Anda di halaman 1dari 6

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

mencari. Kurang dari sepemanakan nasi, Li Fong melihat seorang pemuda


tampan keluar dari tempat persembunyiannya. Pakaiannya berwarna merah,
dengan menyandang pedang yang bersarung dan beronce-ronce merah
juga. Rambutnya disisir rapi, dan memiliki mata yang mencorong licik seperti
seekor ular piton. Mulutnya menyeringai seperti mengejek.
Hehehe bidadari cantik, ternyata cerdik juga engkau. Mari keluarlah
dan berkenalan. Aku tahu di mana kamu bersembunyi, sebab aku dapat
membedakan bau badanmu dengan bau hunghua.
Merah wajah Li Fong mendengar kata-kata ceriwis ini. Segera ia
melompat keluar berhadapan dengan pemuda itu.
Hendak lari kemana kamu, penjahat pengintai yang tidak tahu malu.
Sekarang jawab pertanyaanku, Apa maumu mengintai orang yang sedang
tidur?
Pemuda itu tersenyum, memang sangat tampan, tetapi di balik
senyumnya mengandung hawa maut yang menakutkan.
He he hemengintai bidadari yang sedang tidur adalah
kesenanganku, dan menikmati bau badan yang lebih harum dari Hunghua
juga impianku selama ini. Kuperkenalkan namaku
Belum habis ia berbicara, Li Fong sudah memotong.
Siapa sudi mengenal namamu, dan siapa mau berkenalan dengan lakilaki ceriwis seperti buaya darat. Engkau laki-laki kurang-ajar yang patut
dihajar sampai babak belur!
Li Fong berdiri menantang dengan senyum yang luarbiasa manisnya.
Mulutnya seolah mengulum senyumnya begitu rupa, membuat pemuda itu
terkesiap begitu memandangnya.

Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian


Lingkaran |66

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Gu niang, aku, Chu Hung Kiau, ingin mengikat persahabatan


denganmu, masakan tidak boleh. Aku pemuda yang tidak jelek, dan kau
gadis yang cantik, kita bisa menjadi pasangan yang serasi!
Li Fong tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang berkilat bersih
itu.
Laki-laki semacammu itu sama sekali tidak berharga di hadapan nonamu,
bersiaplah menerima hajaran dariku.
Tanpa menunggu jawaban, Li Fong segera melancarkan serangan kilat
dengan tangan kanan terbuka, sedang tangan kiri membentuk siku
empatpuluh lima derajat.
Sambutlah !
Hung Kiau juga tidak mau mandah saja dihajar dengan pukulan Li Fong.
Ia juga mengeluarkan ilmunya. Ia menyambut serangan Li Fong dengan ilmu
yang sangat aneh. Tubuhnya ditekuk seperti belalang, sedang tangan
kanannya membentuk cakar rajawali dengan tangan kiri membentang seperti
sayap. Serangan pemuda ini mengandung hawa dingin yang kuat sekali.
Plak plak des..!
Keduanya mundur tiga tindak akibat bentuk dua ilmu yang sama-sama
hebat itu. Tidak ayal lagi keduanya mulai bergebrak dengan mengeluarkan
jurus-jurus serangan. Semula mereka bergerak tidak begitu cepat, lebih
banyak saling menjajaki untuk mengenal sampai dimana kekuatan lawannya.
Tetapi lambat laun, tubuh mereka berkelebatan seperti dua burung walet
yang saling mematuk.
Tujuhpuluh delapan jurus sudah berlalu, namun Li Fong merasakan
bahwa lawannya memiliki sinkang yang setara dengan sinkangnya. Ia
menang sedikit di ginkang. Dari penasaran, Li Fong menjadi marah sekali.
Ilmu simpanannya mulai dikeluarkan yang mengakibatkan timbulnya angin
yang menderu-deru.
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |67

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Lau Fo Yikai Yun (Buddha Tua menghalau awan)


Hunghua sin xuefung (bunga merah angin salju)..
Tidak dapat dicegah lagi dua ilmu pusaka dunia persilatan beradu
dengan luar-biasa dahsyatnya. Tubuh Hung Kiau sempoyongan dan darah
segar meleleh melalui mulutnya, sedangkan Li Fong terpukul mundur dua
tindak.
Anak goblok menghadapi ilmu picisan begitu saja sudah keok, ayo
bangun dan lawan lagi dia, awas kalau kau kalah, aku bersumpah
membuntungi kedua kakimu!
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang berjenggot dan beralis
merah berdiri di belakang Hung Kiau. Perawakannya sangat luar-biasa,
kakinya tinggal satu, rambutnya riap-riapan dan matanya bersinar seperti
iblis saja. Jubahnya juga berwarna merah, ia memegang sebuah tongkat yang
terbuat dari lagom yang mengeluarkan sinar kehijauan. Ini dia Iblis Tua
Bunga merah (Hunghua Laumo). Salah seorang datuk persilatan yang
namanya menggetarkan, karena ilmunya yang sukar diukur tinggi dan
anehnya. Iblis tua ini adalah seorang yang sangat beracun, selain kejam luarbiasa, ia juga seorang ahli racun yang lihai sekali.
Hung Kiau berdiri sempoyongan, ia mengumpulkan tenaga saktinya
untuk mengatasi luka dalam yang ia derita. Matanya beringas menatap Li
Fong. Segera setelah itu, ia menyerang Li Fong dengan sangat hebatnya.
Namun Li Fong dengan tenang memainkan laufo yikai yun, tenaga saktinya
bergerak lembut, tetapi menggiriskan, karena getaran gempurannya yang
bersifat tajam bagai sembiluh. Hung Kiau mulai terdesak lagi kali ini lebih
hebat dari semula.
Hunghua fubao hun (Bunga merah membelai sukma)..!!!!!
Hunghua Laumo berseru memberi petunjuk kepada Hung Kiau. Tibatiba ilmu silat Hung Kiau berubah hebat sekali. Semua serangan Li Fong
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |68

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

seperti dielus begitu rupa, sehingga daya serangannya lemah. Ilmu yang
dimainkan Hung Kiau mulai memberi tekanan yang begitu rupa, dan
memaksa Laufo Yikai Yun berada di bawah angin. Kali ini, Li Fong yang
terdesak mundur, sebab jurus Buddha menghalau awan ini tidak berdaya
menghadapi Hunghua Fubao Hun.
Li Fong, tiba-tiba, bergerak dengan Gui Beihou Yun (Siluman di balik
awan), dan muncul dengan cepat dengan jurus serangan baru.
Shouzhang
bamboo)!!!

Fo

qingchu

Zhu

(Telapak

Buddha

membersihkan

Serangan Li Fong kali ini membahana begitu cepat. Menderu-deru bagai


topan yang mengamuk. Ilmu ini merupakan ilmu pamungkas yang
mengangkat nama Pengemis Sakti tangan kilat, Hsing Yi Tung, di dunia
persilatan. Sangat jarang ada tokoh Wulin yang bisa bertahan lebih dari
limapuluh jurus menghadapi serangan ilmu ini.
Hung Kiau terkejut setengah mati, tetapi sudah terlambat, ilmu Li Fong
sudah mengurungnya, tubuhnya terpental kesana-kemari. Karena sebelum
tubuhnya menyentuh tanah digulung oleh daya serang ilmu ini, Li Fong
sudah mencelat dekat dan mengirim pukulan susulan, begitu terus menerus.
Begitu Hung Kiau terpental yang kedelapan kalinya, Li Fong segera
mengirimkan serangan terakhir yang akan segera mengakhiri riwayat hidup
pemuda itu. Hung Kiau yang sudah pucat pasi hanya dapat memandang
terbelalak.
Pada saat yang berbahaya baginya, tiba-tiba ia menggelundung seperti
trenggiling kesakitan, dan melemparkan bungkusan merah ke arah bagian
yang sangat pribadi di sekat selakangannya.
"Aih . Bangsat curang . tidak tahu malu!

Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian


Lingkaran |69

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Pada saat seperti ini, naluri kewanitaannya bekerja otomatis mendahului


gerakan silatnya. Secara otomatis, Li Fong melindungi bagian tubuh yang
sangat pribadi itu dengan cara memukul hancur bungkusan merah itu.
Serbuk warna merah yang berbau harum menyengat berhamburan di
udara. Tidak ayal lagi, Li Fong menghirup serbuk itu. Tidak lebih dari sepuluh
detik setelah ia menghirup serbuk itu, kepalanya menjadi pening, dan dia
roboh lunglai, tidak berdaya.
Kiau Zhi, gadis siluman ini sangat berbahaya sekali, makin cepat
dimusnahkan, akan makin baik, kata Hunghua Laumo
Thia, aku suka sekali gadis ini, lebih baik kita taruh dulu di Tanha Jian
(Penjara Goa Katak), akan kubujuk untuk menjadi istriku!
Sampai berapa lama, kamu akan membujuknya? enam bulan?
Setahun? Dua tahun?
Thia, akan kubujuk sampai dia menyerah dengan sukarela, kalau tidak
biar sampai tua dia tinggal di Tanha Jian!
Segera Hung Kiau menggendong Li Fong dan berlari menuju lereng
Huangshan. Dengan menempuh jalan pendek yang berliku-liku, sampailah
Hung Kiau di sebuah istana kuno yang dibangun di lereng puncak Sinlu Tao.
Ia membawa Li Fong menuju ke ruang bawah tanah yang berdinding batu
gunung yang sangat kokoh dan tebal. Di ruang bawah tanah, tepatnya perut
gunung, terdapat sebuah goa. Goa inilah yang disebut Tanha Jian, karena
dihuni oleh katak-katak besar berwarna hijau tua. Ukuran katak-katak Tanha
Jian luar-biasa besar, kira-kira tiga kali lipat ukuran katak besar pada
umumnya. Goa ini dipisahkan dari dunia luar oleh sebuah pintu batu. Lima
kaki dari pintu goa, terdapat sebuah sumur besar dengan kedalaman
tujuhbelas kaki, di sumur inilah, Li Fong di penjara.
Racun bunga merah ciptaan Hunghua Laumo jenis yang satu ini seperti
obat bius, yang mengikat kurbannya seperti orang mati. Pernafasannya
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |70

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

menjadi sangat lemah, begitu lemahnya, sehingga orang yang tidak


mengenal sifat racun ini segera menyangka kurbannya telah mati. Hampir
enam jam Li Fong tergeletak pingsan.
Sore harinya, Li Fong baru sadar. Ia merasakan tubuhnya masih lemah
dan terasa sakit di sana-sini. Begitu sadar, ia cepat-cepat menggerakkan
hawa saktinya. Ia lega, hawa sakti di dalam tubuhnya bergerak normal. Ia
berdiri dan memeriksa dinding goa itu, ia memukul di bagian-bagian tertentu
untuk mencari kemungkinan ruang kosong di balik dinding goa.
Ia tahu bahwa dirinya telah dipenjarakan oleh tokoh Hunghua Bai. Di
dalam Goa tidak terdapat apa-apa yaang bisa menolongnya keluar dari
tempat itu. Ia melihat makanan yang masih panas dan nampak enak
disodorkan melalui lubang kecil di bawah pintu goa. Tetapi ia tidak berani
menyentuh makanan itu, walaupun perutnya dirasakan sangat lapar. Tetapi ia
berpikir cerdik,
Kalau akau tidak mengisi perutku dengan makanan, tubuhku akan
menjadi lemah dan akan sulit mempertahankan diri dari serangan musuh.
Pikirnya.
Segera ia menyambar makanan itu, dan dimakannya dengan cepat.
Setelah makan, kembali ia memeriksa dinding goa tersebut, namun
semuanya adalah batu gunung yang ketebalannya sulit diukur.
Gu niang, bolehlah mencoba menjebol dinding goa ini, tokoh yang
paling sakti sekalipun tidak akan sanggup keluar lagi dari Tanha Jian. Hanya
aku seorang yang sanggup menolongmu keluar. Asal engkau bersedia
menjadi istriku tercinta, segera kukeluarkan, dan kita akan hidup berbahagia.
Jikalau engkau menolak, dengan terpaksa aku membiarkanmu hidup di
dalam goa ini bersama-sama katak-katak raksasa seumur hidupmu.
Li Fong tidak menjawab bahkan tidak menggubris omongan Hung Kiau.
Cuma matanya mulai melirik kiri kanan, atas bawah. Dia melihat di dalam
sumur yang lebar itu terdapat banyak sekali katak-katak besar. Kepalanya,
Chapter 6 (B), Terjebak di Tanha Jian
Lingkaran |71

Anda mungkin juga menyukai