Anda di halaman 1dari 41

Diterbitkan oleh Perhapi | Edisi 4 / III / Oktober 2012

Sekilas Perjalanan UU No. 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara

Konferensi
Konferensi
Batubara
Batubara Indonesia
Indonesia
yang
yang ke-lima
ke-lima
Save
Save Indonesian
Indonesian Coal
Coal

Menanti
Menanti
Rebound
Rebound Batubara
Batubara

Kajian Ekonomi Pencucian Batubara


dalam Kaitannya dengan
Konservasi Cadangan Batubara

Pembaca yang budiman,


Pemimpin Redaksi
Ketua Bidang Media dan
Informasi PERHAPI
Editor
Hidir Tresnadi
Abraham Lagaligo
Joko Susilo
Artistik
Kinetika Strategic Communications
Irene R.K. Sapti
Antonius Bharata Ciptadi
Editor Foto
Sigit Pramono
Iklan
Yulianingsih
Pemasaran
Ketua Bidang Pemasaran dan
Outreach PERHAPI
Distribusi
Kasijo

Penerbit:
PERHAPI

Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia


Association of Indonesian Mining Professionals

Pro dan Kontra dalam mensikapi sebuah kebijakan pemerintah,


khususnya sektor pertambangan, yang dilatarbelakangi informasi,
pengalaman dan pemahaman yang berbeda, akan memperkaya bobot
dialektika. Perbedaan pendapat akan memperkuat dasar pemahaman
sektor tersebut pada masa mendatang.
Pada abad 21 Indonesia akan mengulang masa-masa kejayaan
nusantara, sebuah siklus 7 abad, Sriwijaya pada abad ke-7, dan
Majapahit abad ke-14, cetus Jero Wacik. Sebab dalam perekonomian
global yang melambat, seperti AS dan Eropa yang mengalami
pertumbuhan ekonomi 2,2 %. Indonesia dapat tumbuh melampaui
5%. Sehingga John ONeill (penggagas konsep BRIC Brazil,
Rusia, India dan Cina) dalam jurnal Goldman Sachs, baru-baru ini
mengusulkan konsep MIST (Mexico, Indonesia, South Korea and
Turkey), yang akan menggantikan BRIC.
Kebangkitan pada sektor pertambangan dimulai ketika pemerintah
berkeputusan menghentikan ekspor hasil tambang berbentuk mentah
atau bijih, berdasarkan pada semangat meningkatkan nilai tambah,
yang hanya dapat berlangsung jika industri hilir dikembangkan pula
untuk menyerap berbagai produk yang dihasilkannya. Selain itu adalah
renegosiasi kontrak-kontrak pertambangan, yang sesuai amanat UU
Minerba.
Krisis global dunia pertambangan, mineral dan batubara kembali
terjadi. Sejak awal 2012 harga komoditi menunjukkan kecenderungan
menurun. Krisis ekonomi Eropa, yang merambah kawasan Asia,
terutama China, India, dan Korea Selatan, telah mempengaruhi impor
bahan-bahan tambang Indonesia. Meski krisis ini belum akan pulih
hingga 2013. Namun diharapkan kita dapat melalui krisis dengan
baik seperti pada 2008, dimana Industri pertambangan tetap menjadi
sektor penerimaan negara, yang dapat memacu pertumbuhan
ekonomi. Selain itu krisis tersebut secara tidak langsung merupakan
langkah konservasi dalam neraca sumberdaya mineral nasional. Dan
mengingatkan bahwa bisnis pertambangan membutuhkan komitmen,
modal, profesional yang konsisten. Bukan bisnis sesaat yang hanya
mengejar keuntungan jangka pendek lalu mati.
Pada edisi IV tahun 2012 ini, dengan berakhirnya masa kepengurusan
Perhapi. Semoga pengurus Perhapi yang baru, dapat melanjutkan dan
mengembangkan program-program yang ada, serta meningkatkan
perannya dalam industri Pertambangan nasional.

Alamat Redaksi:

Komplek Rukan Crown Palace Blok D No. 9


Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH. No. 231
Jakarta Selatan - 12870
Telp: (62-21) 837 837 66, 837 966 61
Fax: (62-21) 837 837 65
E-mail: sekretariat.perhapi@gmail.com

Ketua Umum Perhapi

Irwandy Arif

Website:

www.perhapi.or.id

| Oktober 2011 Pertambangan Indonesia

Oktober 2011 Pertambangan Indonesia |

Edisi 4 / III / Oktober 2012

Diterbitkan oleh PERHAPI

Feature Articles

Lintas Peristiwa | Kilas Berita

Direktur PT. Aneka Tambang Tbk


4 Mantan
Dedi Aditya Sumanagara

Perusahaan Tambang Sepakati Renegosiasi Kontrak


37 14Renegosiasi
Kontrak PT. Vale Indonesia Tbk akan Rampung Tahun ini

Tambang Bukana Pekerjaan Amatiran

Kementerian ESDM Ragu Royalti Bisa Naik Jadi 10%

Technical Papers

Nusa Tenggara Tbk PHK-kan 100 Karyawannya


38 PT.2013,Newmont
Pemerintah Tergetkan Bea Keluar Tambang Seharga 8,07 Triliun

off Fibre-Reinforced Shotcrete (Fibrecrete)


9 Applications
Support at Still Drift (Production Stope) in Pongkor

APBI: Puluhan Perusahaan Batubara Tak Beroperasi

Dirjen Pajak Bidik Tambang Skala Medium


39 2013,
Bupati Murung Raya Pertanyakan Moratorium Izin Tambang

Underground Gold Mine PT. Antam (Persero), Tbk *

Oleh : Yosep Purnama, Agus Sudharto, Catur Budiyanto, Bayu Wibisana

Faktor-Faktor Produktifitas Alat Muat dalam Upaya


20 Analisis
Penentuan Strategi Peningkatan Produktifitas Liebher

Pemerintah Daerah DIminta Hati-Hati Terbitkan IUP


Pemkab Banyuwangi Minta 10% Saham Bukit Tujuh

R996B PT KPC Sangatta, Kalimantan Timur*

31

Lintas Peristiwa | Kilas Korporat

Oleh: Agus Soleh Renggana Mining Operation Division PT. Kaltim Prima
Sangata Site, Kalimantan Timur 2011

Kajian Ekonomi Pencucian Batubara dalam Kaitannya


dengan Konservasi Cadangan Batubara ( Studi Kasus :
Tambang Mereh, PT. Arutmin Indonesia)*

Harga Komoditas Tekan Performa Antam


49 Penurunan
Anak Usaha Antam Tunda Akuisisi IUP Tambang Batubara
2013, CAPEX Antam Mencapai Rp 9 Triliun
Bukit Asam Siap Investasi US$ 580 Jut
2013, Batubara Bukit Kendi Siap Berproduksia

Oleh: Riandi Rachmawan PT. Arutmin Indonesia

PERHAPI News

16
19 Diklat Mining Law Essentials Banyak Peminat
Terpaksa
27 Agincourt
Menutup Sementara Martabe
Batubara Indonesia yang ke-lima
29 Konferensi
Save Indonesian Coal
Automation Systems di
30 AutoMine
Tambang Intan Argyle,Australia Barat
Perjalanan UU No. 4 Tahun 2009
40 Sekilas
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
41 Benarkah UU Minerba Melanggar Konstitusi?*
Menanti Rebound Batubara

Oleh: Kosim Gandataruna Pengamat Sektor Pertambangan Umum

54
Penyelenggaraan
60 Sekilas
KONGRES VIII dan TPT XXI PERHAPI 2012
70 Mining Tour Cibaliung Gold Mine
72 Rakornas Perhapi 2012
TPT XXI dan
74 Pembukaan
Kongres VIII PERHAPI 2012
76 Ucapan Terima Kasih
Serba Serbi TPT XXI dan
KONGRES VIII PERHAPI 2012

50

Newmont Lanjutkan Eksplorasi Tambang Elang


Newmont Tolak Bangun Smelter
Kisruh di Bumi Plc
Bumi Plc Persoalkan Dana US$ 637 Juta

Resources Raih Fasilitas Pinjaman US$ 135 Juta dari Perbankan


51 JPerkuat
Kinerja, ABM Investama Serap Capex 161,95 Juta

Anak Usaha Medco Energi Produksi 600.000 Ton Batu Bara


Harum Energi Akuisisi 50,5% Saham Perusahaan Tambang Batubara

52

Kinerja Ancora Resources Tertekan Akibat Beban Melonjak


UNTR Akuisisi 3 Tambang Batu Bara
Agustus 2012, Penjualan Batu Bara UNTR Naik 42%
Akhir 2012, Djakarta Lloyd Angkut Batubara Milik PLN

III-2012, Target Penjualan Batubara Indo Tambang 19 Juta Ton


53 Kuartal
2012, PTMG Tunda Akuisisi Tambang
Bagi Dividen Interim Rp 1,88 Triliun
Proyek Batu Bara Nusantara Energy Tetap Berlanjut
Resource Alam SIapkan Dana Rp 200 Miliar Untuk Buyback Saham
Exploitasi Energi Raih Kontrak Penjualan 40 Juta Ton

Oktober 2011 Pertambangan Indonesia |

FEATURE ARTICLES

FEATURE ARTICLES

Dedi Aditya Sumanagara

Tambang

Bukan Pekerjaan Amatiran

anyak pihak yang menuding berbagai masalah yang


menghinggapi sektor pertambangan disebabkan oleh
desentralisasi kewenangan. Sehingga memunculkan
wacana agar kewenangannya dikembalikan ke pemerintah pusat
atau minimal ke provinsi. Namun mantan Direktur Utama PT
Aneka Tambang Tbk, Dedi Aditya Sumanagara tak sependapat.
Menurutnya, soal otonomi daerah bukan hal yang perlu
didiskusikan lagi. Yang penting sekarang adalah bagaimana
pemerintah membantu implementasi UU Minerba di daerah
agar sesuai yang diharapkan.

Yang diharapkan masyarakat dari pertambangan itu adalah


memberikan pendapatan yang baik, sekaligus bisa menjaga
lingkungan dengan pengelolaan yang benar. Namun
sekarang ini, dimana setiap orang bisa memiliki tambang.
Terutama tambang-tambang yang berjangka pendek, masalah
pengelolaan lingkungan dan konservasi tidak diperhatikan.
Bisa dibayangkan pengelolaan tambang dilakukan jika yang
diutamakan hanyalah bagaimana mendapatkan keuntungan
cepat dalam jangka pendek. Hanya kadar bagus yang diambil,
kadar yang jelek ditinggalkan begitu saja.

Sektor pertambangan, menurutnya, adalah sektor yang istimewa


karena bersinggungan dengan sektor-sektor lainnya. Karena itu
penanganannya juga harus khusus.

Tentu berbeda jika dikelola oleh tambang besar yang


mengoperasikan tambang dengan konsep mixing. Konsep
optimasi dari potensi yang ada merupakan acuan dasar
operasional perusahaan-perusahaan yang mapan.

Untuk mengetahui bagaimana penilaian dan harapannya


terhadap industri pertambangan, berikut perbincangan
dengannya.
T: Bagaimana anda melihat industri pertambangan saat ini?
J: Sektor pertambangan akhir-akhir ini sarat dengan
tantangan. Saya melihat masih banyak hal tidak seperti yang
diharapkan dalam Undang-Undang Minerba. Terutama di
dalam pelaksanaannya di daerah. Dengan UU itu mestinya
isu-isu lama seperti tumpang tindih lahan, pembebasan lahan
dan sebagainya bisa teratasi. Tetapi kenyataannya belum bisa
teratasi.

Sekali lagi, tambang bukan pekerjaan amatiran. Tambang


harus dikerjakan secara profesional. Karena akibatnya, akan
ditanggung oleh daerah dalam jangka panjang. Perlu selalu
diingat, pandangan-pandangan dari masyarakat sendiri dari
dulu sudah tidak nyaman, bahkan melihat tambang sebagai
suatu usaha yang banyak aspek negatifnya. Kalau pelaksanaan
perundang-undangan yang ada tidak segera diperbaiki, maka ini
akan lebih memberi persepsi yang negatif di masyarakat.
T: Saat ini pemerintah berupaya memperbaiki hal itu.
Bagaimana anda melihat langkah-langkah yang diambil
pemerintah?

Kemudian dari segi perundang-undangan yang mungkin


masih difinalkan turunannya. Diharapkan bisa meminimalkan
hal-hal yang masih jauh dari yang diharapkan itu. Sehingga
memberikan rasa aman dan kepastian dalam berusaha. Karena
saya melihat di daerah belum siap benar untuk menjadi
regulator di tingkat daerah.

J: Pemerintah belakangan melakukan pelarangan ekspor bijih.


Ekspor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang sudah clean and clear di dalam masalah administrasi,
aspek-aspek perijinan, kehutanan dan sebagainya. Menurut
saya, langkah tersebut merupakan semacam filter untuk
meminimalkan hal-hal yang tidak baik tadi.

Perlu dipahami bahwa pertambangan itu bukan suatu usaha


yang sama dengan industri lainnya. Bisa dibilang sektor
pertambangan itu istimewa dalam pengertian penanganannya
harus khusus. Sebab sektor ini menyangkut aspek yang banyak
bersinggungan dengan bidang-bidang lain, seperti kehutanan,
pembebasan lahan, dan sebagainya. Jika tidak didukung oleh
UU yang kuat dan pelaksanaannya yang benar, maka akan terasa
sekali bahwa pertambangan itu akan lebih jauh lagi dari apa
yang diharapkan oleh masyarakat.

Saya berharap, bukan hanya itu saja. Perjalanan masih panjang


ke depan. Yang berikutnya yang harus dilakukan adalah
bagaimana implementasi peraturan-peraturan pelaksanaan UU.
Harus kuat benar turunan dan pelaksanaan dari UU itu sehingga
dampak negatif dapat diminimalkan.

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Pihak perusahaan juga harus selalu mengkomunikasikan ke


masyarakat bahwa mining is mining. Di negara manapun

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

FEATURE ARTICLES

industri pertambangan itu selalu ada. Jadi bukan merupakan


sesuatu disaster atau apa namanya. Di negara maju sekalipun
seperti di AS, pertambangan juga ada, tetapi permasalahannya
pertambangan harus dilindungi dengan aturan-aturan yang
pasti, dan pelaksanaannya juga harus bagus di daerah.
Sehingga isunya bukan pertambangan ada atau tidak ada, tetapi
pertambangan yang baik sesuai dengan good mining practice.
Tetapi kalau kita tidak peduli, maka persepsi masyarakat
yang didukung oleh LSM-LSM yang pro lingkungan akan
lebih memojokkan dengan mengatakan bahwa industri
pertambangan lebih banyak mudharatnya dibanding
manfaatnya.
T: Kondisi sekarang ini adalah akibat desentralisasi. Apakah
Bapak melihat desentralisasi itu gagal?
J: Desentralisasi menurut saya bukan suatu hal yang perlu
didiskusikan lagi. Itu suatu hal yang sudah kenyataan. Itu
kehendak rakyat. Segala sesuatunya pasti ada kurang dan
ada lebihnya. Bahkan tentu saja filosofinya waktu itu untuk
memperbaiki perundang-undangan sebelumnya.
Sekarang yang penting menurut saya, bagaimana segera
diadakan langkah-langkah agar supaya daerah itu antara
lain lebih mampu menjadi regulator di daerah, fungsi
pengawasannya, kemudian governance. Dalam arti menjalankan
yang benar dan selalu memperbaiki yang kurang baik. Langkahlangkah Kementerian ESDM yang menggunakan Kepmen untuk
menghentikan ekspor bijih, itu menurut saya keputusan yang
berani. Langkah itu bisa meminimalkan pengelolaan tambang
yang tidak memberikan manfaat yang maksimal untuk bangsa
dan negara ini. Namun tentunya tidak cukup hanya sampai di
situ. Penataan lebih jauh untuk jangka panjang harus segera
diikuti dengan basis UU yang ada.
T: Dengan kondisi carut marut perijinan di daerah, banyak yang
menganggap desentralisasi gagal. Kemudian timbul wacana
agar agar kewenangan dikembalikan itu dikembalikan ke
pemerintah pusat atau minimal gubernur. Bagaimana menurut
anda?
J: Menurut saya, pada akhirnya, UU adalah UU. Kalau
memang banyak yang menilai dengan cara itu (desentralisasi)
mudharatnya jauh lebih banyak daripada manfaatnya, menurut
saya sebaiknya dikembalikan kembali saja ke masayarakat
supaya masyarakat yang menjadi judgement.
Sekali lagi, masalah otonomi daerah adalah masalah yang
sensitif. Betul dalam pelaksanaannya itu banyak menimbulkan
hal-hal negatif sehingga memberikan dampak yang jelek
terhadap pertambangan, termasuk masalah legalnya. Tetapi
desentralisasi merupakan UU. Perubahannya harus dengan
UU juga.
Saya melihat masalah ini memang banyak tantangan. Tetapi
cara mengatasinya, apakah implementasinya yang harus

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

FEATURE ARTICLES

diperbaiki. Kalau dulu bocornya misalnya di pusat (pemerintah


pusat), sekarang di pemerintah daerah. Jadi, sama saja keduaduanya masalah. Tetapi yang penting implementasinya. Sekali
lagi desentralisasi itu hal yang sensitif dan harus dikembalikan
kepada keinginan rakyat.
T: Sekarang ini pemerintah sudah memperoleh proposal dari
perusahaan tambang swasta untuk membangun lebih dari 150an smelter. Apa Bapak yakin?
J: Saya nggak yakin semuanya dapat terwujud. Tetapi kita harus
bisa memberikan kesempatan. Tekankan kepada perusahaanperusahaan itu untuk melaksanakan dengan benar dan baik.
Jangan sampai proposal itu hanya untuk memenuhi syarat saja
agar mereka bisa melakukan ekspor. Jadi harus betul-betul
disiapkan dengan baik.
Sekali lagi itu tidak mudah. Kalau harga komoditinya relatif
seperti 5 tahun terakhir relatif sih oke. Tetapi jangan lupa
kenaikan komoditi baru terjadi dalam 5 tahun terakhir. Dulu
20-30 tahun lalu, harga komoditi tidak seperti itu, terutama
untuk nikel dan sebagainya. Pada waktu itu, investasi setengah
mati. Dengan harga nikel sekarang belum tentu itu memberikan
keuntungan.
T: Belakangan banyak dispute, tumpang tindih lahan. Ada lahan
BUMN tumpang tindih dengan swasta yang diterbitkan oleh
Bupati. Bagaimana menurut anda?
J: Jelas itu masalah governance yang harus diperbaiki.
Pelaksanaannya dan sanksi-nya harus dilaksanakan. Asalkan
BUMN itu melalui cara yang baik / governance, menurut saya,
keberpihakan itu tidak salah. Kalau kita lihat misalnya, BUMN
nya tidak kualified, tidak ditawarkan tidak salah. Tapi logikanya,
kalau dibandingkan dengan swasta nasional, yang jelas BUMN
mestinya diberi kesempatan lebih dulu. Karena pasti lebih
mampu.

pada waktu itu, siapa pun tidak bisa, termasuk Inco (kini Vale,
red) pun seperti itu.

Jadi, mereka pasti menentang. Padahal selama ini mereka


menghidupkan Processing Units yang ada di luar Indonesia.

Bahkan dalam kondisi seperti itu, ada sebuah perusahaan yang


dalam sepuluh tahun pertama tidak memberikan pajak dan
sebagainya karena masih merugi. Itu perusahaan yang besar,
investasinya besar, meliputi wilayah yang juga besar, yang berarti
bahwa dengan keekonomiannya yang lebih besar saja tidak bisa
melakukannya.

Menurut saya, hal itu tentu saja tidak bisa menjadi alasan.
Pemerintah harus lebih cepat tanggap dan tetap bertahan di
dalam soal itu. Bukan karena saya dari BUMN. Mungkin ada
swasta besar yang bersedia, tidak banyak memang. Tetapi bagi
swasta kecil yang masih baru, memang terlalu riskan. Jangan
sampai nanti itu equity atau penguasaan procesing itu kembali
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan tambang dari luar dengan
memanfaatkan perusahaan tambang-tambang kecil yang
dijadikan satu cadangannya. Jangan sampai hal itu terjadi.

Orang-orang yang tidak paham hanya menyalahkan mengapa


Antam membiarkan saja ? Padahal kita sudah mati-matian
sehingga FeNi III akhirnya bisa berhasil dibangun.
Repotnya, sewaktu harga lagi naik, kebijakan direksi waktu itu,
wilayah KP banyak kita ambil (beli). Sehingga kita punya KP-KP
baru untuk antisipasi. Tetapi akhirnya KP-KP ini diambil oleh
daerah dengan alasan tidak dikelola dari dulu. Padahal siapapun
yang ada kalau harganya seperti itu, tidak akan bisa.
Sekarang, harga nikel turun lagi. Coba lihat, apakah sekarang
mereka benar-benar bisa dan mampu melakukannya. Kalau
kita mengolahnya menjadi ferromate, maka biaya sumber
listriknya harus dihitung. Semua faktornya harus dihitung. Dan
perusahaan-perusahaan kecil yang diberikan IUP oleh bupati
karena mereka dapat memberikan keuntungan yang cepat dan
sebagainya. Mereka hanya dapat memberikan keuntungan
jangka pendek. Sekarang mereka banyak yang tutup. Jadi tidak
benar kalau BUMN membiarkan. Karena dalam 20-30 tahun,
harga sebelum 2003 tidak lah bagus, sehingga siapapun tidak
akan bisa mengolahnya. Seandainya bisa pun, tetap harus hatihati dengan margin yang sangat kecil. Sebagai buktinya Antam
membangun FeNi I, II dan III dengan harga yang pas-pasan.
Begitu FeNi III selesai itu, saat itu 2004-2005, yang asalnya pay
back periode 12 - 15 tahun, karena harga nikel sedang bagusbagusnya 2 tahun sudah balik.

Ada satu persepsi, BUMN itu hanya mendekap KP (sekarang IUP)


tapi tidak diolah. Persepsi seperti itu yang jadi salah satu alasan
daerah memberikan sebuah wilayah ke swasta. Persepsi yang
salah itu harus diluruskan, karena merupakan masalah yang
mendasar. Harus dipemahami, bahwa komoditas, termasuk
harga nikel dari tahun 1970-an sampai 2003 tidak bagus, harga
komoditas baru naik pada 2003-2004. Harga nikel sebelumnya
rata-rata sekitar US$ 6.000 per ton atau US$ 3,18 per pound
metal. Di dalam 5 tahun terakhir, 2003-2010, harga bisa 3 kali
lipat rata-rata.

T: Ketentuan pemerintah agar perusahaan melakukan


pengolahan dan pemurnian di dalam negeri apakah ini tidak
makin menjauhkan dengan investor asing?

Jadi, pada waktu itu. Tidak fair jika dikatakan, coba kalau dulu
diberikan ke yang lain, tentu akan diolah. Namun yang pasti
juga mereka tidak bisa. Karena ketika Antam mendirikan FeNi
pada harga US$ 3,2 per pound, marginnya tipis. Pay back period
sampai 15 tahun. Kalau harganya bagus, Antam dari dulu juga
pasti sudah garap. Jadi, bukan wilayah itu dibiarkan, tetapi
dengan harga yang rendah tidak ekonomis. Dengan harga nikel

Pengolahan dan pemurnian di dalam negeri menurut saya


harus. Bahwasanya itu memerlukan investasi yang besar, itu
benar. Tetapi kalau itu tidak dimulai, sampai kapan pun tidak
akan terwujud. Lapangan pekerjaan tidak termanfaatkan, dan
teknologi semakin jauh. Kalau investor tambang mengatakan
skala ekonomi sebagai alasannya, itu hanya dicari-cari. Karena
mereka hanya melihat posisi margin yang aman, tanpa mau
menanggung resiko dengan membangun unit pengolahan.

J: Menurut saya tidak. Saya termasuk pihak yang sangat


mendukung adanya pengolahan di dalam negeri. Kebijakan itu
nalar sekali. Kalau investor enggan membangun pengolahan di
dalam negeri dengan alasan keekonomian, dari dulu memang
begitu. Kalau bicara skala ekonomis, 10 tahun - 20 tahun lalu,
mereka pasti juga ngomong begitu.

Oleh karena itu, kuncinya adalah bagaimana pemerintah


memberikan kesempatan kepada BUMN. Sebab BUMN
juga majority sahamnya milik pemerintah juga. Ini sebuah
kesempatan untuk mengambil peluang memiliki procesing,
apalagi BUMN tambang selama ini lebih menguasai teknologi
dan metode tambang yang benar. Sehingga BUMN yang
lebih concern dalam pengelolaan lingkungan dan konservasi,
pada akhirnya akan berperan secara signifikan di dalam dunia
pertambangan di Indonesia.
Masalah resources adalah masalah yang complicated dan
non renewable sehingga harus ada keberpihakan terhadap
kepentingan nasional. Pemerintah jangan ragu mengenai
keberpihakan yang positif, karena hal itu merupakan sesuatu
yang logis dalam artian positif. Keberpihakan di sini bukan
perlindungan-perlindungan yang dangkal atau perlindungan
yang memelihara unefficiency, bukan begitu. Tetapi
perlindungan yang sehat. BUMN diberi kesempatan tetapi
dengan cara pengelolaan yang profesional.
Saya masih ingat, saat berkunjung ke perusahaan baja
terkemuka milik Korea Selatan, Posco. Direksi Posco
menceritakan, awalnya mereka memulai tanpa tahu apa
teknologinya. Tetapi karena didukung penuh pemerintah,
mereka terus saja jalan sampai seperti sekarang ini. Didukung
pada awal-awalnya menurut saya bukan sesuatu yang
menyalahi, bukan sesuatu yang aneh. Penanganan resources
harus begitu. Masalah keekonomian, menurut saya dalam
jangka pendek mungkin. Tapi ketika keekonomian diucapkan,
yakin sampai kapan pun tidak akan pernah ada procesing di sini.
T: Pemerintah sekarang ini sedang berupaya melakukan
renegosiasi kontrak-kontrak pertambangan. Bagaimana
pendapat Bapak?
J: Perlu diingat, pada awalnya kontrak-kontrak pertambangan,
seperti Kontrak Karya merupakan suatu solusi yang positif.
Jangan lupa, tambang itu memerlukan investasi besar dan
beresiko. Saat itu pilihan kita adalah pembukaan tambang besar
sulit dilakukan jika tidak didukung oleh investasi besar. Sehingga
pilihannya adalah mengundang investor besar, berpengalaman
dan dengan dukungan finance yang kuat. Kita juga berharap,
kehadiran mereka betul-betul memberi manfaat untuk rakyat,

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

TECHNICAL PAPERS

FEATURE ARTICLES

melakukan pengelolaan yang baik dengan cara-cara best mining T: Dengan kondisi yang ada sekarang, bapak optimis industri
practice.
pertambangan akan maju? Apakah track nya sudah benar?
Pada KK generasi ke-III ada ketentuan mengenai divestasi.
Menurut saya, sebetulnya cara divestasi merupakan cara yang
paling tepat. Ketentuan divestasi memberi solusi dengan cara
yang fair. Mereka juga sudah mendapatkan return-nya. In the
long term kita sudah menguasai secara mayoritas di situ. Itu soal
kepemilikan.

J: Menurut saya, agak berat ke depannya, kalau tidak didukung


oleh pemikiran-pemikiran yang terintegrasi, kemudian
implementasi yang konsekuen di daerah dan di pusat. Termasuk
profesionalisme di daerah yang melaksanakannya.
Pemerintah harus memberikan konsep yang jelas mengenai
implementasi dari UU. Harus dituntaskan bagaimana aspek
governance, treatment, dan harus ada jaminan pelaksanaan
best mining practice. Kemudian bagaimana konsep tambangtambang yang kecil itu.

Soal lainnya, menurut saya, kita memang harus duduk bersama


atas kesepakatan bersama. Yang namanya bisnis, apapun
bisnisnya, dengan seribu alasan, mereka akan mati-matian
akan mempertahankan itu. Kita kan tidak ingin ada pemaksaan
seperti di Amerika Latin yang melakukan tekanan. Di negara ini, Seperti perusahaan-perusahaan yang besar yang punya daerah
konsesi KK yang luas sekali. Memang alasannya dulu untuk
pemerintah menginginkan duduk bersama-sama.
penambangan jangka panjang. Tapi akhirnya pemanfaatan
Menurut saya, investor jangan hanya melihat UU is UU. Karena hanya didominasi oleh perusahaan-perusahaan tertentu.
saya lihat, kalau ada yang menguntungkan, mereka mengambil. Dengan UU Minerba, kemudian ada IUP-IUP itu, betul ada
Tetapi begitu mereka diminta berkorban, kemudian mereka
pemerataan pemanfaatan tapi konsekuensinya juga sangat
mengatakan UU nya sudah begitu. Kontraknya sudah
mendasar. IUP-IUP itu menambang high grading, mana yang
demikian. Lex spesialis-lah. Itu menurut saya, tidak fair. Di
cepat jadi duit. Konservasi tidak jadi concern mereka. Jadi
sini, saya melihat perlunya berkorban dan niat baik. Kalau
konsep-konsep tambang besar memang ada benarnya, tapi
perusahaan tidak greedy, mereka pasti mau. Jangan sampai kita counter nya bukan berarti langsung dengan tambang-tambang
menunggu sampai kontraknya habis dulu.
yang kecil. Karena konsekuensinya bisa lebih berat.
Menurut saya, investor asing itu harus diberi pemahaman
masalah eksistensi. Kalau mereka hanya ngotot KK seperti dulu,
bagaimanapun mereka hanya memanfaatkan, yang kasarnya
hanya economic animal saja. Itu harus disadari betul bahwa
yang demikiani its not fairness. Kalau mereka dapat kesempatan,
mereka tidak ribut-ribut. Asalkan legalnya benar. Tetapi secara
etika, bener atau tidak, seolah tidak peduli.

Kalau diadakan penataan yang konsekwen, itu masih


mungkin saja. Terutama dalam PP nya betul-betul itu untuk
tambang-tambang kecil. Jadi apakah benar yang kecil-kecil
itu dibenarkan atau dibuat kelompok-kelompok sehingga
dalam pengelolaannya bisa lebih terintegrasi. Kalau masih ada
peluang, hal-hal seperti itu mestinya bisa dimasukkan dalam
aturan pelaksanaan UU Minerba.***

Applications off Fiber-Reinforced


Shotcrete (Fibercrete) Support at Sill
Drift (Production Stope) in Pongkor
Underground Gold Mine*
By: Yosep Purnama, Agus Sudharto, Rustaman,
Catur Budiyanto, Bayu Wibisana

Pongkor - Gold Mining Business Unit


PT.Antam (Persero) Tbk
Pos 1 Nanggung. Bogor 16650, Jawa Barat
8

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

TECHNICAL PAPERS

Abstract
A cut and fill method has been successfully applied to extract
the Upper Ore Body at Pongkor Gold Mined since the 1995s.
Since inception, sill drifts and service ways have been supported
using Wooden Support, Steel sets and H-Beam fabricated to a
specific design from high strength steel.
To reduce costs and to improve ore recovery through decrease
supporting mine cycle in mine productivity, trials commenced in
2010 using fibre reinforced shotcrete as an alternative support
method. One of the areas; Sill RC Drift 10, Blok IV Central L.
600 Ciurug as a trial drift. Shotcrete installed exhibited minor
cracking shortly after application but very little deterioration
thereafter. Following the success of the trial, the application of
fiber reinforced shotcrete was extended to other stopes.

TECHNICAL PAPERS

Regionally, Pongkor is a part of volcanic complex with widely


lies on central up to south of west java, approximately Quarterly
or Recent. Tertiary - Old Quarter ages volcanic complexes are
G. Halimun, G. Dahu, G. Manceuri, G. Endut dan G. Kendeng,
and Quarter up to Recent ages are G. Gede-Pangrango and G.
Salak. Between of central of magmatic erupted is significantly
spread of not too large intrusion dimension, but the present
of intrusion was an important key in mineralization forming in
Pongkor. It could shown that relationships of dominated NW-SE
structures pattern and same at direction is carry on quartz vein
mineralization at Pongkor area.

This paper describes the application of fiber reinforced shotcrete


at Pongkor Gold Mine and outlines design and quality assurance
methods employed.
Key words: cut and fill, fiber-shotcrete, sill drift
Introduction
Location
Pongkor Gold Mine Business Unit is one of PT.Antam (Persero)
Tbk which operating underground. The mine is located in Bogor,
West Java, 80 km southwest from Jakarta Indonesia. (Fig.1)
Fig 2. Geological and Structure Map

Mining method
Pongkor Gold Mine has implemented mechanized overhand cut
and fill stoping method at main vein Ciurug. It has three levels
main level, there are 700, 600 and 500 levels. the ore body
being mined is located in stopes, and the access to the stope is
trough a crosscut from a ramp.
The lower ore body from the Pongkor underground mine is
extracted by drift continuously advancing overhand and filling
slurry and waste as fill material for miner and equipment
pavement as well, after the blasted ore has been drawn. The
method involves overcutting vein that is broken by blasting
sequent. The ore production mine cycle consist of: drilling
charging blasting - barring down, smoke clearing supporting
mucking out hauling.
Fig.1 Location of Pongkor Gold Mine

Geological setting and Mineralization


Geologically, Pongkor lies on in northern of Bayah mountain
structures at same time with Nirmala, Cibarengkok and Ciawitali
gold deposit, in the meantime Cikotok and Cirotan lies on
southern of Bayah Domes structures.
Pongkor deposit is epithermal gold deposit with associated with
Mn, even though it was covered by Quarterly volcanic product,
but its vein cut off by Pliocene unconformity. It shown that
mineralization related with old magmatism ages Pleistocene or
Miocene that crossed Cimapag Formation and Old Andesitic
Formation.

10

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

The development layout consists of a trough drive on the overcut


level located in the footwall (FW). The production stoping drive
is oriented parallel to strike, with stope panel geometry is 4 x 4
meters (width and height).
Geotechnical characteristics
Rock mass condition
The rock mass condition in the main concern production area
varies along the stratigraphic column from very good in the
footwall rocks comprising tuff breccias through to a very weak and
incompetent transitional clay and manganese unit, which forms
the base of the lower ore body and a poor to moderately poor ore
body shale. Generally, the rock mass condition in the footwall where
the extraction and service excavations are located gets poorer
towards the development areas where the ore body is thin.
Stress environment
The in situ stress levels in the current mining areas are generally
low due to the relatively shallow depth of the operations. No
stress measurements have been carried-out in this location but
it can reasonably be assumed that the stress tensor is generally
similar in terms of orientation relative to the bedding plane as the
stress tensor measured at Central Block Ciurug Mine (R. Hartami;
ITB:2001). The major principal stress is generally sub-vertical (4560
deg) and normal to sub- normal to the bedding plane (6090 deg).
The intermediate and minor principal stresses are almost equal and
oriented parallel to sub-parallel to the bedding plane. The K-ratio
is 0.85. The initiation of caving from multiple positions along a drift
and opening up several blocks along strike does lead to creation of
small abutments in which high induced stresses occur.
Excavation damage
Excavation damage is mainly caused by high mining-induced
stresses that are generated in small remnant pillars, closure
positions and areas in the caving front abutment as discussed in
the preceding section. Damage occurs mainly in the production
and development drifts, with weak rock masses. Due to the stoping
sequence, a production drift or part of the development drift are
subjected to cycles of very high loading when caving of drifts
up dip takes place and suddenly become de-stressed when the
production front advances down dip. Common types of damage
are sidewall spalling, and slabbing in the roof as a result of high
horizontal stresses generated in the middling between the trough
production and development drift if this middling is too small.
Ground control strategy
For a very long time Pongkor gold mine since the early 90s
when mining commenced ground control consisted of support
installation in damaged excavations. Some roof bolting was carried
out as primary support after development but this got damaged as
the ground condition deteriorated. There was no rock engineering
input in stoping sequences and rates to minimize or reduce
conditions that would lead to adverse stress conditions.

Support system
Since inception, production drifts and development have been
supported mainly using steel sets/h-beam fabricated to a
specific design from high strength steel. Roof bolts were installed
in less severe ground condition areas. The sets were installed
with 1 1.5 meters spacing when damage to the excavation
had already occurred or in some rare cases before damage had
occurred where experience showed that damage would occur.
Steel sets construction and performance
A steel set as installed at Pongkor is an arrangement of fabricated
pieces of steel held together by shoulder sets. The steel set
arrangement is lagged with timbers to form a canopy. The
space between the steel set arrangement and the boundary of the
excavation is supposed to be filled with timbers to get complete
contact between the set and the rock mass.
The support system, if properly installed, provides passive
support both in the sidewalls and roof of the production drifts.
Failure of the support, however, does occur sometimes.
The failure occurs in the form of:
cracking of parts of the sets due to impact of falling rocks
where the timber lagging had not been done properly
buckling due to excessive point loading as a result of improper
filling of the space between the set canopy and the periphery of
the excavation to distribute the load evenly
total collapse of the system due to loading as a result of
excessive deformation of the rock mass.
When damage occurs, production is disrupted due to loss of
access. Expensive and time- consuming rehabilitation work has
also got to be carried out.
Fibercrete trials
Failure of the conventional support system to provide
satisfactory support results to control ground failure and the
frequent requirement to carry out rehabilitation work prompted
the mine to look for alternative support systems.
The motivation was also enhanced by the need to cut support
costs per ton/meter head of ore produced. In the past when
a single jumbo drift would generate between 300 and 500
w.m.tons. Currently, the tonnages in the jumbo drifts towards the
development areas where the ore body is thinner are between
400 to 600 w.m.tons giving an average support cost per meters
of 18 24 millions rupiahs.
Recent support trials and observations in mines in Ciurug Mine
indicated that fibercrete could provide an effective support
system in stressed conditions prevailing at Pongkor Mine.
Trial area
The first trial area was in Sill Drift RC 10, Central block 600 level
where severe rock failure and mild rock burst conditions were

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

11

TECHNICAL PAPERS

TECHNICAL PAPERS

experienced in 2008 due to high stress conditions in the area. The


rock bolts and steel sets that were installed failed. Steel sets were
being replaced/rehab at an average rate of four or more times in
six month in one place. The trial was carried out on one drift, the
sill drift. RC 10, This drift had been subjected to abutment loading
for several months prior to overcutting and stoping mining.
Design considerations
The complex interaction between the failing rock mass around
an underground opening, and a layer of shotcrete of varying
thickness with properties that change as it hardens, defies most
attempts at theoretical analysis. With the development of powerful
numerical tools in recent years it will be possible to explore the
possible support-interaction behavior of shotcrete.

Performance of fibercrete at Pongkor Mine


In the one and half years since fibercrete support was first installed, it has performed beyond expectation. Table I indicates the
observations made in areas where fibercrete had been installed. Two of the fibercrete supported blocks, sill drift RC-10 and Blok IV
Central, are adjacent to areas where steel sets had been installed. Areas with steel steel set support experienced severe
deterioration in ground conditions requiring frequent rehabilitation work in a year in the same place. In fibercreted areas no
deterioration in ground condition has been observed so far other than hairline cracks that have not changed for the past three years,
as shown in Table II.
Based on these observations and engineering judgment, it was concluded that fibercrete support is a suitable support system and
could be tried for a variety of situations on the mine. The use of fibercrete has therefore been extended to several areas, which
include a total of 250 m in 5 development drifts and 150 m in 5 production drifts.

Fig. 4 Underground trans mixer Normet

Due to limited numerical analysis capabilities the design of


fibercrete requirements at Pongkor Mine relies very heavily upon
rules of thumb and precedent experience from various sources
in literature. Empirical design considerations that give suggested
shotcrete requirements for various rock mass types and
anticipated failure modes (Hoek, 2001), Annexure 1, was used in
the initial selection of required shotcrete thickness by comparing
observed conditions on the mine and those encountered
elsewhere. The fibercrete strength requirements were based
on reference to trials in Pongkor mines where conditions were
thought to be similar to conditions being experienced locally.
Mix requirements
The Pongkor fibercrete wet mix and contains the following
materials in quantity.
Installation of fibercrete
The fibercrete support is installed by own miners working in
two different areas. They use alpha 20 sprayer machines and
underground mixer truck machine Normet. The application
rates are between 4 to 6 m3 per shift or 2.2 to 3 linear metres,
compared to 1.5 linear metres advance per week.
To ensure good quality work on fibercrete installation, it was
required to have well-trained operators who produce excellent
quality shotcrete manually. The work areas are normally well lit
and ventilated. It is a standard practice that the areas scheduled
for fibercreting are rock bolted prior to fibercrete application.
Table. I Mix Design Composition
KOMPOSISI
Screening
Pasir
Semen
Silica Fumes (TamCem Microsilica)
Fibre (Synmix 55)
Air
Superplastisizer (TamCem 23 SSR)
Stabilizer (TamCem HCA)
Accelerator (TamShot 80AF)
12

Mix Design
1m3

2m3

2.5m3

Satuan

135

270

135

Kg

1365

2730

3413

Kg

500

1000

1250

Kg

20

40

50

Kg

10

13

Kg

150

300

375

Liter

70

14

18

Liter

Liter

70

88

Liter

2.0
35

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Fig. 6 sample shotcrete in tube and compressive strength.

Fig. 5 Alpha 20 Sprayer Shotcrete Machine

Quality control
The quality of the final fibercrete product is closely related to
the mix used as well as application procedures used. These
procedures include: surface preparation, nozzling technique,
lighting, ventilation, communications, and crew training. The
shotcrete man teams are guided on the wet- mix design. Rock
mechanics personnel randomly check the pre-mix to ensure
compliance with stipulated standards. To ensure that the
stipulated thickness is applied, the shotcrete man is expected
to put 100 mm long nails in a ring at 5.0 m intervals and to drill
two core samples every ten linear metres, one in the roof and one
on the sidewalls alternately.
The core samples are later tested by Laboratory ITB, rock
mechanics personnel to obtain the uniaxial compressive
strength. In addition, the geotechnical engineer do compressive
strength tests on cubes. The results are made available to the
geotechnical engineer to verify the applied fibercrete conforms
to the design mix. EFNARC panel tests are not being carried out
but a good correlation on the performance and the compressive
strength has been obtained from observation. Minimum a 25 MPa
strength is normally adequate after 3 weeks. Plans are underway
to establish a shotcrete testing and quality control facility at ITB
rock mechanics laboratory.

Further, because of the better than expected results obtained, trials with thickness reduced to 75 mm from 100 mm are being
considered. The trials in other areas will combine steel sets and fibercrete. It is hoped that these trials will contribute towards
understanding the complex nature of how fibercrete interacts with other support components to provide a cost-effective support
system.
Table II
The Conditions of Fiber-Reinforcement shotcrete L. 600 CU
Locations

Condition

Date of Spraying

Description

Unit (UCS, MPA)

Sill Drift RC 10

Good

2 July 2010

Crack < 5 mm

28

Blok IV Central

Good

28 July 2010

Crack < 1 mm

21

x-cut 8 P
x-cut 4.1

Good
Good

12 October 2010
23 October 2010

Hairline crack < 1 mm at HW position


Hairline crack < 1 mm at roof position

58
47

Conclusion
Fibercrete support used in combination with rock bolting has proved to be a cost-effective support system and has been incorporated
as one of the support systems on the mine. Further trials are being carried out and it is expected that fibercrete will replace steel
set support in the near future. Shotcrete support has several advantages over other support systems. Production personnel
underground especially jumbo drivers, enjoy working in a relatively safe environment where barring down has been minimized.
Support costs and production cycle have also been reduced significantly. Fibercrete support unit cost is Rp. 10 millions per meter
advance, while steel set support costs Rp. 18-24 millions per meter advance.
Fibercrete application requires constant attention to the supply pressure and volume of the mix, water and air to ensure that the
fibercrete is conveyed to the nozzle in a continuous, uninterrupted flow. The skill of the nozzle-man is important as the quality of
the finished job depends on maximizing compaction while at the same time minimizing rebound and overspray.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

13

TECHNICAL PAPERS

PERHAPI NEWS

References
GRAHAM, C.B. Proceedings of the Seminar on Shotcrete Technology for the Mining Industry. Mining Resesteel Directorate,
Ontario, 20 April 1989.
HOEK, E. Practical Rock Engineering 5Excavation and support: Shotcrete support 2001. HOEK, E. and BROWN,
E.T. Underground Excavations in Rock. Institution of Mining and Metallurgy, London.
th
Melbye, T., Dimmock, R., and Garshol, K.F. Sprayed Concrete for Rock Support, 9 edition. Zurich, 2001.
Shotcrete Application-Empirical consideration (Adapted from E. Hoek, Practical Rock Engineering 5- Excavation and
Shotcrete support: May 2001)

Part of summary of recommended shotcrete applci ations in under9round minin9, for dferent rock mass conditions
Rock mass description

Rock mass behavior

Support requirements

Jointed metamorphic or
igneous rock.
High stress conditions.

Combined structural and


stress controlled failures
around opening boundary

Retention of broken rock and


controlof rock mass dilation

Apply 75 mm plain shotcrete over weldmesh


anchored behind bolt faceplates or apply
75 mm of steel fiber reinforced shotcrete on
rock; install rockbolts with faceplates and then
apply second 25 mm shotcrete layer. Thicker
shotcrete layers may be required at high stress
concentrations.

Bedded and jointed weak


sedimentary rock. High
stress conditions.

Slabbning, spalling and


possibly squeezing

Control of rock mass failure and


squeezing

Apply 75 mm of steel fiber


reinforced shotcrete to cel an rock
surfaces as soon as possible; install
rockbolts, with faceplates,through
shotcrete;apply second 75 mm
shotcrete layer.

HighlyJOi nted
metamorphic or igneous
rock. Low stress conditions

Ravelling or small wedges


and blocks defined by
intersecting joints

PreventiOn of progressiVe
ravelling

Apply 50 mm of steelfibrereinforced shotcrete on clean


rock surface inroof of excavation.
Rockbolts or dowels may be
needed for additional support for
large blocks.

Highly Jointed and bedded


sedmimentary rock. Low
stress conditions.

Bed separation In wide span


excavations and ravelling of
bedding traces in inclined
faces

Control of bed separauon and


ravelling

Rockbolts or dowels required to control


bed separation.
Apply 75 mm of fiber reinforced
shotcrete to bedding plane traces
before bolting.

Heavily jointed Igneous


or metamorphic rock.
conglomerates or cemented
rockfill. High stress condltlons

Squeezing and plastic


flow or rock mass around
opening

Control of rock mass


failure anddilation

Apply 100 mm of steel fiber-reinforced


shotcrete as soon as possible and
install rockboits, with faceplates,
through shotcrete. Apply additional 50
mm of shotcrete If required. E xtend
support down sidewalls necessary.

Mild rockburst conditions in


massive rock subjected to
high stress conditions

Spalling,slabbing and mlld


rockbursts

14

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Retention of broken rock and


controlof failure propaQatiorl

Shotcrete application

Apply 50 to 100 mm of shotcrete over


mesh or cable lacing, which is firmly
attached to the rock surface by means of
yleldiOQ rocKboits or cablebolts

Menanti Rebound

Batubara

Sampai akhir 2012


batubara masih akan
diwarnai kecemasan.
Sektor alat berat dan
jasa pertambangan ikut
tertekan. Tetap mesti
prihatin hingga dua
tahun ke depan.

ria itu bersandar lesu di kursinya


yang empuk, menghadap ke
layar komputer dengan tampilan
angka-angka serta grafis serba rumit.
Kedua tangannya memegang kepala,
dengan mimik wajah tak bersemangat.
Sesekali ia mengangkat telepon, lalu
berbicara dalam nada penuh kecemasan,
dan kembali memandangi layar sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Gesture
yang sama terlihat pada orang-orang
di sekitarnya, para pialang yang seolah
sedang mati langkah.
Kelesuan itu mewarnai suasana di lantai
Bursa Efek Indonesia, nyaris sepanjang
September 2012. Indeks Harga Saham
Gabungan bergerak terus ke bawah,
sesekali naik, namun ditutup menukik

kembali. Dalam kondisi seperti ini,


saham-saham pertambangan utamanya
batubara, biasanya menjadi pengerek
Indeks. Namun apa mau dikata, kali
ini harga saham para produsen emas
hitam juga ikut melorot hampir 30%
dibandingkan periode awal 2012.
Batubara sang primadona tak lagi mampu
menjadi penopang. Saat awal krisis di
Eropa berlangsung, memang tak begitu
terasa. Namun tatkala krisis itu mulai
berdampak ke China dan India, batubara
pun kehabisan nafas. Diketahui, sejak
akhir Semester I - 2012, dua negara
importir utama batubara Indonesia itu
mengerem aktivitas manufakturnya.
Belanja energi mereka yang didominasi
batubara asal Indonesia pun ikut
dipangkas.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

15

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Pada saat yang sama, terjadi penemuan


besar-besaran shale gas di Amerika
Serikat. Paman Sam yang biasanya
juga menggerakkan turbin listriknya
dengan batubara, memilih melempar
emas hitam produksinya ke pasar spot
internasional. Celakanya, produksi dari
Kolumbia, Kanada, dan Mongolia juga
turut membanjiri pasar dunia. Over supply
tak dapat dihindari, membuat harga
sang primadona terus melorot, sehingga
memukul Indonesia selaku eksportir
terbesar batubara dunia.

Tak dapat dipungkiri kecemasan juga


dialami pemerintah, yang cukup
menggantungkan penerimaan dari hasil
ekspor batubara. Direktur Jenderal Mineral
dan Batubara, Thamrin Sihite pun tak
menampik, tingginya produksi batubara
Indonesia, turut andil dalam krisis harga
yang terjadi saat ini. Cepat-cepat ia
mengeluarkan instruksi waspada harga
batubara, karena jika permintaan tidak
kunjung membaik, bukan tidak mungkin
penurunan harga batubara akan berlanjut
hingga 2013.

Insentif Untuk Kondisi Berbahaya


Saat CoalTrans Asia ke-18 digelar di Pulau
Dewata, 3 6 Juni 2012, para investor
dan pelaku usaha batubara serta jasa
penunjangnya, masih tampak sumringah.
Optimisme akan masa depan sektor
yang sedang naik daun itu, nampak
begitu membuncah. Siapa yang sangka,
sebulan kemudian pelaku usaha batubara
dihadapkan pada kepanikan yang luar
biasa.

Hal ini diamini para produsen batubara,


yang ramai-ramai menurunkan target
produksinya untuk 2012. Pemerintah juga
berjanji, akan menyuntikkan sejumlah
insentif untuk membantu sektor batubara
tetap bertahan, jika penurunan harga
sudah menyentuh level USD 60 per ton.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral, Rudi Rubiandini menyatakan,
insentif itu bisa berupa keringan pajak
atau tax holiday, hingga harga membaik.
Kalau sudah dibawah USD 60 per ton,
sudah berbahaya, tukasnya.

Harga produk mereka yang sejak kuartal


pertama 2012 sudah menunjukkan
penurunan, tak kunjung pulih hingga
Juli. Bahkan pada Agustus harga sumber
energi pembangkit listrik itu semakin
terbanting. Semester II-2012 pun dibuka
dengan berbagai pengetatan di sektor
batubara. Mulai ekspansi yang ditunda,
belanja modal yang dipangkas, hingga
rencana eksplorasi yang dihentikan
sementara. Sektor kami sedang dalam
kondisi prihatin, ujar seorang eksekutif
perusahaan tambang batubara.

Maklum, turunnya harga batubara akan


sangat mempengaruhi perekonomian
Indonesia. Bukan hanya penerimaan
dari ekspor yang bakal anjlok, lebih
dari itu krisis juga akan merembet ke
sektor-sektor lainnya. Dengan penurunan
harga sekarang misalnya, perusahaan
tambang mulai mengurangi belanja
modal. Perusahaan jasa pertambangan

dan distributor alat berat pun ikut


terpukul. Penghasilannya rata-rata
sudah berkurang hingga 50% akibat
pengurangan produksi, dan penundaan
belanja peralatan.
Belum lagi kalau satu-persatu
perusahaan tambang batubara tutup.
Tak terperikan guncangan ekonomi
akibat pengurangan tenaga kerja yang
bisa mencapai ribuan orang. Perusahaan
tambang sekelas BHP Billiton saja sudah
mulai memangkas jumlah karyawannya
akibat krisis harga ini. Belum lagi
perusahaan-perusahaan tambang kecil
atau mereka yang baru menjejakkan
investasinya di sektor batubara.
Hikmahnya, krisis ini bisa menjadi
seleksi alam. Seperti diungkapkan
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan
Batubara Indonesia (APBI) Bob
Kamandanu, perusahaan-perusahaan
tambang batubara yang muncul hanya
memanfaatkan tingginya harga batubara,
akan terseleksi dengan sendirinya. Namun
ia menandaskan, kalau pemerintah
hendak memberikan bantuan, jangan
menunggu harga jatuh di USD 60 pr ton.
Harga turun sampai USD 75 per ton saja
sudah berbahaya, ujarnya.

Indonesia ini melihat gejolak harga, hanya


sebagai akibat dari membanjirnya suplai.
Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir
yakin, dengan mengendalikan produksi
maka dalam satu semester, harga komoditi
itu dapat didorong untuk membaik
kembali.
Hal senada diungkapkan Presiden Direktur
PT Berau Coal, Rosan Perkasa Roeslani.
Berdasarkan berbagai analisis yang
diperolehnya, ia optimis gejolak harga
batubara hanya akan berlangsung hingga
sembilan bulan ke depan. Namun para
analis yang pesimis, memprediksi gejolak
ini akan berlangsung hingga 18 bulan ke
depan, ujarnya Agustus 2012 lalu. Jadi
paling tidak, para produsen batubara
harus bisa bertahan dalam keprihatinan,
hingga tiga semester ke depan.
Kondisi yang lebih komplek dipaparkan
analis dari Bahana Securities, Irwan
Budiarto. Menurutnya, kondisi sektor
batubara Indonesia saat ini benar-benar
mengkhawatirkan. Faktornya bukan hanya

krisis Eropa dan pelambatan ekonomi


negara-negara industri di kawasan Asia,
tetapi juga akibat kebijakan di dalam
negeri sendiri.
Rencana pemerintah menaikkan
royalti para pemegang IUP (Izin Usaha
Pertambangan) batubara, bakal semakin
memperparah derita produsen batubara,
ujarnya di Jakarta, Kamis, 26 September
2012. Dalam situasi ini, ia melihat
produsen yang banyak memegang
konsesi dalam bentuk IUP, bakal yang
paling parah terkena dampaknya.
Diantaranya PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
dan PT Borneo Lumbung Energy
and Metals Tbk yang seluruh operasi
pertambangannya berstatus IUP.
Ia menambahkan, krisis ekonomi di Eropa
dapat dipastikan bakal berlangsung
lama. Tetapi yang lebih memukul sektor
batubara, ialah pelambatan ekonomi
di China, Jepang, Korea Selatan, dan
India. Sementara saat ini, batubara dari
Amerika dan Kolumbia masih akan terus

membanjiri pasar dunia. Irwan pun


meyakini permintaan batubara tidak akan
banyak meningkat hingga akhir 2012,
China pun saat ini sedang mengurangi
pengoperasian sejumlah pembangkit
listriknya.
Masih akibat krisis global, Irwan
memaparkan data bahwa pertumbuhan
ekonomi China melambat, menjadi
dibawah 8% per tahun. Angka
pertumbuhan ekonomi China ini adalah
yang paling rendah, sejak krisis ekonomi
global melanda pada 2008 2009.
Pertumbuhan Product Domestic Bruto
India juga kini melambat menjadi 5,5%,
diikuti Jepang yang hanya tumbuh 1,4%
dan Korea Selatan 2,4%. Padahal empat
negara ini adalah konsumen utama
batubara Indonesia.
Irwan bahkan memprediksi, rendahnya
permintaan akan batubara paling parah
akan terjadi pada Kuartal III dan IV 2012.
Karena pada masa itu curah hujan di
China cukup tinggi, sehingga Negeri Tirai

Perlu Pertahanan 18 Bulan


Hal yang patut disyukuri, dalam kondisi
turbulensi harga ini, para produsen
batubara masih menatap ke depan
dengan optimis. PT Adaro Energy Tbk
misalnya, produsen terbesar batubara di

Tabel 1
Laju Penurunan Harga Batubara Dunia
Data diolah dari berbagai sumber.

Periode

Rata-rata Harga

Semester II 2011

USD 112 per ton

Semester I 2012

USD 94 per ton

Juli 2012

USD 87 per ton

Agustus 2012

USD 84 per ton

September 2012

USD 85 90 per ton

Prediksi untuk Semester II 2012

USD 97 per ton

16

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

17

PERHAPI NEWS

Bambu itu akan lebih banyak mengandalkan pembangkit listrik


tenaga air. Ia memprediksi, dalam kurun waktu itu pembangkit
listrik dengan tenaga air di China akan meningkat 34%, dan
permintaan akan batubara akan turun rata-rata 5%.
Irwan pun memprediksi, sepanjang 2012 harga rata-rata
batubara tidak akan melampaui USD 97 per ton. Kapan akan
membaik, tergantung sejauh mana recovery ekonomi khususnya
di Eropa, mampu memberikan hasil yang menggembirakan.
Paling tidak produsen batubara bisa berharap, China, India,
Jepang, dan Korea Selatan tidak terlalu parah terkena dampak
krisis. Dengan begitu permintaan akan konstan, dan harga
batubara bisa dipertahankan di level keekonomian.
Tengoklah ke Dalam Negeri
Sudah menjadi keprihatinan umum, sebagian besar batubara
produksi Indonesia, diangkut untuk menerangi negara-negara
lain. Sementara konsumen di dalam negeri di waktu yang lalu,
sering megap-megap kekurangan batubara. Direktur Jenderal
Mineral dan Batubara, Thamrin Sihite pun mengakui, dari total
produksi batubara Indonesia yang diperkirakan mencapai 400
juta ton di 2012, hanya 25% yang digunakan di negeri sendiri.
Alasannya, importir berani membayar dengan harga lebih
tinggi.
Namun ditengah kondisi harga batubara dunia yang terjun
bebas sekarang ini, para produsen di Tanah Air perlu menengok
pasar dalam negeri. Bukan hanya sebagai alternatif pada saat
harga dunia sedang turun, namun sejatinya pasar domestik saat
ini dan yang akan datang memang cukup menjanjikan. Seperti
diungkapkan Kepala Divisi Batubara PT PLN (Persero) Helmi
Najamuddin, dengan program pembangunan pembangkit listrik
PLN yang cukup agresif, pasar domestik terutama pembangkit
listrik PLN, merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran
produksi batubara Indonesia.
Menurutnya, untuk pembangkit listrik yang termasuk program
percepatan 10.000 Megawatt (MW) Tahap-1 saja, diprediksi
kapasitasnya akan bertambah hingga menjadi 6.087 MW pada
Desember 2012. Belum lagi pembangkit listrik yang dibangun
oleh anak perusahaan PLN, dan swasta atau Independent Power
Producer (IPP).
Memang, kata Helmi, untuk kebutuhan batubara pembangkit
PLN yang mencapai 57,3 juta ton pada 2012, pada Juni 2012
sudah terkontrak 69,2 juta ton. Baik itu kontrak batubara atas
kewajiban DMO (Domestic Market Obligation) maupun nonDMO. Akan tetapi kebutuhan PLN dan pembangkit listrik
di Indonesia akan batubara, terus meningkat seiring upaya
pemerintah meningkatkan rasio elektrifikasi.
Kalau dirata-rata, kata Helmi, kebutuhan PLN dan pembangkit
listrik di Indonesia akan batubara utamanya yang kalori rendah
(4000 4500 kCal/kg) meningkat sekitar 600% sepanjang 2010
sampai 2014 mendatang. Hingga 2017 mendatang, kebutuhan
Indonesia akan batubara mencapai 100 juta ton per tahun.

18

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Menurutnya, sejauh ini volume batubara produksi Indonesia


yang sudah terkontrak untuk pasar domestik, sebesar 69,2 juta
ton, dan belum ada tambahan kontrak baru sampai 2016. Untuk
kebutuhan 2013 sebesar 63,2 juta ton, dan 2014 sebesar 67,8
juta ton, posisi itu aman. Namun mulai 2015 dengan kebutuhan
domestik akan batubara sebesar 88,8 juta ton, dan 2016 sebesar
96 juta ton, jumlah itu tentu sangat kurang. Terlebih pada 2017,

dimana kebutuhan batubara domestik mencapai 100 juta ton.


Coal Demand, Coal Contracted and
Coal Power Plant Capacity: PLN+AP+IPP
Ditemui awal Juni 2012, Helmi meyakinkan, dalam 10 tahun ke
depan PLN dan pembangkit listrik di dalam negeri, merupakan
pasar potensial produksi batubara Indonesia. Pembangkit listrik
batubara dipastikan bertambah pesat, menyusul dihentikannya
satu persatu operasional pembangkit listrik berbahan bakar
solar. Terlebih pengembangan listrik dari energi baru terbarukan,
diperkirakan belum cukup masif hingga 20 tahun ke depan.
Untuk harga batubara domestik, kata Helmi, juga cukup menarik.
PLN pun siap membeli batubara dengan harga keekonomian,
karena pemerintah telah berjanji akan mempertahankan subsidi,
bagi listrik yang dihasilkan dari pembangkit batubara. Pada 2011,
rata-rata PLN membeli batubara dari para produsen di Indonesia
dengan harga Rp 695 per kilogram, atau USD 77 per ton (dengan
kurs Rp 9.000 per Dolar Amerika Serikat). Pada Mei 2012, harga
batubara domestik sebesar USD 100 per ton, dengan biaya
angkut yang lebih murah dibandingkan ekspor.
Memang, seiring turunnya harga batubara dunia, Harga Batubara Acuan (HBA) yang menjadi rujukan konsumen di dalam
negeri juga ikut turun. Media ini mencatat, pada Juli hingga
September 2012, HBA rata-rata berada di bawah USD 90 per
ton. Namun angka itu masih dalam bilangan keekonomian
pengusahaan batubara. Toh kalau suplai di dalam negeri
meningkat dan stok di pasar dunia menurun, produsen dapat
berharap harga emas hitam lebih cepat rebound. Semoga.
(Abraham Lagaligo)
Sumber: PT. PLN (Persero)

Diklat Mining Law Essentials Banyak Peminat

akarta, September.
Satu lagi terobosan yang dilakukan pengurus PERHAPI.
Kali ini kegiatan dilakukan oleh Bidang Diklat dengan
menyelenggarakan Pelatihan Hukum Pertambangan Mineral
dan Batubara dengan tema Mining Law Esential.
Diklat yang digelar selama tiga hari itu (10-12 September 2012)
di Hotel Grand Melia itu, ternyata banyak diminati peserta. Dari
target 30 orang peserta, ternyata yang mendaftar sebanyak 36
orang.
Menurut Ketua Bidang Diklat PERHAPI, Achmad Ardianto,
Mining Law Essential merupakan starting point yang
komprehensif bagi praktisi tambang baru, investor- pelaku pasar
modal, investment managers, dan praktisi professional lainnya.

Selain itu, Pakar Hukum Pertambangan dan Anggota Dewan


Penasehat PERHAPI, Tony Wenas, dengan paparan Aspek
Hukum Operasi Produksi Pertambangan; Pakar Hukum
Lingkungan dan Guru Besar Universitas Padjadjaran, Daud
Silalahi, memaparkan masalah Aspek Hukum Pengelolaan
Lingkungan Sektor Pertambangan; Senior Manager Legal
and Compliance PT. Antam Tbk, Dody Martimbang, mengenai
Konflik Resolusi di Sektor Pertambangan.
Legal Manager PT. Kaltim Prima Coal yang juga anggota
Komite Kebijakan PERHAPI, Adri Kurnia, tampil dengan paparan
mengenai Project Financing Industri Pertambangan; Partner
Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Muh. Karnova, mengenai
Aspek Hukum Tahapan Pengolahan dan Pemurnian;

Dalam Diklat Mining Law Essential, tampil sejumlah nara sumber


dengan paparan sesuai keahliannya. Seperti, Ketua Umum
PERHAPI, Irwandy Arif, yang menyampaikan Prinsip-Prinsip
Pertambangan yang Baik dan Benar (Good Mining

Ada juga Senior Associate Soemadipraja & Thaher


Moh. Kasmali menjelaskan masalah Kontrak Jasa Usaha
Pertambangan; Ali Mardi dari Price Waterhouse Coopers
memberi pemaparan mengenai Kewajiban Keuangan &
Perpajakan

Practice); Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, R Sukhyar,


dengan paparan Kewajiban Hukum Pemegang IUP Eksplorasi
Pertambangan Mineral dan Batubara; Direktur Pembinaan
Pengusahaan Pertambangan Batubara, Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral, Edi Prasojo, dengan paparan mengenai
Pengangkutan dan Penjualan Batubara.

Komite Kelompok Kerja Hukum PERHAPI, Hendra Sinadia dalam


kesempatan itu memberi paparan soal Kebijakan Pertambangan
di Indonesia. Sedangkan Arifidea Saraswati dari AKSET Law,
menjelaskan Aspek Hukum Penggunaan Kawasan Hutan untuk
Kegiatan Pertambangan.***

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

19

TECHNICAL PAPERS

TECHNICAL PAPERS

Abstraksi
Dalam melakukan aktivitas penggalian material overburden,
salah satu alat muat yang digunakan di PT KPC adalah Liebher
R996B yang dikombinasikan dengan EH4500. Dalam beberapa
kondisi, produktifitas alat muat tersebut tidak bisa mencapai
produktifitas yang ditetapkan. Dengan menggunakan whywhy analysis dan fishbone diagram ada banyak faktor yang
mempengaruhi produktifitas sebuah alat muat. Mulai dari
fragmentasi, spotting truck, loading time, match factor, metode
penggalian, metode pemuatan, jenis alat angkut, keberadaan
alat support, peran supervisi, skill operator, kondisi loading point,
dll. Sudah banyak upaya perusahaan yang dilakukan untuk
meningkatkan produktifitas alat muat baik dalam operasional
keseharian maupun secara spesifik dibentuk tim khusus yang
menganalisis kondisi ini. Salah satu langkah dalam proyek
tersebut adalah melakukan proses analisis data. Dengan
semakin majunya teknologi informasi, saat ini hampir semua
parameter kinerja sebuah mesin bisa diunduh dengan cepat.
Data dalam jumlah banyak bisa dengan mudah diperoleh,
tetapi kemudian bagaimana data tersebut diolah agar bisa
bermanfaat? Ditambah lagi, beberapa faktor produksi tersebut
harus diamati di lapangan dan bersifat kualitatif. Masalah
berikutnya muncul, bagaimana data-data yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif dikombinasikan? Salah satu jawabannya adalah
dengan menggunakan metode regresi linier.

Analisis Faktor-Faktor Produktifitas


Alat Muat dalam Upaya Penentuan
Strategi Peningkatan Produktifitas
Liebher R996B PT KPC Sangatta,
Kalimantan Timur*
Oleh: Agus Soleh Renggana
Mining Operation Division PT Kaltim Prima
Coal Sangata Site, Kalimantan Timur 2011

*) Makalah ini telah disampaikan sebagai Prosiding dalam TPT XX PERHAPI 2011

20

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Saat ini banyak perangkat lunak statistik beredar di pasaran


seperti Minitab dan SPSS, yang bisa membantu melakukan
regresi linier. Dengan metode regresi linier dapat diketahui
faktor-faktor mana yang secara signifikan berpengaruh
terhadap produktifitas sebuah alat muat. Analisis regresi
linier ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara
simultan dan parsial dari satu faktor (variabel dependen)
terhadap satu atau lebih faktor lainnya (variabel
independen) dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau
memperkirakan nilai rata-rata (populasi) variabel dependen
dari nilai yang diketahui dalam hal ini nilai produktivtas
aktual. Dengan demikian proyek improvement bisa lebih
difokuskan kepada faktor yang secara signifikan dapat
mempengaruhi nilai produktifitas alat muat.
Kata kunci : faktor-faktor produktifitas, analisa kuantitatif, piranti
lunak SPSS.
Pendahuluan
Latar Belakang
Proses produksi memerlukan transformasi sumberdaya yang
dimiliki perusahaan menjadi barang dan jasa. Semakin efisien
perusahaan melakukan perubahan tersebut, maka perusahaan
tersebut semakin produktif dan nilai yang ditambahkan pada
barang dan jasa tersebut akan semakin tinggi. Produktifitas
menjadi hal penting bagi sebuah perusahaan.
Dalam salah satu upaya menaikkan produktifitas tersebut,
manajemen KPC telah membentuk tim improvement yang

berfokus pada peningkatan produktifitas Liebher R996B


backhoe yang saat ini berjumlah 5 unit di seluruh PT. KPCMOD. Berdasarkan data tahun 2010, rata-rata produktifitas
R996B setiap bulannya adalah 1870 bcm/jam sementara
dalam anggaran 2011 telah ditetapkan sebesar 1975
bcm/jam. Hal ini setara dengan kehilangan kesempatan
memindahkan OB sebesar 105 bcm/jam/unit dan jika angka
tersebut dikonversikan pada produksi batubara untuk
5 unit R996B backhoe maka setara dengan kehilangan
kesempatan memproduksi 196.2 kton/tahun. Dengan
melihat data tersebut, tim improvement mendapat mandat
untuk meningkatkan produktifitas R996B sebesar 5.6% atau
peningkatan dari 1870 bcm/jam (rata-rata tahun 2010)
menjadi 1975 bcm/jam.
Tinjauan Pustaka
Pengertian Produktivitas
Istilah produktifitas seringkali disamakan dengan istilah
produksi. Menurut Mali (1978), sebenarnya pengertian
produktifitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi
merupakan salah satu komponen dari parameter produktifitas.
Dalam dunia penambangan, aspek produktifitas menjadi sangat
penting. Karena menjadi salah satu barometer keberhasilan dari
serangkaian kegiatan penambangan. Di Divisi Mining Operation
(MOD), Produktifitas dapat diartikan besaran volume yang
berhasil dipindahkan oleh sebuah alat muat dalam satuan waktu
tertentu (bcm/jam).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas alat muat
Pada umumnya jenis alat muat dibedakan menurut
kendalinya yaitu electric dan hydraulic. PT KPC saat ini
hanya memiliki jenis hydraulic excavator. Keuntungan
menggunakan hydraulic excavator karena bisa
menyesuaikan dengan kondisi ruang kerja yang sempit dan
kondisi material yang beragam. Secara umum ada empat
bagian besar yang dapat mempengaruhi produktifitas
excavator antara lain :
Manusia, seperti: pengetahuan, pengalaman, peran
supervisi, motivasi, dll.
Mesin/alat, seperti: power, tipe & kapasitas bucket,
ketersediaan alat bantu, dll.
Lingkungan, seperti: cuaca, material, swell factor,
fragmentasi, struktur geologi, dll
Metode/system: metode penggalian, metode
pemuatan, dimensi loading point,waktu edar alat muat,
match faktor, efisiensi kerja, usage, dll.
Dengan menggunakan diagram fish bone dapat dijelaskan
secara rinci factor-faktor yang mempengaruhi produktifitas alat
muat (lihat Lampiran A).
Teknik dan Waktu Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data berupa pengamatan di lapangan,
wawancara, dokumen, pengambilan video, dan lain-lain.
Dalam periode Feb-Mar 2011 dilakukan pengamatan beberapa

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

21

TECHNICAL PAPERS

TECHNICAL PAPERS

variabel di lapangan seperti kondisi loading point, geometri


loading point, metode pemuatan, metode penggalian,
fragmentasi, ketersediaan alat support, sudut swing, dll. Data
tersebut kemudian dikorelasikan dengan data-data yang
tersimpan dalam database lain. Beberapa contoh data lain
tersebut adalah spotting time truck, loading time, Powder Factor,
pengalaman kerja operator, dll.

atau ditentukan dengan model, sedangkan variabel


independent adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar
model. Regresi linier adalah menentukan satu persamaan
dan garis yang menunjukkan hubungan antar variabel
independent dan dependent, yang merupakan persamaan
penduga yang berguna untuk menaksir atau meramalkan
variabel dependent/terikat.

Cara Pegolahan Data


Cara pengolahan data dalam penelitian ini meliputi beberapa
tahap, yaitu:
Selecting, yaitu dari data yang telah dikumpulkan dilakukan
korelasi dan pemilahan-pemilahan untuk memastikan,
kelengkapan, validitas, reliabilitas dan akurasinya.
Scoring, dari data yang telah diedit tersebut dilakukan
pemberian kode dan skor sesuai dengan klasifikasi data
yang telah ditentukan.
Entry data, yakni dari data yang telah dipilih dan diberi skor
tersebut di-entry dengan menggunakan bantuan piranti
lunak SPSS yakni program pengolah data statistik.

Pembahasan dan Analisis


Analisa Kuantitatif
Pengolahan Data
Proyek ini dimulai dengan pengumpulan data hasil
pengamatan di lapangan dengan menggunakan formulir
seperti lampiran B, selama tiga bulan didapatkanlah sejumlah
data mentah yang dinilai valid dan layak untuk diproses dalam
tahap selanjutnya sebanyak 120 seri. Setiap seri terdiri dari
8 variabel. Setiap individu data tersebut kemudian masingmasing diberi bobot agar bisa diolah dengan menggunakan
piranti lunak SPSS.

Persamaan Regresi Linier


Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah Regresi Linier Berganda (multiple regression analysis).
Model ini dipilih untuk mengetahui hubungan variabel
tergantung dengan variabel independent nya serta mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independent (X) terhadap
variabel tergantung (Y) baik secara parsial maupun secara
bersama- sama. Rumus yang digunakan adalah:
Y= a + b x1 + b2 x 2+ +bn xn
Dimana




Y
a
x1
x2
xn
b1 s.d bn

=
=
=
=
=
=

Variabel dependent (tergantung)


Konstanta
Variabel independent x1
Variabel independent x1
Variable independent ke n
Koefisien regresi

Untuk menjaga akurasi model hasil regresi yang diperoleh,


maka dilakukan beberapa tahapan uji syarat klasik. Uji
asumsi klasik dibutuhkan untuk mengetahui sah atau
tidaknya suatu model regresi yang akan dipakai sebagai
model penjelas bagi pengaruh antar variabel. Uji syarat
klasik dilakukan untuk menjawab pertanyaan bahwa apakah
model analisis regresi tersebut sudah memenuhi syaratsyarat yang berlaku. Data yang tidak memenuhi syarat akan
disisihkan atau dilakukan observasi ulang agar datanya
menjadi lebih valid.
Analisis regresi ditujukan terutama untuk penaksiran.
Dalam analisis ini akan dibentuk model statistik yang dapat
digunakan untuk memprediksi nilai nilai dari variabel
dependent dengan dasar nilainilai variabel independent.
Variabel dependent adalah variabel yang nilainya tergantung

22

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Hasil regresi dengan SPSS


Hasil penginputan 9 variabel hasil pengamatan ke dalam piranti
lunak SPSS didapatkanlah nilai koefisien R-square = 0,649,
sedangkan adjusted R square sebesar 0,620. Ini menunjukkan
bahwa 62% variasi variabel dependent(Y) dapat dijelaskan oleh
9 variabel independent (x1 s/d x9). Sementara sisanya sebesar
38% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
Tabel 1. Model Summary
Model
1

R
.805

R Square

Adjusted R Square

.649

.620

a. Predictors : (Constant), Spot Time, PF, Tinggi Penggalian, Loading Time,


Metoda, Alat Bantu, operator, Loading-point, kondisi material

Anova
Berdasarkan tabel analisis varian (ANOVA), didapatkan bahwa
nilai F = 22.785 yang dapat digunakan dalam melakukan uji
hipotesis atau F-test dalam melakukan uji hipotesis atau F-test
dalam memprediksi kontribusi variabel-variabel independent
terhadap variabel dependent. Dengan menentukan level of
significant = 5% dan degree of freedom df1 = 9 dan df2 = 111,
maka dari table didapatkan F table = 1,965265. Oleh karena F
hitung 22,785 > F table 1,965265, maka kesimpulannya adalah
variabel independent secara signifikan memberikan kontribusi
terhadap variable dependent.
b
Tabel 2. ANOVA
Model

Sum of Squares

cf

1 Regresion
Resdual
Total

2824955.460
1529138,243
4354093.702

9
111
120

22.785

Sig

000a

a. Predictors : (Constant), Spot Time, PF, Tinggi Penggalian, Loading Time,


Metoda, Alat Bantu, operator, Loading-point, kondisi material
b. dependent variable : produksi

Coefficient
Dengan menggunakan fasilitas regresi linier yang ada dalam
piranti lunak SPSS didapatkanlah persamaan yang disusun
sebagai berikut:

Tabel 3. Produktifitas Liebher R996B

Y = 1204.87 + 48.5x1 + 42.9x2 + 37.8x3 + 37.8x4 + 37.6x5 +


34.7x6 + 34.1x7 + 32.0x8 + 27.5x9
Dimana

Productivity alat muat

x1

Metode pemuatan

x2

x3
x4
x5
x6
x7

x8
ux9

=
=
=
=
=
=
=
=

Kondisi material
Pengalaman Operator
Kondisi loading point
Loading time
Tinggi penggalian
Powder Factor
Ketersediaan alat bantu
Spotting time,

Secara teoritis konstanta sebesar 1204.87 menyatakan


bahwa jika variable x1 s.d x9 tidak ada, maka alat tersebut
memiliki produktivitas hingga 1204.87 bcm/hr. Angka
koefisien tersebut menunjukkan pengaruhnya terhadap
produktivitas.
Fokus Improvement
Setelah mengetahui faktor-faktor dominan yang paling
banyak pengaruhnya bagi peningkatan produktifitas alat
muat, langkah yang ditempuh berikutnya dalam merancang
perbaikan adalah dengan pemahaman terhadap detil proses
dari variabel dominan tadi, peninjauan lapangan, pengukuran
waktu siklus, dilanjutkan dengan analisa data dengan metode
analisa fishbone, pembobotan masalah, why-why analysis
untuk menemukan akar masalah, serta menentukan persoalan
apa yang akan diselesaikan selama proyek berjalan. Dengan
mempertimbangkan SDM yang ada, fasilitas, teknologi, dan
informasi yang ada.
Di bawah ini beberapa inisiatif improvement yang diambil untuk
mencapai target yang dimandatkan.
Mengembangkan dan mensosialisasikan SOP Loading
Point Backhoe dengan mengintegrasikan aspek K3L
dan produktifitas
Meningkatkan peran dan skill supervisor khususnya aspek
produktifitas dan efisiensi kerja.
Melakukan coaching terhadap operator truk dan excavator
yang memiliki spotting time tinggi
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaporan kinerja
operator di akhir shift.
Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara seksi
terkait seperti dispatch, pit technical, operator training dan
production crew

Sejak inisiatif improvement diterapkan pada minggu ke20 hingga minggu ke-31, produktifitas rata-rata R996B
meningkat sebesar 6.9% atau menjadi 2060 bcm/jam.
Untuk menjamin kesinambungan improvement dan
kemungkinan peningkatan di kemudian hari dikaitkan
dengan bertambahnya target produksi, maka beberapa
hal berikut harus dilakukan : terus melakukan pengawasan
terhadap penerapan SOP Loading Point Backhoe di
semua Pit di bawah MOD, materi persiapan loading point
backhoe dimasukkan ke dalam MOD training system, dan
melakukan re-assembly tim secara berkala untuk memantau
sustainibility proyek.
Secara eksplisit, dengan adanya proyek improvement R996B
backhoe ini meningkat pula skill & capability operator dan
supervisor dalam menjalankan operasi penambangan yang
lebih terintegrasi. Keberhasilan ini tentunya hanya bisa
tercapai jika semua pihak yang terlibat memiliki kepedulian
dan komitmen yang kuat untuk tetap berupaya
mempertahankan pencapaian produktifitas ini.
Kesimpulan
Analisis regresi setidak-tidaknya memiliki 3 kegunaan, yaitu
untuk tujuan deskripsi dari fenomena data atau kasus yang
sedang diteliti, untuk tujuan kontrol, serta untuk tujuan
prediksi. Regresi mampu mendeskripsikan fenomena data
melalui terbentuknya suatu model hubungan yang
bersifatnya numerik. Regresi juga dapat digunakan untuk
melakukan pengendalian terhadap suatu kasus atau hal-hal
yang sedang diamati melalui penggunaan model regresi
yang diperoleh.
Dengan memanfaatkan hasil analisa regresi linier, tim
proyek improvement membuat beberapa perbaikan
dan sejak proyek ini diimplementasikan pada minggu
ke-20 hingga minggu ke-31, produktifitas rata-rata R996B
meningkat ebesar 6.9 % menjadi 2060 bcm/jam. Hal ini
diikuti dengan menurunnya angka loading time sebesar
7.25% dari 2.62 menit (Maret 2010-Feb 2011) menjadi 2.43
menit. Jika hasil pencapaian ini dipertahankan selama
setahun, maka perusahaan dapat yang menghasilkan
kuntungan tambahan sebesar US$ 3.6 juta.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

23

TECHNICAL PAPERS

TECHNICAL PAPERS

Referensi
http://www.jonathansarwono.info/teori_spss/teori_spss.htm
http://digilib.petra.ac.id

Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Lapangan

LAMPIRAN A.
DIAGRAM FISH BONE

Tabel 3. Kriteria Pembobotan

LAMPIRAN B.
DATA PENGAMATAN LAPANGAN
Tabel 1. Penggalan Formulir Pengamatan Lapangan

24

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

25

TECHNICAL PAPERS

PERHAPI NEWS

Tabel 4. Penggalan Data Input SPSS


Metod

trll.lll lei\Mallar

wctll_$11

lconds matenal

l.odI1LJlCIrt

Alill ban111

loadrrnmc

o ratct

PF

22(6

Double

4,$

4) 9(1

TerberaJ baik

kerinR

Ad.l

2,12

mOlt tXpenllce

0,35

I.U

2401

Double

4) 90

Tetberar balk

kering

Ad.l

2,S3

mOlt expenence

0,21

1,02

1664

Smple

3.S

4) 90

Terberat baJk

basah

Ad.l

1.1

1e..expenence

0,24

1,4

1940

Double

S.S

4S 90

Terberat baik

basah

Tidak

2,56

mOll expen111ce

0,19

I,S

1910

Double

45 90

Terberat baik

sed.lng

Ad.l

2,34

most t(peliillce

0,23

1,37

1648

Sonlllc

459fl

keras

basa

Ada

2 41

leu l1tpetience

0,12

1,45

20n

Double

45 90

Terberat baJk

kcnnR

Ada

2,21

rtlOll e peli111ce

0,27

1,3

1886

Double

45 90

Potensi keras

sed.lng

Ada

2,67

mostexpenen

0,21

1,39

11SS

Sonlllc

3S

4) 9fl

keras

basah

Ada

2 98

most cxocnc ntc

0,16

\,37

Produbt

Mctodc

I SOOt Tt

rin118J PCOil!lalian

sudUt_SWIIl!

kondisi rmtcrial

Lod rQ_poit

Alat bantu

loadlnR trmc

Opcriltor

PF

SPO<Timc
3

22fi>

2401

1664

191

1910

1648

I
3

20n

1l86

11l6

Copyright c G-Resources Group Ltd.

Produbt

Agincourt Terpaksa
Menutup Sementara Martabe
Pengelola tambang emas Martabe,
Agincourt Resources, terpaksa
menutup sementara tambangnya,
karena pipa pembuangan air sisa
produksi tak bisa dipasang karena
tak disetujui masyarakat setempat.
Padahal ribuan warga lainnya
yang ikut bekerja di tambang itu
sangat bergantung pada operasi
penambangan.

udi, 32 tahun, (bukan nama


sebenarnya), tidak tahu harus
menjawab apa ketika mamaknya (ibunya)
menanyakan mengapa hari itu ia tidak
pergi bekerja.
Karyawan di bagian produksi tambang
emas Martabe itu lebih baik beralasan
sedang tidak enak badan dari pada
menjawab bahwa perusahaannya tutup
sementara. Rudi tak ingin membuat sedih

26

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

mamaknya yang begitu gembira saat ia


diterima bekerja di perusahaan tambang
emas itu. Maklum sebelumnya dia
menganggur lebih dari enam tahun sejak
tempatnya bekerja dulu gulung tikar.
Rudi dan ribuan pekerja lainnya memang
tengah dilanda was-was sebab kuatir
tambang emas Martabe tak kembali lagi
beroperasi.
*
Terhitung sejak Senin, 1 Oktober lalu,
PT Agincourt Resources menyatakan
tambang emas Martabe ditutup
sementara. Alasannya, perusahaan tidak
dapat meneruskan kegiatan operasinya
jika pipa pembuangan air sisa proses
produksi tidak dapat dipasang.
Presiden Direktur Tambang Emas
Martabe, Peter Albert mengatakan,
Perusahaan tidak punya pilihan selain
menghentikan seluruh operasi tambang
dan aktivitas pendukung terkait secara
bertahap.

Dengan penutupan sementara tambang


emas Martabe, lanjut Peter, tentu
akan sangat berdampak pada persepsi
investor asing terhadap Indonesia.
Selain itu, penutupan tambang akan
membawa konsekuensi hilangnya peluang
pertumbuhan sosial dan ekonomi yang
bisa dipetik oleh masyarakat di Tapanuli
Selatan, Sumatra Utara dan Indonesia dari
kehadiran investasi tambang terbesar di
Sumatra Utara.
Peter menjelaskan, sebenarnya sejak
19 September lalu pihaknya telah
menginformasikan Pemerintah Propinsi
Sumatra Utara dan Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Selatan bahwa pipa
air sisa proses ke Sungai Batangtoru
harus terpasang selambat-lambatnya
akhir bulan September. Jika tidak,
Perusahaan terpaksa menghentikan
pabrik pengolahan bijih di Tambang Emas
Martabe, yang kemudian berlanjut pada
penghentian kegiatan operasional.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

27

PERHAPI NEWS

Bagi Agincourt selaku pengelola tambang


emas Martabe, pipa pembuangan air
sisa proses produksi sangat penting
untuk dipasang. Dengan begitu, air
sisa proses produksi dapat dibuang ke
Sungai Batang Toru. Namun masyarakat
keberatan, karena menganggap, air itu
mengandung limbah. Oleh karenanya,
Agincourt meminta Pemprov Sumut
dan Pemkab Tapanuli Selatan untuk
memasangnya. Tetapi upaya pemda
mendapat perlawanan masyarakat.
Padahal, kata Peter, pengaliran air ke
Sungai Batang Toru sudah melalui studi
kelayakan intensif dan mendapat ijin
seperti tertera dalam dokumen AMDAL
yang disetujui Bupati Tapanuli Selatan
pada Maret 2008. Kelebihan air akan
diproses dalam Instalasi Pemurnian Air
Proses (IPAL, atau Water Polishing Plant WPP) yang telah dirancang dan dibangun
di dalam areal Tambang Emas Martabe,
dan sudah memenuhi standar baku
mutu berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 202/2004 sebelum
dialirkan ke sungai Batangtoru.
Tanpa pipa pembuangan air sisa produksi,
kegiatan operasional tambang tentu tidak
bisa terus dilakukan. Sementara, tambah
Peter, perusahaan tidak memiliki sumber
dana tidak terbatas, dan karenanya tentu
tidak dapat terus menanggung biaya
tenaga kerja, kegiatan operasional, dan
program-program lain tanpa jalannya
tambang. Kami tidak punya pilihan,
selain menyelamatkan setiap dolar yang
kami miliki untuk melindungi Perusahaan
guna memampukan kami memulai
kembali operasi tambang segera setelah
masalah ini diselesaikan.
Meski harus mengambil keputusan berat
ini, manajemen Tambang Emas Martabe
tetap masih terus mengharapkan dukungan
semua pihak agar tambang dapat segera
kembali beroperasi setelah masalah
pemasangan pipa diselesaikan dengan baik.

28

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Perusahaan sangat menghargai


dukungan dan perhatian yang dicurahkan
berbagai pihak, khususnya pemerintah
yang juga merupakan pemegang saham
Tambang Emas Martabe. Kami yakin
dengan menyertakan kami sebagai
bagian program MP3EI (Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia), pemerintah
sesungguhnya telah melihat pentingnya
Tambang Emas Martabe sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari upaya
pembangunan berkelanjutan di Sumatra
Utara dan Indonesia, tegas Peter.
Peter menyatakan, perusahaan tetap
terbuka kepada masukan dan dialog
konstruktif serta mengundang semua
pihak untuk mendiskusikan segala
kekuatiran yang masih ada. Sehingga
masalah ini dapat dipecahkan sesegera
mungkin demi kepentingan semua
pemangku kepentingan.
**
Tambang Emas Martabe beroperasi
dengan mengantongi Kontrak Karya (KK)
generasi ke-6 yang ditandatangani April
1997. Tambang emas ini terletak di sisi
barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang
Toru, Propinsi Sumatera Utara, dengan
luas wilayah 1.639 km2.

uji coba penuangan emas dan perak


dalam bentuk bullion. Direncanakan
pada awal tahun 2013, Tambang Emas
Martabe akan memulai kegiatan produksi
secara penuh dengan kapasitas per tahun
sebesar 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz
perak berbiaya rendah.

Pada salah satu sisi, lesunya ekspor


batubara terutama ke Cina, membuat
permintaan akan pemenuhan pasokan
batubara ke dalam negeri terutama
ke PT. PLN meningkat. Hal yang akan
menjadi angin segar bagi kelanjutan
proyek pengembangan energi, terutama
pembangkit listrik tenaga uap dan
keterkaitannya dengan ketahanan dan
keberlangsungan energi nasional.

Tambang ini direncanakan beroperasi


setidaknya selama 20 tahun ke depan
dan berpeluang besar untuk mengubah
kehidupan serta menyediakan berbagai
kesempatan pengembangan bagi
masyarakat Batangtoru dan Tapanuli
Selatan secara berkelanjutan.

Selain permasalahan teknis, faktorfaktor diluar teknis penambangan


seperti pembebasan lahan, tumpang
tindih lahan, serta peruntukan dan
proses perijinan masih akan membelit
industri pertambangan batubara
di Indonesia. Namun demikian isuisu yang harus dicermati adalah
meningkatnya para pemain baru pada
Industri pertambangan batubara dan
bertambahnya para pelaku industri ini
yang memasuki lantai bursa saham (IPO)

Pemegang saham Tambang Emas


Martabe adalah G-Resources Group Ltd
sebesar 95 persen, dan pemegang 5
persen saham lainnya adalah PT Artha
Nugraha Agung (ANA). Sedangkan PT
ANA sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar
70 persen dan 30 persen dimiliki oleh
Pemerintah Propinsi Sumatra Utara. Dua
ribu orang saat ini bekerja di Tambang
Emas Martabe, 70% nya direkrut dari
masyarakat di empat belas desa di sekitar
tambang.***

Agenda:
Seminar Batubara , Workshop
Geology dan Perencanaan Tambang

Konferensi Batubara
Indonesia yang ke-lima
Save Indonesian Coal

Tambang Emas Martabe memiliki


sumberdaya 7,86 juta oz emas dan 73,48
juta oz perak. Pada 24 Juli 2012, Tambang
Emas Martabe telah berhasil melakukan

Copyright c G-Resources Group Ltd.

Kenyatannya, hingga akhir September


pipa masih belum terpasang, sehingga,
Perusahaan tidak punya pilihan selain
menghentikan seluruh operasi tambang
dan aktivitas pendukung terkait secara
bertahap.

PERHAPI NEWS

ndonesia Coal Conference akan


kembali hadir pada bulan Maret
2013. Acara tahunan kerja sama
antara perhapi-APBI dan ICS ini tetap
mengusung tema Save Indonesian Coal
dengan spirit pengelolaan pertambangan
yang terbaik (good mining practices).
Isu-isu terkini menjadi hal yang menarik
untuk dibicarakan dan didiskusikan
para pemangku kepentingan. Acara ini
juga diharapkan akan menjadi agenda
pertemuan bisnis, terutama dari para
professional dalam bidang pemasaran
batubara.

Harga batubara yang belum


menunjukkan grafik kenaikan,
mengakibatkan beberapa proyek
baru tambang batubara ditunda dan
dikhawatirkan akan membuat beberapa
tambang batubara yang ada, terutama
yang memiliki skala produksi kecil
tutup. Jika kondisi ini tidak kunjung
membaik tentunya akan mempunyai
multi efek, seperti pengurangan tenaga
kerja, tertundanya pembangunan
infrastruktur, berkurangnya penerimaan
negara dan yang perlu dicermati adalah
terhambatnya kewajiban pengelolaan
lingkungan.

Pembicara : Pemerintah, professional


dan akademisi.
Peserta :
Seminar : Anggota PERHAPI, Anggota
APBI, Anggota ICS, Pemangku
Kepentingan Batubara.
Workshop: khusus untuk workshop
peserta yang diharapkan hadir adalah,
ahli Geologi, ahli pertambangan,
pengusaha pertambangan batubara,
kalangan perbankan, pasar modal,industri
IT, dan ahli lingkungan.
Pameran: perusahaan tambang
batubara, perusahaan jasa penunjang
(subkontraktor), konsultan pertambangan
batubara, perguruan tinggi, dan
perbankan

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

29

PERHAPI NEWS

TECHNICAL PAPERS

AutoMine Automation Systems


di Tambang Intan Argyle,
Australia Barat

andvik Mining, Salah satu Grup


Usaha Sandvik, akan memasok
Rio Tinto dengan AutoMine
Automation systems canggih, yang
dioperasikan di Tambang Intan bawah
tanah Argyle, Australia Barat. Tambang
yang 100 % dimiliki oleh Rio Tinto
dan berjarak 2.500 km dari Perth.
Pembangunan Sistim otomatis ini
akan diselesaikan pada 2012-2013.
Hingga saat ini Sandvik Mining telah
memasarkan lebih 10 unit AutoMIne
System di dunia pertambangan Global.

Tambang yang menghasilkan intan merah


jambu dan memasok 90 % kebutuhan
intan jenis tersebut di dunia. Sejak
penambangannya dimulai pada tahun 1985
telah memproduksi 760 juta karat intan.
Pada tahun 2005 untuk memperpanjang
umur tambang diputuskan untuk melakukan konstruksi tambang dalam yang
merupakan ekspansi tambang Open Pit
di atasnya.
Kini tambang bawah tersebut akan memiliki
sistim tambang otomatis AutoMine
system terbesar yang pernah ada di dunia

pertambangan global. Struktur produksi


tambang, yang didesain beroperasi
secara otomatis tersebut menggunakan
sistim penambangan block caving,
metoda ini mengontrol ambrukan
bijih dari front tambang dengan
menggunakan gravitasi ketika diarahkan
ke chutes. Sistim penambangan ini akan
menjadi pertama kali dipergunakan
di Australia Barat. Oleh karena itu Rio
Tinto telah mengirimkan sejumlah
karyawannya melakukan pendidikan
dan pelatihan di Tambang Tembaga
Northparkes, New South Wales. Sistim
penambangan block caving ini, dengan
jumlah 16 extraction drive, diperkirakan
akan memperpanjang umur tambang
hingga tahun 2019 atau lebih, yang
pada produksi puncak 9 juta ton bijih
per tahun menghasilkan 20 juta karat
intan setiap tahunnya.
Rio Tinto memutuskan mempergunakan
Sanvik AutoMine System untuk
meningkatkan safety, produksi dan
efisiensi operasi tambangnya. Instalasi
AutoMine System tersebut akan
dilakukan sesuai keamanan standar
pertambangan Australia, AS61508.
Dalam mengoperasikan AutoMine
System yang terdiri atas 11 unit Loader
LH514E dan 2 unit loader diesel LH410
akan diperlengkapi oleh AutoMIne Draw
Control dan AutoMine Loading systems.
Perangkat yang memungkinkannya
untuk melakukan tracking, pelaporan
dan manajemen loading produksi
manual selama tahap pengembangan
tambang (mine development).
Pengoperasian Automated loaders
tersebut dilakukan oleh tiga operator
dari ruang Sandvik Control System di
permukaan.

Automated Loader and Dump Truck


Photo: Courtesy of Sandvick.

30

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Kajian Ekonomi Pencucian Batubara


dalam Kaitannya dengan Konservasi
Cadangan Batubara*
Oleh : Riandi Rachmawan
PT Arutmin Indonesia
Studi Kasus : Tambang Mereh, PT Arutmin Indonesia

AutoMine Operator Station

*) Makalah ini telah disampaikan sebagai Prosiding dalam TPT XX PERHAPI 2011
Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

31

TECHNICAL PAPERS

TECHNICAL PAPERS

Abstrak
Batubara merupakan sumber daya alam dengan tingkat variasi
kualitas yang tinggi, tergantung dari formasi pembawa lapisannya
serta kondisi geologi dari keberadaan endapan tersebut. Saat
ini ada beberapa parameter dominan kualitas yang menjadi
penentu harga jual batubara, diantaranya Nilai Kalori (CV-caloric
value), Sulfur (TS), Moisture (TM,IM), dan Kandungan Abu (Ash).
Di daerah-daerah tertentu, terdapat sumberdaya batubara yang
memiliki nilai kadar abu yang sangat tinggi yang tentunya hal ini
mengurangi harga jual dari batubara tersebut.
Dengan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan sebuah kajian
untuk mengoptimalkan jumlah cadangan yang ada berdasarkan
strategi penjualannya. Opsi yang dikaji adalah batubara tersebut
dijual langsung sebagai batubara mentah (raw coal) atau dengan
melakukan proses peningkatan kualitas terlebih dahulu dengan
mereduksi nilai kadar abu yang bertujuan untuk meningkatkan
harga jual batubara. Metode yang digunakan untuk mereduksi
kadar abu tersebut yaitu dengan melakukan pencucian. Namun,
konsekuensi dari dilakukannya pencucian batubara adalah
berkurangnya jumlah batubara.
Seluruh kelebihan dan kekurangan dari kedua opsi di atas, dimasukkan ke dalam model perhitungan ekonomi untuk dilakukan
kalkulasi penentuan batas nisbah kupas pulang pokok (break even
stripping ratio) yang menjadi masukan dalam proses optimasi
batas penambangan ekonomis pada masing-masing opsi.

Dari hasil optimasi tersebut, dapat diputuskan opsi yang paling


maksimal untuk meningkatkan jumlah dan nilai cadangan
batubara, sehingga prinsip konservasi cadangan dapat
diimplementasikan dengan baik.
Di dalam pembahasan makalah ini, daerah yang dijadikan studi
kasus adalah Tambang Mereh PT Arutmin Indonesia.
Kata Kunci : Batubara, Pecucian, ekonomis, cadangan, konservasi.
Pendahuluan
PT Arutmin Indonesia (Arutmin) adalah salah satu perusahaan
tambang batubara di Indonesia yang memiliki ijin Perjanjian
Karya Pengusahaan Penambangan Batubara (PKP2B) generasi
pertama dari Pemerintah Republik Indonesia, yang memiliki 19
Daerah Usaha (DU) dengan total luas area 70,152.35 Ha dan
tersebar di beberapa Kabupaten di wilayah Kalimantan Selatan.
Dalam pengoperasiannya, daerahdaerah usaha tersebut
dikelompokkan ke dalam 4 area tambang dan 1 area pelabuhan,
yaitu Tambang Senakin, Batulicin, Satui, Asam-asam dan
Pelabuhan Tanjung Pemancingan (NPLCT). Gambar 1 dibawah ini
menunjukkan daerah usaha yang dimiliki oleh Arutmin.

Berdasarkan formasi pembawa batubaranya, sumberdaya


batubara Arutmin berasal dari 2 formasi. Yang pertama adalah
Formasi Tanjung sebagai pembawa batubara Bituminous,
dan yang kedua adalah Formasi Warukin sebagai pembawa
batubara Sub-Bituminous. Batubara Bituminous yang dimiliki
oleh Arutmin, memiliki variasi kualitas yang cukup signifikan
untuk setiap area. Sebagai contoh adalah parameter kadar abu
di Tambang Senakin lebih tinggi dibandingkan dengan Tambang
Satui walaupun berada dalam satu formasi pembawa batubara.
Adanya perbedaan kualitas tersebut, membuat Arutmin harus
selalu melakukan kajian dan memunculkan opsi-opsi improvisasi
dalam mengoptimasi cadangan yang ada, sehingga parameter
optimasi yang dilakukan di setiap area berbeda-beda. Tabel I
dibawah menunjukkan kualitas rata-rata batubara di beberapa
DU Arutmin yang saat ini beroperasi.
Tabel 1. Kualitas Batubara di PT Arutmin Indonesia
Deposit
Area

Total
Moisture

Inherent
Moisture

Ash
(%)

Total
Sulphur

Specific
Energy
(Kkal/
Kg)

Relayive
Density

Senakin

5,91

3,70

17,73

1,01

6.232

1,40

Satui

8,27

5,38

8,97

0,87

6.793

1,33

Karuh

10,97

6,32

10,62

0,55

6.473

1,32

Ata

7,91

4,99

11,53

1,22

6.600

1,35

Mangkalpi

8,76

5,93

7,42

1,05

6.831

1,32

Mereh

6,97

5,07

21,89

0,47

5.708

1,46

Mulia

36,00

21,71

3,14

0,14

5.149

1,32

Asam-asam

34,61

23,82

3,02

0,22

4.982

1,31

Sarongga

41,84

25,86

6,15

0,10

4.443

1,35

Improvisasi-improvisasi tersebut terus dikembangan sesuai


potensi sumberdaya yang ada, sebagai contoh adalah di
DU Mereh. DU ini memiliki potensi sumberdaya yang cukup
besar dengan karakteristik batubara relatif mirip dengan
Senakin, namun memiliki kadar abu yang lebih tinggi.
Sehingga perlu dilakukan pengkajian apakah perlu dilakukan
pencucian batubara seperti hal nya di Senakin, atau dapat
dijual sebagaimana adanya. Karena di dalam proses pencucian
batubara, akan terdapat batubara yang hilang atau tidak
menjadi produk (reject).
Pencucian batubara dapat meningkatkan kualitas batubara
khususnya mereduksi kadar abu, namun ada konsekuensi
lain yang timbul akibat pencucian batubara yaitu tonase hasil
pencucian (produk) akan berkurang dibandingkan dengan
inputnya (feed). Perbandingan antara produk dengan feed
batubara umumnya disebut yield.
Di dalam perhitungan keekonomian untuk nisbah kupas pulang
pokok (BESR) faktor yield memiliki peran penting, karena akan
menjadi variabel pembanding apakah hilangnya batubara
tersebut sepadan dengan peningkatan kualitas yang berujung
pada kenaikan harga jual, atau yang terjadi adalah sebaliknya,
bahwa lebih baik tetap dengan kualitas yang ada daripada
melakukan pencucian karena jumlah hilangnya batubara yang
cukup besar. Gambar 2 menunjukkan lokasi dan penampang
batubara di DU Mereh.

Sumber : Statement of Resources and Open Cut Coal Reserves as of May 31st 2010,
PT Arutmin Indonesia (JORC Based)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk kandungan


air (moisture) tertinggi berasal dari DU Sarongga (41,84%)
dan kadar sulfur (TS) tertinggi berasal dari DU Ata (1,22%).
Sedangkan untuk kadar abu tertinggi berasal dari DU Mereh
sebesar 21,89%.
Secara umum, imbas dari kualitas yang kurang baik adalah
terkoreksinya harga jual batubara. Pada model ekonomi dengan
parameter yang sama, berkurangnya harga batubara akan
menimbulkan pengurangan nisbah kupas pulang pokok (break
even stripping ratio) dan akhirnya jumlah cadangan pun akan
berkurang.
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Arutmin untuk
meningkatkan kualitas batubara adalah mengadakan kerjasama
dengan Jepang untuk melakukan penelitian Upgrading Brown
Coal (UBC) di Tambang Mulia, serta mereduksi kadar abu
dengan melakukan pencucian batubara di Tambang Senakin.
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Usaha PT Arutmin Indonesia

32

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Gambar 2. Lokasi DU Mereh dan Penampang Melintang

Pencucian Batubara
Pada industri pertambangan batubara, terdapat beberapa
jenis metode pencucian batubara yang umumnya dipakai,
diantaranya adalah :
Jig Method
Dense Medium Separation Method (DMS)
Shaking Table
Flotation
Saat ini, metode yang digunakan oleh Arutmin di Tambang
Senakin adalah Jig dan DMS. Oleh karena itu, pada kajian
pemilihan sarana pencucian batubara di Tambang Mereh, kedua
tipe alat pencucian tersebut digunakan sebagai opsi dan sumber
pengambilan data. Gambar 3 dan 4 adalah gambar prinsip kerja
dari kedua jenis sarana pencucian tersebut.
Gambar 3. Prinsip Kerja Jig Plan

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

33

TECHNICAL PAPERS

Gambar 3. Prinsip Kerja Jig Plan

TECHNICAL PAPERS

Trend yang didapat dari data di atas adalah sebagai berikut :


Jig Plant : y = -1.1981x + 108.97
DMS Plant : y = -1.0702x + 106.13
Sehingga, akan didapatkan variasi nilai yield yang sesuai dengan
kadar abu dari feed dengan kadar abu produk + 12% seperti
pada Tabel 2. Sedangkan untuk analisis awal yang dilakukan
terhadap contoh batubara dari Tambang Mereh sendiri, seperti
dapat dilihat pada Tabel 3 .

Analisis Keekonomian Pencucian Batubara


Dengan adanya opsi pencucian batubara, serta segala
konsekuensi-konsekuensi yang timbul akibat proses pencucian
tersebut, maka perlu dibuat suatu analisis keekonomian
mengenai nilai dari nisbah kupas pulang pokok (break even
stripping ratio BESR) antara batubara yang dicuci dengan yang
tidak dicuci. Perhitungan ini akan berimbas kepada besarnya
jumlah cadangan batubara.

Tabel 2.
Variasi Nilai Yield Terhadap Kadar Abu Feed

Arutmin menggunakan konsep dasar perhitungan nilai BESR


sebagai berikut :

Feed Ash

Gambar 4. Prinsip Kerja Dense Medium Separation Plan

Pada prinsipnya, washplant memiliki titik yield optimal dalam


menghasilkan produknya, tergantung dari kualitas feed yang
masuk ke dalam washplant tersebut. Sebagai acuan data awal
yang digunakan untuk kajian washplant di Tambang Mereh
adalah data dari Tambang Senakin yang telah direkapitulasi
sejak tahun 1996. Grafik pada gambar 5 dan 6 menunjukkan
hubungan antara kadar abu pada feed dengan yield yang
diperoleh pada Jig dan DMS Plant.

Yield
JIG

DMP

17,00

88,60

87,94

Keterangan : A = Harga Batubara Per ton (US$/ton)

18,00

87,40

86,87

B = Biaya Produksi Batubara Per-ton (US$/ton)

19,00

86,21

85,80

20,00

85,01

84,73

C = Biaya Pengupasan Batuan Penutup (US$/bcm)

21,00

83,81

83,66

22,00

82,61

82,59

23,00

81,41

81,52

24,00

80,22

80,45

25,00

79,02

79,38

26,00

77,82

78,30

27,00

76,62

77,23

Tabel 3.
Hasil Pencucian Batubara Tambang Mereh dan Ata

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan BESR adalah :


Harga batubara 112.18 US$/Ton @ 6322 kcal/kg (gar)

Fuel Cost = 0.78 US$/lt

Nilai tukar valas : 1 US$ = Rp 9.000
Tidak ada nilai investasi sarana pencucian batubara,

hanya ada biaya keseluruhan pencucian batubaranya
saja, sebesar : 5.25 US$/ton (biaya bersih pencucian
batubara, biaya-biaya lain termasuk didalamnya)

Biaya penambangan batubara dan biaya pengupasan
batuan penutup menggunakan sistem dikontrakkan
sesuai dengan budget Arutmin tahun 2011.
Untuk harga batubara, dilakukan perhitungan koreksi terhadap
kualitas produk dan insitu di Tambang Mereh. Sehingga asumsi
harga batubara menjadi sebagai berikut :
Tabel 4.
Asumsi Harga Batubara di Tambang Mereh

Sumber : The Preparation of a coal washability database for the Ata deposit and
evaluation products from Ata and Mereh deposit PT Sedgman Nusantara, 1997

34

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Gambar 7.
Grafik Hubungan Recovery Yield dengan BESR

Untuk Tambang Mereh yang memiliki kadar abu rata-rata


22.4%, nilai BESR jika tidak dilakukan pencucian adalah 16.6
bcm/ton, sedangkan Jika dilakukan pencucian maka kadar abu
yang dihasilkan adalah 12% dengan nilai BESR yang variatif
bergantung pada yield dari washplant yang digunakan untuk
menghasilkan nilai kadar abu tersebut. Berdasarkan grafik pada
gambar 7, nilai BESR yang sama untuk kedua opsi tersebut akan
diperoleh jika washplant memiliki kemampuan recovery yield
sebesar 76.7%.
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa jika dilakukan
pencucian batubara, maka minimum dari yield yang akan
menghasilkan BESR lebih besar dibandingkan dengan tidak
dilakukan pencucian adalah pada kisaran >76.7%. Artinya,
jenis sarana pencucian batubara yang digunakan harus dapat
mnghasilkan yield minimal 76,7%.

Gambar 5. Hubungan Antara Kadar Abu di Feed dengan Yield pada Jig Plant

Gambar 6. Hubungan Antara Kadar Abu di Feed dengan Yield pada DMS Plant

Tabel 5.
Hubungan Recovery Yield vs Break Even Stripping Ratio

Seluruh parameter harga, biaya, dan asumsi asumsi diatas


kemudian dimasukkan ke dalam model ekonomi yang
mengakomodasi kedua opsi tersebut. Untuk batubara yang
tidak dilakukan pencucian, tidak terdapat recovery yield sehingga
produk batubara diasumsikan sama dengan yang ditambang
(ROM). Tabel 5 dan grafik pada gambar 7 menunjukkan hasil
perhitungan BESR terhadap yield dari model ekonomi yang telah
dibuat.

Pada kondisi ideal, peningkatan nilai BESR ini akan berpengaruh


pada bertambahnya jumlah cadangan batubara, sehingga
batubara yang ditambang akan lebih optimal (lihat gambar 8).
Selain meningkatkan pendapatan bagi perusahaan dan negara,
prinsip konservasi cadangan pun dapat diimplementasikan
dengan baik.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

35

TECHNICAL PAPERS

KILAS BERITA

Gambar 8.
Ilustrasi Peningkatan nilai BESR terhadap Jumlah Cadangan

Kesimpulan
Dari kajian-kajian diatas maka dapat dibuat kesimpulan baik
untuk studi kasus di Tambang Mereh ataupun kesimpulan yang
bersifat umum adalah sebagai berikut :
Proses pencucian batubara tidak selalu menjadi opsi
yang optimal dalam meningkatkan nilai BESR, perlu
dilakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap faktorfaktor
yang mempengaruhi proses pencucian batubara.
Faktor - faktor yang perlu dikaji dalam proses pencucian
batubara adalah kadar abu dari sumberdaya batubara,
jenis dari washplant yang digunakan, recovery pasca
yield pencucian, kualitas produk hasil pencucian, dan biaya
untuk proses pencucian batubara.
Pada studi kasus di Tambang Mereh, proses pencucian
batubara akan menghasilkan nilai BESR yang lebih optimal
dibandingkan dengan tidak dilakukan pencucian adalah
pada kondisi recovery yield >76.7%, kadar abu feed +22%
dan kadar abu produk +12%. Dengan kondisi diatas, maka
tipe washplant Jig dan DMS Plant dapat digunakan di
Tambang Mereh.
Optimasi terhadap nilai BESR harus selalu dilakukan
sesuai dengan data-data yang termutakhirkan, serta

faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya. Sehingga


BESR yang diimplementasikan di tambang adalah angka
paling optimal yang mendukung prinsip konservasi
cadangan.

Daftar Pustaka
Runge,Ian Charles. (1998): Mining Economics and Strategy.
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc. USA.
Gentry, Donald W dan ONeil, Thomas J. (1984): Mine
Investment Analysis. Society of Mining Engineers AIME.
New York, USA.
(2009): Kajian Kelayakan Pengembangan
Penambangan Batubara di PT Arutmin Indonesia.
PT Arutmin Indonesia PT LAPI ITB, Indonesia.
(2010): Statement of Resources and Open Cut
Coal Reserves as of May 31st 2010 (JORC Based).
PT Arutmin Indonesia, Indonesia.
. (1997): The Preparation of a coal washability
database for the Ata deposit and evaluation products from
Ata and Mereh deposit. PT Sedgman Nusantara, Indonesia.
Salim, Agus. (2009): Coal Washing Plant Development for
Mereh Batulicin Mine. PT Arutmin Indonesia, Indonesia.

14 Perusahaan Tambang
Sepakati Renegosiasi Kontrak

angkah pemerintah untuk merenegosiasi kontrak


pertambangan sepertinya disambut positif oleh
perusahaan pemegang kontrak karya dan perjanjian
karya pengusahaan pertambangan batubara. Sebanyak 14
perusahaan pertambangan telah menyepakati renegosiasi
kontrak dengan pemerintah.
Menurut Menteri ESDM, Jero Wacik, sekitar 14 perusahaan
pertambangan telah sepakat untuk merenegosiasi kontrak
dengan pemerintah. Rencananya naskah kesepakatan tersebut
akan segera ditandatangani. Jadi renegosiasi kontrak sudah
berjalan dan ada hasilnya. Nanti enam bulan sekali kami
umumkan ada lima lagi, ujarnya.***

Renegosiasi Kontrak
PT. Vale Indonesia Tbk akan
Rampung Tahun ini

T Vale Indonesia Tbk berharap agar pemerintah segera


merampungkan proses renegosiasi kontraknya pada
tahun ini.

Menurut Presiden Direktur Vale Indonesia, Nico Kanter,


pihaknya meminta agar renegosiasi berjalan lancar pada tahun
ini, karena renegosiasi kontrak Vale akan mempengaruhi dan
menambah nilai investasi di Indonesia. Makanya kami perlu
renegosiasi ini cepat rampung, ujarnya.
Nico mengungkapkan, saat ini sudah ada investor yang tertarik
bekerjasama dengan Vale, untuk itu pihaknya ingin secepatnya
menyelesaikan renegosiasi kontrak.
Sebelumnya, terkait proses renegosiasi kontrak dengan
perusahaan tambang berskala besar, Dirjen Minerba
Kementerian ESDM, Thamrin Sihite mengungkapkan, untuk PT
Freeport dan PT Vale Indonesia, diakuinya renegosiasi masih
berjalan dengan alot.***

36

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

LINTAS PERISTIWA

Kementerian ESDM Ragu


Royalti Bisa Naik Jadi 10%

ementerian ESDM rupanya melunak untuk tidak


memaksakan kenaikan royalti 10% kepada perusahaan
tambang dalam proses renegosiasi. Hal ini dikarenakan
setiap perusahaan pemegang kontrak karya (KK) memiliki
cadangan yang berbeda-beda dan juga memiliki kandungan
mineral yang berbeda pula.
Menurut Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, dalam proses
negosiasi memang berkembang bahwa Menteri Korodinator
Perekonomian Hatta Rajasa meminta untuk menaikkan royalti
hingga 10%.
Sekarang ini royalti yang
diterima pemerintah dari
perusahaan tambang
berbeda-beda. Kisarannya
dari 15 sampai 3,75%,
ujar Rudi.
Rudi menjelaskan, kenaikan
royalti hingga 10% itu hanya
tawaran dari pemerintah,
meskipun tawaran tersebut
tidak bisa dipenuhi oleh
perusahaan tambang seperti PT Freeport Indonesia Tbk, PT
Newmont Nusa Tenggara Tbk dan PT Vale Indonesia Tbk.***

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

37

LINTAS PERISTIWA

KILAS BERITA

KILAS BERITA

khirnya rencana PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) Tbk untuk mengurangi


karyawannya terlaksana, saat ini NNT telah mengurangi sebanyak kurang lebih
100 karyawannya.

2013, Dirjen Pajak Bidik


Tambang Skala Medium

Menurut Presiden Direktur Newmont, Martiono Hadianto, pengurangan karyawan ini


sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memastikan keberlangsungan
bisnis perusahaan jangka panjang. Ini adalah langkah terakhir yang dengan berat
hati kami lakukan karena sejumlah upaya efisiensi yang sebelumnya kami lakukan
belum mencukupi untuk menjamin keberlangsungan jangka panjang operasi tambang
Batu Hijau, ujarnya

ahun ini Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan


mentargetkan sektor pertambangan berskala medium
sebagai sektor potensial untuk meningkatkan penerimaan
pajak. Sektor ini diakui belum tergarap secara optimal akibat
rumitnya koordinasi dengan pemerintah daerah.
Menurut Dirjen Pajak Kemenkeu, Fuad Rahmany, pemerintah
menargetkan peningkatan penerimaan pajak penghasilan
dari sektor perkebunan, manufaktur dan pertambangan guna
menggenjot penerimaan pajak pada 2013. Kami belum punya
akses ke mereka untuk bayar pajak. Kita harus koordinasi dengan
instansi pemerintah yang lain, termasuk pemda. Tambang yang
kecil dan menengah itu paling susah, ujarnya.

Martiono menjelaskan, pihaknya telah melaporkan ke Kementerian ESDM, dan


perusahaan melakukan pengurangan karyawan berdasarkan UU Ketanagakerjaan
serta peraturan perundangan yang lainnya.
Sebelumnya, PT NNT berencana akan melakukan PHK terhadap ribuan
karyawannya, baik itu lokal maupun ekspatriat.

PT Newmont
Nusa Tenggara Tbk
PHK-kan
100 Karyawannya

LINTAS PERISTIWA

Menurut Juru Bicara Newmont, Rubi W. Purnomo, pengurangan karyawannya


tersebut itu untuk memastikan kinerja keuangan perusahaan ini kuat dalam jangka
panjang.Sekitar 20% ekspatriat dan 2,8% pekerja lokal akan kami kurangi, ujarnya.

Fuad mengungkapkan, untuk sektor pertambangan, pihaknya akan


menyoroti tambang berskala medium dalam memenuhi kewajiban
membayar pajak. Meskipun memiliki izin pertambangan, ada
ribuan perusahaan tambang yang belum terdaftar sebagai
wajib pajak.***

Rubi mengungkapkan, hal tersebut tidak terkait dengan proses renegosiasi kontrak
karya yang sedang diajukan oleh pemerintah saat ini.

Bupati Murung Raya Pertanyakan


Moratorium Izin Tambang

eberapa waktu lalu Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang mengeluarkan kebijakan
moratorium izin pertambangan. Hal itu ternyata dipertanyakan oleh Bupati Murung Raya, Willy
Midel Yoseph. Dikarenakan sampai saat ini pihaknya belum menerima penjelasan mengenai
moratorium ini dari pemerintah provinsi.

Menurut Willy, sampai saat ini pihaknya masih mempertanyakan soal kebijakan moratorium izin tambang yang dikeluarkan oleh
gubernur. Seharusnya keputusan gubernur itu ada standar operasionalnya. Prosedurnya seperti apa, mana yang boleh, mana yang
tidak, karena provinsi punya kewenangan dan kabupaten juga mempunyai kewenangan, ujarnya.***

2013, Pemerintah Targetkan


Bea Keluar Tambang
Sebesar Rp 8,07 Triliun

emerintah menargetkan pendapatan sebesar Rp 8,07 triliun


dari bea keluar mineral pada 2013.

Menurut Direktur Jenderal Bea Cukai, Agung Kuswandono,


pemerintah yakin target tersebut bisa tercapai lantaran adanya
kenaikan permintaan komoditas hasil tambang dari luar negeri.
Selain itu, hambatan yang terjadi di dalam negeri sudah bisa
diselesaikan, katanya
Agung menjelaskan, penarikan bea keluar ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.011/2012 yang
berlaku pada Juni 2012. Dalam aturan tersebut, pemerintah
menarik pungutan sebesar 20 persen dari nilai ekspor 65
komoditas mineral mentah.***

38

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

APBI:
Puluhan Perusahaan Batubara
Tak Beroperasi

engan melimpahnya pasokan batubara di pasar global,


itu membuat harga komoditas batubara belum mampu
beranjak naik hingga sekarang ini. Maka dari itu banyak
perusahaan tambang batubara berskala kecil menghentikan
operasinya.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara
Indonesia (APBI), Supriatna Suhala, rendahnya harga batubara
selama pertengahan tahun ini, telah memberi dampak
berhentinya operasi beberapa perusahaan tambang batubara
berskala kecil.
Sejauh ini, jumlah perusahaan yang tutup mencapai
sekitar 10% dari 400 badan usaha pemegang izin usaha
pertambangan (IUP), katanya.***

Pemerintah Daerah
Diminta Hati-hati
Terbitkan IUP

sosiasi Pertambangan
Indonesia mengingatkan agar
pemerintah daerah berhatihati dalam mengeluarkan izin-izin
usaha pertambangan. Hal ini untuk
menghindari terulangnya kasus gugatan
Churchill Mining Plc, perusahaan
tambang asal Inggris, ke Badan Aribtrase Internasional atas
pencabutan IUP anak usahanya di Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia
(API), Syahrir AB, agar kasus serupa tidak terulang, pemerintah
daerah harus berhati-hati mengeluarkan izin usaha
pertambangan. Pemerintah pusat juga harus bisa membina
daerah agar tidak salah dalam membuat kebijakan, ujarnya.***

Pemkab Banyuwangi
Minta 10%
Saham Bukit Tujuh

emerintah Kabupaten Bayuwangi


Provinsi Jawa Timur, mengharapkan bisa
memperoleh jatah kepemilikan saham dalam
bentukgolden share terhadap proyek usaha pertambangan
emas Tujuh Bukit, atau dikenal dengan Tumpang Pitu,
Kecamatan Pasanggrahan.
Menurut Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, pihaknya
sangat mengapresiasi terkait keberadaan proyek usaha
pertambangan emas di wilayahnya. Kuasa pertambangan
Tujuh Bukit itu milik PT Indo Multi Niaga (IMN).
Usaha pertambangan emas di Tumpang Pitu yang kini IUP
dimiliki IMN diharapkan dapat berperan besar dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat
Banyuwangi pada masa-masa mendatang, katanya.***

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

39

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

ebagai pengantar pada tulisan yang bersifat opini


berjudul Benarkah UU Minerba Melanggar Konstitusi?.
Kesan normatif akan muncul, namun menyamakan
persepsi dasar sangatlah diperlukan dalam bertukar pikiran
untuk saling memahami akar kesamaan dan perbedaan
pemahaman permasalahan. Perbedaan paradigma sentralistik
dan desentralisasi muncul di sini. Namun baik dan buruknya
suatu sistim akan tergantung pada penerapan undangundang atau pun peraturan-peraturan oleh para pengguna
dan tata cara pelaksanaannya.
Opini yang menggambarkan kegalauan penulisnya terhadap
kerusakan lingkungan, ekonomi biaya tinggi, pendapatan
negara yang berkurang dan tidak optimalnya pemanfaatan
sumberdaya mineral dan batubara di daerah-daerah yang
kaya mineral dan batubara, yang dihipotesakannya terjadi
akibat pelanggaran amanat Konstitusi dalam UU No 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara saat
ini oleh para pelaku ekonomi dan pemangku kepentingan
lainnya, patut untuk dicermati. Tentu tidak semua pemangku
kepentingan, pelaku ekonomi dan perangkat daerah,
melakukan pelanggaran. Namun sebagai kritik setidaknya
dapat mengingatkan kita, semua pemangku kepentingan,
untuk melakukan good governance, good mining practices
dan tunduk pada setiap peraturan yang ada dalam industri
pertambangan, maupun yang terkait dengannya.
Salah satu tujuan penyelenggaraan pemerintahan dalam
suatu negara adalah untuk melakukan pemerintahan
yang dapat membawa rakyatnya pada kemakmuran. Pada
pemanfaatan sumberdaya alam, termasuk mineral dan
batubara di dalamnya, maka Konstitusi, pasal 33 UUD 45,
menjelaskan bahwa kepemilikan (implisit), penguasaaan
(eksplisit) terhadap Bumi dan Air dan Kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, yang menguasai hayat hidup orang
banyak dikuasasi oleh negara untuk dipergunakan sebesarsebesarnya untuk kemakmuran rakyat. Penjabaran selanjutnya
tentang penguasaan negara atas tanah dan kepemilikan
hak atas tanah ini terdapat pada UU no 5 Tahun 1960, UU
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA).

Sekilas Perjalanan
UU No 4 Tahun 2009
tentang
Pertambangan
Mineral dan Batubara
40

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960


Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 2
(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undangundang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam
pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan
alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan
seluruh rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1)
pasal ini memberi wewenang untuk:
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
ruang angkasa tersebut;

b. menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara orang-orang


dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c. menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada
hak menguasai dari Negara tersebut
pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk
mencapai sebesar-besar kemakmuran
rakyat, dalam arti kebahagiaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia
yang merdeka berdaulat, adil dan
makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara
tersebut di atas pelaksanaannya dapat
dikuasakan kepada daerah-daerah
Swatantra dan masyarakat-masyarakat
hukum adat, sekedar diperlukan dan
tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional, menurut ketentuan-ketentuan
Peraturan Pemerintah.
Berbeda dengan era sentralistik dahulu,
pada era desentralisasi atau otonomi
daerah, hubungan pemerintah pusat dan
daerah diatur menurut UU No 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah,
namun keduanya tetap bertindak sebagai
penyelenggara pemerintahan dan
negara. Dalam pasal 2 UU No 28 tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi,
Kolusi, Dan Nepotisme, dinyatakan bahwa :
UU No 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih
Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
Nepotisme
Pasal 2
Penyelenggara Negara meliputi:
1. Pejabat Negara pada Lembaga
Tertinggi Negara;
2. Pejabat Negara pada Lembaga
Tinggi Negara;
3Menteri;
4. Gubernur;
5. Hakim;
6. Pejabat negara yang lain sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku;

dan
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi
strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
Dalam penjelasannya pada Angka 6,
Yang dimaksud dengan Pejabat negara
yang lain dalam ketentuan ini misalnya
Kepala Perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri yang berkedudukan sebagai
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh, Wakil Gubernur, dan Bupati/
Walikotamadya
Terkait UU No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, maka pemanfaatan
sumberdaya alam, khususnya
kewenangan sumberdaya mineral
dan batubara telah dibagi bersama
antar Pemerintah dan pemerintah
daerah. Sehingga penerapan Peraturan
Pemerintah No 27 tahun 1980 menjadi
kurang relevan, karena penggolongan
bahan galian berdasarkan nilai
strategisnya akan membuatnya tidak
sinkron dengan semangat dalam
pembagian kewenangan bersama antara
Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam pemanfaatan sumberdaya mineral
dan batubara. Hal ini disebutkan kembali
dalam UU No 4 Thaun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara,
dalam Bab III tentang penguasaan
Mineral dan Batubara, pada pasal 4
UU No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
Pasal 2
.......
(4) Pemerintahan daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan Pemerintah
dan dengan pemerintahan daerah
lainnya.
(5) Hubungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) meliputi hubungan
wewenang, keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam, dan


sumber daya lainnya
(6) Hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam,
dan sumber daya lainnya dilaksanakan
secara adil dan selaras.
(7) Hubungan wewenang, keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya
menimbulkan hubungan administrasi
dan kewilayahan antar susunan
pemerintahan.
Pasal 17
(1) Hubungan dalam bidang
pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara Pemerintah
dan pemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat
(5) meliputi:
a. kewenangan, tanggung jawab,
pemanfaatan, pemeliharaan,
pengendalian dampak, budidaya, dan
pelestarian;
b. bagi hasil atas pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya; dan
c. penyerasian lingkungan dari tata ruang
serta rehabilitasi lahan.
(2) Hubungan dalam bidang
pemanfaatan.. sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antar pemerintahan
daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5) meliputi:
a. pelaksanaan pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya yang
menjadi kewenangan daerah;
b. kerja sama dan bagi hasil atas
pemanfaatan sumber daya alam. Dan
sumber daya lainnya antar pemerintahan
daerah; dan
c. pengelolaan perizinan bersama dalam
pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya.
(3) Hubungan dalam bidang
pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam peraturan perundangundangan.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

41

PERHAPI NEWS

Permen No 38 Tahun 2007


Pasal 2
(1) Urusan pemerintahan terdiri atas
urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah dan
urusan pemerintahan yang dibagi
bersama antar tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan.
(2) Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi politik
luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta
agama.
(3) Urusan pemerintahan yang dibagi
bersama antar tingkatan dan/atau
susunan pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah semua
urusan pemerintahan di luar urusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Urusan pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) terdiri atas
31 (tiga puluh satu) bidang urusan
pemerintahan meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
........
bb. energi dan sumber daya mineral;
cc. ......
dd. .......
ee. perindustrian.
UU No 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
Bab III. Penguasaan Mineral Dan
Batubara
Pasal 4
(1) Mineral dan batubara sebagai
sumber daya darn yang tak terbarukan
merupakan kekayaan nasional yang
dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat.
(2) Penguasaan mineral dan batubara
oleh negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah.

42

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

Secara terintegrasi UU No 5 Tahun


1960, UU No 28 tahun 1999, UU No
32 tahun 2004 dan UU no 4 Tahun
2009 serta PerMen No 38 Tahun 2007
berperan dalam pengaturan pembagian
wewenang pemanfaatan, kepemilikan
dan penguasaaan sumberdaya alam
untuk negara dan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Begitu pula terhadap
sumberdaya mineral dan batubara.
Sehingga Pemerintah dan pemerintah
daerah seyogyanya turut aktif bersama
dalam mengimplementasikan UU
No 4 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara Tahun 2004, melalui
penggunaan asas-asas penyelenggaraan
pemerintahan yang berpedoman pada
asas-asas umum penyelenggaraan
negara, yaitu : Kepastian Hukum; Tertib
Penyelenggaraan Negara; Kepentingan
Umum; Keterbukaan; Proporsionalitas;
Profesionalitas; dan Akuntabilitas; yang
harus dilakukan sebagai pengemban
amanat Konstitusi.
Dalam implementasi UU No 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara yang menggantikan UU
11 tahun 1967, sebagai perangkat
untuk kepentingan bangsa dan negara,
Pemerintah telah mengeluarkan beberapa
peraturan, yaitu :
Peraturan Pemerintah No 22 Tahun
2010 tentang Wilayah Pertambangan
Peraturan Pemerintah No 23 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2010
tentang Reklamasi dan Pascatambang
Peraturan Pemerintah No 55
tahun 2010 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara.
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun
2012 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
Peraturan Menteri ESDM No 34
Tahun 2009 Tentang Pengutamaan

Pemasokan Kebutuhan Mineral Dan


Batubara, untuk melindungi pasokan
Energi Nasional
Peraturan Menteri No 7 Tahun 2012
tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan
Dan Pemurnian Mineral untuk
meningkatkan nilai tambah produk
pertambangan.
Pada masa datang mungkin akan keluar
peraturan baru yang diperlukan sesuai
dengan dinamika perkembangan industri
pertambangan yang ada. Peraturanperaturan ditujukan untuk meningkatkan
pelaksanaan asas-asas penyelengaraan
pemerintahan dan negera oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam memanfaatkan dan mengelola
sumberdaya mineral dan batubara.
Implementasi UU No 32 tahun 2004,
UU No 28 tahun 1999, dan UU No 4
tahun 2009 serta peraturan-peraturan
turunannya akan baik bila pengemban
amanat Konstitusi di pusat dan daerah
bekerjasama dan bersinergi dalam
pemanfatan sumberdaya mineral
dan batubara untuk membangun
negeri ini. Namun saat ini justru
kebalikannya lah yang sering terjadi.
Kekhawatiran terhadap pemanfaatan
dalam pengelolaan sumberdaya
mineral dan batubara di daerahdaerah, bukanlah terletak pada telah
diberikannya wewenang yang terlalu
besar kepada daerah oleh pusat dalam
pengelolaan sumberdaya mineral dan
batubara. Melainkan pada buruknya
proses pelaksanan asas-asas umum
penyelenggaraan pemerintahan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sehingga menimbulkan korupsi, kolusi
dan nepotisme. Tak ada kesalahan dalam
interpretasi wewenang pengelolaan
sumberdaya mineral dan batubara.
Diperlukan waktu dan pembinaan
sumberdaya manusia pada kalangan
penyelenggara negara dan perangkat
daerah lainnya di daerah, yang
seyogyanya dilakukan oleh pemerintah
pusat. Kerjasama dan sinergi yang baik
antara para Pemerintah dan pemerintah
daerah terjadi bila ada komunikasi
dan tukar informasi sehingga terjadi

kesepahaman antara keduanya dalam


pengelolaan pemanfaatan sumberdaya
mineral dan batubara. Salah satu
kerjasama yang dapat dilakukan
misalnya Pemerintah pro aktif melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap
pemerintah daerah untuk menciptakan
good governance, sekaligus melakukan
sosialisasi peraturan dan program
Pemerintah pada pemerintah-pemerintah
daerah, khususnya sumberdaya mineral
dan batubara.
Sepanjang perjalanannya setelah
diratifikasi oleh DPR, UU no 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, telah mengalami
peninjauan pada materi yang terdapat
didalamnya. Lembaga yang bertugas
dan berwewenang dalam pengujian ini,
Mahkamah Konsitusi, telah melaksanakan
judicial Review (Uji Materi) terhadap
permasalahan-permasalahan yang

muncul pada pelaksanaan peraturanperaturan dalam undang-undang


yang berlaku. Salah satunya terhadap
materi UU No 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Pengujian Materi terhadap UU No
4 tersebut, khususnya pada pasalpasal tertentu, telah diajukan oleh
berbagai kelompok masyarakat yang
menganggapnya telah bertentangan
dengan rasa keadilan mereka. Hasil akhir
pengujian materi UU Pertambangan
Minerba tersebut, terkadang berakhir
pada penolakan terhadap keberatan
yang mereka ajukan. Namun adakalanya
Mahkamah Konstitusi mengabulkan
keberatan mereka. Dalam Uji Materi
terhadap UU No 4 Tahun 2009, pihak
Pemerintah setidaknya diwakili oleh
Kementerian ESDM, Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Hukum dan
HAM, bahkan bisa lebih tergantung
pada pasal-pasal materi UU tersebut

yang hendak diuji. Selain mengalami


pengujian materi oleh Mahkamah
Konstitusi, maka Kementerian ESDM
pro aktif merubah beberapa pasal
peraturan-peraturan yang dipandang
harus dirubah karena dianggap dapat
menimbulkan ketidakjelasan dalam
interperetasinya, misalnya PP No 24
Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara. Perubahan-perubahan ini
dilakukan sesuai dengan dinamika
perkembangan regulasi yang harus
dilakukan akibat perkembangan pada
industri pertambangan.
Selamat Membaca.
Semoga kita dapat mengambil
hikmahnya.
Redaksi

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

43

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

upaya pewujudan amanat Konstitusi


tentang pemanfaatan sumberdaya alam
kita untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.

Benarkah UU Minerba
Melanggar Konstitusi?*
Oleh Kosim Gandataruna
Pengamat Sektor Pertambangan Umum
Pesan-pesan Konstitusi
Landasan segala kebijakan pembangunan
nasional, termasuk pembangunan
ekonomi nasional adalah kaidah-kaidah
dan amanat-amanat yang terkandung
di dalam UUD 1945. Untuk sektor-sektor
ekonomi yang berkenaan dengan
pemanfaatan sumberdaya alam, termasuk
sektor pertambangan, pesan-pesan itu
secara jelas dapat dibaca dalam Pasal 33
Ayat 3. Di dalam Ayat yang sudah dikenal
luas dan melekat di hati rakyat Indonesia
tersebut, tiga prinsip dan amanat
mendasar mengenai bumi dan air serta
segala kekayaan yang terkandung di
dalamnya adalah, bahwa :
Kepemilikannya berada di tangan
seluruh rakyat Indonesia (implisit);
Penguasaannya berada di tangan
Negara (eksplisit); dan
Pemanfaatannya diwajibkan, dengan
peruntukan sebesar-besar
kemakmuran rakyat (eksplisit).

44

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Ketiga pesan yang menjiwai Pasal


33 Ayat 3 UUD inilah yang mutlak
harus senantiasa tersurat dan tersirat
secara jelas dan nyata di dalam setiap
undang-undang tentang pemanfaatan
sumberdaya alam yang diterbitkan di
negara kita.
Dalam hubungan dengan
pengejawentahan serta pelaksanaan dari
ketiga kaidah-dan-amanat Konstitusi
itu, UU Minerba sungguh-sungguh
memerlukan pengkajian ulang yang
mendasar dan menyeluruh. Walau Pasal
33 Ayat 3 UUD 1945 dijadikan acuan
dalam pertimbangan hukumnya, namun
kedua kaidah Konstitusi kita tentang
kepemilikan dan penguasaan sumberdaya
alam telah diabaikannya. Dan pengabaian
terhadap kedua prinsip dasar tersebut,
dikaitkan atau tidak dengan berbagai
kelemahan lain dari UU Minerba, patut
diduga akan berakibat negatif terhadap

Kepemilikan Sumberdaya Alam


Kepemilikan dari segala kekayaan yang
terkandung di dalam bumi dan air
Nusantara memang tidak secara eksplisit
ditetapkan di dalam Pasal 33 Ayat 3 dari
UUD kita. Akan tetapi, dari ungkapan
untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat pada bagian akhir dari Ayat
yang maha penting itu, kita tentu dapat
menarik dan menyimpulkan sesuatu hal
mengenai dasar pertimbangannya. Bila
kita yakin bahwa tidaklah mungkin bagi
para Pendiri Republik ini, para Perancang
UUD 1945 khususnya, untuk menyiptakan
sesuatu ungkapan tanpa alasan, kiranya
sangat bisa dipertanggung-jawabkan
untuk berpandangan bahwa dasar dari
ungkapan itu adalah doktrin kepemilikan
sumberdaya alam Indonesia oleh
seluruh rakyat Indonesia. Jika hasil
pemanfaatannya diperuntukkan bagi
seluruh rakyat Indonesia, pastilah karena
sumberdayanya adalah milik seluruh
rakyat Indonesia. Milik semua, untuk
semua. Bagi rata ! Itulah yang pasti, yang
melatar-belakangi ungkapan tersebut
tadi. Mustahillah yang lain dari itu.
Namun apa yang terjadi di lapangan
sekarang? Dalam praktek pelaksanaan UU
Minerba yang berlaku, dengan mudah
diamati gejala yang menyimpang dari
pengertian itu. Dewasa ini sudah menjadi
persepsi umum bahwa sumberdaya
mineral adalah milik daerah, atau milik
rakyat di daerah di mana sumberdaya itu
berada. Di kalangan aparat Pemerintahan
di Daerah maupun di Pusat sendiri,
bahkan di kalangan elit politik dan
penyelenggara negara persepsi yang
keliru itu sudah merasuk juga. Bahkan,
harus diakui bahwa secara de-facto
sesungguhnya sumberdaya mineral
nasional kini berada hanya di satu tangan,
tangan para Bupati dan Walikota.
Sumber penyebab dari persepsi
masyarakat luas yang menyimpang
itu terletak pada kebijakan yang
ditetapkan di dalam UU Minerba untuk
mendelegasikan kewenangan pemberian

perijinan pertambangan kepada


Pemerintah Daerah Tingkat II. Meski UU
Minerba tentu tidak memaksudkannya
demikian, akan tetapi tidaklah aneh
kalau kebijakan tersebut, dengan
praktek pelaksanaannya yang dapat
disaksikan secara nyata di lapangan, telah
menimbulkan interpretasi yang keliru itu
di kalangan masyarakat luas.

Bahkan, pengertian kepemilikan


sumberdaya mineral oleh orang
perseorangan, yaitu pemilik tanah yang
kebetulan terletak di atas suatu endapan
mineral, sudah menjadi persepsi yang
mendapatkan pembenaran de-fakto
dari masyarakat umum; dan aparat
pemerintahan sendiri juga. Bukankah,
saat ini sudah menjadi praktek sehari-hari
bagi para pemilik tanah untuk melakukan
pungutan sejenis royalty terhadap
pemegang ijin usaha pertambangan yang
melakukan kegiatan usaha pertambangan
di lahan tanah miliknya? Sumber
penyebab dari pengertian yang telah
menyimpang lebih jauh lagi ini terletak
pada pada Pasal 135 dan 136 dari UU
Minerba, yang menetapkan bahwa
pemegang ijin usaha pertambangan
hanya dapat melaksanakan kegiatan
usaha pertambangannya setelah
mendapat persetujuan dari pemegang
hak atas tanah. Dengan perkataan
lain, oleh kedua pasal UU Minerba
tersebut hak kepemilikan atas tanah
telah diletakkan lebih tinggi di atas hak
seluruh rakyat Indonesia atas sumberdaya
alam yang terletak di dalam tanah;
dan telah diletakkan lebih tinggi dari
hak, bahkan kewajiban Negara untuk
memanfaatkan sumberdaya alam untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ini

sungguh-sungguh merupakan kebijakan


inkonstitusional yang sangat serius.
Undang-undang Pertambangan
sebelumnya, yaitu UU no.11/1967
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan, sesungguhnya telah
lebih tegas dalam mengukuhkan
pengertian kepemilikan sumberdaya
mineral oleh seluruh rakyat Indonesia itu.
Pertama-tama ia dapat dilihat dari cara
penggolongan bahan-galian. Berdasarkan
nilai intrinsiknya, sumberdaya mineral
dikelompokkan ke dalam tiga golongan,
yaitu : Golongan A atau Golongan
Strategis, Golongan B atau Golongan Vital,
dan Golongan C atau Golongan Nonstrategis-Non-vital (Di dalam UU Minerba
tidak ada penggolongan seperti itu).
Kebijakan penggolongan itu kemudian
secara konsekwen dikembangkan ke
dalam kebijakan-kebijakan pengelolaan
sumberdaya mineral, di antaranya
terhadap pembagian kewenangan
perijinan antara Pusat dan Daerah. Hanya
mineral-mineral dari Golongan C saja
yang dilimpahkan kepada Pemerintahan
Daerah Tingkat I, sementara bagi
mineral-mineral dari Golongan A dan B,
kewenangan perijinannya tetap dipegang
oleh Pemerintah Pusat.

untuk mencapai mufakat.Dengan


perkataan lain, oleh UU no.11/1967, hak
seluruh rakyat Indonesia atas sumberdaya
alam, serta kewajiban Negara untuk
memanfaatkannya, telah diletakkan lebih
tinggi di atas hak kepemilikan atas tanah
oleh masyarakat.
Sungguh tragis, bahwa prinsip Konstitusi
mengenai kepemilikan sumberdaya
mineral oleh seluruh rakyat Indonesia
yang secara konsekwen telah dikukuhkan
oleh UU no.11/1967, justru telah
diabaikan oleh UU no.04/2009 (UU
Minerba).
Penguasaan Oleh Negara
Perbedaan dalam kebijakan
pendelegasian kewenangan pemberian
ijin tersebut di atas, juga menimbulkan
dampak yang berbeda terhadap
peneguhan prinsip penguasaan
sumberdaya mineral oleh Negara, yang
sedemikian tegas ditetapkan di dalam
UUD 1945, sebagaimana dapat disimak
dari kalimat : Bumi dan air serta seluruh
kekayaan yang terkandung di dalamnya,
dikuasai oleh Negara... dst...dst...

Pendelegasian kewenangan yang terbatas


seperti itu tidak menimbulkan dampak
filosofis dan politis yang berarti terhadap
pegukuhan prinsip hak kepemilikan
sumberdaya mineral oleh seluruh rakyat
Indonesia, karena mineral-mineral yang
termasuk Golongan C tidaklah memiliki
arti strategis bagi bangsa dan negara;
atau tidak berkenaan dengan hajat hidup
orang banyak.

Sekali lagi kita harus yakin, bahwa para


perancang UUD 1945 pastilah dengan
sadar memilih kata-kata dikuasai
oleh Negara, bukan dikuasai oleh
Pemerintah, karena ada perbedaan
mendasar di antara kedua ungkapan
itu. Secara yuridis, Pemerintah dapat
diartikan Pemerintah Pusat ataupun
Pemerintah Daerah. Akan tetapi,
Negara tidak mungkin dikonotasikan
atau diasosiasikan lain kecuali dengan
Pemerintah Pusat. Hanya Pemerintah
Pusat yang dapat mewakili Negara dalam
masalah-masalah kenegaraan.

UU Pertambangan yang lama itu juga


telah berhasil mencegah timbulnya
pengertian kepemilikan sumberdaya
mineral oleh orang perorangan (seperti
pemilik tanah), karena pada Pasal 26nya dengan tegas ditetapkan ketiadaan
hak dari si pemilik tanah untuk menolak
kehadiran usaha pertambangan, asalkan
segala persyaratan untuk pengalihan
hak atas tanah yang bersangkutan telah
dipenuhi oleh si pemegang ijin usaha
pertambangan melalui jalan musyawarah

Maksud dan tujuan para perancang


UUD 1945 tentulah untuk menjaga agar
kekuasaan atas kekayaan alam milik
bangsa, yang sekaligus juga merupakan
salah satu sumber kemakmuran bagi
seluruh rakyat Indonesia, tidak jatuh ke
tangan suatu kekuatan yang bersifat lokal
atau partial dari Negara, apalagi kekuatan
Non-Pemerintahan. Pendelegasian
penguasaan sumberdaya mineral
kepada Pemerintah Daerah, khususnya
untuk kekayaan mineral yang bernilai

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

45

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

strategis dan vital, atau yang menyangkut


hajat hidup orang banyak, tidak dapat
diartikan lain kecuali sebagai tindakan
penyimpangan dari azas penguasaan
oleh Negara menurut UUD kita itu.
Sudut pandang lain berikut ini lebih
memperkukuh dalil tentang telah
terjadinya penyimpangan yang
inkonstitusional dari UU Minerba
tersebut : Sangat mudah untuk difahami,
bahwa seorang Kepala Daerah yang
pertanggung-jawaban administratif dan
politisnya hanya terbatas kepada seluruh
rakyat pemilih atau konstituen di wilayah
administrasinya sendiri ( jelas dan pasti
tidak kepada seluruh rakyat Indonesia),
tidak selayaknya dan tidak pada
tempatnya untuk diberi tanggung-jawab
pengelolaan suatu sumberdaya yang
merupakan milik seluruh warga negara
Indonesia.
Selanjutnya, ada perbedaan kebijakan
lain lagi di antara kedua undang-undang
itu yang juga menunjukkan adanya
penyimpangan oleh UU Minerba. UU
Minerba menetapkan bahwa jenis pelaku
usaha pertambangan apapun memiliki
hak untuk mengusahakan mineral
dari jenis apapun juga. Sebaliknya, UU
no.11/1967 menetapkan bahwa mineralmineral yang termasuk Golongan A dan
B hanya bisa diusahakan oleh Instansi
Pemerintah atau Perusahaan Negara saja.
Hanya mineral-mineral dari Golongan C
yang dapat diusahakan oleh perusahaan
swasta. Selanjutnya, pemodal asing
diakomodasikan melalui perlakuan khusus.
Mereka hanya dapat mengusahakan
mineral kita melalui sistem ijin Kontrak
Karya dengan Pemerintah RI, sistem ijin
mana juga dikukuhkan oleh UU no.01/1967
tentang PMA. Dalam hubungan ini, yang
perlu diketahui adalah, bahwa di dalam
setiap naskah Kontrak Karya secara tegas
tercantum ketetapan tentang hak yang
tidak terbatas dari Pemerintah RI, selaku
Principal untuk mengendalikan dan
mengawasi segala ihwal pengusahaan
yang dilaksanakan oleh pihak Kontraktor.
Dengan perkataan lain, dalam menghadapi
pemodal asing doktrin penguasaan oleh
Negara atas sumberdaya mineral juga telah
dipegang erat-erat.

46

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

umtuk mencapai hasil-hasil yang


maksimal. Untuk itu syaratnya adalah
penerapan secara benar dan konsekwen
kedua prinsip dasar kepemilikan dan
penguasaan sumberdaya alam, serta
ditetapkannya kebijakan-kebijakan dan
aturan-aturan yang kondusif untuk
mengembangkan sektor mineral yang
kukuh dan efisien. Pada kenyataannya,
kedua syarat itutidak dipenuhi oleh UU
Minerba. Akibatnya, amanat Konstitusi
tentang manfaat bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat ditenggarai tidak
akan dapat diwujudkan.

Sekali lagi terbukti bahwa UU no.11/1967


telah secara konsekwen memegang
teguh prinsip penguasaan oleh Negara
seperti yang ditetapkan di dalam UUD
kita. Sebaliknya oleh UU no.04/2009 (UU
Minerba), prinsip yang sakral itu telah
diabaikan dan dilanggar.
Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat
Penyimpangan dari kedua prinsip dasar
mengenai kepemilikan dan penguasaan
sumberdaya mineral, diantisipasi akan
berdampak sangat negatif terhadap
pelaksanaan amanat Konstitusi tentang
pemanfaatan sumberdaya alam untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dari sudut pandang idealime dan
kepentingan nasional yang paling
luas, penyelenggaraan pembangunan
industri pertambangan nasional haruslah
memenuhi segala aspirasi rakyat
Indonesia selaku pemilik yang syah
dari kekayaan mineral kita. Artinya ia
bukan sekedar menghasilkan manfaatmanfaat ekonomis, melainkan juga
manfaat-manfaat non-ekonomis,
seperti kepuasan sosial, peran nasional,
kebanggaan nasional, kelestarian
fungsi-fungsi lingkungan hidup, serta
transformasi sosial, lokal maupun
nasional. Manfaat itu akan mencapai titik
optimal tatkala ketergantungan bangsa
kita kepada sumberdaya alam sudah
sirna; tatkala perekonomian nasional
telah tertransformasikan dari yang

banyak bergantung kepada sumberdaya


alam (resource based economy)
menjadi yang banyak bergantung
kepada pengetahuan (knowledge based
economy). Transformasi demikian dapat
diciptakan melalui kebijakan pemanfaatan
penerimaan Negara, khususnya dari
sektor mineral, secara terencana dan
terintegrasi ke dalam program-program
pembangunan nasional, seperti untuk
pendidikan dan pembangunan karakter
bangsa.
Harus diakui, bahwa dari sisi pandang
manfaat non-ekonomis, UU Minerba
merupakan pembuka peluang yang luar
biasa besar bagi bangsa Indonesia, berkat
berbagai ketentuannya yang penuh
diwarnai dengan semangat nasionalisme
dan idealisme. Akan tetapi perlu disadari,
bahwa pencapaian manfaat ekonomis
adalah juga bagian yang integral yang
tidak dapat dikesampingkan dari capaian
manfaat nasional secara keseluruhan.
Manfaat ekonomis dimaksud justru dapat
memberi nilai lebih kepada capaian
berbagai sisi penting dari kemanfaatan
non-ekonomis.
Dari sudut pandang manfaat ekonomis
tadi, manfaat bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat hanya mungkin
dijelmakan melalui dua jalur, yaitu
jalur pengungkapan potensi kekayaan
mineral dan jalur penerimaan Negara,
di mana keduanya harus dirancang

Akibat penyimpangan dari pesan


KonstitusiI terhadap Manfaat Ekonomis
UU Minerba menetapkan, bahwa
keputusan untuk mengeluarkan ijin
usaha pertambangan berada di satu
tangan; yaitu di tangan seorang Bupati
atau Walikota. Mereka, secara sendiri
saja memiliki kewenangan mutlak
untuk mengeluarkan ijin atas segala
jenis mineral. Harap bandingkan
kewenangan mutlak individual ini
dengan prosedur penyiapan suatu
Kontrak Karya di masa berlakunya UU
no.11/1967! Di situ, seluruh stakeholders
dilibatkan, perundingan dengan calon
pemodal dilakukan oleh sebuah Tim
Akhli Interdep, dan draft Kontrak Karya
dikonsultasikan dengan DPR-RI untuk
disetujui. Inilah barangkali proses
pemberian ijin pertambangan yang
paling rumit tapi paling secure dan
sekaligus paling transparan--sehingga
tentu menjadi paling tidak koruptif--di
seluruh dunia. Sistem perijinan seperti ini
juga akan menjadi saringan yang sangat
efektif untuk mendapatkan investor
pertambangan yang benar-benar bonafid
dan serius.
Sebaliknya, praktek penerbitan IUP
menurut UU Minerba telah ternyata
berakibat kepada jatuhnya ijin usaha
pertambangan (IUP) di tangan orangorang dan perusahaan-perusahaan yang
sama sekali tidak memiliki bonafiditas
dan kompetensi dalam bidang usaha
pertambangan. Faktanya, dari hampir
5,000 Ijin Usaha Pertambangan (IUP)
yang telah dikeluarkan oleh para Bupati
dan Walikota hanya dalam tempo

tiga tahun sejak mulai berlakunya UU


Minerba, hanya kurang dari 500 ijin
saja yang dinyatakan clear & clean oleh
Kementrian ESDM hingga bulan Juli
yang lalu. Maka tidaklah mengherankan
apabila yang terjadi di lapangan adalah
kekacau-balauan : menjamurnya transaksi
jual-beli IUP; terbengkalainya lahan ijin
usaha pertambangan di satu sisi ekstrim,
dan praktek-praktek penambanganyang
tidak efisien dan merusak lingkungan di
sisi ekstrim yang lain.
Karena digerogoti oleh tangantangan pemburu rente yang hanya
mengejar keuntungan sesaat, industri
pertambangan kita akan menjadi
berstruktur rapuh dan tidak efisien
alias berbiaya tinggi, dan tidak memiliki
daya saing di arena global. Muara dari
semua kelemahan itulah yang paling
memprihatinkan, yaitu penerimaan
Negara yang minim.
Oleh konstrain finansil dari perusahaanperusahaan yang serius yang dengan
seribu satu macam hambatan akhirnya
berhasil mengembangkan usahanya
di Indonesia, kegiatan eksplorasi yang
dilakukannya juga tidak akan mungkin
berjalan intensif dan ekstensif, sehingga
kekayaan mineral kita tidak akan pernah
dapat diungkapkan sepenuhnya;
sehingga akan terjadilah pemubaziran
kekayaan alam kita.
Akibat penyimpangan UU Minerba yang
lain terhadap Manfaat Ekonomis
Di samping ketentuan-ketentuan yang
menyimpang dari Konstitusi, UU Minerba
juga memuat berbagai ketentuan yang
mengabaikan kaidah-kaidah usaha
pertambangan yang baik, misalnya :
1, Luas lahan IUP yang terbatas
mendorong terjadinya proses
pengkaplingan perijinan atas suatu
cebakan mineral, yang sesungguhnya
akan paling menguntungkan bagi Negara
bila dipercayakan ke satu tangan.
2, Masa produksi yang terlampau
pendek mendorong terjadinya peraktekpraktek high grading, dengan dampak
pemubaziran sebagian cadangan mineral.
Di samping itu, pasti akan banyak
terjadi kasus pengambil-alihan operasi

penambangan oleh pihak ketiga diakhir


masa IUP, yang akanmenciptakan kemelut
pertanggunganjawab reklamasi lahan
pasca tambang serta proses transformasi
sosial yang layu sebelum berkembang.
3, tarif pungutan pajak dan non-pajak,
yang anehnya lebih rendah dibandingkan
dengan yang berlaku di masa sebelum
UU Minerba (khususnya untuk batubara),
sudah pasti berdampak negatif terhadap
penerimaan Negara.
4, banyak lagi yang lain-lain, tapi
cukuplah untuk disimpulkan bahwa
kesemua kelemahan kebijakan itu,
muaranya adalah pada penerimaan
Negara yang minim.
Akibat penyimpangan dari pesan
KonstitusiI terhadap Manfaat NonEkonomis
Pada saat yang sama dengan dampak
negatifnya terhadap manfaat ekonomis,
berbagai ketentuan-ketentuan UU
Minerba yang inkonstitusional dan
yang mengabaikan kaidah-kaidah
pengusahaan pertambangan yang
proper,akan berpengaruh buruk pula
terhadap manfaat-manfaat nonekonomisnya, yang tidak kalah serius dan
memrihatinkannya.
Pertama, sesuai dengan kewenangan
yang dimilikinya menurut ketentuan
UU Minerba, para Kepala Daerah (dari
daerah-daerah pemilik sumberdaya
mineral) akan terdorong untuk berlomba
menggali kekayaan mineral di daerahnya
masing-masing, sebanyak-banyaknya
dalam waktu yang singkat-singkatnya,
atau dengan perkataan lain : menguras
habis-habisan cadangan mineral mereka.
Hak dan kewajiban untuk melakukan
percepatan pembangunan dan
peningkatan PAD di daerahnya masingmasing akan menjadi alasan pembenaran
kebijakan seperti itu yang tidak mungkin
dapat disanggah oleh siapa pun. Akibat
negatif dari kebijakan Daerah seperti itu
sudah pasti akan terasa di berbagai aspek
kebijakan dan kepentingan nasional
yang lebih luas, seperti pada kebijakan
nasional tentang konservasi sumberdaya
alam, dan penyediaan serta pengamanan
ketersediaan energi nasional. Untuk

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

47

PERHAPI NEWS

mineral-mineral tertentu di mana kita memiliki potensi yang


besar dibanding negara-negara lain, perlombaan pengurasan
kekayaan mineral antar daerah tersebut akan mengakibatkan
persaingan yang tidak sehat antara kita dengan kita sendiri di
pasar global. Kita akan menjadi korban kemerosotan harga
komoditi karena kesalahan kita sendiri, yaitu mengabaikan
kesatuan dan persatuan dalam menghadapi persaingan global.
Kedua, dengan sirnanya efisiensi dari praktek pengusahaan
sumberdaya mineral kita, akan banyak cadangan atau bagian
dari cadangan mineral yang akan dibuat marginal, dibuat tidak
lagi layak secara ekonomis untuk diusahakan; ploughing back of
income to the ground dalam bentuk eksplorasi tambahan dan
reinvestasi oleh para pelaku usaha pertambangan akan dibuat
minim; sedang program pemeliharaan lingkungan hidup dan
program CSR kemungkinan besar juga akan terkena kendala.
Akibat paripurna dari penyimpangan terhadap UUD dan
kelemahan UU Minerba
Muara dari seluruh akibat penyimpangan dan kelemahan UU
Minerba adalah tidak terwujudnya amanat Konstitusi yang
paling sakral, yaitu tentang pemanfaatan bumi dan air kita
beserta segala kekayaan yang terkandung di dalamya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kesimpulan
UU Minerba telah melanggar Konstitusi karena mengandung
beberapa ketentuan yang menyimpang dari prinsip dasar
kepemilikan dan penguasaan sumberdaya alam yang ditetapkan
di dalam UUD 1945. Di samping itu, ia juga memuat ketentuanketentuan yang mengabaikan kaidah-kaidah pengelolaan
sumberdaya mineral yang baik, tidak memperhatikan azas
kepastian hukum, dan tidak bersaing di dunia internasional.

KILAS Korporat

Oleh sebab penyimpangan-penyimpangan dan kelemahankelemahan tersebut, UU Minerba yang sesungguhnya sarat
dengan muatan idealisme dan nasionalisme itu, justru akan
menjauhkan kita dari pewujudan amanat Konstitusi yang
teramat sakral tentang pemanfaatan kekayaan alam kita bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Demi penyelenggaraan pembangunan sektor pertambangan
yang benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip yang
terkandung di dalam Konstitusi, serta demi terwujudnya
amanat Konstitusi tentang manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat dari kekayaan mineral kita, UU Minerba
perlu dikaji ulang secara mendasar dan menyeluruh.
Pembandingan dengan UU Pertambangan lamadi dalam artikel
ini tidak dimaksudkan sebagai saran untuk kembali ke masa
silam, melainkan untuk dapat belajar dari sejarah dalam mencari
perumusan kebijakan pembangunan sektor pertambangan yang
tepat dan paling menguntungkan bagi bangsa dan negara.
Hal-hal yang baik dari masa lalu kita ambil inti dan hikmahnya,
penyesuaian-penyesuaian dengan situasi dan kondisi masa
kini serta antisipasi ke masa depan kita rumuskan secara benar
untuk dapat merancang-bangun dan merekayasa kebijakankebijakan yang adil bagi semua, bermanfaat optimal dan
implementable.

Penurunan Harga Komoditas


Tekan Performa Antam

Anak Usaha Antam Tunda


Akuisisi IUP Tambang Batubara

erforma PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tahun ini


menurun diakibatkan oleh anjloknya harga komoditas
tambang. Itu bisa dilihat pada kinerja penjualan perseroan pada
semester I-2012 yang mengalami penurunan sekitar 7 %year
on year,menjadi Rp 4,5 triliun.

ada tahun ini anak usaha dari PT Aneka Tambang Tbk


(Antam) yaitu PT Indonesia Coal Resources, akhirnya
menunda rencananya untuk mengakuisisi tambang batubara
yang berada di Kalimantan.

Menurut Analis Trimegah Securities, Richardo P. Waluyo,


performa yang mengecewakan itu membuat capaian laba
bersih Antam merosot 54 % menjadi Rp 475 miliar. Angka itu
baru 44 % dari target proyeksi laba Antam, ujarnya.

Menurut Direktur Utama PT Indonesia Coal Resources, Bachtiar


Maggalatung, semula rencananya Antam akan mengakuisisi
minimal satu pertambangan batubara di Kalimantan. Tapi
rencana itu tak bisa dilakukan karena kondisi harga batubara
sekarang, tuturnya.

Richardo memperkirakan, permintaan komoditas di paro kedua


tahun ini, belum akan bangkit. Antam pun belum memiliki
katalis positif.

2013, Capex Antam Mencapai Rp 9 Triliun

ada tahun 2013 nanti, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) telah menyiapkan anggaran
belanja modalnya (capital expenditure/capex) sebesar Rp 9 triliun. Rencananya Capex
tersebut akan digunakan untuk mendanai modernisasi pabrik Feronikel dan beberapa
proyek perseroan.

Hanya satu komitmen yang harus kita junjung tinggi, yaitu


bahwa, kapan pun dan bagaimana pun, secara konsisten
dan konsekwen prinsip-prinsip Konstitusi wajib tetap kita
tegakkan,dan amanat-amanat Konstitusi wajib kita wujudkan.

*isi tidak mencerminkan suara Perhapi dan menjadi tanggung jawab


penulisnya.

Menurut Direktur Utama Antam, Alwin Syah Loebis, untuk besarancapexakan ditentukan
dalam rencana kerja dan anggaran (RKAP) 2013. hingga saat ini pihaknya masih menyusun
RKAP. Kami masih menghitung besarancapextahun depan, ujarnya.
Alwin mengungkapkan, realisasicapextahun ini masih sesuai rencana. Selain itu, semua kebutuhan pendanaan tahun ini telah terpenuhi.
Proyek kami kan sifatnyamultiyears.Untuk proyek CGA Tayan dananya dari JBIC dan proyek Pomalaa berasal dari obligasi.***

Bukit Asam Siap


Investasi US$ 580 Juta

T Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) telah


menyiapkan dana investasi sebesar US$ 580 juta untuk
pembangunan infrastruktur perseroan.
Menurut Direktur Utama Bukit, Asam Milawarma, pihaknya
telah menganggarkan sebesar US$ 150 juta untuk membangun
tiga proyek infrastuktur yaitu kereta api, pelabuhan, dan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dananya berasal dari
kas internal, ujarnya.
Milawarma mengungkapkan, perseroan akan meningkatkan
investasinya pada tahun 2013 menjadi sebesar US$ 180 juta.
Pada tahun 2014, investasi akan ditingkatkan lagi menjadi
US$ 200 juta. Sisanya pada 2015 dan 2016. Dengan demikian,
proyek kereta api, pelabuhan, dan PLTU ditargetkan beroperasi
pada 2014, 2016 dan 2017.

48

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

LINTAS PERISTIWA

2013, Batubara Bukit Kendi


Siap Berproduksi

iharapkan pada tahun 2013 nanti, anak usaha dari PT


Bukit Asam Tbk (Persero) yaitu PT Batubara Bukit Kendi
(BBK) bisa mulai berproduksi batubara. Karena Kementerian
Kehutanan telah mengeluarkan izin pakai kawasan hutan.
Menurut Direktur Utama PTBA, Milawarma, saat ini proses
yang sudah diselesaikan perseroan adalah izin prinsip untuk
usaha tersebut. Sebetulnya pada awal tahun ini kami sudah
memenuhi semua persyaratan untuk pengajuan izin pinjam
pakai kawasan hutan [IPPKH] seperti syarat administrasi dan
peta kerja, ujarnya.
Milawarna menjelaskan, BBK berpotensi akan menghasilkan
batubara sebanyak 1 juta ton per tahun.***

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

49

LINTAS PERISTIWA

KILAS Korporat

KILAS Korporat

Anak Usaha
Medco Energi
Produksi
600.000 Ton
Batu Bara

J Resources Raih Fasilitas


Pinjaman US$ 135 Juta
dari Perbankan
Newmont Lanjutkan Eksplorasi
Tambang Elang

T Newmont Nusa Tenggara Tbk, PT NNT Tbk, terus


melanjutkan tahap eksplorasi tambang emas dan tembaga
di Blok Elang, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tengara Barat.
Rencananya, tahapan eksplorasi tersebut akan dilakukan selama
kurang lebih 10 tahun sampai 12 tahun ke depan, sebelum
memasuki tahap eksplorasi.
Menurut Juru Bicara Newmont, Rubi Purnomo, proses
eksplorasi Blok Elang akan memakan waktu panjang seperti
halnya ketika NNT melakukan eksplorasi di Batu Hijau. Saat ini,
masih dalam tahap eksplorasi berupa pengeboran tanah untuk
mencari potensi mineral, tuturnya.

Kisruh di Bumi Plc

ua pemegang saham Bumi Plc, yaitu Samin Tan dan Bakrie


Group kabarnya tengah berseteru. Malahan kantor berita
Reuters melaporkan, kemungkinan keduanya bakal pecah
kongsi.
Menurut setengah lusin sumber anonim Reuters yang
mengetahui masalah ini, ketegangan antara Grup Bakrie dan
Tan yang sama-sama memiliki saham di Bumi Plc makin terasa
sejak Bumi Plc menyelidiki keanehan finansial di anak usahanya,
PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Samin Tan merupakan pembeli 23,8 persen saham Bumi Plc
senilai 1 miliar dollar AS. Sembilan bulan setelah pembelian itu,
investasi Tan tinggal 140 juta dollar AS. Sebab, saham Bumi Plc
anjlok 80 persen.

roses renegosiasi kontrak karya (KK) antara pemerintah


dan perusahaan tambang tampaknya sulit menemukan
titik temu. Lihat saja hasil renegosiasi dengan PT Newmont
Nusa Tenggara (NNT). Hampir dipastikan renegosiasi itu akan
menemukan jalan buntu karena NNT menolak membangun
pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter).

i dalam laporan keuangan tahun 2011 dana


pengembangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan biaya
eksplorasi PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) mencapai US$
637 juta. Hal itu yang membuat Bumi Plc selaku induk usaha
mempertanyakan dana tersebut.

PT ABM Investama Tbk (ABMM) akan menggenjot belanja


modal (capital expenditure/capex) yang nilainya sebesar US$
161,95 juta hingga bulan Juni 2012. Realisasi capex tersebut
meningkat 55% bila dibandingkan periode sama tahun lalu
yang sebesar US$ 112,52 juta.

Menurut Juru Bicara Newmont, Rubi Purnomo, membangun


smelter itu tidak menguntungkan perusahaan asal Amerika
Serikat itu. Sesuai kondisi saat ini dan hasil studi yang kami
lakukan, pembangunan smelter tidak feasible bagi NNT, ujarnya.

Untuk itu Bumi Plc telah membentuk tim independen guna


menginvestigasi dugaan penyimpangan dana di dua anak
usahanya itu. Selain itu perseroan juga akan menghubungi
regulator di Indonesia dan Inggris terkait dengan penyelidikan
itu.

Menurut Direktur Utama ABM Investama, Andi Djajanegara,


perseroan akan menggunakan sebagian besar dana capex
untuk investasi jangka panjang yang dapat memperkuat bisnis
perseoran dalam lima tahun ke depan. Kami mengantisipasi
peningkatan permintaan global untuk energi dalam beberapa
tahun ke depan. ABM telah dipersiapkan untuk memanfaatkan
peluang besar tersebut, ujarnya.

Rubi menjelaskan, NNT menolak membangun smelter


juga memiliki dasar hukum yang kuat. Karena kewajiban
membangun smelter itu tidak diatur dalam kontrak karya yang
disepakati NNT dan pemerintah.***

Laporan keuangan tersebut merincikan, untuk pengembangan


Bumi mencapai US$ 247 juta dan biaya eksplorasi berau
sebesar US$ 390 juta.
Kecurigaan Bumi Plc dipicu langkah Pricewaterhouse
Coopers LLP menurunkan dana pengembangan Bumi dan
biaya eksplorasi Berau menjadi nol dalam laporan keuangan
Bumi Plc 2011. Dengan alasan, auditor Bumi Plc itu tidak bisa
membuktikan underlying asset dari dana-dana tersebut.***

50

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Menurut Presiden Direktur & CEO Medco Energi, Lukman


Mahfoedz, produksi awal masih terbilang rendah lantaran
pihaknya masih mencari pembeli tetap. Sejauh ini, Duta
Tambang memang berupaya mencari pembeli dengan kontrak
penjualan jangka panjang, ujarnya.
Pada pengiriman awal Oktober ini, Lukman mengungkapkan,
Duta Tambang akan mengapalkan sekitar 38.000 ton melalui
Pelabuhan Sebakis menuju Pelabuhan Nunukan. Batubara
tersebut akan ditujukan pada China Coal Solution Pte Ltd.***

Perkuat Kinerja,
ABM Investama Serap Capex
US$ 161,95 Juta

ingga akhir tahun ini


anak Usaha PT Medco
Energi Internasional Tbk ,
PT Duta Tambang Rekayasa
mentargetkan produksi
batubaranya sekitar 600.000
ton, di lokasi operasi
perusahaan tersebut yang
berada di Kalimantan Timur.

Bumi Plc Persoalkan


Dana US$ 637 Juta

Newmont
Tolak Bangun Smelter

elalui anak usahanya PT J Resources Asia Pasifik Tbk


(PSAB) yaitu PT J Resources Nusantara (JRN) akhirnya
mendapatkan fasilitas pinjaman dari perbankan yaitu PT Bank
CIMB Niaga Tbk dan Indonesia Exim bank, yang nilainya
sebesar US$ 135 juta.
Menurut Direktur J Resources, William Surnata, pinjaman
tersebut diperoleh perseroan pada 2 Oktober 2012. Dan
rencananya pinjaman itu akan dipergunakan untuk membiayai
pembangunan fasilitas produksi emas di Indonesia. Pinjaman
ini akan digunakan untuk melunasi sisa fasilitas kredit yang
lama, tuturnya.***

LINTAS PERISTIWA

Andi menjelaskan, di Aceh, perseroan menggelontorkan dana


US$ 90,81 juta atau naik 200 % bila dibandingkan tahun lalu
yang sebesar US$ 45,23 juta. Rencananya dana tersebut akan
dipakai untuk membangun infrastruktur tambang.***

arum Energi Akuisisi 50,5% Saham


Perusahaan Tambang Batubara

Rencana akuisisi PT Harum Energy Tbk (HRUM) akhirnya


tercapai, perseroan telah mengakuisisi sekitar 50,5% saham PT
Karya Usaha Pertiwi (KUP) milik PT Karya Wijaya Aneka Mineral
(KWAM), yang mana nilai akuisisi tersebut senilai US$ 2 juta.
Menurut Corporate Secretary Harum Energy, Alexandra M.S,
akuisisi ini diharapkan dapat diselesaikan dalam beberapa
minggu mendatang, setelah terpenuhinya beberapa
persyaratan dan kondisi tertentu.
Alexandra menjelaskan, akuisisi ini telah dilakukan seiring
ditandatanganinya perjanjian jual-beli bersyarat dengan PT
KWAM pada tanggal 28 September 2012.
Sebagaimana diketahui, PT Karya Usaha Pertiwi (KUP) adalah
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan
saat ini memiliki izin usaha pertambangan (IUP) untuk usaha
pertambangan batu bara di Kalimantan Timur.***

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

51

LINTAS PERISTIWA

KILAS Korporat

KILAS Korporat

Kuartal III-2012, Target


Penjualan Batubara
Indo Tambang 19 Juta
Ton

Kinerja Ancora Resources


Tertekan Akibat Beban Melonjak

epanjang 6 bulan terakhir ini, kinerja PT Ancora Resources


Indonesia Tbk, tertekan akibat adanya kenaikan beban.

Perseroan mencatat ada empat beban yang mempengaruhi


kinerja Ancora, yaitu pada beban penjualan naik mencapai
80,09% atau senilia US$ 6,6 juta, beban umum dan administarsi
naik 30,08% atau sebesar US$ 5,41 juta, untuk beban bunga
perseroan mencatat adanya kenaikan yang cukup tinggi sekitar
172,9% atau sebesar US$ 4,59 juta, serta beban keuangan naik
78,92% atau sebesar US$ 4,19 juta.
Dengan adanya kenaikan di berbagai beban tersebut,
perseroan menderita rugi bersih sebesar US$ 3,22 juta. Jumlah
tersebut berbanding terbalik dengan capaian laba bersih senilai
US$ 404,824 juta di periode yang sama pada tahun lalu.***

UNTR Akuisisi
3 Tambang Batu Bara

T United Tractors Tbk (UNTR) melalui anak usahanya PT


Tuah Turangga Agung telah mengakuisisi tiga tambang
batu bara. Ketiga tambang batu bara yang sukses diakuisisi
oleh UNTR yaitu, 60% saham PT Duta Nurcahya dan PT Duta
Sejahtera, serta mengambil alih 100% saham PT Borneo Berkat
makmur yang nilainya mencapai US$ 51 juta.
Menurut Sektetaris Perusahaan UNTR, Sara K Loebis, ketiga
tambang batu bara yang baru diakuisisi tersebut akan mulai
diproduksi paling cepat tahun 2014 nanti. Saat ini, masih
berupa green field. Karena banyak akuisisi, kami butuh waktu
untuk persiapan, tuturnya.

52

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Akhir 2012,
Djakarta Lloyd Angkut
Batubara Milik PLN

ada akhir tahun ini, batubara milik PT Perusahaan Listrik


Negara (Persero) akan diangkut oleh Badan Usaha Milik
Negara di bidang jasa angkutan laut, yitu PT Djakarta Lloyd.
Menurut Direktur Utama Djakarta Lloyd, Syahril Japarin, proyek
pengangkutan batubara ini akan dilakukan pada akhir tahun
2012 ini. Kita berharap kontrak ini jangka panjang, ujarnya.
Syahril menjelaskan, rencananya untuk rute pertama, pihaknya
akan mengangkut batubara sebanyak 450.000 ton per
tahunnya. Kemudian untuk rute kedua, hanya 100.000 ton
batubara per tahun. Rute pertama dari Panjang, Sumatera
Selatan, menuju Meulaboh di Aceh Nanggroe Darussalam, dan
rute kedua dari Panjang menuju Padang, Sumatera Barat.***

Agustus 2012,
Penjualan Batu Bara UNTR
Naik 42%

ada periode bulan Agustus 2012 ini, penjualan batu bara


PT United Tractor Tbk (UNTR) naik mencapai 42,22 persen
atau sebesar 4,143 juta ton batubara.
Menurut Investor Relations, Ari Setiawan, kenaikan penjualan
batu bara ini didukung oleh anak usahanya yaitu PT
Pamapersada Nusantara. Sampai Agustus 2012, penjualan
batu bara 4,143 juta ton. Sedangkan periode yang sama tahun
lalu 2,913 juta ton, ujarnya.***

ingga akhir kuartal III-2012 nanti,


target penjualan batubara PT Indo
Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencapai 19
juta ton. Untuk rata-rata harga jualnya (verage
selling price/ASP) berkisar US$ 91-92 per ton.
Menurut Direktur Eksternal Indo Tambang, Leksono Poeranto,
pihaknya menargetkan produksi batubara mencapai 18 juta ton.
Kalau dibanding semester pertama penjualan kurang lebih 1 juta
ton di atas produksi, katanya.
Leksono menambahkan, peningkatan produksi akan dikontribusikan
dari empat tambang milik anak usahanya yaitu, PT Indominco
Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Greston,
dan PT Kitadin.

2012,
ITMG Tunda Akuisisi Tambang

ada tahun 2012 ini, rencana PT Indo Tambangraya Megah Tbk


untuk mengakuisisi konsesi tambang batubara akhirnya batal
dilakukan, dikarenakan kondisi global yang masih tidak menentu.
Leksono Poeranto menjelaskan, pihaknya masih akan mengkaji
rencana akuisisi tambang batubara ini. Sepertinya akuisisi tidak
di tahun ini. Kami akan melihat hingga kondisi pasar membaik,
tuturnya.
Sebelumnya ITMG menyatakan telah menyiapkan anggaran
belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 209 juta.
Rencananya dana capex itu akan dipakai untuk meningkatkan
produksi batubara. Selain itu perseroan juga akan mengalokasikan
dana untuk membangun infrastruktur pertambangan antara lain
hauling road dan crushing plant.
Saat itu, Direktur Keuangan ITMG, Edward Manurung
mengungkapkan, dana capex yang sebesar US$ 100-200 juta
itu juga akan digunakan untuk membiayai akuisisi tambang di
Kalimantan Timur. Kami kemungkinan mengakuisisi satu hingga
dua perusahaan tambang batubara, ujarnya.

Bagi Dividen Interim


Rp 1,88 Triliun

ada tahun buku 2012 ini, PT Indo Tambangraya Megah Tbk


(ITMG) akan membagikan dividen interimnya yang senilai US$
197 juta atau sekitar Rp 1,88 triliun.
Manajemen PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjelaskan,
total dividen interim tahun ini sekitar 79,8% dari laba bersih
semester I-2012. Dalam hal ini pemegang mayoritas atau 65%
saham Indo Tambang yaitu Banpu Minerals akan menerima dividen
sebesar US$ 128,05 juta atau sebesar Rp 1,22 triliun.***

LINTAS PERISTIWA

Proyek Batu Bara Nusantara


Energy Tetap Berlanjut
Akhirnya proyek batu bara milik Nusantara Energy Group
di mana pemiliknya adalah Prabowo Subianto yang semula
tumpang tindih dengan lahan yang diklaim milik Grup
Ridlatama bersama Churchill Mining Plc di Kabupaten Kutai
Timur, Kaltim, tetap terus berlanjut.
Menurut Bupati Kutai Timur, Isran Noor, ketika empat izin
eksplorasi batu bara yang diklaim milik Churchill (75%) dan
Grup Ridlatama (25%) telah dicabut, proyek itu kembali kepada
pemilik sebelumnya yaitu Nusantara Group. Karena ada
pemalsuan dokumen, jadi pemiliknya tetap yang lama yaitu
Nusantara Eenrgy yang lama yaitu Nusantara Energy punya
Prabowo. Tidak ada pemilik baru memang. Sejak 2005 dia
sudah dapat, saat ini masih dalam masa eksplorasi, tuturnya.***

Resource Alam
Siapkan Dana Rp 200 Miliar
untuk Buyback Saham
Saat ini PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) telah
menyiapkan dana Rp 200 miliar untuk membeli kembali
(buyback) saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rencananya perseroan akan membeli maksimal 10% saham
atau senilai 100 juta lembar saham.
Manajemen Resource Alam menjelaskan, perseroan akan
mengandalkan saldo laba untuk menjalan aksi tersebut. Akan
tetapi, sebelum eksekusi dilakukan, perseroan akan meminta
persetujuan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa
(RUPSLB) yag akan digelar pada 25 Oktober 2012. Jika
rencana tidak disetujui atau apabila ada sisa dan, maka dana
akan dikembalikan ke dalam akun saldo laba, kata manajemen
Resource Alam.***

Exploitasi Energi Raih Kontrak


Penjualan 40 Juta Ton
PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) meraih kontrak
penjualan batubara sebesar 40 juta ton dari PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Dalam kontrak berdurasi 20 tahun itu,
perseroan akan memasok batubara ke Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Paiyon dan PLTU Pacitan.
Menurut Direktur Utama & CEO Exploitasi Energi, Henry H
Sitanggang, permintaan batubara di pasar global kini menurun.
Dengan adanya kontrak ini pihaknya akan memiliki pasar tetap
selama dua dekade mendatang. Adanya kontrak dari PLN
membuat perseroan memiliki pasar tetap yang besar selama
dua dekade mendatang. Dengan demikian, kinerja perseroan
tidak akan terpengaruh penurunan permintaan di pasar ekspor,
katanya.***

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

53

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Serba Serbi TPT XXI dan


KONGRES VIII PERHAPI 2012
Serba-serbi menampilkan berbagai
kegiatan para peserta Kongres dan TPT
di tengah-tengah kesibukan acara yang
berlangsung, sejak Sabtu, 13 Oktober
hingga Workshop, 17 Oktober. Berikut
cerita singkat kegiatan-kegiatan tersebut.
Peluncuran Buku Indonesian Mining
in Images

Cover Depan

yang sedang membawa bijih tembaga porfir ini, seolah menyiratkan peran yang
dibawakan oleh industri ini dalam pembangunan bangsa. Dalam kata pengantarnya
yang diberikan oleh Ketua Umum Perhapi perioda 2009-2012, Prof. Dr. Ir. Irwandy
Arif, MSc, sebagai sebuah karya yang informatif, maka diperlukan usaha keras
untuk mengumpulkan foto-foto dari berbagai sumber, untuk dapat dijalin menjadi
sebuah mozaik yang apik, utuh dan unik. Buku yang diterbitkan September 2012 ini
merupakan kerjasama Perhapi dengan Petromindo dan CoalAsia.

Dedi Aditya Sumanegara, Menyampaikan Ungkapan


Terimakasih Berkaitan dengan Terpilihnya sebagai
penerima Penghargaan Perhapi Awards 2012

Foto Bersama Para Wakil Organisasi dan Lembaga Para penerima Buku Indonesian Mining in Images

Isi buku terdiri atas tujuh bagian, pertama pembacanya dibawa untuk mengenal
industri pertambangan melalui bagian Sekilas industri pertambangan. Bagian
berikutnya merupakan berbagai kegiatan pertambangan yang dilakukan dalam
industri pertambangan, seperti Eksplorasi, Produksi, dan Pengapalan. Tiga bagian
terakhir memperlihatkan manfaat produk pertambangan, penanganan lingkungan
penambangan dan CSR yang dilaksanakan oleh para pelaku industri ini. Serangkaian
foto-foto yang ditampilkan dalam buku ini, akan mengajak kita untuk berwisata
mengunjungi lokasi-lokasi penambangan dan kegiatan penambangan di Indonesia,
seperti kota Sawahlunto yang merupakan tempat tambang batubara bawah tanah
tertua di Indonesia, serta banyak hal menarik lainnya.
Secara simbolik penyerahan buku ini dilakukan kepada perwakilan Asosiasi seperti
IAGI, APBI, IMA, Aspindo; perwakilan sponsor, perwakilan penasehat perhapi, dosen
senior Perguruan Tinggi, Media Masa. Rencananya buku ini akan dikirimkan ke dunia
pendidikan, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dll

Penghargaan Cendera Mata


Pin Logo Perhapi
Sebagai ungkapan terimakasih dan
penghargaan kepada jajaran Badan
Pengurus Perhapi Pusat, Ketua Umum
Irwandy Arif yang mengakhiri perioda
2009-2012, sebagai masa kepengurusannya
yang kedua ini, memberikan kenangkenangan penghargaan cendera mata pin
logo Perhapi seberat 8 gram kepada setiap
jajaran Pengurus Perhapi Pusat. Secara
simbolik penyerahan logo ini dilakukan
oleh winardi kepada perwakilan Dewan
Penasehat Perhapi, Hermani S, Irawan
Poerwo, dan Machmud Hasyim. Penyerahan
secara simbolik selanjutnya dilakukan oleh
Hermani Suprapto kepada Ratih, Gatot
Adisoma dan Winardi. Begitu seterusnya
kepada perwakilan para pengurus Bidang
dan Komite Perhapi Pusat.

Foto Bersama Ketua Umum Perhapi 2009-2012 dengan Wakil Media Masa Penerima Buku Indonesian Mining
in Images

Cover Belakang

Pada tanggal 15 Oktober 2012,


bertepatan Perhapi Night, diluncurkan
buku berjudul Indonesian Mining in
Images, yang memiliki boks soft cover,
dan buku yang dijilid hard cover.
Terlihat luks, buku berukuran :
28,5x21,5x2,5 cm, tebal 210 halaman dan
berbahasa inggris ini, menggambarkan
kiprah industri pertambangan dalam foto.
Sampul buku yang berupa foto iringiringan armada truk pengangkut raksasa

54

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Penyerahan Simbolik Buku Indonesian Mining In Images kepada Para Wakil Asosiasi Profesi, Perusahaan
Tambang, Dewan Penasehat Perhapi, LSM

Perhapi Awards
Pengumuman pemenang Perhapi
Awards 2012, Yang dianugerahkan
kepada Dedi Aditya Sumanegara.
Penghargaan diberikan atas pengabdian
dan jasa-saja nya bagi Perhapi khususnya
dan dunia pertambangan Indonesia
umumnya hingga saat ini. Penyerahan
penghargaan tersebut dilakukan Haswi
P Soewoto, Ketua Komite Nominasi
Badan Pengurus Pusat Perhapi. Pada
kesempatan tersebut Dedi Aditya
S mengucapkan terimaksih atas
penghargaan yang diterimanya, serta
tak dapat menyembunyikan ungkapan
kebanggan dan kegembiraannya.

Usai turun panggung penerimaan


penghargaan, tampak rekan rekan
sejawatnya, seperti Irwandy Arif, Jeffrey
Moelyono, Irawan Poerwo, Hermani
Soeprapto silih berganti memberikan
ucapan selamat kepadanya.

Penyerahan Penghargaan Perhapi Awards oleh Ketua


Komite Nominasi Kepada Pemenang Perhapi Awards
2012, Dedi Aditya Sumanegara.

Winardi Memberikan Penghargaan Pin Logo Perhapi


Seberat 8 Gram secara Simbolik kepada Dewan
Penasehat Perhapi Perioda 2009-2012.

Winardi Berfoto Bersama pada Irwan Poerwo, Paling


Kiri, dan Machmud Hasyim Sebelah Kanan dan
Hermani Suprapto yang Mendapatkan Penghargaan
Logo Pin Perhapi

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

55

PERHAPI NEWS

Door Prize oleh BNI 46


Sebagai salah satu penyandang dana
dalam penyelenggaraan Kongres dan
TPT Perhapi, maka dalam program yang
diperkenalkannya, Kartu Kredit Co Branding
Garuda Indonesia dan BNI, yang dapat
dipergunakan sebagai Garuda Frequent
Flyer beserta bonus-bonusnya. Dodit
Probojakti, yang mewakili BNI memberikan
door prize kepada para peserta Kongres dan
TPT. Pemenang door prize utama berupa
telepon selular dimenangkan oleh dua
pemenang, Aleksander Dian Sukirno dan
Atep Abdurofiq.

PERHAPI NEWS

Cipeundeuy, Kecamatan Soreang,


Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang
ditulis oleh Taruna Fadilah, Setia
Pambudi dan Abdilah, yang
merupakan mahasiswa Program
Sarjana Teknik Pertambangan FTTM
ITB, yang mendapatkan hadiah uang
sebesar 1 juta rupiah.

Penyerahan Penghargaan kepada Pemenang Student


paper Contest.

Foto : dari kiri ke kanan, perwakilan BNI 46 yang


menyerahkan door prize (berbaju batik) dan Dua
pemenang Door Prize Utama persembahan BNI 46

Student Paper Contest


Penganugerahan terhadap pemenang
Student paper Contest diumumkan oleh
Budi Sulistianto, sebagai ketua Bidang
Pengembangan Profesi. Dari yang tersaring
9 paper contest yang masuk, maka
berdasarkan keputusan juri, diputuskan
bahwa yang berhasil memenangkan kontes,
yaitu :
1. Pengenalan Lingkungan Tambang
pada Masyarakat melalui Media
Permainan Ludo Tambang, yang ditulis
oleh Harisma Andikagumi, mahasiswa
pada Program Studi Pertambangan ITB,
yang mendapatkan hadiah uang
sebesar 2 juta rupiah.
2. Kajian Mengenai Kesiapan Industri
Pertambangan Mineral Indonesia
Menjelang diberlakukannya Larangan
Ekspor Bijih pada Tahun 2014, yang
ditulis oleh Elan Narisah dan Kgs
M. Rustandi Ramadha, dari Teknik
Pertambangan Universitas Srwijaya,
yang mendapatkan hadiah uang satu
setengah juta rupiah.
3. Hidrokimia Mata Air pada Daerah
Mineralisasi Hidrotermal di Desa

56

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Para Calon Ketua Umum Perhapi.


Menjelang berakhirnya kepengurusan
Perhapi Pusat perioda 2009-2012,
setelah acara pemberian penghargaan
kepada para pemenangnya, dan sebelum
acara terakhir yang merupakan acara
hiburan. Maka para calon ketua yang
telah mendaftarkan untuk perioda
kepengurusan Perhapi 2012-2015
diminta untuk menampilkan diri di atas
panggung untuk sedikit memperkenalkan
diri dengan membawa atribut visi dan
misinya. Berturut-turut tampil Budi
Santoso, Tino Ardianto, Budi Sulistianto,
dan Achmad Ardianto. Senin malam,
15 Oktober, baru menampilkan 4 calon
ketua umum. Namun kesempatan masih
iberikan kepada para calon lainnya yang
akan mendaftarkan diri pada keesokan
harinya, 16 Oktober, sesuai dengan Syarat
dan Ketentuan yang berlaku.

Budi Sulistianto

Perhapi Harus Tetap Optimis dalam Mengembangkan Potensi Industri Pertambangan Nasional Berdasarkan
Kompetensi Para Profesionalnya,Jelasnya

Achmad Ardianto

Foto Bersama Pemenang Student paper Contest dan


Ketua Bidang Pengembangan Profesi

SOP Penyelenggaraan TPT Tahunan


Perhapi di Daerah
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas
panitia penyelenggara TPT Perhapi
di daerah dalam melangsungkan
Temu Profesi Tahunan di daerah
yang melibatkan panitia dari Badan
Pengurus Perhapi Pusat dan panitia
dari Perhapi Perwakilan Daerah, maka
pada kesempatan ini Budi Sulistianto
menyerahkan SOP Penyelenggaraan
TPT Perhapi Tahunan di Daerah yang
telah selesai kepada Ketua Umum
Perhapi perioda 2009-2012. SOP ini
dalam penyelesaiannya dibantu oleh
Ilda harmyn, Retno Nartani, Kasijo dan
Sigit. Penyusunan draft ini sendiri telah
dimulai sejak kepengurusan perioda
2006-2009 dan selesai pada perioda
kepengurusan perioda 2009-2012. SOP
misalnya berisi tentang kepanitiaan

disampaikan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Perhapi Pusat melalui
Bidang dan Komitenya, serta dijelaskan pula capaian-capaian yang telalh didapat oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi, LSP Perhapi dalam programnya, meski secara struktural
bukan merupakan bagian Perhapi. Begitu pula apa-apa yang telah dilakukan oleh
Competent Person Perhapi, yang terkait erat dengan KCMI.

dan koordinasi antara Badan Pengurus


Perhapi Pusat dan Perwakilan daerah
dalam penyelenggaraan TPT tahunan di
daerah, prosedur pertanggungjawaban
keuangan, pembiyaan penyelenggaraan
TPT dll.

Budi Santoso

Tino Ardianto

Miners Night
Acara akhir Miners Night, berupa
hiburanlagu-lagu yang dimeriahkan
oleh para peserta TPT yang turut
bernyanyi. Pertama tampil adalah Tony
Wenas, disusul kemudian oleh Dedi
Aditya Sumanegara, Irwandy Arif dan
Hendra Sinadia. Namun diakhir sesi
ini, Tony Wenas didaulat kembali untuk
menyumbangkan suara merdunya.
Laporan Pertanggungjawaban Ketua
Umum Perhapi Perioda 2009-2012.
Acara Kongres VIII Perhapi 2012 diawali
oleh Laporan Pertanggungjawaban
kegiatan Organisasi Perhapi Pusat sejak
tahun 2009 hingga 2012. Sebelumnya
Dalam Kongres ditentukan terlebih
dahulu Ketua Sidang Kongres dan
Sekretaris Sidang Kongres. Terpilih
menjadi Ketua Sidang dan Sekretaris
Sidang Kongres adalah Ketut Wirabudhi
dan Ali Rahman. Dalam laporannya

Pemilihan Ketua Umum Perhapi Perioda 2012-2015


Dalam acara pemilihan ketua umum, maka para calon ketua umum dipersilahkan
tampilkan ke depan panggung untuk memaparkan visi dan misi yang akan
diembannya dalam memimpin Perhapi 2012 hingga 2015. Proses dengar pendapat
terhadap berbagai pertanyaaan yang diajukan oleh moderator, Juangga Mangasi.
Sehingga para peserta Kongres dapat memutuskan kepada siapa mereka akan
menjatuhkan pilihannya. Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa Nomor Urut 1
Budi Santoso, mendapatkan 22 suara, No urut 2, Budi Sulistianto, 100 suara, No Urut 3,
Achmad Ardianto, 142 suara, No Urut 4, Tino Ardianto, 75 suara. Sementara satu suara
abstain. Sehingga rapat secara bulat menyatakan bahwa Achmad Ardianto terpilih
sebagai Ketua Umum Perhapi perioda 2012-2015.

Dengar Pendapat Visi dan Misi Para Calon Ketua Umum Perioda 2012-2015
Proses Pemasukan Kertas Suara ke Kotak Suara

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

57

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Workshop Geocom Mining Software, Hidrologi dan


Geohidrologi, Mining Dumping Strategy For Life of mine
Planning_XPAC
Acara terakhir yang masih merupakan bagian Kongres dan TPT
Perhapi 2012 adalah tiga buah workshop yang dilangsungkan
paralel pada hari Rabu, 17 Oktober, setelah Acara TPT XXI dan
Kongres VIII usai.
Perangkat lunak Geocom Mining Software telah banyak
dipergunakan dalam industri pertambangan Nasional dan
global. Khususnya dalam perencanaan penambangan,
pemodelan geologi dan bijih serta penjadualan produksi
penambangan. Perangkat lunak ini sangat membantu para
profesional tambang dalam menjalankan kegiatannya seharihari, jelas Damian Baranowski.

Proses Pemasukan Kertas Suara ke Kotak Suara

Pidato Singkat Ketua Umum Terpilih Perioda 2012-2015 dan Pesan-pesan Singkat
Ketua Umum 2009-2012

Proses Perhitungan Suara Pemilihan Ketua Umum Perhapi Perioda 2012-2015

Sementara itu dampak hidrologi dan geohidrologi akan timbal


balik terhadap kegiatan penambangan yang hendak dilakukan.
Jika tidak dikelola dengan baik kegiatan penambangan tak
dapat dilakukan jika sistim drainase tidak baik. Di lain pihak jika
sistim hidrologi dan geohidrologi tambang tak diperhatika maka
dapat menimulkan pencemaran dan rusaknya sistim hidrologi
dan geohidrologo sekitar tambang. Misalnya proses dewatering
pada sistim drainase menjadi kebutuhan utama penambangan,
di lain pihak siklus hidrologi juga dapat mempengaruhi proses
kerja tambang. Bahkan jika memungkinkan diperlukan bantuan
simulasi proses hidrologi dan geohidrologi di daerah tambang
untuk meminimumkan dampak yang akan mengagnggu
kegiatan penambangan.

Prof. Dr. Ir Sudarto Notosiswojo Memberikan Kuliah Singkat pada Workshop


Hidrologi dan Geohidrologi

Dr. Ir Lilik Eko Widodo Memberikan Kuliah Singkat pada


Workshop Hidrologi dan Geohidrologi

Foto Bersama Para Peserta Kongres VIII Perhapi dan Ketua Umum Terpilih 2012,
Achmad Ardianto

Foto Bersama Para Peserta Workshop Hidrologi dan Geohidrologi.

Para Calon Ketua Umum dan Ketua Umum Terpilih.


Tetap Kompak Setelah Berakhirnya Pemilihan Ketua Umum 2012-2015

58

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Ketua Umum 2012-2015 bersama Panitia Pelaksana TPT XXI Perhapi 2012

Damian Baranowski, Geocom Mining Software

Foto Bersama Para Peserta Workshop Mining Dumping Strategy For Life of mine
Planning_XPAC

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

59

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

lagu Indonesia Raya, dan dilanjutkan Lagu Hymne PERHAPI yang diikuti oleh seluruh peserta menyemarakkan suasana Pembukaan
tersebut. (gambar 1 & 2). Dendi Dwitiandi, Ketua Panitia TPT XXI dan Kongres VIII PERHAPI 2012,kemudian menyampaikan
sambutan dan laporan Kegiatan Temu Profesi Tahunan ini (gb.3)

Sekilas Penyelenggaraan
KONGRES VIII dan
TPT XXI PERHAPI 2012

ongres VIIII dan TPT XXI Perhapi


2012 berlangsung pada tanggal 15
dan 16 Oktober. Namun berbagai
kegiatan berlangsung sebelum tanggal
tersebut, misalnya Sabtu, 13 Oktober,
diselenggarakan Mining Tour ke Tambang
Emas PT Cibaliung Sumber Daya, yang
diikuti peserta TPT. Selain itu, Minggu, 14
Oktober berlangsung Rakornas Perhapi di
Gedung Sekretariat Perhapi.
TPT XXI berusaha untuk saling berbagai
informasi dan berkomunikasi mengenai
penerapan Undang Undang No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (UU Minerba) yang disahkan
di awal 2009, dengan harapan agar
pengelolaan sumber daya mineral dan
batubara dapat memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat sesuai
dengan amanat Konstitusi UndangUndang Dasar 1945.Selain itu juga
sebagai media / wahana untuk berbagi
pengalaman lapangan, memperkuat
internal organisasi, melakukan exercise
kekuatan internal dan mendapatkan
manfaat pengalaman di berbagai industri
tambang.
Beragam permasalahan dihadapi oleh
sektor pertambangan terkait dengan
kebijakan pertambangan sebagai
bagian dari pelaksanaan UU Minerba.
Salah satunya, yang merupakan issue

60

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

terkini, adalah pelaksanaan kebijakan


peningkatan nilai tambah sektor
pertambangan melalui pengolahan
dan pemurnian dalam negeri. Selain
itu, munculnya berbagai permasalahan
yang dilatarbelakangi oleh kurangnya
pemahaman dari berbagai stakeholders
mengenai karakteristik dasar dari kegiatan
pertambangan yang penuh resiko tidak
hanya aspek teknik (geologi) namun
juga aspek ekonomi, politik, dan sosial.
Dengan ditetapkannya UU Pertambangan
Minerba, PERHAPI dan juga stakeholder
sektor pertambangan lainnya mempunyai
pengharapan yang besar agar UU dan
peraturan turunannya dapat memberikan
rasa aman untuk melaksanakan kegiatan
pertambangan di Indonesia.
Untuk tahun-tahun mendatang,
kebutuhan akan sumberdaya mineral
dan batubara sebagai bahan baku
industri dan sumber energi akan
terus bertambah seiring dengan
perkembangan pembangunan.
Bagi sektor pertambangan, hal itu
menjadi peluang yang baik untuk
dapat meningkatkan kontribusinya
pada kegiatan pembangunan. Namun
demikian, perlu dipahami bersama bahwa
peluang tersebut akan memberikan hasil
yang optimal manakala semua kebijakan
dan peraturan yang telah ditetapkan

pemerintah dapat dijalankan dengan


baik oleh industri pertambangan sejalan
dengan prinsip-prinsip pertambangan
yang baik dan benar (good mining
practice) disertai dengan pengawasan
oleh stakeholders pertambangan lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka
pelaksanaan TPT XXI PERHAPI 2012
yang bertepatan dengan Kongres ke VIII
PERHAPI mengambil tema Pengelolaan
Sumber Daya Mineral dan Batubara
: Refleksi dan Introspeksi Menuju
Pertambangan Indonesia Yang Lebih
Baik.

Gambar 1.
Paduan Suara Trisakti menyanyikan Hymne Perhapi

Dalam TPT XXI PERHAPI 2012, sesuai


dengan tema di atas, maka terdapat 30
makalah yang ditampilkan. Namun dalam
TPT yang menampilkan 39 makalah,
terbagi menjadi 4 sesi paralel, yang dapat
diselesaikan dengan baik pada senin
15 Oktober 2012. Berdasarkan bidang
kajian, maka makalah yang masuk terdiri
atas : Eksplorasi, 6 makalah; Geoteknik,
7 makalah; Perencanaan Tambang, 6
makalah; Operasi Tambang, 6 makalah;
Blasting, 3 makalah; Tambang Bawah
Tanah, 3 makalah; K3 dan Lingkungan
Tambang, 5 makalah; dan Student Paper
Contest 3 makalah.
Pembukaan TPT XXI dan Kongres VIII
Perhapi 2012 dibuka oleh Paduan Suara
dari Universitas Trisakti yang menyanyikan

Gambar 2.
Hadirin ketika menyanyikan Indonesia Raya

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

61

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Pembukaan Kongres dan TPT Perhapi dibuka oleh Dirjen Mineral dan Batubara, Dr. Ir Thamrin Sihite, mewakili Menteri Energi
dan Sumberdaya Mneral, yang dalam paparannya menyatakan bahwa meski secara keseluruhan investai pertambangan nasional
meningkat 39,5 % dari tahun 2004 hingga 2011, namun di sisi lain juga menyiratkan tantangan berat yang harus dihadapi dalam
masalah lingkungan, pemberdayaan masyarakat, nilai tambah, dan perizinan pertambangan.

Gambar 5
Pemberian Cendera Mata Kepada Thamrin Sihite
Gambar 3
Pembukaan Kongres VIII dan TPT XX1 oleh Dirjen Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM

Gambar 4.
Thamrin Sihite Memberikan Sambutan dalam Pembukaan TPT XXI dan Kongres VIII

62

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Gambar 6
Pemberian Cendera Mata kepada Gatot M. Suwondo, Direktur Utama PT BNI Tbk,

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

63

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Hingga saat ini, maka berdasarkan hasil Rekapitulasi IUP per 17 September 2012, Tabel 1, permasalahan perizinan ini harus
dapat dituntaskan secara cermat dan cepat untuk meningkatkan potensi industri pertambangan nasional, sebagai bagian struktur
perekonomian nasional.
Tabel 1
Rekapitulasi IUP Mineral dan Batubara

MINERAL

IUP

BATUBARA

JUMLAH

Eksplorasi

OP

Eksplorasi

OP

IUP CNC

1.165

1.751

1.129

788

4.833

IUP NON CNC

1.731

2.185

1.358

531

5.805

SUB TOTAL

2.896

3.936

2.487

1.319

TOTAL

6.832

3.806

Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk , Gatot M. Suwondo dalam paparannya menjelaskan besarnya
pengaruh perbankan tersebut dalam pembiayaan pertambangan. Jika dikaitkan dengan Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia, karena master plan ini akan menarik pihak perbankan untuk memasuki bisnis dalam industri
ini. Kontribusi pertambangan non migas terhadap ekonomi cenderung meningkat (Gambar 7). Namun dalam tiga tahun terakhir
pentumbuhannya cenderung melambat, jelasnya, (Tabel 1). Sementara itu proporsi kredit perbankan pada berbagai sektor dapat
dilihat pada Gambar 9, lanjutnya, yaitu :

Kredit perbankan pada sektor pertambangan non-migas tumbuh jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit perbankan
umum yang rata-rata berkisar 25% per tahun. Hal ini didukung oleh rasio NPL yang cenderung menurun.
Di lain pihak, kontribusi kredit di sektor pertambangan pada total kredit masih cukup rendah, sehingga peluang ekspansi kredit
cukup besar.

10.638

Kepastian status IUP sangat penting dalam meningkatkan peran perbankan dalam pertambangan nasional. Dalam Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, Bappenas

Gambar 8
Kontribusi Pertambangan terhadap perkonomian nasional dan pertumbuhannya yang melambat dalam tiga tahun terakhir

Gambar 7
Rencana Induk Koridor Ekonomi Mengembangkan Potensi Unik Masing-masing Koridor (Bappenas).

64

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Gambar 9
Proporsi Kredit Perbankan Q2-2012

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

65

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Beberapa Critical Risk Factor yang menjadi perhatian ketika akan


melakukan pembiayaan kepada Sektor Pertambangan adalah :

Ketersediaan dan ke-ekonomis-an deposit tambang.

Stripping Rasio yang memadai.

Ketersediaan / jaminan adanya pembeli dan supplier jasa
penambangan.

Ketersediaan infrastruktur / fasilitas tambang yang memadai
sehingga dapat dilakukan efisiensi biaya secara optimal
yang kemudian tercermin pada kinerja keuangan yang baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa :

Kontribusi pertambangan non-migas terhadap
perekonomian masih dapat meningkat di masa mendatang.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya potensi tambang mineral
dan batubara serta pentingnya peranan pertambangan
non-migas dalam program MP3EI yang disusun oleh
pemerintah.

Pertumbuhan kredit perbankan pada sektor pertambangan
non-migas yang tinggi, rasio NPL yang cenderung menurun
dan proporsi kredit ke sektor pertambangan yang masih
rendah menunjukkan peluang ekspansi kredit pada sektor
pertambangan non-migas yang masih besar.

Industri pertambangan non-migas merupakan salah satu
fokus pembiayaan bisnis BNI yang nilainya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Adapun pembiayaan
kepada pertambangan non-migas dilaksanakan dengan
memperhatikan critical risk factor industri.
Dalam kebijakan hilirisasi industri berbasis mineral, Budi
Irmawan, Kementerian Perindustrian, yang melatarbelakangi
memutuskan keluarnya kebijakan tersebut adalah

Masih rendahnya daya saing Industri berbasis mineral
Logam, yang diakibatkan oleh ketidaktersediaan bahan
baku dan energi untuk industri pengolahan di dalam negeri
karena sebagian besar diekspor dalam bentuk mineral
mentah.

Masih terdapat kesenjangan struktur Industri berbasis
mineral logam dimana industri hilir sudah tumbuh
sementara industri hulu sebagai pemasok bahan baku
belum ada.

Tidak balancenya supply demand antara produk hilir dan
produk hulu, yang disebabkan oleh adanya produk samping
(by-product) pada industri hulu yang memberikan nilai
tambah lebih besar dari produk hilirnya.

Peningkatan Nilai Tambah mineral di dalam negeri saat ini
belum dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap
Perekonomian Nasional
Sebagai contoh Tabel 2 menunjukkan ekspor dan impor
logam dasar dari tahun 2007 hingga 2011. Sedang besar
pertumbuhan kinerja industri nasional non migas, berdasarkan
lapangan usahanya dari tahun 2007 hingga 2011, dapat dilihat
pada Tabel 3. Yang menunjukkan bahwa industri logam dasar
dan besi baja berada pada urutan ketujuh.

66

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Ekspor Mineral
Sejak diberlakukannya UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba, ekspor mineral selama 4 tahun terakhir
(2008-2011) meningkat tajam:
- Bauksit : meningkat 500%, dari 8 juta ton menjadi 39 juta ton
- Nikel
: meningkat 750%, dari 4 juta ton menjadi 34 juta ton
- Bijih Besi: meningkat 750%, dari 1,5 juta ton menjadi 12,8 juta ton
- Tembaga: meningkat 800%, dari 1,5 juta ton menjadi 13,5 juta ton

Tabel 2
Ekspor Impor Logam Dasar (US$ Juta)
2007

2008

2009

2010

2011

Impor

6.125

11.747

7.091

10.392

13.122

Ekspor

8.974

9.215

6.806

9.907

12.410

* Sumber: BPS diolah Kemenperin

Tabel 3
Pertumbuhan Industri Non Migas
LAPANGAN
USAHA

2007

2008

2009

2010

2011

1) Makanan,
Minuman dan
Tembakau

5,05

2,34

11,22

2,78

9,19

Tekstil, Brg. Kulit


2)
dan alas kaki

-3,68

-3,64

0,60

1,77

7,52

Brg. kayu &


3) Hasil hutan
lainnya.

-1,74

3,45

-1,38

-3,47

0,35

Kertas dan
4) Barang
cetakan

5,79

-1,48

6,34

1,67

1,50

Pupuk, Kimia
5) & Barang dari
karet

5,69

4,46

1,64

4,70

3,95

Semen & Brg.


6) Galian bukan
logam

3,40

Logam Dasar
Besi & Baja

1,69

-2,05

-4,26

2,38

13,06

Alat Angk,
8) Mesin &
Peralatannya

9,73

9,79

-2,87

10,38

7,00

9) Barang lainnya

-2,82

-0,96

3,19

3,00

1,82

7)

Industri
Non Migas

Gambar 10
Ekspor Mineral Bauksit, Nikel, Bijih Besi dan Tembaga

Ketersediaan Cadangan Mineral


Ketersediaan sumber daya (resources) bahan baku mineral cukup besar. Namun demikian, ketersediaan cadangan (deposit) relatif
terbatas. Apabila eksploitasi dan ekspor mineral tidak dikendalikan, dikhawatirkan dalam waktu dekat cadangan mineral sudah
habis, sehingga tidak tersedia bahan baku untuk industri dalam negeri. Sebagai contoh, dengan jumlah ekspor pada tahun 2011,
maka bauksit akan habis dalam waktu 5 (lima) tahun, dan bijih besi akan habis dalam waktu 9 (sembilan) tahun.
Tabel 4
Ketersediaan Cadangan MIneral
Komoditi

5,15

-1,49

4,05

-0,51

2,56

2,18

5,12

7,19

6,83

No

Parameter
Satuan

Bauksit

Nikel

Bijih Besi

Tembaga

Cadangan

juta Ton

180

577

115

4200

Produksi/ekspor
mineral (2011)

juta Ton

40

33

12.8

80

Umur tambang/ ketersediaan


bahan baku mineral

Tahun

17

53

Peningkatan Nilai Tambah Mineral


Pada saat ini, mineral pada umumnya masih diekspor dalam bentuk mentah (bijih/raw material). Sedangkan berbagai mineral
tersebut (bauksit, nikel, bijih besi, dan tembaga) apabila dilakukan proses pengolahan akan memberikan nilai tambah yang sangat
signifikan. Sebagai contoh, peningkatan nilai tambah untuk beberapa mineral dapat dilihat pada gambar berikut.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

67

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Tax Holiday, untuk 5 sektor industri pionir; industri logam


dasar, kilang minyak, industri berbasis sumber daya
terbarukan, permesinan dan alat komunikasi, (PMK No. 130
tahun 2011).
Tax Allowance, untuk Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/
atau di Daerah-Daerah Tertentu, (PP No. 52 tahun 2011).
Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan
Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri
dalam rangka Penanaman Modal, (PMK No. 76 tahun 2012).
1. Tax Holiday (PMK Nomor 130 tahun 2011)
Pembebasan PPh Badan paling singkat 5 tahun dan paling
lama 10 tahun
Perpanjangan insentif berupa pengurangan PPh Badan
sebesar 50% selama 2 tahun
Pembebasan atau pengurangan PPh Badan dengan jangka
waktu lebih lama dengan pertimbangan mempertahankan
daya saing dan nilai strategis industri
Kriteria Tax Holiday:
- Industri pionir
- Nilai investasi minimal Rp. 1 triliun
- Menempatkan dana di perbankan
di Indonesia minimal 10% dari nilai investasi
- Berstatus sebagai badan hukum Indonesia setelah 15
Agustus 2010
2. Tax Allowance (PP Nomor 52 tahun 2011)
Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah
penanaman modal selama 6 tahun masing-masing sebesar
5% pertahun
Penyusutan dan amortisasi dipercepat
PPh atas deviden yang dibayarkan kepada subjek pajak LN
sebesar 10%
Kompensasi kerugian lebih dari 5 tahun tetapi tidak lebih
dari 10 tahun
Kriteria Tax Allowance:
o Untuk industri tertentu dan/atau daerah tertentu
o Nilai investasi minimal Rp. 50 miliar
o Tenaga kerja minimal 300 orang

Kebijakan yang Sudah Dilakukan


Berbagai kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah
melalui kementerian terkait, seperti :
Domestic market obligation (DMO), berdasarkan Permen
ESDM No. 34 Tahun 2009 untuk menjamin ketersediaan
bahan baku bagi industri dalam negeri.
Pengaturan ekspor mineral berdasarkan Permendag
No. 29 tahun 2012, dengan tujuan untuk mengendalikan
ekspor mineral.
Pengaturan kuota produksi / ekspor mineral, berdasarkan
Permen ESDM No. 7 jo 11 tahun 2012
Bea Keluar (BK) mineral dan batuan sebesar 20%

68

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

berdasarkan PMK No.75 tahun 2012, dengan tujuan:


- Membatasi terjadinya eksploitasi/ekspor mineral yang
berlebihan
- Merupakan kebijakan antara sebelum diberlakukannya
pelarangan ekspor mineral sebagaimana diamanatkan
UU No. 4 Tahun 2009
- Memberikan kepastian kepada calon investor tentang
adanya jaminan ketersediaan bahan baku
Insentif di Industri Berbasis Mineral
Insentif-insentif diberikan untuk pengembangan industri
berbasis mineral, seperti :

3. Pembebasan Bea Masuk (PMK Nomor 76 tahun 2012)


Untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri
Jangka waktu selama 2 s.d. 4 tahun
o (menggunakan mesin buatan Dalam Negeri >= 30%)
Jangka waktu dapat diperpanjang sesuai Surat Persetujuan
Penanaman Modal
Kriteria Pembebasan Bea Masuk Mesin dan Bahan :
o Belum diproduksi di dalam negeri
o Sudah diproduksi di dalam negeri
namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan
o Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya
belum mencukupi kebutuhan industri
Pemerintah perlu mengantisipasi kendala-kendala (debottle
necking) terkait upaya pembangunan industri pengolahan dan

pemurnian mineral di dalam negeri, antara lain :


Kekhawatiran investor Penanaman Modal Asing (PMA) yang
melakukan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam
negeri dikenai ketentuan divestasi seperti disebutkan dalam
UU No.4 tahun 2009 dan persentase saham yang didivestasi
seperti disebutkan dalam PP No. 24 tahun 2012
Pembatasan jangka waktu izin untuk pengolahan dan
pemurnian mineral seperti disebutkan dalam UU No.4 tahun
2009.
Ketentuan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) hanya
dapat bekerjasama dengan sesama Pemegang IUP seperti
disebutkan dalam UU No. 4 tahun 2009.
Ketentuan Royalti untuk produk hasil pengolahan dan
pemurnian mineral seperti disebutkan dalam PP No. 9
tahun 2012.
Kejelasan status hukum kegiatan pengolahan dan
pemurnian mineral yang menggunakan komoditas tambang
yang berasal dari impor seperti disebutkan dalam PP No.23
tahun 2010.
Thamrin Sihite, Kementerian ESDM, dalam paparannya,
menyampaikan latar belakang munculnya kebijakan
peningkatan nilai tambah, yaitu :
1. Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang
tidak terbaharukan (non renewable) yang dikuasai oleh
negara, maka pengelolaannya harus memberi nilai tambah
bagi perekonomian nasional guna mencapai kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat.
2. Untuk mencapai tujuan butir 1 diatas maka pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara berazaskan manfaat,
keadilan dan keseimbangan, serta keberpihakan kepada
kepentingan bangsa.
3. Sesuai ketentuan dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, wajib
dilakukan peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.
Sehingga untuk menjamin keberlanjutan pengolahan dan
pemurnian mineral di dalam negeri pada masa yang akan
datang, maka perlu dilakukan pengendalian penjualan
mineral ke luar negeridalam bentuk bijih. Karena beberapa
komoditas mineral (a.l. nikel, bauksit, bijih besi dan pasir
besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar negeri
dalam bentuk bijih (raw material/ore).
4. Permen ESDM No. 7/2012 jo Permen ESDM No. 11/2012
menjadi dasar hukum yang kuat bagi Pemerintah dan
investor guna mendorongperusahaan melakukan
peningkatan nilai tambah pertambangan mineral melalui
pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.
Berdasarkan faktor-faktor di atas maka diperlukan dukungan
semua pihak pemangku kepentingan untuk mewujudkan
peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan
dan pemurnian mineral di dalam negeri.

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

69

PERHAPI NEWS

Dasar hukum melakukan kebijakan penigkatan nilai tambah


adalah :
1. Pasal 33 UUD 1945:
a. Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara
b. Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
2. UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara:
a. Pasal 95 huruf c Pemegang IUP dan IUPK wajib
meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/
atau batubara
b. Pasal 102 Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan
nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara
dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara
c. Pasal 103 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi
Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian
hasil penambangan di dalam negeri
d. Pasal 103 ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
peningkatan nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 102 serta pengolahan dan pemurnian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
e. Pasal 170 Pemegang kontrak karya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib
melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun
sejak Undang-Undang ini diundangkan
3. PP No 23 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara:
a. Pasal 84 ayat (1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan
IUPK Operasi Produksi harus mengutamakan kebutuhan
mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam
negeri
b. Pasal 93 ayat (1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan
IUPK Operasi Produksi mineral wajib melakukan
pengolahan dan pemurnian untuk meningkatkan nilai
tambah mineral yang diproduksi, baik secara langsung
maupun melalui kerja sama dengan perusahaan,
pemegang IUP dan IUPK lainnya
c. Pasal 95 :
(2) Peningkatan nilai tambah mineral logam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui
kegiatan :
a. pengolahan logam; atau
b. pemurnian logarn.
(3) Peningkatan nilai tambah mineral bukan logarn
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan melalui kegiatan pengolahan mineral bukan
logam.
70

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

PERHAPI NEWS

(4) Peningkatan nilai tambah batuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui
kegiatan pengolahan batuan.
d. Pasal 96 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 diatur dengan
Peraturan Menteri
e. Pasal 112 angka 4 huruf c Kuasa pertambangan,
surat izin pertambangan daerah, dan surat izin
pertambangan rakyat, yang diberikan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini tetap
diberlakukan sampai jangka waktu berakhir serta wajib
melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam
negeri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun
sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
3.



Hingga saat ini pengajuan pengolahan dan pemurnian mineral telah dilakukan oleh 185 perusahaan, dengan berbagai statusnya,
lihat Tabel 5

TABEL 5
PENGAJUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL
NO

STATUS

JUMLAH PERUSAHAAN

Pengolahan & Pemurnian Telah Beroperasi

Pengajuan Rencana Pengolahan dan Pemurnian Sebelum Permen


ESDM No. 7/2012

24

Pengajuan Rencana Pengolahan dan Pemurnian Setelah Permen


ESDM No. 7/2012

154

Total

185

PP No 52 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Pemerintah No 1/2007 tentang Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di
Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Di DaerahDaerah Tertentu

4. Peraturan Menteri ESDM No 34 Tahun 2009, tentang


Pengutamaan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan
Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri
Filosofi peningkatan nilai tambah mineral dilakukan untuk
memperbesar nilai produk akhir dari usaha pertambangan
sehingga diharapkan terjadi kenaikan optimal nilai tambang,
tersedianya bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja; serta
peningkatan penerimaan negara.
Mineral-mineral yang akan diperbesar nilai tambahnya harus
memiliki Sumber daya/cadangan tersedia dalam jumlah cukup,
ketersediaan teknologi yang ada dan teruji secara komersial
(proven), memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri,
Berpeluang untuk diekspor, mampu berperan sebagai substitusi
barang/material impor, dan mengandung mineral ikutan yang
sangat berharga, seperti keberadaan logam jarang dan tanah
jarang sebagai mineral ikutan pada tambang tertentu
Tata waktu pengolahan dan pemurnian mineral direncanakan
dapat mengikuti langkah-langkah, seperti yang terdapat pada
Gambar 11 berikut ini.

Sementara itu pola pelaksanaan peningkatan nilai tambah berdasarkan Permen ESDM No. 7 tahun 2012, dapat dilakukan sendirisendiri ataupun dengan melakukan kerjasama dengan pihak lain. (Gambar 12 )
Gambar 12
Pola Pelaksanaan Peningkatan Nilai Tambah

Pentahapan dalam hilirisasi mineral logam dilakukan melalui :


1. Evaluasi Pelaksanaan Nilai Tambah sesuai dengan Permen ESDM No. 7/2012 :
a. Pembentukan Tim
Kepmen ESDM No.2301K/73/MEM/2012 ttg Tim Evaluasi Pengolahan dan Pemurnian Pemegang IUP OP
Kepdirjen Minerba No. 791.K/73.07/DJB/2012 ttg Tim Pelaksana Evaluasi Pengolahan dan Pemurnian Pemegang IUP OP
b. Evaluasi Pelaksanaan Nilai Tambah Mineral
2. Mekanisme penentuan kuota ekspor mineral
3. Penentuan Kluster pengolahan dan pemurnian mineral sesuai dengan potensi daerah dan ketersediaan sarana pendukung
4. Pemantauan pendirian fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral
5. Kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral pada tahun 2014

Gambar 11
Tata Waktu Pengolahan dan Pemurnian MIneral

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

71

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Mining Tour
Cibaliung Gold Mine
S

alah satu kegiatan dalam Kongres dan TPPT 2012 adalah Mining Tour ke lokasi tambang Emas , PT Cibaliung Sumber Daya, di
Cikoneng, Banten. Tur yang berlangsung pada hari Sabtu, 13 Oktober, diikuti oleh 25 peserta. Keberangkatan para peserta Tur
dimulai dari Gedung Aneka Tambang, namun mengingat jauhnya perjalanan menuju lokasi tur, maka diperlukan waktu menginap
semalam di Tanjung Lesung. Baru kesokan harinya menuju lokasi tambang yang dituju, Cibaliung.

Pertunjukan Bermain Api di Tanjung Lesung, Tampat Para Peserta Menginap

Para Peserta di Lokasi Pemberangkatan Gedung Aneka Tambang

Suasana Pertemuan dengan Manajemen PT Cibaliung Sumber daya

Para Peserta disambut di serambi hotel, Tanjung Lesung

72

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Para Peserta di Lokasi Tambang Bawah Tanah Cikoneng, PT Cibaliung Sumber Daya

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

73

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Rakornas Perhapi 2012


M

inggu, 14 Oktober berlangsung Rakornas Perhapi di Gedung Sekretariat Perhapi, Soepomo. Rakornas merupakan ajang
pertemuan untuk saling bertukar informasi dan koordinasi antara Perhapi Pusat dan Perwakilan daerah dalam menghadapi
berbagai isu pertambangan di daerah dan di pusat. Selain itu menjadi arena untuk meningkatkan konsolidasi koordinasi internal
Perhapi Pusat dan Perwakilan Daerah. Hadir pada pertemuan ini Perwakilan dari Papua dan Papua Barat, Perhapi Kalimantan Timur,
Perwakilan NTB dan dari daerah lainnya.

Para Peserta di Lokasi Tambang Bawah Tanah Cikoneng, PT Cibaliung Sumber Daya

74

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

75

PERHAPI NEWS

PERHAPI NEWS

Mengucapkan Selamat Kepada


PERHAPI Yang Telah Sukses Menyelenggarakan
KONGRES VIII Dan TPPT XX1 PERHAPI Serta
Pemilihan Ketua Umum
Periode 2012-2015

Mengucapkan Selamat Kepada PERHAPI Yang Telah Sukses Menyelenggarakan


KONGRES VIII Dan TPPT XX1 PERHAPI
Serta Pemilihan Ketua Umum Periode 2012-2015

Menghaturkan Ucapan Terima Kasih Kepada Bapak Irwandy Arif


Atas Pengabdian Dan Kepemimpinannya Sebagai
Ketua Umum PERHAPI 2006-2009 Dan 2009-2012
76

| Oktober 2012 Pertambangan Indonesia

Menghaturkan Selamat Kepada Bapak Achmad Ardianto


Atas Terpilihnya Sebagai
Ketua Umum PERHAPI Periode Kepengurusan 2012-2015

Menghaturkan Terima Kasih Kepada


Para Penyandang Dana Penyelenggaraan
KONGRES VIII Dan TPT XXI
PERHAPI 2012
Semoga Kesuksesan Selalu
Menyertai Kita Semua

Oktober 2012 Pertambangan Indonesia |

77

Anda mungkin juga menyukai