disebabkan alergi terhadap partikel, antara lain: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Gejala utama pada hidung yaitu hidung gatal, tersumbat, bersin-bersin, keluar ingus cair seperti
air bening. Seringkali gejala meliputi mata, yaitu : berair, kemerahan dan gatal. .
RA merupakan penyakit umum dan sering dijumpai. Prevalensi penyakit RA pada beberapa
Negara berkisar antara 4.5-38.3% dari jumlah penduduk dan di Amerika, merupakan 1 diantara
deretan atas penyakit umum yang sering dijumpai. Meskipun dapat timbul pada semua usia,
tetapi 2/3 penderita umumnya mulai menderita pada saat berusia 30 tahun. Dapat terjadi pada
wanita dan pria dengan kemungkinan yang sama. Penyakit ini herediter dengan predisposisi
genetic kuat. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi, akan memberi kemungkinan sebesar
30% terhadap keturunannya dan bila kedua orang tua menderita akan diperkirakan mengenai
sekitar 50% keturunannya.
Bagaimana pun juga, RA harus dipikirkan sebagai keadaan yang cukup serius karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderita akibat beratnya gejala yang dialami dan juga dapat
menyebabkan berbagai komplikasi. Penderita akan mengalami keterbatasan dalam aktifitas
sehari-hari, sering meninggalkan sekolah atau pekerjaannya, dan menghabiskan biaya yang besar
bila menjadi kronis. RA juga dipengaruhi lingkungan dari faktor allergen. Penyakit ini masih
sering disepelekan, untuk itu perlu diberikan beberapa informasi agar penderita tidak terlalu
meremehkan dan dapat mengetahui berbagai upaya untuk mengurangi gejala dan mencegah
komplikasi. .
Penyebab
Alergi terhadap partikel yang pada individu umum, tidak membahayakan dan tidak menimbulkan
respon imun tetapi pada penderita alergi, kontak dengan partikel tersebut (yang disebut allergen)
menyebabkan sistem imun tersensitisasi. Reaksi yang terjadi menghasilkan antibody terhadap
allergen dan mengakibatkan pelepasan zat yang disebut histamine (dan beberapa jenis lain) ke
dalam darah. Zat tersebut menimbulkan reaksi gatal, pembengkakan jaringan yang berkaitan,
sekresi selaput lendir seperti air, dan kemerahan serta gejala lainnya bergantung kepada individu
yang alergi.
RA sering dibagi berdasarkan penyebab menjadi 2 tipe yaitu :
1. RA musiman (Hay Fever) umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah
seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya dan
spora jamur. Alergi terhadap tepung sari berbeda-beda bergantung geografi dan jenis
tanaman yang ada, juga jumlah serbuk yang ada di dalam udara. Udara panas, kering dan
angin mempengaruhi banyaknya serbuk di udara bila dibandingkan dengan saat udara
dingin, lembab dan hujan, yang membersihkan udara dari serbuk tersebut. Jenis ini
biasanya terjadi di Negara dengan 4 musim
2. RA yang umumnya terjadi terus menerus (perennial) diakibatkan karena kontak dengan
allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, kecoa, tumbuhan
kering, jamur, bulu binatang atau protein yang dikandung pada kelenjar lemak kulit
binatang. Protein ini dapat tetap berada di udara selama berbulan-bulan setelah binatang
itu tidak ada diruangan.
Diagnosis
Biasanya memperikirakan seorang menderita RA tidak sulit bila diperhatikan riwayat perjalanan
penyakit dan umumnya orang tua anak atau penderita sudah mengetahuinya.
Kadang-kadang diperkirakan sebagai penyakit flu yang berkepanjangan, tetapi pada pengamatan
lebih lanjut dapat diperhatikan beberapa hal untuk memastikannya antara lain:
Bersin berulang-ulang sering kali pagi dan malam hari (umumnya bersin lebih dari 6
kali).
Hidung mengeluarkan secret cair seperti air (runny nose). Penderita sering mengeluh
menghabiskan tissue hingga 1 box per hari.
Terasa cairan menetes ke belakang hidung (post nasal drip) karena hidung tersumabat.
Hal ini sering menimbulkan batuk kronis.
Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
Gejala dapat pula disertai mata berair, suara serak dan gangguan penciuman. Sering dijumpai
sakit kepala pada daerah sinus dan telinga tersumbat.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai :
Selaput lender hidung bengkak, basah (sereous, mengkilat), mukosa konka pucat atau
keunguan karena pelebaran pembuluh balik (vena).
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan alergi dengan tes kulit (tes cukit) terhadap berbagai allergen mungkin dapat
menunjang penegakan diagnosis RA.
Bila hasil belum dapat mengetahui mungkin diperlukan tes alergi intra dermal.
Komplikasi
Radang telinga tengah akibat sering tertutupnya saluran antara hidung dengan telinga.
Komplikasi ini sering terjadi pada anak.
Gangguan pertumbuhan muka akibat sering bernafas melalui mulut dalam waktu yang
lama.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah menguragi gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang utama
adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan allergen.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain bagi penderita alergi terhadap serbuk sari dari luar
rumah dapat menutup jendela rumah dan menggunakan air condition atau mengurangi kegiatan
di luar rumah pada musim tertentu.
Bila allergen diperkirakan ada di rumah maka dapat mengganti alat-alat dari bahan alami
misalnya bantal dan kasur dengan bahan sintetik. Menjaga kebersihan rumah dan menghindari
memakai alat atau bahan yang mudah menyimpan debu misalnya karpet. Bila diperkirakan alergi
dengan bulu atau protein hewan, menghindari memelihara hewan tersebut. Dapat juga
menggunakan filter debu udara di rumah.
Untuk dapat menghindari kontak dengan alergem tentu saja perlu pengamatan yang teliti dalam
menentukan allergen tersebut. Bila belum dapat memperkirakan dapat dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut sehingga pengobatan atau pencegahan dapat efektif.
Kadang-kadang diperlukan terapi medikamentosa baik yang diminum atau dalam bentuk spray
hidung antara lain: antihistamin dan obat-obat yang mengurangi pembengkakan selaput lender
hidung.
Pengobatan lainnyang adalah imunoterapi yaitu memberi allergen dalam jumlah kecil bertahap
dengan harapan tubuh menjadi kurang sensitive sehingga reaksi yang terjadi berkurang.
Pengobatan ini ditujukan bila penderita tidak responsive dengan pengobatan medikamentosa,
atau mengalami komplikasi misalnya radang sinus dan telinga yang sering kambuh. Atau
penderita menolak minum oabt-obatan dalam jangka waktu lama.
Meskipun demikian pengobatan ini tidak selalu berhasil dan sering kali kambuh setelah beberapa
tahun tidak timbul gejala alergi. An
Pertama, intermiten (kadang-kadang) yaitu bila gejala kurang dari empat hari per minggu atau
kurang dari empat minggu. Kedua, persisten (menetap) yaitu bila gejala lebih dari empat hari per
minggu dan atau lebih dari empat minggu.
Gejalanya bisa berupa bersin berulang-ulang lebih dari enam kali. Seringnya terjadi pagi dan
malam, hidung mengeluarkan secret cair seperti air (runny nose), terasa cairan menetes ke
belakang hidung (post nasal drip) karena hidung tersumbat, serta hidung gatal dan disertai gatal
pada mata, telinga dan tenggorokan, ujarnya dalam Simposium Nasional Alergi dan Demo
Operasi Penatalaksanaan Terkini Alergi dan Penyakit Laring Faring oleh Perhimpunan Dokter
Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorok-Bedah Kepala Leher (Perhati-KL) Cabang Surakarta,
belum lama ini.
Penyakit Turunan
Penyakit ini memiliki herediter (menurun secara genetik) dengan predisposisi (kecenderungan)
genetik kuat. Apabila salah satu dari orangtua menderita alergi, kemungkinan sebesar 30 persen
menurun terhadap keturunannya dan bila kedua orangtua menderita akan diperkirakan mengenai
sekitar 50 persen keturunannya.
Kartono menambahkan, rinitis alergi tak bisa disembuhkan secara total, sehingga tujuan
pengobatan adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang utama
adalah dengan menghindari atau meminimalkan kontak dengan alergen, misalnya menghindari
penyebab terjadinya reaksi rinitis alergi.
Contohnya menjaga kebersihan rumah dan menghindari memakai alat atau bahan yang mudah
menyimpan debu seperti karpet. Bila diperkirakan alergi dengan bulu atau protein hewan, hindari
memelihara jenis hewan tersebut. Dapat juga menggunakan filter debu udara di rumah, papar
Kartono.
Untuk menghindari pembengkakan pada hidung, biasanya dokter memberikan terapi
medikamentosa baik yang diminum atau dalam bentuk spray hidung untuk mengurangi
pembengkakan selaput lendir hidung.
Pengobatan lainnya adalah imunoterapi yaitu memberi alergen dalam jumlah kecil bertahap
penderita dengan harapan tubuh menjadi kurang sensitif sehingga reaksi yang terjadi berkurang.
Pengobatan ini ditujukan bila penderita tidak responsif dengan pengobatan medikamentosa atau
mengalami komplikasi, misalnya radang sinus dan telinga yang sering kambuh. Atau penderita
menolak minum obat-obatan dalam jangka waktu lama. Imunoterapi menekan pembentukan
IgE. Imunoterapi juga meningkatkan titer (kekuatan) antibodi IgE spesifik, pungkasnya. (Ikrob
Didik Irawan)