengan refluks
didapatkan produk bawah dengan konsentrasi etanol masih cukup besar tetapi
sedikit berbeda yaitu pada metode kontinyu didapatkan produk bawah dengan
konsentrasi etanol sangat kecil yaitu 2%. Pada lampiran 13 tentang analisis
rancangan distilator, suhu pada kolom bawah sesuai perhitungan berdasarkan
asumsi diperoleh suhu 100.13C.
Suhu pada puncak menara kolom tray tidak dapat diplotkan ke dalam
diagram tersebut karena suhu hasil pengujian berada diluar suhu batas
azeotrop. Secara keseluruhan, suhu Tm berkisar antara 65C - 71C yaitu pada
saat uap etanol melewati puncak menara menuju kondensor. Berdasarkan
diagram titik didih etanol-air, suhu pada titik azeotrop adalah 78C sehingga
64
suhu pada menara ketika konsentrasi etanol berada pada titik azeotropnya
adalah 78C. Pada pengujian ini, suhu menara tidak dapat mencapai suhu
tersebut karena adanya kehilangan panas disepanjang kolom tray.
Kehilangan panas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti isolator
dan panjang kolom. Isolator berfungsi untuk mencegah terjadinya pindah
panas dari dalam kolom ke lingkungan. Semakin tebal isolator maka heat loss
semakin kecil karena pindah panas dapat dicegah lebih optimal. Faktor kedua
adalah panjang kolom. Semakin panjang suatu kolom distilasi maka suhu akan
semakin rendah tetapi konsentrasi akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan
adanya kontak uap etanol dengan air yang terkondensasi. Oleh karena arus zat
cair berada pada titik gelembungnya, sedangkan arus uap berada pada titik
embunnya, maka kalor yang diperlukan untuk menguapkan komponen etanol
harus didapatkan dari kalor yang dibebaskan pada waktu kondensasi
komponen air. Pada kolom tray, setiap piringan dalam kaskade berfungsi
sebagai peranti pertukaran dimana komponen etanol berpindah ke arus uap
dan komponen air ke arus zat cair. Karena konsentrasi etanol didalam zat cair
maupun dalam uap meningkat dengan bertambahnya tinggi kolom, suhu akan
berkurang dengan semakin tingginya kolom.
Metode
Keterangan
Batch tanpa refluks
10%
1
2
3
30%
30%
Kontinyu dengan
refluks
10%
30%
3000
3000
3000
3000
4000
3000
2151
2008
2037
840
750
849
992
963
2160
3250
3000
65
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0.849
101
2677.64
64.67
270.68
2406.96
0.992
100.83
2677.38
57.5
240.68
2436.7
0.963
101.15
2677.87
67.33
281.81
2396.06
2.16
100.32
2676.59
65.8
275.41
2401.18
3.25
3
103.06 103.18
2680.81
2681
86.72
86.5
363.13 362.21
2317.68 2318.79
7532.46 6956.37
1000
1000
1000
1000
3000
2500
47
154.5
24.5
229
213
355
88.77
92.5
88.58
97.6
94.84
92.5
41.72
142.92
21.7021
223.5
202.01
328.38
48.98
16.91
106.33
23.21
37.29
21.18
Grafik energi yang terpakai per volume setara etanol murni yang
dihasilkan selama proses distilasi.
BTR
Energi per volume etanol murni (kJ/ml)
120
BR
KR
106.33
100
80
60
48.98
37.29
40
23.21
21.18
16.91
20
0
10%
30%
Konsentrasi Etanol Sampel
66
67
A. Kesimpulan
1. Alat distilasi yang dirancang terdiri dari enam bagian utama, yaitu steam
boiler, kolom bawah, kolom tray, tangki pemasukan, kondensor, dan pipa
penampung distilat yang dilengkapi dengan pembagi distilat.
2. Pengujian
dengan
metode
refluks
menghasilkan
distilat
dengan
B. Saran
Penggunaan isolator pada alat distilasi etanol ini perlu ditambah
ketebalannya dengan cara menambah lapisan kedua atau menggunakan
isolator yang memiliki ketebalan lebih besar dari sebelumnya, sehingga proses
kehilangan panas dapat dicegah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Desember
69
Kent, J.A. 1992. Riefels Handbook of Industrial Chemistry. Ninth Edition. Van
nostrand Reinhold, New York.
Kirk, B.E dan D.F Othmer. 1985. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 1
dan 2. The Interscience Encyclopedia Inc., New York.
Nurdyastuti, Indyah. 2008 Terdapat pada www.geocities.com/markal_bppt.
diakses pada 27 Maret 2008.
Paturau, J.M. 1982. By Product of Cane Sugar Industry. Elsevier Scientific
Publishing Co., Amsterdam.
Prave, P., U. Faust, W. Sittig, dan D.A Sukatsch. 1987. Fundamental of
Biotechnology. VCH Publisher, Wienheim, Germany.
Prihandana, Rama dkk. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan.
Gromedia, Jakarta.
Purwanto, A. 1995. Di dalam Yoder et al. 1980. Kajian Awal Pemisahan
Campuran Aseton-Butanol-Etanol Hasil Fermentasi dengan Distilasi
sederhana dan dengan Pendekatan Model Isotherm Flash. Skripsi. Fateta,
IPB, Bogor
Purwono, Suryo dkk. 2005. Pengantar Operasi Stage Seimbang. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Russell, J.B. 1992. General Chemistry. Mc Graw Hill, Inc., New York.
Saraswati. 1985. Mencari bentuk teknologi untuk produksi etanol sebagai energi
cair dari biomassa. Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian Agritech, 5 (1
dan 2) : 21-29.
Slabaugh, W.H. dan T.D. Parson. 1976. General Chemistry. John Wiley and Sons,
Inc., New York.
SNI. 1994. Standar Nasional Indonesia SNI 06-3565-994 Alkohol Teknis. Dewan
Standarisasi Nasional.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Gramedia,
Jakarta.
Vogel, A.L. 1958. Elementary Practical Organic Chemistry. Interscience Publ.,
Inc., New York.
70
71
Data Steam
Volume air awal
: 3000 ml
: 2151 ml
: 685 ml
Data Etanol
Volume awal
: 1000 ml
Konsentrasi awal
: 10%
Volume distilat
: 47 ml
Konsentrasi distilat
: 88.77%
Volume bottom
: 920 ml
Konsentrasi bottom
: 4.61%
Waktu
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
D (ml)
3
24.5
41
46
47
47
72
Data Steam
Volume air awal
: 3000 ml
: 2008 ml
: 870 ml
Data Etanol
Volume awal
: 1000 ml
Konsentrasi awal
: 30%
Volume distilat
: 154.5 ml
Konsentrasi distilat
: 92.5%
Volume bottom
: 730 ml
Konsentrasi bottom
: 6.47%
Waktu
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
D (ml)
0
0
0
0
29
72
129
174
206
241.5
254.5
254.5
73
Lampiran 3. Plot data pengujian BTR.10 dan BTR.30 ke diagram titik didih
etanol-air
BTR.10
BTR.30
74
Data Steam
Volume air awal
: 3000 ml
: 2037 ml
: 900 ml
Data Etanol
Volume awal
: 1000 ml
Konsentrasi awal
: 10%
Volume distilat
: 24.5 ml
Konsentrasi distilat
: 88.58%
Volume bottom
: 940 ml
Konsentrasi bottom
: 6.47%
Waktu
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
Ts (C)
115
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
D (ml)
7
13
18
22
24
24.5
24.5
R
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
75
Data Steam
Volume air awal
: 3000 ml
: 840 ml
: 1935 ml
Data Etanol
Volume awal
: 1000 ml
Konsentrasi awal
: 30%
Volume distilat
: 229 ml
Konsentrasi distilat
: 97.6%
Volume bottom
: 750 ml
Konsentrasi bottom
: 8.09%
Waktu
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
195
210
225
240
255
270
285
300
315
Ts (C)
110
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Tsc(C)
43
41
43
42
64
64
62
61.5
64
66
66
66
68
69
65
68
68
69
67
66
68
Tb(C)
28
61
69.5
79
80
82
82.5
82.5
83
83.5
84
84.5
85
85.5
86
86.5
87.2
87.8
88.5
89.5
90
90.5
D (ml)
14.5
29
43
56
71
85
93
110
125
136
146
156
167
177
186
R
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
76
Lampiran 5. (lanjutan)
330
345
360
375
390
405
420
435
450
100
100
100
100
100
100
100
100
100
70
69
69
68
78
82
83
82.5
82
91.2
92
92.5
93
93.5
94
94
94
94
65
65
65
65
65
65
65
65
65
34
34
34
33.5
34
34
34
34
34
33.5
34
34
33.5
33.8
33.5
33.5
33
33
194.5
205
211
219
225
229
229
229
229
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
77
Lampiran 6. Plot data pengujian BR.10 dan BR.30 ke diagram titik didih
etanol-air
BR.10
BR.30
78
Data Steam
Volume air awal
: 4000 ml
: 750 ml
: 1840 ml
Data Etanol
Time
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
195
210
225
240
Volume awal
: 3000 ml
Konsentrasi awal
: 10%
Volume distilat
: 213 ml
Konsentrasi distilat
: 94.84%
Volume bottom
: 2710 ml
Konsentrasi bottom
: 2%
F
B
R (ml/15menit) (ml/15menit) Keterangan
1.8 1.8 1.8 Star continue
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
225
165
1.8
0
165 End of feed
79
Data Steam
Volume air awal
: 3000 ml
: 0 ml
: 1800 ml
Data Etanol
Volume awal
Konsentrasi awal
Volume distilat
: 355 ml
Konsentrasi distilat
: 92.5%
Volume bottom
: - ml
Konsentrasi bottom
: 2%
Time
Ts (C)
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
150
165
180
195
210
225
240
125
102.5
102.5
101.5
101.5
101.5
101.5
101.5
101.5
102
101.5
101.5
102
102
102
102
102
57
97
97.5
96.5
96.5
96.5
96.5
96.5
96.5
97
96.5
97
96
96.5
96.5
96.5
97
33
31
34
70
70
70
70
70
69
69
67
67
69
70
70
70
69
30.5
30.5
30.8
31
31.5
32
32.5
32.8
33.2
33.2
30.5
30.5
30.8
31.8
32.2
32.8
33.2
30.5
30.5
30.8
31.5
31.8
32.4
32.8
33
33.2
33.2
30.5
30.5
31.2
32
32.8
33
33.2
D
(ml)
15
48
76
110
145
165
182
195
200
207
255
300
340
355
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
(ml/15menit)
(ml/15menit)
195
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
195
195
195
195
195
195
195
195
195
225
225
225
0
Keterangan
start continue
water exchange
reparation
80
end of feed
Lampiran 9. Plot data pengujian KR.10 dan KR.30 ke diagram titik didih
etanol-air
KR.1
0
KR.30
81
Lampiran 10. Tabel densitas etanol pada suhu dan konsentrasi yang berbeda
%
0
1
2
3
4
10C
15C
20C
25C
30C
35C
40C
0.99973 0.99913 0.99823 0.99708 0.99568 0.99406 0.99225
785
725
636
520
379
217
34
602
542
453
336
194
31 0.98846
426
365
275
157
14 0.98849
663
258
195
103 0.98984 0.98839
672
485
5
6
7
8
9
98
0.98946
801
660
524
32
0.98877
729
584
442
0.98938
780
627
478
331
817
656
500
346
193
670
507
347
189
31
501
335
172
9
0.97846
311
142
0.97975
808
641
10
11
12
13
14
393
267
145
26
0.97911
304
171
41
0.97914
790
187
47
0.9791
775
643
43
0.97897
753
611
472
0.97875
723
573
424
278
685
527
371
216
63
475
312
150
0.96989
829
15
16
17
18
19
800
692
583
473
363
669
552
433
313
191
514
387
259
129
0.96997
334
199
62
0.96923
782
133
0.9699
844
697
547
0.96911
760
607
452
294
670
512
352
189
23
20
21
22
23
24
252
139
24
0.96907
787
68
0.96944
818
689
558
864
729
592
453
312
639
495
348
199
48
395
242
87
0.95929
769
134
0.95973
809
643
476
0.95856
687
516
343
168
25
26
27
28
29
665
539
406
268
125
424
287
144
0.95996
844
168
20
0.95867
710
548
0.95895
738
576
410
240
607
442
272
98
0.94922
306
133
0.94955
774
590
0.94991
810
625
438
248
30
31
0.95977
823
686
524
382
212
67
0.9489
741
557
403
214
55
0.9386
82
32
33
34
665
502
334
357
186
11
38
0.9486
679
709
525
337
370
180
0.93986
21
0.93825
626
662
461
257
35
36
37
38
39
162
0.94986
805
620
431
0.94832
650
464
273
79
494
306
114
0.93919
720
146
0.93952
756
556
353
790
591
390
186
0.92979
425
221
16
0.92808
597
51
0.92843
634
422
208
40
41
42
43
44
238
42
0.93842
639
433
0.93882
682
478
271
62
518
314
107
0.92897
685
148
0.9294
729
516
301
770
558
344
128
0.9191
385
170
0.91952
733
513
0.91992
774
554
332
108
45
46
47
48
49
226
17
0.92806
593
379
0.92852
640
426
211
0.91995
472
257
41
0.91823
604
0.85
0.91868
649
429
208
692
472
250
28
0.90805
291
69
0.90845
621
396
0.90884
660
434
207
0.89979
50
51
52
53
54
0.92126
0.91943
723
502
279
0.91776
555
333
110
0.90885
0.91384
160
0.90936
711
485
0.90985
760
534
307
79
0.9058
353
125
0.89896
667
0.90168
0.8994
710
479
248
0.89738
55
56
57
58
59
55
0.90831
607
381
154
659
433
207
0.8998
752
258
31
0.89803
574
344
0.8985
621
392
162
0.88931
437
206
0.88975
744
512
16
0.88784
552
319
85
0.87888
653
60
61
62
63
64
0.89927
698
468
237
6
523
293
62
0.8883
597
113
0.88882
650
417
183
699
446
233
0.87998
763
278
44
0.87809
574
337
0.87851
615
379
142
0.86905
417
180
0.86943
795
466
0.88
83
65
66
67
68
69
0.88774
541
308
74
0.87839
364
130
0.87895
660
424
0.87948
713
477
241
4
527
291
54
0.86817
579
100
0.86863
625
387
148
667
429
190
0.8595
710
227
0.85987
747
407
266
70
71
72
73
74
602
365
127
0.86888
648
187
0.86949
710
470
229
0.86766
527
287
47
0.85806
340
100
0.85859
618
376
0.85908
667
426
184
0.84941
470
228
0.84986
743
500
25
0.84783
540
297
53
75
76
77
78
79
408
168
0.85927
685
442
0.85988
747
505
262
18
564
322
79
0.84835
590
134
0.84891
647
403
158
698
455
211
0.83966
720
257
13
0.83768
523
277
0.83809
564
319
74
0.82827
80
81
82
83
84
197
0.8495
702
453
203
0.84772
525
277
28
0.83777
344
96
0.83848
599
348
0.83911
664
415
164
0.82913
473
224
0.82974
724
473
29
0.8278
530
279
27
578
329
79
0.81826
576
85
86
87
88
89
0.83951
697
441
181
0.82919
525
271
14
0.82754
492
95
0.8284
583
323
62
660
405
148
0.81888
626
220
0.81965
708
448
186
0.81774
519
262
3
0.80742
322
67
0.80811
552
294
90
91
92
93
94
654
386
114
0.81839
561
227
0.81959
688
413
134
0.81797
529
257
0.80983
705
362
94
0.80823
549
272
0.80922
655
384
111
0.79835
478
211
0.79941
669
393
28
0.79781
491
220
0.78947
84
95
96
97
98
99
278
0.80991
698
399
94
0.80852
566
274
0.79974
670
424
138
0.79846
547
243
0.79991
706
415
117
0.78814
555
271
0.78981
684
382
114
0.78831
542
247
0.77946
620
388
100
0.77806
507
100
0.79784
360
0.78934
506
75
641
203
85
: 15.73 gram
: 25.7 gram
: mpic,aq - mpic,0
: 25.7 15.73
: 9.97 gram
Volume pikno =
aq
9.97
0.99682
= 10.0018 3
: 23.8 gram
: mpic,spl mpic,0
: 23.8 15.73
: 8.07 gram
0.99682
9.97
8.07
Dari tabel densitas etanol pada lampiran 7 dapat diketahui konsentrasi sampel
= 0.80685 g/cm3 pada suhu 25C berkisar antara 92-93%
92
9293
0.808230.80685
92
0.808230.80549
0.00138
0.00274
x = 92.5036 %
86
8 liter /hari
8 jam /hari
= 1 liter/jam
: 783 kg/m3
: 78.2C
Diketahui : Densitas ()
Titik didih
Jawab :
Laju massa :
783 0.001
3600
= 2.715 104 /
=
= 2.175104 2257
= 0.49
=
=
dimana
1
1 1
ln
(2 /1 )
2 1
1
2 2
2
ln
(2 /1 )
1
1
+
+
1 1
1
2 2
490 =
2(100 30)
ln
(0.00325/0.00315)
1
1
+ 0.00325 2181.295
150 0.00315 +
386
= 2.515
Nilai toleransi 1.2
L = 2.515 x 1.2
L = 3.3.018 3 m
Jadi panjang koil tembaga yang dibutuhkan adalah 3 m.
87
B
TC
. ( 1 )
= suhu, oC
Komponen
C2H5OH
18.9119 3803.9800
-41.6800
H2O
18.3036 3816.4400
-46.1300
Nilai tekanan uap dari persamaan (1) selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan nilai konstanta kesetimbangan (K) melalui persamaan yang
menyatakan hubungan kesetimbangan uap-cair sebagai berikut:
y i P Pio x i
yi
dengan :
Pio
xi
P
. ( 2 )
88
mol/jam
xi (fraksi mol)
g/jam
C2H5OH(LK)
1.7022
0.0329
78.3000
H2O(HK)
Jumlah
50.0000
51.7022
0.9671
1.0000
900.0000
978.3000
Tekanan uap dihitung dengan persamaan (1) dan kesetimbangan uap cair
dihitung dengan persamaan (2).Umpan berada dalam kondisi cair jenuh, maka
yi = 1.
dengan cara trial T maka didapat hasil sebagai berikut :
P umpan = 1 atm
= 760mmHg
Trial T
Komponen
= 99.04 oC
F, mol/jam
C2H5OH(LK)
H2O(HK)
Jumlah
Pio, mmHg
xf
0.0329 1,631.4905
0.9671 730.3296
1.7022
50.0000
51.7022
Ki
yi=Ki xi
2.1467
0.0707
0.9610
0.9293
1.0000
1.0000
2. Spesifikasi Produk
Produk yang diinginkan yaitu hasil atas berupa etanol 95.5 % (w/w) dan air
4.5 % (w/w) dengan spesifikasi berdasarkan neraca massa sebagai berikut:
Produk atas
Produk bawah
Komponen
g/jam
mol/jam
Xdi
g/jam
mol/jam
Xbi
C2H5OH(LK)
76.7340
1.6681
0.8925
1.5660
0.0340
0.0007
H2O(HK)
Jumlah
3.6157
0.2009
0.1075
896.3843
49.7991
0.9993
1.0000
897.9503
49.8332
1.0000
80.3497
1.8690
sebagian sebagai produk atas (top product) dan sisanya dikembalikan ke menara
(reflux)
Kondisi operasi atas menara terjadi pada keadaan dew point, sehingga
xi = 1, sedangkan kondisi distilat keluaran berada pada bubble point-nya, dimana
yi = 1. Komposisi top menara distilasi :
Komponen
mol/jam
xi (fraksi mol)
g/jam
C2H5OH(LK)
1.6681
0.8925
76.7340
H2O(HK)
Jumlah
0.2009
1.8690
0.1075
1.0000
3.6157
80.3497
Hasil perhitungan trial suhu dew point campuran komponen bagian atas menara :
P top
= 1 atm
= 760 mmHg
Trial T
= 81.77 oC
Komponen
D, mol/jam
C2H5OH
H2O
Jumlah
yi
Pio,
mmHg
Ki
xi =yi/Ki
1.6681
0.8925
864.4581
1.1374
0.7847
0.2009
1.8690
0.1075
1.0000
379.2726
0.4990
0.2154
1.0000
xi
yi
1 Komposisi bottom menara distilasi :
Ki
Komponen
mol/jam
xi (fraksi mol)
g/jam
C2H5OH(LK)
0.0340
0.0007
1.5660
H2O(HK)
Jumlah
49.7991
0.9993
896.3843
49.8332
1.0000
897.9503
90
Hasil perhitungan trial suhu bubble point campuran komponen bagian bawah :
P bottom = 1 atm
= 760 mmHg
Trial T
= 100.13 oC
B,
mol/jam
Komponen
C2H5OH(LK)
0.0340
H2O(HK)
Jumlah
49.7991
49.8332
Pio, mmHg
xi
0.0007 1,694.4546
0.9993
1.0000
759.4008
Ki
yi =xi.Ki
2.2295
0.0015
0.9992
0.9985
1.0001
Dipilih
Z j, F .F
( j 1).X LK, D .D
( LK 1).Z LK, F .F
( LK j ).X HK, D .D
( LK 1).Z HK, F .F
. ( 7 )
dengan :
j
Kj
Kj
K HK
Pjo
Pt
91
batasan :
X j,D .D
X j,D .D
Jika
Jika 0,99
Z j,F .F
0.01 dan
X j,D .D
Z j,F .F
Z j,F .F
dengan :
= relative volatility
Komponen
C2H5OH(LK)
0.9453
0.0000
0.9453
H2O(HK)
0.0000
0.0040
0.0040
Keterangan
Terdistribusi
Terdistribusi
H2O(HK)
Maka pemilihan light key dan heavy key component sudah benar.
i .X i ,D
i
R m 1
. ( 8 )
92
i .X i,F
1 q
i
dimana :
. ( 9 )
Rm
= refluk minimum
Xj,D
= konstanta Underwood
i .X i,F
0 , karena umpan masuk dalam kondisi cair jenuh, maka q = 1.
i
Trial
Komponen
C2H5OH(LK)
H2O(HK)
Jumlah
2.1467
i .xi , f
i
xi,f
0.0329
2.2339
0.8433
0.9671
1.0000
1.0000
-0.8434
0.0000
C2H5OH(LK)
0.8925
2.2793
15.3470
H2O(HK)
Jumlah
0.1075
1.0000
-0.0937
Komponen
1.0000
i*Xid /( i-)
15.2533
93
Maka
: Rmin + 1
= 15.2533
Rmin = 14.2533
Jika
X D
X B LK
ln
XD
Nm
ln LK
HK
X B
HK
. ( 10 )
Didapat :
Nm
= 11.7012
Nt
Nm 1 exp K
exp K
.....( 11 )
Dimana:
1 54 .4 1
K
0 .5
11 117 .2
R Rm
R 1
(12 )
( 13 )
94
Nrec X hk X lk B
Nstr X lk F X hk D
dengan :
2
B
0 , 206
Nrec
Nstr
. ( 14 )
Diperoleh :
Nrec
= 0.2496
Nstr
Ntot
= Nstr + Nrec
Nrec
Nstr
= 2.4533
= 9.8288
95
Asumsi
Suhu air masuk kondensor
: 27C
: 30C
: 81C
: 30C
Laju distilasi
Perhitungan rancangan
Perhitungan kalor
Kalor yang harus dilepaskan adalah kalor penguapan yang besarnya sama dengan
kalor pengembunan atau berdasarkan asas black
Qair = Qetanol
Qetanol = (m x Cp x T) + (m x L)
Dimana :
Q
Cp
: perbedaan suhu, K
Sehingga
Q
= 21.51 J/s
= m x Cp x T
= 21.51 J/s
Cp
= 4180 J/kg K
96
=3K
Maka :
=
21.51
4180 3
= 0.001715 kg/s
= 1.715 /
= 1.715 3 /
Jadi laju alir air pendingin yang dibutuhkan adalah 1.715 cm 3/s
KONDENSOR
Uap 81C
Air keluar 30C
Distilat 30C
Air masuk 27C
T1
T2
T2
S
u
h
u
T1
97
(1 2")-(T2'-T1")
=
ln
(1 2")/(T2'-T1")
(81 30)-(30-27)
ln
(81 30)/(30-27)
= 36.624
Perpindahan panas antara dua zat alir yang terpisah sekat penghantar dapat
dinyatakan dengan persamaan :
=
Dimana : Q
Dimana : Q
TLMTD
21.51
50 36.627
= 0.011745 m2
Panjang pipa
=
0.011745 2
= 0.187
4 0.005
Jadi panjang pipa adalah 18.7 cm, jika faktor koreksi adalah 1.6 maka panjang
pipa yang dibutuhkan adalah 18.7 x 1.6 = 30 cm.
98
99
100
101