Anda di halaman 1dari 6

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

Dari kepala sampai ujung kaki dilahap habis oleh semua mata yang
memandangnya.
Hei, Asiong, lihat itu lihat tubuhnya, yang jenis ini betul-betul tidak
pernah kulihat sebelumnya, betul-betul luar biasa moleknya!
Aon bercermin dulu! Dasar katak buduk! Kalau aku ini baru dia mau.
Aku tergiur dengan bagian dadanyaseperti puncak honglung (naga merah)
gunung Huangshan! Kalau aku tidak bisa mendapatkan dia, akan segera mati
menyesal. Hmm. Aku harus memperkenalkan diri, dia pasti mau jadi istri
keduaku.
iih..tidak tahu malu kulit sudah hitam gelap, pendek, gendut
lagikalau aku ini, baru dia kesemsem. Tuh lihat rumahku, kudaku, dan
Belum si Abin habis berbicara, yang lainnya lagi sudah menyahut
dan matamu yang juling karena terlalu banyak melirik bini orang.
Sudahsudah .. Ssst lihat kembang lotus merah, calon biniku, ini mendekati
tempat duduk kita.!
Jangan dikira Li Fong tidak mendengar percakapan mereka. Dia sudah
sangat marah. Kedua pipinya merah, dan senyumnya menjadi sangat manis.
Inilah ciri-ciri Li Fong yang sedang marah. Semakin manis senyumnya
semakin panas hatinya.
Dengan tenang ia duduk di tengah-tengah ruangan. Tiba-tiba, seperti
ada yang memberi komando, para pengunjung restaurant itu menggeser
tempat duduknya sedekat mungkin dengannya. Li Fong sangat muak melihat
sikap dan tingkah laku mereka, tetapi ia tetap menunjukkan tindakan seolah
tidak mengambil peduli. Ia memesan dua masakan, bebek panggang, tahu
mofu, dan tidak lupa Hulam Hongciu (arak merah dari Hulam).
Salah seorang teman Asiong yang bertubuh paling besar dengan
sebuah pedang pada punggungnya, namanya Chung Ie Siang, datang ke
meja Li Fong.
CHAPTER 6,

PERKUMPULAN RAHASIA HUNG HUA BAI

Lingkaran |60

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Gu niang yang cantik manis, boleh aku memesan lagi beberapa


masakan dan kita makan bersama-sama?
Tanpa menunggu jawaban Li Fong, ia sudah duduk semeja dengannya
dan segera memesan masakan yang termahal di restaurant itu, Sup sirip ikan
hiu dan Hung ie lung shan (Ikan dewa naga merah).
Li Fong tersenyum semakin manis dan bibirnya setengah terbuka
membuat Ie Siang dan orang-orang yang dekat dengannya terpesona
melihat rongga mulut yang berwarna merah segar dengan gigih-gigih yang
berderet rapi dan indah.
Oh Kuan Yin yang agung, gadis ini benar-benar cantik luar-biasa!
Kata seorang sastrawan muda yang sedang duduk di pojok ruangan
lirih.
Tanpa berbicara sepatah-katapun, Li Fong mengambil makanan mahal
itu dengan sumpitnya dan mulai makan sambil tersenyum semakin manis
kepada Ie Siang.
Ie Siang menjadi salah mengerti. Ia berpikir Li Fong tertarik kepadanya,
maka dengan berani ia menggeser tempat duduknya lebih dekat sambil
mengangkat sumpitnya hendak mengambil daging ikan.
Tetapi entah bagaimana, sumpitnya selalu bertubrukan dengan cawan
arak di tangan kiri Li Fong. Ie Siang tertawa terbahak-bahak.
Ha hahabidadariku ternyata suka juga bermain-main. Baiklah mari
kita bermesraan dulu dengan sumpit dan cawan!
Tangannya segera bergerak cepat dan kuat untuk mengambil gumpalan
daging ikan. Li Fong bergerak lebih cepat lagi. Kemanapun sumpit bergerak,
cawan di tangan kiri Li Fong selalu dapat menahannya. Sudah lebih dari
empatpuluh gerakkan dilancarkan oleh Ie Siang, namun sambil tetap makan,
Li Fong selalu dapat menggagalkannya tanpa banyak kesukaran sedikitpun.
CHAPTER 6,

PERKUMPULAN RAHASIA HUNG HUA BAI

Lingkaran |61

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Sedetik sebelum Li Fong menghabiskan daging ikan itu, tiba-tiba ia


mengerakkan sumpitnya begitu rupa ke arah mulut Ie Siang yang terbuka.
Tidak dapat dicegah lagi, sebuah kepala ikan penuh dengan saus masuk ke
dalam mulutnya. Ia kelabakan sekali, dan kali ini ia bergerak bukannya ingin
mengambil daging ikan, tetapi untuk mengeluarkan kepala ikan itu dari
mulutnya.
Puah.bangsat! keparat!...cindil cluruttikus! Siluman betina kurang
ajar, rasakan ini!
Ie Siang yang sangat marah ini segera mengeluarkan pedangnya dan
menyerang kalang kabut ke arah Li Fong.
Pemuda ceriwis dan kurang ajar, sekarang nonamu yang memberi
pelajaran, supaya lain kali tidak seenaknya menghina orang!
Ia memapaki serangan Ie Siang dengan sumpit di tangannya. Sekali
tangan kanannya bergerak, sumpit itu mengeluarkan bunyi menderu
mengarah ke arah mulut Ie siang. Mana bisa pemuda berandalan ini
menahan serangan Li Fong yang digerakkan dengan sinkang tingkat tinggi.
crengcrengjusaduh!
Semua mata di restaurant melihat betapa sumpit kecil di tangan Li Fong
itu berubah menjadi senjata yang hebat sekali, hanya dengan satu gerakan
sederhana, sumpit itu telah amblas menembus dua sisi mulut Ie Siang.
Karena tidak kuat menahan sakit, Ie Siang membuang pedangnya,
dengan bergulungan di lantai, ia berusaha menarik keluar sumpit itu dari
mulutnya. Melihat ini, teman-teman segera mengeluarkan senjatanya masing
dan bergerak mengeroyok Li Fong.
Iblis betina darimana berani menyombongkan kepandaian di daerah
kekuasaan Hung Hua Bai dan melukai teman kami? Ayo teman-teman kita
tangkap siluman ini, dan kita bawa ke sarang untuk diadili di depan
Kongzhu!
CHAPTER 6,

PERKUMPULAN RAHASIA HUNG HUA BAI

Lingkaran |62

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Buaya..buaya darat majulah semua, nonamu ingin tahu apa itu Hung
Hua Bai!
Lebih dari delapan orang bergerak mengurung Li Fong dengan senjata
di tangan. Abin, si mata juling, berteriak,
Tangkap!
Secara serentak mereka bergerak menyerang Li Fong. Li Fong yang
semula masih duduk di tempatnya semula itu, kini berdiri tegak. Ia sudah
mengambil keputusan menurunkan tangan kejam kepada orang-orang ini.
Tidak ada satupun senjata yang dapat mengenai tubuhnya yang
bergerak lincah itu. Sebaliknya, ketika Li Fong balas menyerang, tidak ada
satu orang pun yang luput dari sambaran tangannya yang membagi-bagi
tamparan.
Plak .. plak plak!
Delapan orang itu seketika mengaduh-ngaduh sambil memegangi
mulutnya yang berkelepotan darah. Ada yang giginya rompal, ada yang
rahangnya retak, dan yang paling parah adalah Asiong, Abin dan Aon,
rahang bawah mereka remuk, dan tampak darah keluar dari kedua
telinganya.
Li Fong dengan tenang meninggalkan restaurant itu. Kini semua mata
hanya memandang jerih kepadanya. Ketika ia sampai di dekat pintu keluar, ia
dihadang oleh seorang pengemis tua yang menyodorkan mangkok
buntutnya.
Gu niang tiba-tiba si pengemis berkata kepadanya dengan suara
lirih.
Li Fong memandang kepadanya. Si pengemis hanya memandang
sekilas, dan kemudian mengalihkan matanya pada mangkoknya. Li Fong
mengikuti pandangan si pengemis itu, dan ia melihat secarik kertas kumal
CHAPTER 6,

PERKUMPULAN RAHASIA HUNG HUA BAI

Lingkaran |63

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

terlipat kecil di dalam mangkok buntut itu. Sambil menaruh sekeping uang
perak kecil ke dalam mangkok itu, Li Fong memungut lipatan kertas kecil
tersebut.
Ia menaruh kertas itu ke dalam sakunya sambil terus berjalan ke arah
losmen yang berdekatan dengan pintu gerbang kota. Ia menyewa kamar
yang terletak di sebelah timur. Di dalam kamar itu, ia membuka lipatan kertas
dan ia melihat sebuah pesan sederhana.

Semakin cepat meninggalkan kota Henting,


semakin baik.
Berhati-hatilah dengan kumpulan rahasia Hung
Hua Bai.
Li Fong hanya tersenyum membaca itu.
Hmm..hendak kulihat seberapa lihai Hung Hua Bai
Gadis perkasa ini meletakkan buntalannya di kasur. Melihat buntalannya,
seolah ia teringat sesuatu. Segera ia mengambilnya kembali, dan dipeluknya
buntalan itu. Wajahnya tampak sedih sekali.
Maafkanlah akubagaimana keadaanmu sekarang? Apakah engkau
membenciku?
Dengan memeluk buntalannya, Li Fong membaringkan tubuhnya. Matanya
memandang langit-langit, hatinya melayang jauh, entah apa gerangan yang
berkecamuk di dalam hatinya.
Dalam keadaan melamun ini, Li Fong tidak menyadari ada sepasang
mata mengintai gerak-geriknya. Sepasang mata ini mencorong tajam sekali.
Gerakannya seperti kapas yang melayang di permukaan tanah, tidak
meninggalkan bunyi apapun, begitu ringan, sehingga tidak tertangkap oleh
telinga gadis gemblengan seperti Li Fong.
Tanpa disadari oleh si pemilik mata itu, begitu ia melihat Li Fong, ia
bergumam sendiri
CHAPTER 6,

PERKUMPULAN RAHASIA HUNG HUA BAI

Lingkaran |64

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Sungguh
indahhmm.

menawan

bunga

yang

baru

mekar

luar

biasa

Sangat pelan ia bergumam, tetapi sudah cukup bagi Li Fong untuk


menangkap getaran suara itu dan membuyarkan lamunannya.
Siapa mengintai .
Tangannya menghantam jendela,
Brak!
Dan dalam waktu sekejab ia telah berada di wuwungan atas dan melihat
bayangan merah bergerak sangat cepat menuju ke arah selatan pegunungan
Huangshan
Next Chapter, Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian

CHAPTER 6 (B), TERJEBAK DI TANHA JIAN


Li Fong dengan gesit mengejar bayangan itu. Ia berusaha
memperpendek jarak, namun bayangan itu memiliki ginkang tidak bawah
tingkatnya. Ketika memasuki Hung Hua Sen Lin (Hutan bunga merah),
mendadak bayangan itu hilang begitu saja seolah-olah telah menyatu
dengan bunga-bunga merah di sekitarnya.
Li Fong menjadi sangat penasaran. Dalam keadaan bingung, ia bukanlah
Li Fong kalau sampai kehilangan akal. Ia segera sadar bahwa ia juga bisa
berbuat hal yang sama seperti bayangan itu, karena ia juga mengenakan
pakaian berwarna merah. Dengan cepat sekali, ia melakukan gerakan Gui
Beihou Yun (siluman di balik awan), dirinya mendadak juga hilang dan
menyatu dengan warna merah.
Li Fong bersembunyi di balik serumpun hunghua, sehingga dengan
bebas ia bisa mengintai sekelilingnya. Dengan sabar, seperti seekor ular
menunggu mangsa keluar dari sarangnya, ia bersikap menunggu daripada
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |65

Anda mungkin juga menyukai