Anda di halaman 1dari 6

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

88 JJU
UR
RU
USS LLIIN
NG
GK
KA
AR
RA
AN
ND
DEEW
WA
A
CHAPTER 1, RUNTUHNYA DINASTI YUAN,LAHIRNYA DINASTI
MING
Dinasti Yuan (Boan) - 1279-1368 sudah berada berada di ambang
kehancuran setelah mereka gagal memiliki pemimpin pandai.
Keputusan diskriminatif yang diambil oleh Khubilai Khan berakibat
panjang dan buruk bagi Dinasti Yuan. Pengganti-penggantinya yang larut
dalam kesenangan kemuliaan dan mabok kenikmatan sex membuat dinasti
ini menjadi dinasti yang paling dibenci di sepanjang sejarah Tiongkok.
Dinasti Yuan membagi populasi orang Tiongguan menjadi empat kelas,
dengan orang Mongol berada di atas. Kelas sosial kedua adalah orang asing
yang berasal dari Asia Tengah seperti Uighurs and Turks. Di bawah orang
asing ini adalah Hanren, orang-orang dari utara, Jurchen dan Khitans yang
menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti Jing. Kelas
sosial terendah ditempati oleh Nanren (orang Han dari daerah Selatan) yang
menduduki daerah-daerah yang dulunya diperintah oleh dinasti Song Utara.
Orang Mongol selalu menggunakan dua istilah berbeda, yaitu kitad and
nanggiyad, untuk menyatakan ini orang utara dan itu orang selatan
Tionggoan. Orang Han selatan banyak menerima pelecehan dalam soal
pemilihan wakil-wakil rakyat di daerah-daerah kecil.
Ketika sistem seperti ini dirombak sedikit di tahun 1315, quota wakilwakil rakyat di daerah-daerah kecil untuk orang bukan Han dari utara dan
suku Han di selatan ditentukan seimbang, walaupun jumlah populasi di
selatan berlipat-lipat lebih banyak daripada di Tionggoan sebelah utara.
CHAPTER
1,
DINASTI MING
Lingkaran |1

RUNTUHNYA

DINASTI

YUAN,LAHIRNYA

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Lebih parah lagi, orang Mongol memakai serdadu-serdadu orang Utara


untuk semua daerah di Selatan. Dinasti Yuan mempertajam permusuhan
antara orang bukan Han di utara dan suku Han di selatan untuk kepentingan
pemerintahannya.
Situasi buruk ini semakin meruncing karena posisi penting di roda
pemerintahan dipegang oleh orang Mongol bukan orang Han. Banyak orang
Persia dan Asian tengah yang memeluk agama dari Timur Tengah duduk
dalam birokrasi. Keadaan ini ditambah dengan keputusan pemerintah Yuan
membuat Xuanzhengyuan (mengangkat para Lama dari Tibet menjadi
pemimpin tertinggi agama Buddha di Tionggoan). Seorang kepala Lama
yang bernama Wangli Lama memerintahkan membongkar kuburan keluarga
raja-raja Sung, dan menggunakan harta dari kuburan itu untuk membangun
kuil-kuil Buddha bagi kepentingan pendeta Lama.
Penempatan empat status sosial, pengangkatan para Lama dari Tibet
menjadi pemimpin-pemimpin agama Buddha di seluruh Tionggoan, dan
pembongkaran kuburan keluarga raja-raja dinasti Sung ini jelas-jelas
memperlihatkan penghinaan yang luarbiasa terhadap suku Han. Di semua
bidang kehidupan, dari pajak, militer, kepercayaan sampai soal ekonomi,
orang Han mendapat perlakukan tidak lebih dari bangsa budak yang
melayani kepentingan bangsa Mongol. Akibatnya, banyak pejabat-pejabat
kerajaan dari kota besar sampai kecil mempraktekan politik perbudakan baik
langsung ataupun tidak langsung. Orang-orang Selatan, terutama, dengan
terang-terangan disebut sebagai masyarakat bawah yang kehilangan hakhaknya.
Meletuslah pemberontakan berdarah dan berskala besar dari kelompok
pejuang rakyat, seperti organisasi rahasia Lotus Putih dan Turban Merah. Chu
Yuan-Chang, pemimpin pemberontakan rakyat menjungkalkan kaisar terakhir
dinasti Mongol, Toghon Temur, yang dikenal sebagai kaisar Shun-ti.

CHAPTER
1,
DINASTI MING
Lingkaran |2

RUNTUHNYA

DINASTI

YUAN,LAHIRNYA

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Keberhasilan Chu Yuan-Chang, selain disebabkan semangat patriotisme


suku Han bangkit secara hebat, sehingga ia bisa membentuk pasukan rakyat
yang berani mati, ia juga diuntungkan oleh situasi alam di Tionggoan.
Huang-ho (sungai kuning) menyebar bencana dimana-mana karena airnya
meluap dan membawa banjir yang sangat dahsyat. Banjir dari Huang-ho ini
diperkuat dengan banjir hebat dari sungai-sungai Huai yang datang hampir
bersamaan.
Kaisar Shun-ti (Toghon Temur) melarikan diri ke Mongolia dan mati di
tahun 1370. Chu Yuan-chang dan pasukan mendesak terus memasuki
ibukota Peking, dan menghancurkan kekuasaan dinasti Yuan. Chu Yuanchang mendirikan dinasti baru yang disebut dinasti Ming (Terang), dan ia
menjadi kaisar pertama dengan gelar kaisar Hongwu (kepahlawan yang tidak
berbatas).
Kaisar Hongwu membuat kota Nanjing yang berdekatan dengan sungai
Yangzi sebagai ibukota dan memulihkan sistem birokrasi. Ia mencoba
membangun pemerintahan yang baik namun di bawah satu kontrol dan satu
kekuasaan tunggal yaitu kaisar. Semua pejabat sipil yang bekerja bagi dinasti
Ming harus lulus ujian negara menurut ajaran Khong Hucu. Sekolah-sekolah
rakyat dibangun dengan subsidi pemerintah.
Mulailah Tionggoan berada di bawah kekuasaan Tirani dari dinasti Ming.
Kaisar Hongwu, membangun sistem militer yang kuat untuk terus menekan
bangsa Mongol di utara yang mencoba bangkit dan merebut kekuasaan. Ia
merebut propinsi Yunnan dan menjadi daerah kekuasaan melebar luas dan
dikenal sebagai Kemakmuran Tionggoan. Ia memerintahkan Song Li, seorang
ahli bangunan, meneruskan pembangunan Kanal Besar.
Meniadakan jabatan perdana menteri, dan memulai sistem menteri
kebiri (thaikam) adalah kesalahan terbesar dinasti Ming. Para thaikam ini
menghuni sebagian gedung-gedung strategis di istana kerajaan. Kekuasaan
mereka sangat besar dan sebagian besar menjadi sangat sewenang-wenang.
CHAPTER
1,
DINASTI MING
Lingkaran |3

RUNTUHNYA

DINASTI

YUAN,LAHIRNYA

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Setelah kaisar Hongwu meninggal, dan digantikan cucunya, kaisar


Jianwen, mulailah Tionggoan berada dibawa kekuasaan diktator baru yang
sangat kejam, para Thaikam.
Next Chapter, Chapter 2, Chin-shih lu (jalan batu dan tulang)

CHAPTER 2, CHIN-SHIH LU (JALAN BATU DAN TULANG)


Orang banyak berjubel-jubel mendatangi gedung pertunjukkan drama
di kota Shian, propinsi Hubei, propinsi yang terletak di sebelah utara danau
besar Dong Ting. Daerah ini terkenal sangat subur dan kaya hasil bumi,
dihuni oleh 95.6% suku Han, Tui Jia 3.7% dan Miao 0.4%.
Tidak terlalu heran apabila orang datang dari pelbagai kota-kota kecil
untuk nonton, sebab drama kali ini menggelar karya seniman besar Wang
Shifu (guru besar Wang). Drama yang diberi judul Hsi-hsiang chi (The
Romance of the Western Chamber) mengisahkan percintaan antara seorang
pemuda suku Han yang jatuh cinta kepada seorang gadis, yang rumahnya
dekat kuil Budha, puteri keluarga kaya-raya. Ia berhasil menjalin cinta dengan
dara itu melalui pengasuhnya. Pada saat mereka ketangkap basah sedang
berdua di tepi sebuah kolam dekat kuil itu, orang tua si gadis menolak
dengan tegas dan kasar hubungan cinta itu diteruskan. Mereka menuntut
syarat si pemuda lulus ujian negara di bidang sastra yang diselenggarakan
oleh pemerintah Yuan, baru diperkenankan mempersunting gadis itu.
Banyak penonton dibuat trenyuh, namun juga tertantang untuk melihat
sebuah kenyataan bahwa hidup adalah sebuah perjuangan.
Di antara sekian banyak penonton, terdapat seorang kakek tua
berambut putih dengan cucunya yang berumur sepuluh tahun, Zheng Yang
Jing.

CHAPTER 2, CHIN-SHIH LU (JALAN BATU DAN TULANG)


Lingkaran |4

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Wajah kakek itu bersih, berwibawa karena matanya mengeluarkan sorot


lembut yang menyejukkan hati. Perawakannya tinggi kurus dan mengenakan
jubah sangat sederhana terbuat dari bahan katun.
Sedangkan bocah itu memiliki bentuk kepala bulat telur, berdahi lebar
gagah. Matanya bersinar lurus dan tajam menandahkan wataknya jujur, keras,
dan penuh keberanian. Alisnya tebal membentuk golok. Perawakannya
hampir sama dengan kakeknya, tetapi ia memiliki kelebihan yang cukup
mencolok di bagian dada dan kakinya. Dadanya tegap dan serasi dengan
bentuk kepalanya, dan diperlengkapi dengan jalinan tulang kaki yang tegaplurus. Tidak ada yang istimewa dari kedua orang itu, mereka sangat
sederhana, bersahaja, dan tidak memiliki apa-apa yang dibawah kecuali
keranjang sayur.
"Mengapa Kongkong (kakek) memintaku melihat drama karya Wang
Shifu?" Tanya si bocah kepada Kakeknya, Lie A Sang. "Jing Zhi (Anak Jing),
Wang Shifu meninggalkan pesan rahasia dibalik karya seni yang ditulisnya di
jaman dinasti Yuan (Boan/Mongol) itu. Perhatikanlah percakapan antara si
pemuda dengan guru sastranya. Sang guru mengatakan, "Kata mengejar
kalimat, kalimat merangkai syair. Di dalam syair tersembunyi udara, api,
tanah, air, dan besi. Kadang-kadang lembut merayu, tetapi tidak jarang ia
bergerak cepat dan dahsyat, menyiram yang menyimpan ying. Mengatur
keduanya, dan melepaskan bersama-sama seperti si Dewa Bongkok
menanam sayur dan mencabut rumput.
Jing Zhi, apkah kamu mengerti perkataan guru sastra itu? "
Dahi si bocah nampak mengernyit, ia mencoba mengerti maksud
perkataan itu.
"Kongkong, Jing tidak bisa melihat sesuatu yang rahasia dalam
perkataan itu. Sepertinya, Wang Shifu menjelaskan teori perpaduan unsur
dari Zhu Xi, bahwa di dalam diri kita terdapat kekuatan dahsyat yang
melampaui keterbatan dan kelemahan kita.
CHAPTER 2, CHIN-SHIH LU (JALAN BATU DAN TULANG)
Lingkaran |5

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

"Jing Zhi, Zhu Xi mengajarkan kita bagaimana melatih kekuatan murni


dari dalam, untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan, kelambatan
menjadi kecepatan. Keduanya memang saling berhubungan, tetapi Wang
Shifu membisikkan rahasia lain yang lebih dalam lagi, yaitu cara berjalan
menurut Chin-shih lu (jalan batu dan tulang). Wang Shifu menulis karyanya
dalam upaya menyadarkan bangsa Han untuk berjalan bersama-sama
menggulingkan pemerintahan Yuan, namun di samping itu, ia menyelipkan
sebuah rahasia yang ia peroleh dari kitab kecil tulisan seniwati sakti Zhao
Ming Cheng, Chin-shih lu (Jalan batu dan tulang), sebelum ia mati terbunuh
oleh pemerintahan Qin ratusan tahun yang lalu.
Sambil berjalan meninggalkan tempat keramain itu, keduanya menuju
sebuah kedai penjual bakmi di pinggir jalan kota Shian.
Terdapat sepuluh meja dalam kedai itu. Mereka memilih duduk di pojok
dekat jendela timur.
Sambil menikmati bakmi pangsit, Lie A Sang kembali menjelaskan
langkah rahasia Chin -shih lu. "Jing Zhi, jangan dikira Kongkongmu mengerti
perkataan Wang Shifu setelah nonton drama itu. Kongkongmu ini menyelami
rahasia itu karena mendiang Zhang Sanfeng Tai Shifu yang menjelaskan.
Lie A Sang tidak menjelaskan lebih jauh, karena pada saat itu ia melihat
delapan belas orang memasuki kedai. Mereka rata-rata membawa pedang di
punggungnya dengan ronce kuning berbentuk bintang. Wajah mereka kotor
dan penuh keringat, tampaknya mereka baru melakukan perjalanan panjang.
Pelayan menyediakan sepuluh kati arak beruang putih yang dipesan mereka
dan tigapuluh enam porsi bakmi.
"Ta Sheko, apakah Wudangpai mau menolong kita? Aku benar-benar
tidak yakin mengingat Chen tao shifu (guru besar chen) terkenal bertabiat
sangat keras, dan tidak suka mengalah dalam hal apapun.
Next Chapter, Chapter 3, Lan Wu Po Huai Gu Ge (Halimun biru menghancurkan
tulang)
CHAPTER 2, CHIN-SHIH LU (JALAN BATU DAN TULANG)
Lingkaran |6

Anda mungkin juga menyukai