D. King Swivel
Alat ini digunakan untuk menyambung selang dari mud pump ke pipa bor. King swivel tidak
dilakukan pada pengeboran dengan menggunakan power rig dan Jackro. King swivel
digunakan pada pengeboran dengan metode flushing.
E. Pipa Bor
Pipa bor berguna untuk mengalirkan air atau lumpur ke dalam lubang bor selama
pengeboran. Pipa bor memiliki panjang 1,5 m dengan persambungan pada kedua ujungnya.
F. Mata Bor
Mata bor berguna untuk mengikis tanah atau batuan pada lubang bor. Pada mata bor
terdapat lubang untuk mengalirkan air atau lumpur.
G. Tripus
Tripus adalah mata bor khusus yang terbuat dari intan kasar. Mata bor ini digunakan untuk
menghancurkan batuan keras, tetapi tidak bisa bekerja pada batuan halus atau tanah
lembut.
H. Kunci Inggris
Alat ini digunakan untuk menyambung dan melepaskan pipa bor. Selain itu juga difungsikan
untuk mengangkat dan melepaskan pipa bor.
I. Fire Hose
Fire Hose adalah selang air yang digunakan untuk mengalirkan air ke tempat pengeboran.
J. Polimer
Polimer digunakan untuk menghindari terjadinya keruntuhan pada dinding lubang bor.
Cairan ini digunakan dengan cara mencmpurkannya dengan air atau lumpur yang akan
dimasukkan ke dalam pipa bor. Cairan ini sangat dibutuhkan terutama pada tanah yang
berpasir.
K. Ginagol
Alat ini digunakan untuk menyaring air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa
bor.
L. Lastok
Alat ini berupa pipa yang digunakan untuk memasukkan bahan peledak ke dalam lubang
pengeboran. Lastok terbuat dari bahan alumunium untuk menghindari timbulnya api, yang
dapat menyulut bahan peledak, akibat gesekan.
M. Dummie Load
Dummie load berfungsi untuk memeriksa kebersihan dan kedalaman lubang bor. Dummie
load memiliki bentuk silinder panjang yang memiliki diameter hanya sedikit lebih kecil dari
pada diameter lubang bor.
N. Daya Gel
Daya Gel adalah salah satu jenis bahan peledak yang berbentuk gel. Daya Gel berbentuk
batang dengan panjang 0,25 m, diameter 3 inci, dan berat 0,5 kg. Daya Gel dikemas dalam
plastik dan diberikan lapisan lilin agar terlindungi dari air. Daya Gel merupakan bahan
peledak pasif karena membutuhkan stimulant dari detotator agar dapat meledak.
O. Detonator
Detonator adalah bahan peledak aktif yang berfungsi sebagai sumbu ledak. Detonator dapat
meledak apabila diberikan tegangan di atas 6 volt. Proses peledakannya adalah sebagai
berikut:
- Detonator dimasukkan ke dalam Daya Gel
- Kabel detonator diberikan arus listrik
- Detonator meladak akibat arus listrik tersebut
- Daya Gel meledak karena dipicu oleh ledakan detonator
P. Speedy Loader
Speedy loader berupa plastik berbentuk kerucut yang dipasang bersama Daya Gel dan
detonator. Speedy loader berbentuk kerucut di pasang di bagian depan Daya Gel yang
berfungsi untuk mempermudah bahan peledak untuk dimasukkan ke dalam lubang bor.
Q. O Ring
O Ring adalah cincin besar yang terbuat dari plastik untuk mengikat kabel detonator.
Fungsinya adalah untuk mempermudah dalam mengambil kabel detonator yang ditanam di
dalam lubang bor.
R. Anchor
Ancor adalah besi yang dipasang di bagian luar bahan peledak yang berfungsi untuk
menahan bahan peledak agar tidak terdorong kelaur lubang bor.
B. Team Rojok
Kru rojok bertugas untuk menanam geophone dengan baik. Kualitas rojokan sangat
berpengaruh pada kualitas perekaman, karena menanam geophone dengan tidak baik dapat
menyebabkan potensial noise menjadi lebih besar atau sebaliknya geophone tidak dapat
mendeteksi getaran dengan tidak baik. Kru rojok membawa tali chaining untuk mengukur
jarak antar geophone, super planter untuk membuat lubang di tanah tempat menanam
geophone, dan pipa rojok untuk menanam geophone. Peralatan yang dibawa oleh team
rojok adalah:
1. Super planter
2. Planting hole
3. Tali chaining
4. Radio HT
5. Program kerja
6. P3K
7. Blanko toolbox meeting
8. Helm + sarung tangan + sepatu
9. Kacamata
10. Masker hidung
C. Team Labo
Kru Labo bertugas untuk menyiapkan lokasi Labo, seperti antena Labo, membentang kaber
transfer dari Labo ke line, dan mendirikan tenda Labo. Kru labo juga sangat berperan dalam
perpindahan Labo. Peralatan yang dibawa oleh kru Labo adalah:
1. Tiang antena
2. Antena repeater
3. Radio repeater
4. Tali labrang
5. Conector
6. Kabel antenna
7. Seling katrol
8. Linggis untuk labrang
9. Paku ground + kabel ground
10. Baterai + jumper power
11. Harnes (tali pengaman)
12. Tool set (kunci-kunci, contact cleaner)
13. Radio HT
14. Program kerja
15. P3K
16. Blanko toolbox meeting
17. Helm + sarung tangan + sepatu
18. Kacamata hitam
19. Masker hidung
D. Observer Line
Observer bertugas untuk melakukan trouble shooting di lintasan. Pada partai Elnusa A5.43
observer bertanggung jawab untuk mengawasi proses penanaman geophone. Ada juga
observer yang bertugas untuk mengawasi cek leakage di lapangan. Observer line bekerja di
bawah partai Elnusa. Peralatan yang bibawa adalah:
1. Tang potong
2. Tang long nose
3. Obeng
4. Contact cleaner
5. Short KCK (resistor)
6. Radio HT
7. Program kerja
8. P3K
9. Blanko toolbox meeting
10. Helm + sarung tangan + sepatu
11. Kacamata
12. Masker hidung
G. Shooter Produksi
Kru shooter bertugas untuk meledakkan shoot point. Peralatan yang di bawa adalah blaster
master-slave untuk memberikan arus untuk meledakkan detonator. Dalam satu kru shooter
terdapat seorang shooter yang bekerja dibawah partai Elnusa. Shooter yang bekerja harus
mempunyai lisensi sebagai shooter. Blaster slave dilengkapi dengan radio frekuensi sebagai
alat komunikasi, penerima sinyal untuk meledakkan deto dari Labo, dan mengirim data
seperti uphole time dan confirm time break ke Labo. Kru shooter juga membawa firing line
yang terdiri dari dua line, yaitu untuk dihubungkan ke kabel deto dan satu lagi untuk
dihubungkan dengan up hole geophone. Kru shooter juga harus membawa pancing untuk
mempermudah mengambil O Ring yang ditanam di lubang SP. Peralatan yang bibawa
adalah:
1. Baterai kering
2. Blaster slave
3. Firing line
4. Geophone up hole
5. Capsim
6. Tool set
7. Planting hole
8. Pancing lubang
9. Antena pecut (antenna Ringo)
10. Radio HT
11. Program kerja
12. P3K
13. Blanko toolbox meeting
14. Helm + sarung tangan + sepatu
15. Kacamata
16. Masker hidung
H. Team Repeater
Kru repeater bertugas untuk memasang antena repeater. Kru repeater juga mendirikan
tower untuk memasang antena. Pada area yang tidak memungkinkan untuk mendirikan
tower, antena juga dapat dipasang di atas pohon. Penempatan repeater harus
diperhitungkan agar dapat menghubungkan kedua belah pihak yang berkomunikasi.
Ketinggian repeater juga harus lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi di sekitarnya.
Peralatan yang bibawa adalah:
1. Antenna repeater
2. Radio repeater
3. Tali labrang
4. Conector + spare jumper conector
5. Kabel antena
6. Paku ground + kabel ground
7. Baterai + jumper power
8. Harness (tali pengaman)
9. Tool set (kunci-kunci, contact cleaner)
10. Radio HT
11. Program kerja
12. P3K
13. Blanko toolbox meeting
14. Helm + sarung tangan + sepatu
15. Kacamata
16. Masker hidung
I. Kru Baterai
Kru baterai bertugas untuk memasang baterai pada LAUL atau LAUX di lintasan. Satu kru
bertugas untuk memasang satu baterai dan dipimpin oleh seorang mandor telepon. Satu
kru membawa spare dua string geophone dan satu roll kabel link. Selain memasang kabel,
kru mandor telepon juga bertugas untuk melakukan trouble shooting dan menjaga noise di
lintasan.
Pembentangan Kabel dan Penanaman Geophone
Posted by Adrian Oktavinta at 6:56 PM Labels: Rec. Instrument
Pembentangan kabel adalah pekerjaan tahap pertama pada recording. Pembentangan kabel
dilakukan oleh kru bentang. Satu kru bentang dapat membawa 8 roll kabel link dan 32
string geophone. Tugas kru bentang adalah menyambungkan kabel dan geophone dengan
baik sesuai dengan lintasan dan tracenya. Satu orang kru bentang biasanya membawa satu
roll kabel link atau dua string geophone.
Setelah pembantangan maka pekerjaan seklanjutnya adalah penanaman geophone yang
dilakuakann oleh kru rojok. Peralatan yang dibutuhkan antara lain adalah super planter
untuk membuat lubang tempat geophone akan ditanam, planting hole untuk menanamkan
geophone, dan tali chaining untuk mengukur jarak antar geophone agar sesuai dengan
parameter yang telah ditentukan.
A. Jenis Bentangan
1. Bentangan Normal
Pada satu string geophone atau satu trace terdapat 18 buah geophone. Pada bentangan
normal jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah:
JarakAntarTrace – JarakAntarTrace*JumlahGeophonePerTrace
Karena jarak antar trace adalah 30 m maka jarak antara geophone pertama dengan
geophone ke-18 adalah 28,33 m, maka jarak antar geophone adalah 28,33m/(18-1) atau
sama dengan 1.667 m.
Posisi bentangan geophone sejajar dengan lintasan sehingga semua geophone yang
terbentang berada tepat dilintasan.
2. Bentangan Simetri
Apabila geophone tidak dapat dibentang normal maka alternatif pertama yang dilakukan
adalah membentang geophone secara simetri. Pada prinsipnya membentang geophone
secara simetri sama dengan membentang geophone secara normal, hanya saja jarak antar
geophone yang diperkecil, tetapi jarak antar geophone yang satu dengan yang lainnnya
harus sama.
Membentang geophone secara simetri dapat disebabkan karena trace berada di dekat jalan,
sungai, kanal atau sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan geophone tidak dapat
dibentang secara normal.
Kekurangan bentangan simetri adalah menyebabkan geophone lebih sensitif terhadap noise
dan lebih mudah mendeteksi ground roll dibandingkan apabila geophone dibentang secara
normal.
3. Bentangan Group
Membentang geophone secara group adalah alternatif terakhir apabila goephone tidak dapat
dibentang secara normal maupun simetri. Penyebab geophone dibentang secara group
sama dengan halnya mengapa geophone dibentang secara simetri, yaitu diantaranya
karena geophone berada di dekat jalan, sungai atau kanal dan lintasan juga berpotongan
dengan jalan, sungai atau kanal tersebut.
Bentangan yang di group adalah yang paling sensitif terhadap noise dari luar dan ground
roll karena jarak antar geophone yang berdekatan. Tetapi bentangan group juga lebih
sensitif dalam menerima getaran seismik. Dalam monitor record dapat terlihat bahwa
bentangan yang digroup akan menghasilkan amplitudo getaran yang lebih besar dan relatif
lebih lama dalam mendeteksi getaran.
Parameter bentangan group adalah geophone ditanam secara melingkar dengan diameter
lingkaran sebesar 1 m. Harus diatur sedemikian rupa agar jarak antar geophone sama
besar.
B. River Crossing
River Crossing dilakukan apabila lintasan berpotongan dengan sungai yang cukup lebar
sehingga kita tidak dapat menghubungkannya dengan menggunakan kabel link. Bisanya
pada River Crossing terdapat trace yang mati karena trace tersebut berada di tengah-
tengah sungai dan tidak memungkinkan untuk di kompensasi maupun di offside.
Pada River Crossing kita menggunakan kabel transverse yang panjangnya dapat mencapai
200 – 300 m. kabel tranverse tersebut menghubungkan antara dua Laux yang masing-
masing berada di kedua sisi sungai yang saling berseberangan. Kabel transverse tersebut
terhubung pada port transverse Laux, apabila kabel transverse tersebut terhubung dengan
port Left Transverse pada salah satu Laux maka pada Laux yang satunya lagi harus
terhubung pada port Right Transverse.
Hal yang sangat penting dan berbahaya pada pengerjaan River Crossing adalah
pembentangan kabel transverse di sungai. Pembentangan kabel transverse adalah dengan
menggunakan perahu kecil. Pada perahu tersebut telah dipasang sebuah roda besar untuk
menggulung ataupun untuk mengulur kabel. Pada saat pengangkatan kabel seringkali
terjadi kabel tersangkut di dasar sungai. Apabila hal ini terjadi maka hal yang terpaksa
dilakukan adalah memotong kabel transverse tersebut.
Labo dihubungkan ke lintasan dengan menggunakan kabel transverse. Kabel transverse dari
Labo dihubungkan dengan LAUX yang berada di lintasan. Apabila kabel transverse
dihubungkan di port right transverse di Labo, maka pada LAUX kabel transverse tersebut
dihubungkan ke port left transverse dan demikian juga apabila dilakukan hal sebaliknya.
Kemudian LAUX akan terhubung dengan kabel link FDU melalui port High Line dan Low Line.
Port high line terhubung ke trace besar sedangkan low line terhubung ke trace kecil.
Di setiap 10 kabel link atau sama dengan setiap 40 trace atau FDU dari LAUX dipasangan
LAUL. Sebenarnya jumlah FDU maksimal adalah 60 FDU dengan panjang kabel antar FDU
30 m, 48 FDU dengan jarak kabel antar FDU 55 m, dan 40 FDU jika panjang kabel antar
FDU 75 m. Namun dengan bertambahnya usia dari kabel dan instrumen yang lain maka
kerakteristik tersebut akan berkurang. Maka untuk menghindari kegagalan pada saat
perekaman maka kita menggunakan parameter yang berada di bawah kemampuan
maksimal instrumen.
Apabila LAUX tidak tersedia, maka posisi LAUL dapat digantikan dengan LAUX tetapi
sebaliknya kita tidak dapat menggantikan fungsi LAUX dengan LAUL.
B. Pemasangan Instrumen 3D
Pada perekaman 3D terdapat lebih dari satu lintasan yang aktif pada satu titik tembakan.
Dalam satu lintasan dibutuhkan minimal satu buah LAUX. LAUX berfungsi untuk
menghubungkan lintasan yang satu dengan lintasan yang lain, dan juga burfungsi untuk
menghubungkan Labo ke kabel di lintasan. Koneksi antar lintasan melalui port Left
Transverse dan Right Transverse pada LAUX, kabel yang digunakan adalah kabel
transverse.
Lintasan-lintasan pada perekaman 3D adalah sejajar dan jarak antar lintasan adalah saman
antara lintasan yang satu dengan yang lainnya.
Yang perlu untuk diperhitungkan adalah jumlah channel aktif maksimal. Kabel transverse
mempunyai kemampuan maksimal untuk 2000 channel aktif. Sedangkan satu line
mempunyai kemampuan 1000 channel aktif.
Penyimpanan Data (Sercel SN408XL)
Posted by Adrian Oktavinta at 8:43 AM Labels: Rec. Instrument
Penyimpanan data dilakukan pada dua buah tape. Perekaman tape menggunakan Cartridge
Drive yang terhubung dengan Processing Module (PRM). Pada Cartridge Drive tersebut
terdapat dua buah device, dimana masing-masing device untuk merekam pada satu tape.
Sebelum perekaman dilakukan, harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah:
1. Cartridge Drive sudah dibersihkan dengan menggunakan cleaner sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam perekaman karena Cartridge Drive kotor.
2. Tape yang akan direkam sudah dimasukkan ke dalam Cartridge Drive dan dalam keadaan
Ready.
3. Pengaturan Recorder pada posisi Data.
4. Memeriksa apakah nomor tape dan Record Number sudah sesuai.
5. Setelah penembakan harus diperhatikan indikator Recorder apakah perekaman dapat
berlangsung dengan baik atau tidak.
Dengan menggunakan Record Setup kita dapat mengatur Record Number dan Test Record
Number, nomor tape, dan juga jumlah file maksimum dalam setiap tape. Test Record
Number digunakan untuk penomoran file Instrument Test. Apabila kita memasukkan angka
202 pada Record Number, maka file pertama akan memiliki nomor 202 dan file berikutnya
akan secara otomatis naik satu nilai menjadi 203 dan begitu seterusnya, begitu juga halnya
dengan Test Record Number. Setiap harinya Test Record Number akan dimulai dengan
angka 9001. Namun pada Record Number akan melanjutkan angka pada hari sebelumnya.
Panel Recorder digunakan untuk mengontrol perekaman. Untuk dapat merekam pada tape,
kita harus memilih pilihan “Record on Tape” pada panel Install. Dengan menekan “MANUAL”
maka akan mengaktifkan tombol kontrol (INIT, EOF, AGAIN, dan PLAYBACK) dan akan
mengisolasi tahap recorder pada 408XL. Maka akuisisi data akan tertahan sampai Recorder
dipindahkan ke posisi AUTO kembali.
Dengan memilih “AUTO” akan menghubungkan recorder stage ke stage sebelumnya pada
408XL. SCSI bus dapat dihubungkan sampai dengan empat buah recorder. Ketika sebuah
recorder terhubungkan dengan bus dan dihidupkan, sebuah lampu indikator akan muncul
pada panel “Device”. Lampu indikatornya ialah:
- Lampu indikator tidak muncul: hal ini mengindikasikan kalau recorder tidak terhubungkan
atau belum dinyalakan.
- Lampu indikator merah: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah
dinyalakan, tetapi cartridge belum dimasukkan.
- Lampu indikator jingga: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah
dinyalakan, dan cartridge sudahdimasukkan.
- Lampu indikator hijau: hal ini mengindikasikan recorder sudah terhubungkan dan sudah
dinyalakan, cartridge sudahdimasukkan, dan sedang digunakan untuk perekaman.
Ketika kita memilih ”MANUAL” maka pengoperasian secara manual seperti EOF, AGAIN, dan
PLAYBACK akan aktif.
1. EOF
Dengan memilih tombol ini maka akan menyebabkan End of File kedua yang akan ditulis
setelah file terakhir. Sebuah EOF akan secara otomatis tertulis pada akhir setiap record.
EOF yang kedua diinterpretasikan sebagai akhir dari tape. Hal ini akan menyebabkan file
count berubah kembali menjadi 0.
End of Tape juga akan secara otomatis muncul apabila jumlah file yang terekam pada tape
sudah mencapai batas maksimum yang telah ditentukan.
2. AGAIN
Dengan memilih tombol ini akan menyebabkan record yang sama akan ditulis kembali ke
tape yang baru, contohnya ketika terjadi kegagalan untuk menulis record secara
keseluruhan.
Ketika tombol “DATA” aktif, dengan menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record
akan ditulis kembali ke dalam tape. Tetapi dengan tombol “TBP” yang aktif, maka dengan
menekan tombol AGAIN akan menyebabkan record di-playback pada monitor record.
Dengan tombol “File” yang aktif, dengan menekan tombol “AGAIN” akan membuka MEDIA
VIEW yang menampilkan disk space yang tersedia, dan menampilkan nama dan ukuran file
yang sudah disimpan.
3. PLAYBACK
Dengan menekan tombol PLAYBACK akan menampilkan sebuah kotak dialog yang
memungkinkan kita untuk memilih jenis Playback yang kita inginkan.
1. Last Record
Digunakan untuk melakukan playback pada record yang sebelumnya. Tape akan mencari
header dengan Record Number yang sesuai dengan Record Number dari file terakhir yang
direkam. Last Record juga berfungsi untuk memposisikan record terakhir pada akhir dari
tape.
2. Next Record
Next Record digunakan untuk melakukan playback pada record berikutnya.
3. Forward
Forward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada setelah posisi
di tape pada saat itu.
4. Backward
Sedangkan Backward digunakan untuk melakukan playback terhadap record yang berada di
posisi sebelumnya.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah pengemasan tape hasil perekaman yang
ingin dibawa ke Basecamp. Setiap tape harus diberikan identitas seperti nomor tape,
tanggal perekaman, dan Record Number pada tape. Tape sangat rentan terhadap medan
magnet. Apabila tape terkena medan magnet yang cukup besar maka data yang berada
pada tape dapat rusak, sehingga tape harus dilindungi dari medan magnet. Tape hasil
perekaman harus dibungkus dengan alumunium foil agar tidak dapat ditembus oleh medan
magnet. Kendaraan yang membawa tape tidak diperbolehkan menyalakan radio karena
akan speaker yang menyala akan menghasilkan medan magnet. Tape juga harus
dihindarkan dari medan magnet lainnya seperti radio HT.