Anda di halaman 1dari 6

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

Shi Xing Lei, yang paling cepat naik darah berteriak, Kalau tuan
mempunyai urusan dengan kami, anak murid Tien Shan Pai, silahkan
menampakkan diri, kami siap melayani!
Menyombongkan diri hanya dengan mengandalkan barisan bebek, apa
gunanya! Tiba-tiba gadis itu berbicara.
Kamu benar cucuku, memang mereka tidak lebih dari tikus-tikus kecil
yang hanya tahu dunianya sendiri! Gurunya saja tidak akan bersikap seperti
itu dihadapanku, si pengemis kudisan!
Jahanam! Jadi kau yang mengucapkan syair itu untuk menghina Tien
Shan Pai! Tanya Shi Xing Lei sengit.
Ho...hohoapakah Din bebek ciptaan Shi De Yuan bisa bertahan dua
jurus di hadapan pengemis kudisan! Hmm ingin kulihat!
Jangan salahkan kami! Xing Long menerjang kedepan. Namun
sebelum kepalan tangannya kurang dua depa dari si pengemis itu, tubuh
Xing Long sudah terlempar bagai dihempaskan angin topan.
Hmm Lau Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan), siapakah
pengemis ini guman Lie A Sang. Tenaga sinkangnya sudah mencapai taraf
yang tinggi sekali!
Siapakah Lau qienbe (orang tua gagah), mengapakah engkau orangtua menurunkan tangan jahat kepada kami! Tanya De Hu penasaran, karena
Shihing nya (kakak seperguruan) dijatuhkan hanya dengan segebrakan saja.
Kalau ingin pergi dengan nyawa masih tinggal, serahkan Shen Ta lek
ling quan kepada tuanmu! Ha ha hakalau tidak, hahaha tuanmu
akan sungkan untuk tidak mengambil nyawa tikusmu!
Shen Ta lek ling quan! Shen Ta lek ling quan! apakah yang
dimaksud Shen Ta Lek Ling Quan peninggalan Shen Du, dari kuil Buddha
Juesheng, utara ibukota Peking.
CHAPTER 3B, TELAPAK TANGAN BUDHA
Lingkaran |13

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Jing Zhi, ingatkah kamu tentang cerita Shen Du menulis tigapuluh dua
sutra pada Lonceng maha besar di kuil Buddha Juesheng?
Jing ingat Kongkong, bukankah Shen Du tidak dapat meneruskan
duabelas sutra yang menjelaskan tentang meditasi menghadap sang Buddha.
Banyak orang-orang persilatan mencari catatan asli Shen Du untuk
mendapatkan duabelas sutra yang hilang itu. Konon Shen Du mendapatkan
teori menghimpun sinkang berdasarkan hukum suara yang diciptakan oleh
Han Feizi dan dikembangkan oleh Li Si menjadi semacam chigong tingkat
tinggi. Seratus tahun berikutnya, ilmu ini disempurnakan oleh Xunzi menjadi
ilmu sejati yang disebut Jurus Dewa memukul lonceng, karena kekuatan
pukulan itu mengalir seperti gelombang suara yang lembut tetapi
mengeluarkan daya yang luarbiasa mujijat. Semacam perpaduan sinkang dan
khiekang yang disalurkan melalui suara. Suara itu bukan keluar dari mulutnya,
tetapi dari gerakan tubuh, tangan, kaki, bahkan sekujur tubuhnya
Jing Zhi, apakah engkau memperhatikan gerakan tangan kanan
pengemis tua itu menghantam dada pendekar Tien Shan tadi?
Ya, kongkong. Itu Lau Fo Yikai Yun Ciptaan To Kak Siansu dari Bukit
Menara Hijau di jaman dinasti Sung. Tapi pengemis itu menggunakan
gerakan kaki yang berbeda dari aslinya.
Kongkong, Jing ingat bahwa Zhang Shitai-gung (Mahaguru Tio Sam
Hong) menyebutkan,
Langit terlihat seperti salju
Awan bergerak seperti danau api
Tangan dewa bergerak memisahkan salju
Kaki berputar membentuk sui lung shouzhang (kepalan naga air)
Bagus! tepat sekali! Jing Zhi, engkau juga melihat itu. Gerakan kakinya
seharusnya berlawanan dengan sifat hawa murni yang dikerahkan ini yang
dinamakan langit terlihat seperti salju. Apabila ia menggunakan biankun
(tenaga lembek), maka gerakan kaki harus membentuk Yang shengshu (the
CHAPTER 3B, TELAPAK TANGAN BUDHA
Lingkaran |14

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

vital principle of realising Yang) Zhang Tai shifu menyebutkan sebagai awan
bergerak seperti danau api. Apabila tangan kanannya membentuk Chun Tin
Choi (kepalan mengarah ke langit), maka gerakan kaki harus membentuk
Ying shengsu.- Kaki berputar membentuk sui lung shouzhang.
Delapanbelas pendekar Tien Shan telah bergerak membentuk lei bao bai
dong di din mengurung si pengemis. Si pengemis hanya berdiri diam acuhtak-acuh. Matanya masih tertuju kearah bungkusan bakmi dan menikmatinya
dengan sangat lahap. Si gadis yang berdiri di sampingnya juga menunjukkan
sikap yang sama.
Li Fong, cucuku, coba perhatikan kongkong mengalahkan delapanbelas
tikus bandel ini hanya dengan satu jurus saja.! Coba terka, jurus apakah yang
cocok untuk mengalahkan barisan bebek bandel ini!
Hmm si gadis membalikkan kepalanya dan matanya ditujukan ke arah
formasi barisan itu. Wajahnya yang putih bersih dihias dengan mata yang
mencorong begitu tajam, berani, tapi juga nakal. Menandakan ia biasa
memandang rendah orang lain. Rambutnya lebat itu terurai begitu saja tanpa
perhiasan satupun menghias di kepalanya.
Tidak kurang dari sepeminuman teh, ia tersenyum dan berkata kepada
pengemis tua itu. Kongkong, Fong yakin Shouzhang Fo qingchu Zhu
(Telapak Buddha membersihkan bamboo) dapat memporak-porandakan
formasi barisan itu dalam satu jurus! Horebetul khan Kongkong! Fong
yakin hi hi.. kali ini kongkong pasti akan memainkan Shouzhang Fo
qingchu Zhu!
Li Fong, cucu sang raja, kecerdikanmu tidak kalah dengan kecerdikan
mendiang ibumu. Otakmu memang otak Qitien Dasheng (setara di surga,
besar di tengah para dewa)!
Setelah berkata begitu, tiba-tiba ia bergerak dengan kecepatan yang
sulit dijelaskan dengan kata-kata karena amat sangat cepat. Terdengar jeritan
mengerikan keluar dari mulut delapan belas orang tersebut.
CHAPTER 3B, TELAPAK TANGAN BUDHA
Lingkaran |15

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Aduhouwahhh ai.!!!
Tubuh delapanbelas orang itu beterbangan seperti daun kering
kemudian jatuh dan menimbulkan suara gedebukan yang susul menyusul.
Tujuhbelas pendekar Tien Shan dalam waktu sekejab telah kehilangan
lengan kanannya, kecuali lengan Shi De Hu. Dikutungi dengan tenaga yang
dahsyat seperti pisau belati. Darah mengucur deras dari masing-masing
lengan yang kutung itu.
Telapak tangan Buddha! Ilmu dan langkah yang luar-biasa! Siapakah
pengemis ini? Hanya satu atau dua orang yang mampu menguasai ilmu ini
sampai tingkat tujuh. Konon ilmu ini diciptakan oleh Jan Teng Fo. Kungfu
yang sangat powerful karena digerakkan oleh kekuatan tenaga murni yang
terfocus pada satu titik. Daya tembusnya tidak kepalang tajamnya. Kedua
buah telapak tangan membentuk sikap menyembah dan sambil melompat ke
atas, tubuh berputar, dan ketika dekat dengan sasaran tiba-tiba kedua
telapak tangan dikembangkan, yang satu menghantam, yang kedua
menyerap hawa kekuatan lawannya. Konon, Jan Teng Fo melatihnya di dalam
sebuah goa terletak di provinsi Guangdung, yang disebut Goa Seribu
Buddha. Ia menuliskan seluruh teknik Telapak Tangan Buddha ini dalam
selembar kertas kuno yang diselipkan menyatu dengan syair tulisan seorang
pujangga yang hidup dijaman dinasti Sung. Para ahli wushu di dunia
persilatan saling berebut ilmu hebat ini, namun sejauh ini tidak satu
orangpun yang dapat menemukan tulisan asli Jan Teng Fo. Ilmu telapak
Tangan Buddha yang pernah mengguncangkan dunia persilatan di jaman
dinasti Sung itu bersumber dari Zhang Guolao dan Han Xianzi dari biara
Shaolin di provinsi Fujian. Sebelum Jan Teng Fo mati, ia menggunakan jurus
Telapak Tangan Buddha ini untuk menggempur Iblis Awan Api. Kemudian
jurus ini dikabarkan hilang dari dunia persilatan.
Siapakah pengemis tua ini? Ilmunya berasal dari aliran putih, namun
mengapa ia memiliki jiwa yang begitu kejam dan jahat? Sungguh sangat
CHAPTER 3B, TELAPAK TANGAN BUDHA
Lingkaran |16

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

berbahaya! Lie A Sang berpikir keras dan mencoba menerka identitas si


pengemis sakti tapi ganas ini.
Shihing, kita harus mengadu jiwa dengan si keparat itu! seru Shi Xing
Lei penasaran. Lei Ti, kita bukan tandingan orang itu. Ilmunya sangat
dahsyat Guru kita pun tidak akan sanggup berbuat seperti itu. Kita tunggu
saja perkembangannya, apa yang hendak ia lakukan terhadap kita.
Ayo, serahkan Shen Ta Lek Ling Quan! Kuhitung sampai sepuluh
hitungan, jika tidak diserahkan, kalian harus menyerahkan nyawa tikusmu!
Kami tidak tahu menahu dengan Shen Ta Lek Ling Quan, apa yang
harus kami serahkan! Kalau mau bunuh cepat bunuh, siapa takut mati!
Tunggu Kongkong, sekarang giliranku memberikan hajaran! Hayo,
tikus-tikus Tien Shan, majukan jagomu untuk melawanku, siapa saja. Jika ia
menang dalam tiga jurus, maka kalian semua boleh pergi dengan dengan
bebas, kalau tidak serahkan Shen Ta Lek Ling Quan atau mati! Seru Li Fong,
gadis berumur limabelas tahun, dengan suara ketus.
Lie A Sang berpikir, Gadis ini masih sangat muda, tetapi ia telah
memiliki kepercayaan diri yang besar dan memiliki gerakan mantap dan
lincah. Ia pasti memiliki kepandaian yang tidak boleh dipandang enteng.
Lie A Sang berkata lirih di telinga Yang Jing, Jing Zhi, perhatikan
gerakan gadis itu dengan baik, ingat baik-baik pula gerakan tangan dari
Buddha menghalau Awan dan Shouzhang Fo qingchu Zhu (Telapak Buddha
membersihkan bamboo), dari si pengemis tua itu, walaupun engkau tidak
perlu menaruh perhatian mendalam pada gerakkan kakinya. Nanti waktu kita
kembali ke Wudangshan, kita bicarakan dan membandingkan dengan
catatan kecil Zhang Sanfeng Ta Shifu.
Li Fong berdiri bertolak pinggang di hadapan delapan belas pendekar
Tien shan. Matanya dimainkan nakal sambil cengar-cengir menggoda.

CHAPTER 3B, TELAPAK TANGAN BUDHA


Lingkaran |17

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Ayo, majukan jagomu! Nonamu minta pelajaran, bisa satu, dua, tiga,
atau semuanya maju, aku tidak peduli. Kujamin, dalam tiga jurus saja, jagomu
keok!
Delapan belas orang itu saling pandang satu sama lain.
Xing Long berkata kepada De Hu, Hu di, hanya kamu yang masih
memiliki tangan lengkap, bersediakah kamu maju mewakili kita semua!
Baik, da shihing (Kakak seperguruan tertua)!
Shi De Hu memiliki empat ilmu yang menjadi ciri khasnya, Tienshan
Mizong Quan (Jurus mengacau awan dari Tienshan), Tien Shan Damo Quan
(Gerakan bodishatva), yang ketiga adalah Paihu zhiu dui Quan (sembilan
tendangan harimau putih), dan yang terakhir adalah Tienshan Luohanquan
(Gerakan Lohan Tienshan). Sebenarnya, disamping Coa Lie Sian, cucu terkasih
ketua Tien Shan Pai, De Hu adalah murid yang paling pandai dan berbakat
baik yang pernah dimiliki oleh Tien Shan Pai. Ia telah menguasai hampir
semua kepandaian gurunya. Pemuda gagah, yang memiliki wajah seorang
pahlawan tulen, jantan, dan tidak mengenal arti takut atau mundur terhadap
siapapun.
Sekali lompat, ia telah berhadapan dengan Li Fong. silahkan nona
memulai, katanya lirih.
Li Fong memandang pemuda berusia delapanbelas tahun yang berdiri
gagah di hadapannya, dengan pandangan memandang rendah tetapi juga
kagum. Apakah kamu akan maju seorang diri melawanku? tanyanya.
Silahkan nona memulai, aku sudah siap! kata De Hu dengan suara
datar.
Jaga seranganku! teriak Li Fong. Ia melancarkan jurus yang dilihat
sangat aneh oleh De Hu. Kaki kanannya ditekuk seperti bangau, sedangkan
kedua tangannya membentuk sikap seperti menyembah. Tubuhnya berdiri
lurus membentuk sudut sembilanpuluh derajat dengan bumi.
CHAPTER 3B, TELAPAK TANGAN BUDHA
Lingkaran |18

Anda mungkin juga menyukai