2.1 Konsep
Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda
ataupun gejala-gejala sosial yang dinyatakan dalam istilah atau kata. Fungsi
konsep yakni menyederhanakan pemikiran terhadap ide-ide, hal-hal, benda-benda,
maupun gejala sosial agar memungkinkan adanya keteraturan; sehingga
memudahkan terjadinya komunikasi ( Tohardi, 2008: 14-15 ).
Konsep yang mendasari penelitian ini yakni latah merupakan
gangguan berbicara psikogenik ( berhubungan dengan gangguan kejiwaan ) bukan
termasuk gangguan penyakit organik. Fenomena latah mulai diterima dan
merupakan sesuatu yang normal bagi masyarakat Indonesia. Latah dipercayai
berhubungan erat antara fungsi sistem saraf pusat, psikologi, sosial, dan terkait
dengan sistem budaya suatu masyarakat. Latah sebenarnya tidak ada kaitannya
dengan penyakit tertentu. Cikal bakal penyakit latah adalah ketidakmampuan
seseorang dalam mengatasi rasa kaget pada masa lalu, dan juga karena seseorang
mengikuti kebiasaan orang lain, sehingga latah ini perlu dikaji secara
psikolinguistik
karena
berkaitan
dengan
gangguan
berbicara
psikogenik(nonorganik). Latah bisa berupa kata lengkap atau hanya potongan kata
paling akhir, dalam hal ini contoh kata-kata dari penderita latah tersebut akan
dianalisis secara fonologi maupun sintaksis dalam kajian ilmu bahasa.
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori Psikolinguistik, teori Sintaksis, dan
teori Fonologi.
dan
penghilangan
fonem.
Kesilapan
fonologi
atau
kesilapan
dipicu oleh mental seperti stres, ingin lain daripada orang pada umumnya, kurang
bisa mengendalikan emosi dan sebagainya.
2.3.2 Latah
2.3.2.1 Pengertian
Latah sering disamakan dengan ekolalia, yaitu perbuatan membeo atau
menirukan apa yang dilakukan orang lain. Tetapi, sebenarnya latah merupakan
suatu sindrom yang bersifat jorok dan gangguan lokomotorik yang dapat
dipancing.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, latah
mempunyai arti:
1. Menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang
lain.
2. Berkelakuan seperti orang gila, misalnya; karena kehilangan orang yang
dicintai.
3. Meniru-niru sikap, perbuatan, atau kebiasaan orang atau bangsa lain.
4. Mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, jorok, berkenaan dengan
kelamin.
Latah adalah suatu tindak kebahasaan pada waktu seseorang terkejut
atau dikejutkan, tanpa sengaja mengeluarkan kata-kata secara spontan dan tidak
sadar dengan apa yang diucapkannya, (Soenjono Dardjowidjojo, 2003 : 154).
Maramis (dalam Chaer, 2002: 154) mengatakan bahwa awal
mula timbulnya latah menurut mereka yang terserang latah adalah
setelah bermimpi melihat banyak sekali penis laki-laki sebesar dan
sepanjang belut. Latah ini punya korelasi dengan kepribadian
histeris. Kelatahan ini merupakan excause atau alasan untuk dapat
berbicara dan bertingkah laku porno, yang pada hakikatnya
berimplikasi invitasi seksual.
4.
Tingkat risiko tertular penyakit latah antar orang yang satu dengan
yang lain tentu tidak sama. Faktor pemicunya pun tidak sama, antara lain:
1. Faktor Pemberontakan
Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang, tanpa
merasa salah. Gejala ini semacam gangguan tingkah laku. Lebih ke arah
obsesif
melakukan sesuatu.
2. Faktor Kecemasan
Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap
sesuatu tanpa ia sadari. Rata?rata, dalam kehidupan pengidap latah, selalu
terdapat tokoh otoriter, bisa ayah atau ibu atau di luar lingkungan keluarga.
Latah dianggap jalan pemberontakannya terhadap dominasi orangtua yang
sangat menekan.
3. Faktor pengondisian.
Inilah yang sering disebut latah karena ketularan. Seseorang mengidap latah
karena dikondisikan lingkungan, misalnya di saat latah, seseorang merasa
diperhatikan lingkungannya. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya
mencari perhatian.
memerankan lelakon komedi di sinetron atau film. Padahal latah kerap disebut
sebagai budaya keterbelakangan? Sebuah teori bahkan menyebutkan kalau budaya
latah biasanya diderita oleh kalangan berpendidikan rendah, dan ekonomi rendah.
Olga Syahputra, komedian sekaligus presenter Dasyhat ini mendapat
teguran dari KPI, karena Ia sering melatahkan kata-kata jorok saat siaran
langsung. Lantas bagaimanakah tanggapan Olga atas hal tersebut? Menurut
penuturan sang produser acara musik Dasyhat, Oke Yahya menuturkan bahwa
sebenarnya kejadian Olga latah jorok bukan pada saat saat Ia membawakan acara
Dasyhat tapi karena tengah menghadiri salah satu aksi sulap dari finalis
DMaster. Dan pada saat berada di dekat penonton itulah Olga latah jorok.
Untungnya, suara pelantun Hancur Hatiku itu tak terlalu terdengar, kamera juga
tidak tengah mengarah kepadanya. Namun, tetap saja masyarakat tahu kalau Olga
baru saja latah jorok. Mungkin latahnya itu di luar kontrol. Dia tidak bermaksud
begitu, malah saat itu Olga langsung minta maaf serta sikapnya mendadak agak
berubah, jadi pendiam.
Komedian Parto Patrio tentunya sudah tidak asing lagi. Pemilik nama
asli, Eddy Supono ini juga dikenal dengan penyakit yang suka berbicara latah.
Tidak heran jika setiap kali tampil, Parto menjadi bulan-bulanan bahan ledekan
terkait gaya latahnya itu. Pria berkacamata itu mengaku tidak ingat persis
bagaimana awal mula penyakit latah ini menderanya. Yang Ia ingat, kebiasaan
latah itu berawal dari rasa kaget ketika dia bersama grup Patrio jalan-jalan. Sejak
saat itu saya mulai kagetan, gara-gara dikageti Akri dan Eko, ada truk di belakang
saya, ujarnya. Otomatis apa yang terjadi pada pemain OKB dan Opera Van Java
ini menjadi ciri khas dalam penampilannya. Tidak jarang, teman-temannya iseng
mengagetkan pria 47 tahun ini. Meskipun sering menjadi obyek penderita, Parto
mengaku tidak bisa marah karena baginya itu juga menjadi salah satu ibadah
menyenangkan orang. Membuat orang senang itu kan ibadah, jadi senang aja
bila ada orang yang ngagetin, biarpun sering jantungan juga, tambah Parto. Bagi
orang lain, gaya bicara latah Parto itu barangkali sedikit menjengkelkan karena
sebagian orang menganggap semua itu dibuat-buat demi memancing tawa.
Dengan kata lain, gaya ngomong latah itu dituding bukan sifat natural melainkan
trik kesengajaan seorang pelawak untuk menyegarkan suasana. Namun, Parto
meyakinkan bahwa semua itu terjadi begitu saja tiap kali ada orang lain menepuk
pundaknya dari belakang secara tak terduga.
Satu lagi fenomena artis latah yang sangat sering kita lihat adalah
Mpok Atik. Artis multi talenta ini sudah sejak lama menderita latah. Bahkan, Ia
mengaku dalam komunikasinya sehari-hari, Ia selalu latah di dalam ucapannya.
Tetapi, Iactidak latah berbahasa tabu(koprolalia). Melainkan, Ia hanya mengulang
kata-kata orang yang menjadi lawan bicaranya.
hakikat
bahasa
dan
pemerolehannya.
Dengan
kata
lain,
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua buah bunyi yang tidak sama
menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Contohnya, kata tentang
dan tendang. Dari segi pengucapan sangatlah mirip satu sama lain atau hampir
sama pengucapannya.
2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda. Contohnya, prefiks ber ditambah
kata ajar, semestinya menjadi berajar. Namun karena ada dua bunyi r, maka r
yang pertama di disimilasi menjadi huruf l, sehingga kata tersebut menjadi
belajar.
3. Netralisasi
Netralisasi adalah perubahan bunyi fonetis sebagai akibat pengaruh
lingkungan. Untuk lebih jelasnya perhatikan kata barang dan parang. Pada
kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam bahasa Indonesia
terdapat fonem [b] dan [p] yang mampu membedakan arti. Namun pada
kondisi tertentu, fungsi pembeda pada fonem [b] dan [p] menjadi samar
bahkan hilang jika dilihat dari kata sebab dan atap yang pengucapan fonem
[b] dan [p] menjadi sama.
4. Zeroisasi
Zeroisasi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya
penghematan pengucapan. Peristiwa ini biasa terjadi pada penuturan bahasabahasa di dunia termasuk bahasa Indonesia, asal tidak mengganggu proses dan
tujuan komunikasi tersebut, secara tidak sengaja telah disepakati bersama oleh
komunitas pemakai bahasa itu. Dalam bahasa Indonesia, sering dijumpai
proses zeroisasi di antaranya kata tidak sering diucapkan menjadi tak atau gak.
Kata untuk menjadi tuk, kata bagaimana menjadi gimana dan sebagainya.
5. Diftongisasi
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua
bunyi vokal secara berurutan. Contoh, kata teladan menjadi tauladan.
6. monoftongisasi
monoftongisasi adalah perubahan dua bunyi vokal menjadi vokal tunggal.
Contoh, kata kalau berubah jadi kalo
7. anaptiksis
Anaptiksis adalah perubahan bunyi dengan jalan menambahkan huruf tertentu
untuk memperlancar ucapan tanpa membedakan arti sesungguhnya. Contoh,
kata kapak disebut menjadi kampak.
Jadi, berdasarkan wacana di atas dapat disimpulkan bahwa pengucapan
fonem ini bergantung pada lingkungan fonem itu sendiri.
2.3.4.2 Sintaksis
Sintaksis merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat.
Sintaksis adalah urutan dan organisasi kata-kata yang membentuk frase atau
kalimat dalam suatu bahasa menurut aturan atau rumus dalam bahasa itu.
(Chaer,2003:39)
Verhaar (2004:161) menyatakan, Sintaksis adalah tatabahasa yang
membahas hubungan antar kata dalam tuturan. tuturan adalah apa yang
diucapkan oleh seseorang. Salah satu satuan tuturan adalah kalimat. Jadi secara
sederhana sintaksis membahas hubungan antar kata di dalam kalimat.