Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN SOFT TISSUE TUMOR


DI KAMAR OPERASI 1 (EKSTIRPASI) INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh
BETTY GEA CITRA PUSPA
(NIM. 1501410033)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
Soft Tissue Tumor
A.

DEFINISI
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan
jaringan lemak.
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.
B.
ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Evelyn C. Pearce (2008:15), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah sebagai berikut :
1. Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas
serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi
berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil
2. Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai yang berwarna
putih, berkilap, dan tidak elastis.
3. Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut elastis.
C.
ETIOLOGI
Etiologi Soft Tissue Tumor :
1.
Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor
jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong
transformasi neoplastik.
3. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan meningkatnya
insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan
kemungkinan tumor jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik
perhatian medis ke pra-luka yang ada.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana tumor berada,
umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya
sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam
tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak
dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah
menyebar ke tempat jauh.

Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi benjolan
yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver
maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan
pada kulit diatasnya.

F.

PATOFISIOLOGI

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferasi jaringan
mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana
saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas
atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut luka.
Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai
ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.

G.

DIAGNOSA

Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat
dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi
insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya
besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan
hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu
jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas
setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi.
Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat
berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.

H. PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor
yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak
tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)

Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika memungkinkan, dokter
akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk
mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan
yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumor operasi apapun
untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk
merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah
ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi untuk mencoba
bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk
mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker
telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan
mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi
penyakit.

I. KOMPLIKASI
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru ke liver,
dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.
J. PROGNOSIS
Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan setelah
dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanya penderita
harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun
kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang.
K. KESIMPULAN
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan
jaringan lemak.
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. Gejala dan tanda kanker jaringan
lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya
suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit,
yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf-saraf tepi.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi,
bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung
berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila
ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor.

Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN FISIK UMUM


Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas.
Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan berbagai
masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan
pada data dasar.
1.
Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia
a. mengukur tinggi dan berat badan
b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
b. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
c. kadar elektrolit darah
d. asupan makanan pre-operatif
Keadaan khusus :
a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.
2.
Status Pernafasan
a. `berhenti merokok 4 6 minggu sebelum pembedahan
b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.
3.
Status Kardiovaskuler
a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.
4.
Fungsi Hepatik dan Ginjal
a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.
5.
Fungsi Endokrin
a. riwayat penyakit diabetes
b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)
6.
Fungsi Imunologi
a. kaji adanya alergi
b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal

f.
g.
h.
i.

terapi radiasi
kemoterapi
penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
suhu tubuh.
7.
Sistem Integumen
a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia
b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi
pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.
8. Terapi Medikasi Sebelumnya
a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya
b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.
9.
Pertimbangan Gerontologi
a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operatif
1. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan
transfer dan transport (perpindahan dan
pengangkutan)
Intervensi :
(
) Bantu pasien untuk berpindah dari
Branchart / kursi roda dari ruangan ke Branchart
OK
( ) Dorong pasien ke ruang tindakan ( R.OK )
dengan hati-hati dan pastikan pengaman brancart
pasien sudah terpasang
( ) Pindahkan pasien dari Branchart ke meja
operasi minimal dengan 3 orang.

Intra operatif
1. Potensial nyeri bd. tindakan lumbal Anestesi ,
penurunan obat anestesi
Intervensi :
( ) Jelaskan kepada pasien tentang prosedur tindakan
( ) Pilih penbuluh darah yang sesuai dengan macam
operasi.
( ) Lakukan pemasangan infuse sesuai prosedur.
( ) Kolaborasi dengan medis pemasangan lumbal
anestesi
( ) Tambah obat analgetik

Post ope
Diagnos
1. Bersi
skret sk
Interven
( ) Pa
kerja oto
( ) Kaji
( ) Laku
( ) Beri

2.
Cemas berhubungan dengan kurang
pengetahuan dan stress pembedahan
Intervensi :
( ) Beri penjelasan tentang prosedur operasi
yang akan dilakukan
( ) Perkenalkan semua anggota tim operasi
kepada pasien
( ) Jelaskan bahwa operasi ini sudah sering
dilakukan dan ditangani secara professional

2. Potensial Kekurangan cairan bd. perdarahan


Intervensi :
( ) Monitor tanda vital.
( ) Observasi kelancaran infuse
( ) Transfusi darah sesuai kebutuhan.
( ) Monitor produksi urine ( 0.5 cc / kg BB / jam)

2. Resik
kesadar
Interven
( ) Jag
strain
( ) Obse
( ) Pa
pasien t

Evaluasi Hasil :
( ) Pasien tidak terjadi Injuri saat perpindahan
dan pengangkutan.
( ) Pasien mengatakan cemas berkurang dan
memahami prosedur yang akan dilakukan

3. Potensial Injury ( ketinggalan instrumen , kasa dan


injury kulit ) bd tindakan
operasi, pemasangan
pedal / arde yang tidak adekuat.
Intervensi :
( ) Atur posisi pasien sesuai dengan jenis operasinya.
( ) Pasang arde dan ikat bila perlu
( ) Hitung instrumen dan kasa sebelum dan sesudah
operasi

3. Gang
kulit dan
Interven
( ) Kaji
( ) Ajar
( ) Kola

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Soft Tissue Tumor, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
EGC, Jakarta, 2005,
Harri Prawira Ezzedin. 2009. Fraktur. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau.
available at (http://www.Belibis17.tk.
Tassya, A, 2010. Tumor Jaringan Lunak. (http://www.BlogSpot.com).

Anda mungkin juga menyukai