Anda di halaman 1dari 20

P R E S E N T E D BY

ANI YULIANTI
ASROFI ACHMAD
PUTRI NIRMALASARI

KELOMPOK 13

G E G A R B U D AYA
( C U LT U R E S H O C K )
P E N G E R T I A N G E G A R B U D AYA
P E N Y E B A B G E G A R B U D AYA
G E J A L A G E G A R B U D AYA
TA H A PA N D A L A M G E G A R B U D AYA
S O LU S I P E M E C A H A N M A S A L A H G E G A R
B U D AYA
MASALAH PEN YESUAIAN D IRI DALAM
L I N G K U N G A N B U D AYA

PENGERTIAN

Culture shock atau dalam bahasa Indonesia disebut


gegar budaya, adalah istilah psikologis untuk
menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang
menghadapi kondisi lingkungan sosial budaya yang
berbeda. Istilah culture shock pertama kali dikenalkan
oleh Kalvero Oberg pada tahun 1955. Pada awalnya
definisi culture shock menekankan pada komunikasi.
Oberg
mendefinisikan
culture
shock
sebagai
kecemasan yang timbul akibat hilangnya sign dan
simbol hubungan sosial yang familiar.

Gegar budaya (culture shock) adalah suatu penyakit yang


berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan yang diderita
orang-orang yang secara tiba-tiban berpindah atau
dipindahkan ke luar negeri.

Bila seseorang memasuki suatu budaya asing, semua


atau hampir semua petunjuk itu lenyap. Ia bagaikan ikan
yang keluar dari air. Meskipun anda berpikiran luas dan
beritikad baik, anda akan kehilangan pegangan. Lalu
anda akan mengalami frustasi dan kecemasan. Biasanya
orang-orang menghadapi frustasi dengan cara yang
hampir sama. Pertama-tama mereka menolak lingkungan
yang

menyebabkan

ketidak

nyamanan.

(Mulyana

&

KURVA U CULTURE SHOCK


Fase
optimis

Masalah
cultural

Fase
ian
penyesua

Fase
ry
e
v
o
c
re

FAKTOR PENYEBAB
Fenomenaculture shockbersifat kontekstual dan dialami
dengan

berbeda-beda

berikutnya.

Faktor

dari

yang

generasi
mendorong

ke

generasi
bagaimana

munculnya culture shock juga akan sangat spesifik


tergantung pada di daerah mana individu tersebut
berasal, di daerah mana individu berada, serta pada
tahun atau masa seperti apa, akan sangat bervariasi.

Ketakutan merupakan faktor terbesar yang mendorong


timbulnya kecemasan ketika individu mengetahui akan
menempati tempat yang berbeda dalam jangka waktu yang
tidak singkat. Ketakutan ini akan menimbulkan sebuah
kecemasan dan akan menjalar kepada rasa percaya diri yang
kurang. Dengan rasa percaya diri yang kurang tersebut
individu akan cenderung memperoleh hasil yang kurang
maksimal dalam berinteraksi atau berusaha menyesuaikan
diri dengan lingkungan barunya. Inilah yang kemudian harus
segera diatasi agar tidak menjadi berkelanjutan.

Parrillo (2008) menyatakan ada beberapa faktor


yang mempengaruhi culture shock yaitu:

Pergaulan

teknologi

Bahasa
Sehari-hari

Adat istiadat
istiadat
Adat

Ekonomi

Agama
Agama

geografis
geografis

GEJALA
Jika seseorang memasuki alam kebudayaan baru, maka
timbul semacam kegelisahan dalam dirinya. Sebetulnya
kecenderungan untuk mengalami hal seperti itu adalah
alamiah. Akan tetapi kadang-kadang kegelisahan tersebut
berubah menjadi rasa takut, frustasi dan tidak percaya
diri. Maka hal ini disebut sebagai mengalami culture
shock atau gegar budaya. Yaitu masa khusus transisi
serta perasaan perasaan unik yang timbul dalam diri
orang setelah ia memasuki kebudayaan baru

GEJALA
Orang yang mengalami fenomena culture shock menurut
Dodd dalam Ilya (KAB, hal 110) ini akan merasakan
gejala-gejala
pusing,

sakit

fisik

seperti

kepala,

sakit

gejala-gejala
perut,

fisik

tidak

bisa

seperti
tidur,

ketakutan yang berlebihanterhadap hal-hal yang kurang


bersih, kurang sehat, tidak berdaya, dan menarik diri,
takut

ditipu,

dirampok,

disorientasi dan lain-lain

dilukai,

melamun,

kesepian,

REAKSI PADA CULTURE SHOCK


Reaksi terhadap culture shock bervariasi antara 1 individu
dengan individu lainnya, dan dapat muncul pada waktu
yang berbeda. Rekasi-reaksi yang mungkin terjadi, antara
lain:
antagonis/ memusuhi terhadap lingkungan baru.
rasa kehilangan arah
rasa penolakan
gangguan lambung dan sakit kepala
homesick/ rindu pada rumah/ lingkungan lama
rindu pada teman dan keluarga
merasa kehilangan status dan pengaruh
menarik diri
menganggap orang-orang dalam budaya tuan rumah
tidak peka

TAHAPAN CULTURE SHOCK I


Dodd menjelaskan ada beberapa tahapan dalam culture
shock ini antara lain:
1. harapan besar (eager expectations)
yakni orang tersebut merencanakan untuk memasuki
kebudayaan kedua atau kebudayaan baru. Rencana
tersebut dibuatnya dengan bersemangat walaupun ada
perasaan was-was dalam menyongsong kemungkinan yang
bias terjadi.Sekalipun demikian dia optimis menghadapi
masa depan yang perencanaan selanjutnya
2. semua begitu indah (everything is beautiful)
yakni segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan.
Walaupun mungkin beberapa gejala seperti tidak bias tidur
atau perasaan gelisah dialami, tetapi rasa keingintahuan
dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi perasaan

3. semua tidak menyenangkan (everything is awful)


masa bulan madu telah usai. Sekarang segala sesuatu
tidak menyenangkan. Setelah beberapa lama
ketidakpuasan, ketidaksabaran, kegelisahan mulai terasa.
Nampaknya semakin sulit berkomunikasi dan segalanya
terasa asing. Orang mulai depresi dan frustasi.
4. semua berjalan lancar ( everything is ok)
setelah beberapa saat kemudian orang tersebut
menemukan dirinya dalam keadaan dapat menilai hal
yang positif ataupun negative secara seimbang.Ia juga
mulai terbiasa dengan makanan, pemandangan , suara,
bau, perileku nonverbal masyarakat setempat,.

TAHAPAN CULTURE SHOCK II

Deddy Mulyana juga memaparkan tahapan-tahapan penyesuaian


dalam culture shock:
Tahap pertama yang disebut tahap bulan madu berlangsung
dalam beberapa minggu sampai 6 bulan dimana kebanyakan
orang senang melihat hal-hal baru. Orang masih bersemangat
dan beritikad baik dalam menjalin persahabatan antarbangsa.
Tahap kedua dimulai ketika orang mulai menghadapi kondisi
nyata dalam hidupnya, ditandai dan dimulai dengan suatu sikap
memusuhi dan agresif terhadap negeri pribumi yang berasal
dari kesulitan pendatang dalam menyesuaikan diri. Misalnya
kesulitan rumah tangga, kesulitan transportasi dan fakta bahwa
kaum pribumi tak menghiraukan kesulitan mereka. Pendatang
menjadi agresif kemudian bergerombol dengan teman-teman
sebangsa dan mulai mengkritik negeri pribumi, adat-istidatnya,
dan orang-orangnya. Tahap ketiga pendatang mulai menuju ke
kesembuhan dengan bersikap positif terhadap penduduk
pribumi. Tidak lagi menimpakan kesulitan-kesulitan yang
dialami sebagai salah penduduk pribumu atas ketidanyamanan
yang dialaminya tetapi mulai menanggulanginya, ini
masalahku dan aku harus menyelesaikannya.

Tahap ketiga pendatang mulai menuju ke kesembuhan dengan


bersikap positif terhadap penduduk pribumi. Tidak lagi menimpakan
kesulitan-kesulitan yang dialami sebagai salah penduduk pribumu atas
ketidanyamanan yang dialaminya tetapi mulai menanggulanginya, ini
masalahku dan aku harus menyelesaikannya.
Pada tahap keempat, penyesuaian diri hampir lengkap. Pendatang
sudah mulai menerima adat-istiadat itu sebagai cara hidup yang lain.
Bergaul dalam lingkungan-lingkungan baru tanpa merasa cemas,
walau kadang masih ada ketegangan sosial yang nantinya seiring
dalam pergaulan sosialnya ketegangan ini akan lenyap. Akhirnya
pendatang telah memahami negeri pribumi dan menyesuaikannya,
hingga akhirnya, ketika pulang ke kampung halaman pun kebiasaan di
negeri pribumi tersebut akan dibawa-bawa dan dirindukan.

SOLUSI PEMECAHAN MASALAH GEGAR


BUDAYA
Pergaulan

teknologi

Bahasa
Sehari-hari

Adat istiadat
istiadat
Adat

Ekonomi

Agama
Agama

geografis
geografis

Masalah Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan


Budaya
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang
bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat
diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup
untuk

membuat

hubungan-hubungan

yang

menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES
Secara
keseluruhan kepribadian
mempunyai
PENYESUAIAN
DIRI.

fungsi sebagai penentu


primer terhadap penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang
mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses
penyesuaian diri. Penentu penyesuaian diri identik dengan faktor-faktor
yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara
bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik,
susunan saraf, kelenjar, dan system otot, kesehatan, penyakit, dsb.
Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual,
social, moral, dan emosional.
Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya,
pengkondisian, penentuan diri, frustasi, dan konflik.
Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
Penentuan cultural termasuk agama..

Anda mungkin juga menyukai